Dosen Pembimbing :
H. Zulkarni R., Ssi, MM, Apt
Diza Sartika, M. Farm, Apt
Kelompok 13 :
1. Mellya Yusni, S.Farm (29 05 037)
2. Lovita wulandari, S.Farm (29 05 038)
3. Maisandra, S.Farm (29 05 039)
4. Rizki Damayanti, S.Farm (29 05 040)
DIPLOMASI
Untuk tujuan kami, diplomatic adalah “untuk memiliki kemampuan dalam
mengatakan dan melakukan hal yang tepat pada waktu yang tepat”. diplomasi
adalah negosiasi esensial. membangun hubungan, kolaborasi dengan lingkungan
kerja, meraih tujuan yang diniatkan. diplomasi dipelajari dari satu kesuksesan dan
kegagalan. diplomasi dan advokasi memiliki beberapa kesamaan, tetapi ada
beberapa perbedaan kritis. advokasi adalah tindakan untuk mengatakan atau
menulis dukungan dari tujuan yang ada, permaslahan, atau penyebab, implikasi
ini menuju pada perpindahan dan akhir yang dapat terlohat dari perspektif
tunggal. diplomasi membantu membangun hubungan antara bagian yang dapat
dimulai dengan cita-cita yang berbeda. advokasi dapat dipertimbangkan sebagau
pertanyaan untuk kejayaan pada biaya atau bagian lain atau keinginan, dimana
diplomasi dicari untuk mencapai tujuan dengan konflik yang minimal. diplomasi
seringkali lebih menghabiskan waktu dibandingkan advokasi dengan hasil
potensial yang lebih sedikit, tetapi tujuan yang dicapai atau dirubah melalui
diplomasi bertemu dengan sedikit tantangan. kedua advokasi dan diplomasi ini
merupakan hal yang esensial dalam meningkatkan profesi, tetapi diplomasi bisa
jadi lebih efektif dalam mempromosikan praktek interprofesional. diplomasi
menawarkan kesempatan untuk belajar dari berbagai perspektif sebelum
melangkah kedepan. ini memungkinkan terbangunnya kepercayaan dalam
hubungan dengan upaya vital untuk menghilangkan penghalang atau salah
persepsi yang telah ada selama beberapa dekade. farmasis harus
mempertimbangkan seluruh perspektif dalam bekerja dalam memperluas cakupan
praktek dan perannya di kesehatan publik.
farmasis cenderung untuk rasional, pemikir yang logis, dan respon
otomatis yang logis sering tidak produktif dalam aturan interprofesional. seperti
negara bagian dwyer “tingkah laku kita perlu untuk dirancang dengan sangat hati-
hati dan dengan kesadaran jadi apabila orang lain datang untuk menerima tingkah
laku yang kita inginkan menjadi hal terbaik yang bisa mereka terima untuk
kepentingan perawatan mereka. sebagai contoh, seorang farmasis dapat terlihat
logis dan meningkatkan hasil klinis untuk seorang pasien melalui menajemen
penyakit tetapi harus mempertimbangkan perspektif lain seperti manfaat dari
praktek interprofesional untuk menurunkan beban penyediaan kerja atau
membolehkan lebih banyak waktu untuk penyedia yang dihabiskan dengan pasien
penyakit kritis, atau perhatian administrasi mengenai fungsi non kompensasi dari
farmasis, atau perespsi dokter dari ikatan permasalahan terhadap aturan yang
menyusutkan biaya (dolar) kesehatan. karean kepentingan dalam praktek
interprofesional, diplomasi harus menjadi kompeten, pengujian melalui teman
sebaya dan melalui rencana pertunjukan. melalui diplomasi, kita perlu untuk
meningkatkan kesadaran pembuat keputusan pelayanan kesehatan terhadap peran
dan kesempatan farmasis, dimana tujuannya untuk mengurangi halangan untuk
kemajuan. konsistensi ini sesuai dengan posisi asosiasi kesehatan public amerika
(APHA) dalam peran farmasis. Hines mengatakan bahwa “diplomasi pencegahan
seperti pencegahan perawatan kesehatan” dan terlihat berguna dalam pendekatan
untuk mengembangkan praktek interprofesional.
HASIL
Farmasis tidak secara kolektif memberikan perhatian yang cukup untuk
bertanggung jawab dalam rangka mengumpulkan dan melaporkan hasil. Jumlah
minimal dari hasil publikasi data tesedia untuk digunakan dalam membenarkan
praktek interprofesional. kita harus mengambil seluruh tanggung jawab untuk
pengumpulan data hasil yang tepat untuk ditambahkan dalam database relative.
Farmasis berpraktek dalam peran yang luas dalam perawatan primer atau
kesehatan public yang harus mengalokasikan sumberdaya dan waktu untuk
pengumpulan data yang dapat digunakan untuk menunjukkan hasil yang membuat
sistem kesehatan.
Jenis dari pengumpulan data akan bervariasi tergantung dari jenis praktek
(seperti menajemen penyakit, kesehatan public, pendidikan), lingkungan praktek
(seperti klinik ambulatori, rumah sakit, komunitas) dan kebutuhan administrasi
(seperti efektivitas biaya, hasil, biaya). ini merupakan keuntungan, sebelumnya
untuk mengomentari praktek interprofesiona, untuk mempertimbangkan jenis data
yang bisa dikumpulkan dan dicocokkan dengan pengahalang yang diketahui untuk
memperluas peran farmasis. Jika banyak penghalang yang ada dalam hasil data,
pengumpulan data akan membutuhkan lebih banyak watu. beberapa data yang
dipublikasikan menunjukkan peningkatan dalam hasil klinis tingkat pasien
(seperti nilai laboratorium, perkembangan penyakiT) atau pengurangan biaya
untuk farmasi atau fasilitas menajemen terapi pengobatan. Seperti data yang
terlihat tepat untuk menunjukkan kenaoa farmasis harus diperbolehkan untuk
menunjukkan perluasan peran sebagai bagian integral dari tim perawatan
kesehatan. belum ada hubungan yang baik antara penunjukan nilai farmasi dengan
hasil data dan pembuatan persepsi yang salah bahwa farmasis berada dalam
pertaruhan dengan penyedia perawatan. tambahan, perspeksi alternative dari
pengumpulan data harus dipertimbangkan. data ini mungkin dikumpulkan untuk
ditunjukkan, sebagai contoh:
1. peningkatan akses untuk perawatan kesehatan pasien.
2. menurunkan beban kerja penyedia perawatan primer atau meningkatkan
waktu dimana penyedia bisa menyediakan waktu untuk pasien dengan
penyakit kritis
3. meningkarkan hasil untuk aturan praktek, bahkan jika tidak memberikan
hasil secara langsung dari tagihan pelayanan kognitif pasien, atau
4. menurunkan kesalahan pengobatan dan kejadian efek samping obat,
menghasilkan pencegahan dengan kunjungan ruangan gawat darurat dan
perawatan rumah sakit.
Seperti data yang bisa dikumpulkan dalam kolaborasi dengan dokter, penyedia
perawatan primer, atau administrator, dan manfaat langsung, dari perspektif
mereka, akan secara langsung diobservasi. menarik anggota kelompok lain dalam
pengumpulan data menunjukkan pengaruh pada kesehatan public (seperti akses,
beban kerja kesehatan public) akan meningkatkan hubungan interprofesional,
mengurangi salah persepsi yang membuat halangan dalam perkembangan
farmasis, dan membantu bentuk pelayanan ini. hasil data juga bisa digunakan
untuk mengedukasi public, satu dari 10 pelayanan esensial kesehatan public.
KOLABORASI
Kolaborasi dalam konteks praktek interprofesional, berarti pembangunan
hubungan, tidak hanya antara farmasis dan penyedia perawatan primer lain, tetapi
antara farmasis dan administrator, perawat, pembayar sepertiga, kantor Medicaid
negara bagian, akademik dan pasien. aturan diplomasi dari kolaborasi produktif
dan kolaborasi penerusan. praktek interprofesional tidak mungkin terjadi tanpa
kolaborasi. dalam masing-masing contoh dari praktek interprofesional yang
diberikan dalam bab ini, sebuah hubungan dikembangkan melalui diplomasi dan
kolaborasi. pelajaran yang bisa dipelajari dari keberhasilan kolaborasi farmasis
dalam HIS (Health Information System) dan kolega VA.A di negara bagian
merupakan kontribusi terbesar yang dibuat oleh kepala farmasis HIS Allen Brands
dalam penghormatan untuk farmasi klinis terhadap pengembangannya terhadap
hubungan dengan professor di sekolah medis universitas California selatan, yang
berdiri pada awal tahun 1970 an, muali mengajarkan murid farmasi dengan
pengajaran yang sama dengan siswa kedokteran. kolaborasi dapat mempengaruhi
banyak pengidentifikasian penghalang umum. dalam setiap praktek
interprofesional yang sukses, salah paham bisa saja terjadi, tingkatan dari
kepercayaan interprofesional telah meningkat, sebuah pandangan umum telah
dibagikan, dan kompetensi telah dibuktikan. kolaborasi dengan penyedia lain,
administrator dan pasien atau komunitas diperlukan untuk mengidentifikasi dan
memecahkan masalah kesehatan public.
KEMAMPUAN
Untuk meningkatkan praktek interprofesional, farmasis membutuhkan
kemampuan baru (tabel 19-3). sebagai tambahan kemampuan yang membantu
menghasilkan celah pendidikan dan pelatihan antara profesi, farmasis memerlukan
kemampuan yang mempersiapkan mereka untuk berinteraksi dengan tenaga
kesehatan professional lain. sebuah bahasa umum harus dipelajari untuk
mempersiapkan farmasis untuk berkomunikasi secara kompeten dan mendapatkan
rasa hormat dari penyedia lain. apapun kurikulum yang diberikan untuk farmasi
komunitas, kesehatan public, atau perawatan ambulatori, pendidikan farmasi
harus lebih berfokus pada praktek inovasi dan lingkungan interprofesional,
mengambil pertimbangan penghalang seperti yang di urutkan pada tabel 19-2 dan
peralatan farmasis dan murid dengan kapasitas yang mereka dapatkan. pergeseran
akademik ini akan membutuhkan bantuan dari setiap segmen dari profesi,
termasuk lisensi dan kepercayaan yang luas dan pemerintah.
PEMASARAN INTERPROFESIONAL FARMASIS
Farmasis yang bagus dalam memasarkan lebih banyak berhasil dalam
menyediakan pelayanan yang luas seperti menajemen penyakit dan monitoring
terapi. hubungan pemasaran telah didefinisikan sebagai seluruh kegiatan
pemasaran yang diarahkan menuju hubungan penetapan, pengembangan, dan
pemeliharaan yang berhasil. berfokus pada kepuasan konsumen dan retensi. dalam
kasus praktek interprofesional, “konsumen” tidak merupakan pasien tetapi juga
yang lainnya, seperti penyedia perawatan primer, administrator klinis dan
pembayar pihak ketiga. dalam hubungan pemasaran, pesan yang dikhusukan
untuk masing-masing konsumen. farmasis dapat menggunakan hubungan strategi
pemasaran untuk mempromosikan hubungan interprofesional. ini tidak menjadi
coordinator social atau penyusunan dari permainan golf dengan staf medis, tetapi
berfokus pada kelebihan waktu dalam menyusun pesan. hubungan pemasaran
dapat digunakan untuk me nggarisbawahi peran farmasis dalam mengurangi
beban kerja dari penyedia perawatan primer, hasil dari pelayanan menajemen
pengeluaran penyakit, atau peningkatan akses pasien untuk pelayanan perawatan
primer. sebuah hubungan strategi pemasaran dapat temasuk berikut ini:
membangun komunikasi dengan staf medis melalui diplomasi
kolaborasi untuk peningkatan perluasan cakupan inisiasi
mengevaluasi hasil
mengembangkan dan memelihara staf medis sebagai advokasi
mengatur pesan
menyebarkan pesan ke konsumen lain (seperti administrator, pembayar
pihak ketiga, pasien)
Tabel 19-3 aturan kemampuan untuk praktek interprofesional
Pengukuran pasien
- teknik untuk mengumpulkan data subjektif dan objektif
alasan klinis
kompetensi inti diurutkan oleh institusi medis
- perawatan berpusat pasien
- kerja praktek dalam tim interprofesional
- menggunakan praktek berdasarkan bukti
- menerapkan pengembangan dan kemanan kualitas
- menggunakan infromasi
Kehalusan individu
Dalam cakupan yang tepat
Faktor biologis