Anda di halaman 1dari 13

Peningkatan Kesadaran Komunikasi dalam Pengelolaan Diabetes Melitus: Perspektif

Sosial, Budaya, dan Perilaku

(Program Komunikasi Dalam Rangka Penanggulangan Diabetes di Puskesmas Ciracas)

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kondisi dimana kadar gula di dalam darah
lebih tinggi dari pada biasa atau normalnya, tingginya kadar gula darah pada penderita DM
karena gula tidak dapat memasuki sel-sel di dalam tubuh akibat tidak terdapat resisten
terhadap insulin, penyakit ini bisa berkomplikasi dengan penyakit lain seperti stroke, ginjal,
gangguan mata dan sebagain, terapi dietetik merupakan salah satu pilar pengendalian
Diabetes Melitus (Rumah, Prof and Boyoh, 2015)

Diabetes tidak hanya penyakit yang dapat menyebabkan kematian, penyakit ini juga
menjadi penyebab utama kebutaan, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Organisasi
International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang
pada usia 20 – 79 tahun di dunia menderita diabetes pada tahun 2019 atau setara dengan
angka prevalensi sebesar 9,3% dari total penduduk pada usia yang sama. Berdasarkan jenis
kelamin. IDF memperkirakan prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring
penambahan umur penduduk menjadi 19,9% atau 111,2 juta orang pada umur 65-79 tahun.
Angka diprediksi terus meningkat hingga mencapai 578 juta di tahun 2030 dan 700 juta di
tahun 2045 (KEMENKES RI, 2020)

Pengelolaan diabetes memerlukan pendekatan holistik yang tidak hanya


berfokus pada aspek medis, tetapi juga melibatkan aspek sosial, budaya, dan perilaku.
Komunikasi yang efektif antara tenaga kesehatan dan pasien menjadi kunci utama dalam
meningkatkan pemahaman, ketaatan terhadap pengobatan, dan mengurangi risiko komplikasi.
Dalam konteks ini, kesadaran terhadap pentingnya komunikasi yang memperhitungkan
faktor-faktor sosial, budaya, dan perilaku menjadi esensial. Pasien diabetes seringkali
ditempatkan dalam lingkungan yang dipengaruhi oleh norma-norma sosial, nilai-nilai budaya,
dan perilaku sehari-hari. Oleh karena itu, pendekatan yang mempertimbangkan ketiga aspek
ini menjadi krusial untuk mencapai hasil pengelolaan diabetes yang optimal.

Keterampilan komunikasi terapeutik sangat penting untuk perawatan kesehatan


profesional yang bekerja dengan pasien. Keahlian komunikasi yang efektif adalah salah satu
alat yang paling penting dimana para profesional kesehatan dapat mentransfer pengetahuan
ke dalam implementasi, memberdayakan pasien menemukan solusi untuk tantangan
kesehatan mereka, dan meningkatkan kepercayaan diri dalam merawat pasien. Sebaliknya,
komunikasi yang tidak efektif menyebabkan peningkatan frekuensi kesalahan medis,
menyebabkan stres, mempersulit tugas keperawatan, menghambat kontrol rasa sakit,
menghambat penilaian yang benar terhadap situasi pasien dan memenuhi kebutuhan mereka,
dan menurunkan kualitas perawatan pasien (Suares, 2020).

Fenomena yang sering terjadi di beberapa Puskesmas terutama yang berkaitan dengan
pelayanan perawat adalah adanya kesenjangan antara kualitas pelayanan perawat dengan
tingginya tuntutan dan harapan pasien terhadap pelayanan. Mengingat tugas perawat sangat
penting, seperti diagnosa, perawatan, pengobatan, pencegahan akibat penyakit, serta
pemulihan penyakit, maka upaya peningkatan kualitas perawat harus tetap dilakukan untuk
lebih meningkatkan pelayanan terhadap pasien, terutama dalam pelayanan komunikasi yang
terapeutik (Lukman Hadi, Prabowo and Indah Yulitasari, 2013).

Faktor sosial, seperti dukungan keluarga dan teman, juga dapat mempengaruhi
motivasi dan ketaatan pasien terhadap rencana pengobatan, Sementara itu, nilai-nilai budaya
dan norma perilaku dapat memainkan peran signifikan dalam pemilihan pola makan, aktivitas
fisik, dan pemantauan kadar glukosa. Kesadaran akan peran penting komunikasi antar tenaga
kesehatan dan pasien menjadi dasar untuk meningkatkan efektivitas interaksi, mengurangi
hambatan, dan meningkatkan hasil pengelolaan diabetes.

Hasil penelitian dari 65 responden bahwa sebagian besar menyatakan komunikasi


terapeutik perawat sudah baik berjumlah 36 orang 55,4% dan sebagian kecil komunikasi
terapeutik perawat cukup berjumlah 24 orang 36,9% dan komunikasi terapeutik perawat
kurang berjumlah 5 orang 7,7% dan dari 65 responden diabetes melitus yang menyatakan
komunikasi terapeutik baik hampir seluruhnya patuh menjalankan diet yaitu 28 orang 43,1%
responden 4 yang menyatakan komunikasi terapeutik cukup sebagian besar patuh
menjalankan diet yaitu 15 orang 23,1% sedangkan responden yang menyatakan komunikasi
terapeutik kurang seluruhnya tidak patuh menjalankan diet yaitu 0 orang 0,0%. Dari hasil
penelitian tersebut menunjukkan terdapat hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan
kepatuhan diet pada pasien diabetes melitus (Kumala, 2018).

Dengan memahamu dan mengintegrasikan perspektf sosial, budaya, dan perilaku


dalam komunikasi, diharpakn dapat tercipata hubungan yang lebih saling pengertian antara
tenaga kesehatan dan pasien. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan tingkat kepatuhan
pasien terhadap pengobatan, memotivasi perubahan gaya hidup sehat, serta mengurangi risiko
komplikasi jangka panjang. Oleh karena itu, penelitian dan pemahaman yang lebih mendalam
terhadap dinamika ini akan memberikan kontribusi positif terhadap pengelolaan diabetes
yang lebih holistik dan berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

● Bagaimana pengaruh komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien terhadap


pemahaman dan ketaatan pasien terhadap pengelolaan diabetes?
● Sejauh mana faktor sosial, budaya, dan perilaku mempengaruhi komunikasi dan Apa
hambatan-hambatan yang muncul dalam komunikasi antara tenaga kesehatan dan
pasien dalam upaya pengelolaan diabetes?
● Bagaimana dukungan sosial, nilai budaya, dan perilaku sehari-hari memainkan peran
dalam keberhasilan atau kegagalan pengelolaan diabetes?
● Apa saja strategi atau pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
kesadaran komunikasi dalam pengelolaan diabetes, khususnya dari perspektif sosial,
budaya, dan perilaku?

2. TUJUAN dan MANFAAT

2.1 Tujuan Umum


Mengetahui hubungan kesadaran komunikasi dalam pengelolaan diabetes: Perspektif
Sosial, Budaya, dan Perilaku

2.2 Tujuan Khusus

● Menganalisis pengaruh komunikasi terapeutik antara tenaga kesehatan dan pasien


terhadap pemahaman dan ketaatan pasien terhadap pengelolaan diabetes.
● Mengevaluasi sejauh mana faktor sosial, budaya, dan perilaku mempengaruhi
komunikasi dalam konteks pengelolaan diabetes.
● Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam komunikasi antara
tenaga kesehatan dan pasien dalam upaya pengelolaan diabetes.
● Menilai peran dukungan sosial, nilai budaya, dan perilaku sehari-hari dalam
keberhasilan atau kegagalan pengelolaan diabetes.
● Merumuskan strategi atau pendekatan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
kesadaran komunikasi dalam pengelolaan diabetes, dengan fokus pada aspek sosial,
budaya, dan perilaku

2.3 Manfaat

2.3.1 Manfaat Teoritis

● Kontribusi pada pemahaman teoritis komunikasi kesehatan : membantu


mengembangkan pemahaman teoritis tentang bagaimana komunikasi kesehatan,
khususnya dalam konteks diabetes, dapat diperkaya dengan mempertimbangkan aspek
sosial, budaya, dan perilaku. Konsep-konsep teoritis yang muncul dari penelitian ini
dapat mengisi celah dalam literatur dan menjadi dasar bagi penelitian lebih lanjut.
● Pengembangan teori holistik pengelolaan penyakit kronis : memadukan teori
komunikasi dengan aspek sosial, budaya, dan perilaku, makalah ini dapat
menyumbang pada pengembangan teori holistik dalam pengelolaan penyakit kronis,
khususnya diabetes. Integrasi konsep-konsep ini dapat memberikan landasan untuk
model-model baru dalam literatur kesehatan.

2.3.2 Manfaat Praktis

● Peningkatan keterampilan Tenaga Kesehatan : memberikan manfaat langsung bagi


praktisi kesehatan dengan memberikan wawasan dan panduan praktis dalam
meningkatkan keterampilan komunikasi dengan pasien diabetes. Ini dapat
meningkatkan efektivitas interaksi dokter-pasien dan mengoptimalkan proses
pengelolaan diabetes.
● Perbaikan pelayanan kesehatan : memahami faktor-faktor sosial, budaya, dan perilaku
yang mempengaruhi komunikasi, makalah ini dapat membantu perbaikan pelayanan
kesehatan, termasuk desain program edukasi yang lebih efektif, penyampaian
informasi yang lebih terarah, dan perencanaan pengelolaan yang lebih sesuai dengan
kebutuhan pasien.
● Pengembangan program pendidikan dan pelatihan : Mengimplementasikan dalam
pengembangan program pendidikan dan pelatihan untuk tenaga kesehatan, dengan
memasukkan modul komunikasi yang menekankan pada aspek sosial, budaya, dan
perilaku dalam pengelolaan diabetes. Hal ini dapat meningkatkan keterampilan dan
sensitivitas tenaga kesehatan terhadap kebutuhan unik pasien.
● Peningkatan kualitas hidup pasien diabetes : Pemahaman yang lebih baik tentang
faktor-faktor yang memengaruhi pengelolaan diabetes dapat mendukung pasien dalam
membuat keputusan yang lebih baik, meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan,
dan merancang gaya hidup yang lebih sehat.
● Pemberdayaan pasien dalam pengelolaan sendiri : menekanan pada komunikasi yang
lebih baik dan pemahaman terhadap faktor-faktor sosial, budaya, dan perilaku dapat
memberdayakan pasien untuk mengambil peran yang lebih aktif dalam pengelolaan
penyakit mereka. Ini dapat menciptakan hubungan yang lebih terbuka dan saling
mendukung antara pasien dan tim kesehatan. Pemahaman yang lebih baik tentang
faktor-faktor tersebut dapat membantu pasien membuat keputusan yang lebih
informasional dan mendukung perubahan gaya hidup yang positif.

3. PENERAPAN atau PROSES KOMUNIKASI

3.1 Pelaksana

Pelaksana komunikasi di puskesmas memegang peran penting dalam menjalankan


program penanggulangan Diabetes. Komunikasi yang efektif tidak hanya diperlukan antara
tenaga kesehatan dan pasien, tetapi juga antara berbagai pihak yang terlibat dalam program
ini.

Dalam program penatalaksanaan diabetes, berbagai jenis tenaga kesehatan dan profesional
dapat terlibat dalam melaksanakan komunikasi kepada pasien. Beberapa di antaranya
termasuk:

1. Dokter :

○ Menyampaikan diagnosis diabetes kepada pasien secara jelas dan


mengedukasi mereka mengenai penyakit tersebut;
○ Memberikan informasi rinci tentang penyebab, gejala, dan dampak diabetes
pada kesehatan;
○ Menjelaskan rencana pengelolaan pengobatan kepada pasien, termasuk jenis
obat yang diberikan, dosis, dan jadwal penggunaannya;
○ Memberikan informasi tentang kemungkinan efek samping obat dan tindakan
pencegahan yang dapat diambil;
○ Memberikan informasi tentang faktor risiko dan tindakan pencegahan;
○ Memberikan informasi tentang peran gaya hidup sehat dalam pengelolaan
diabetes, termasuk pola makan yang seimbang, olahraga teratur, dan
manajemen stres;
○ Menyarankan perubahan perilaku yang mendukung kontrol gula darah;
○ Memberikan petunjuk tentang pentingnya pemantauan gula darah secara
teratur.
○ Menjelaskan hasil pemeriksaan dan memberikan interpretasi yang dapat
dimengerti oleh pasien;
○ Melakukan pelatihan kepada pasien yang membutuhkan penggunaan alat-alat
seperti alat pengukur gula darah atau alat suntik insulin;
○ Memastikan pasien memahami cara menggunakan alat tersebut dengan benar;
○ Mendampingi pasien dalam perjalanan pengelolaan diabetes, memberikan
dukungan saat perubahan dalam rencana perawatan diperlukan;
○ Merespons pertanyaan dan kekhawatiran pasien serta memberikan klarifikasi
mengenai informasi medis;
○ Mengadvokasi pentingnya pencegahan diabetes dan upaya-upaya kesehatan
masyarakat kepada komunitas;
○ Menyampaikan informasi kepada masyarakat melalui berbagai platform,
termasuk seminar kesehatan, media sosial, dan lainnya;
○ Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pencegahan
diabetes melalui edukasi tentang gaya hidup sehat, pola makan yang baik, dan
aktivitas fisik.

2. Perawat:

○ Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya tentang diabetes,


termasuk penyebab, gejala, dan cara pengelolaan penyakit;
○ Menjelaskan pentingnya pemantauan gula darah, diet sehat, dan kebiasaan
hidup yang mendukung;
○ Merencanakan dan melaksanakan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan
pasien diabetes;
○ Melakukan pemantauan kondisi pasien, termasuk pemeriksaan gula darah dan
tanda-tanda vital;
○ Melatih pasien dalam penggunaan alat-alat kesehatan seperti alat pengukur
gula darah, alat suntik insulin, atau perangkat monitoring lainnya;
○ Memastikan pasien dapat mengoperasikan alat-alat tersebut dengan benar;
○ Memberikan edukasi kepada pasien tentang pengelolaan diabetes, termasuk
pemberian insulin (jika diperlukan);
○ Memantau kondisi kesehatan pasien dan memberikan dukungan selama proses
pengelolaan diabetes.

3. Farmasi:

○ Memberikan informasi tentang penggunaan obat, dosis, dan efek samping


yang mungkin timbul dan cara penggunaan yang benar
○ Memberikan penyuluhan tentang kepatuhan terhadap obat.
○ Memastikan pasien memahami pentingnya kepatuhan terhadap pengobatan.
○ Memberikan konseling terkait dengan obat-obatan diabetes, termasuk
penjelasan tentang potensi interaksi obat dan cara menghindarinya.
○ Memberikan informasi tentang penyimpanan obat dan tindakan yang perlu
diambil jika dosis terlewat.

4. Ahli Gizi:

○ Memberikan saran nutrisi dan membantu pasien merencanakan pola makan


sehat yang sesuai dengan kondisi diabetes.
○ Melakukan edukasi tentang pengaturan asupan gula dan karbohidrat.
○ Membantu pasien diabetes mengatasi perubahan perilaku makan yang
dibutuhkan dengan mendiskusikan strategi untuk mengatasi rintangan dan
mengubah kebiasaan makan yang tidak sehat.

5. Psikolog atau Konselor:

○ Memberikan dukungan emosional kepada pasien dalam menghadapi tantangan


yang mungkin timbul akibat diabetes.
○ Melakukan konseling terkait perubahan gaya hidup dan adaptasi psikologis.
○ Mendiskusikan pengelolaan stres, kecemasan yang dapat mempengaruhi kadar
gula dalam darah.
○ Melakukan penilaian kesejahteraan mental secara menyeluruh untuk
mengidentifikasi faktor-faktor- psikologis yang dapat memperngaruhi kondisi
diabetes.

6. Petugas Komunikasi Kesehatan:

○ Bertanggung jawab menyampaikan informasi kesehatan secara jelas dan


mudah dimengerti kepada pasien.
○ Mengelola komunikasi antara puskesmas atau rumah sakit dengan pasien dan
keluarganya
○ Menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang program-program
penanggulangan diabetes yang diselenggarakan oleh puskesmas.
○ Mendorong partisipasi dalam kegiatan pencegahan dan pengelolaan diabetes
yang diselenggarakan oleh puskesmas.

7. Tokoh Agama

○ Memberikan pandangan moral dan etika terkait dengan pentingnya menjaga


kesehatan, termasuk pencegahan dan manajemen diabetes
○ Menggambarkan perlunya perawatan diri/ menjaga kesehatan sebagai bagian
dari nilai-nilai keagamaan
○ Menggunakan ajaran agama untuk mendukung penyuluhan kesehatan,
khususnya terkait pola makan, olahraga, dan gaya hidup sehat yang sesuai
dengan prinsip-prinsip agama
○ Memberikan motivasi dan dukungan spiritual kepada pasien diabetes untuk
mengatasi tantangan fisik dan emosional yang mungkin muncul
○ Mengorganisir pertemuan atau forum diskusi di lingkungan agama untuk
membahas isu-isu kesehatan, termasuk diabetes

8. Tokoh Masyarakat

○ Membantu memberikan penyuluhan untuk penderita Diabetes rajin melakukan


pemeriksaan dan patuh minum obat,
○ Menggerakkan keterlibatan komunitas dalam program-program
penanggulangan diabetes yang diadakan oleh puskesmas.
○ Membantu menyampaikan informasi tentang diabetes secara terbuka dan
mudah dimengerti dalam konteks budaya dan bahasa setempat.
○ Mengorganisir kegiatan-kegiatan komunitas, seperti kampanye kesehatan,
pemeriksaan kesehatan massal, atau kegiatan olahraga bersama yang dapat
mendukung pencegahan diabetes.
○ Memberikan contoh atau menjadi teladan (role model) untuk melakukan pola
hidup sehat agar mencegah dari penyakit Diabetes.

9. Penderita Diabetes terkontrol

○ Membagikan pengalaman akan penyakit yang di deritanya, berupa penjelasan


mengenai Diabetes, komitmen untuk patuh minum obat, dan merawat diri agar
tetap dapat produktif
○ Memberikan contoh pola hidup sehat, berupa menjaga pola makan, istirahat
dan berolahraga yang baik
○ Menyediakan dukungan emosional kepada mereka yang baru didiagnosis atau
yang mengalami kesulitan dalam mengelola diabetes.
○ Menyediakan dukungan emosional kepada mereka yang baru didiagnosis atau
yang mengalami kesulitan dalam mengelola diabetes.
○ Memberikan saran dan panduan praktis mengenai pengelolaan sehari-hari,
seperti resep makanan sehat, tips olahraga, atau cara mengatasi situasi tertentu
yang berhubungan dengan diabetes.
○ Menjadi perwakilan masyarakat dalam memberikan umpan balik kepada
puskesmas tentang kebutuhan dan harapan masyarakat terkait program
penanggulangan diabetes.

3.2 Sasaran

Dalam program penatalaksanaan diabetes, komunikator menyampaikan informasi


kepada berbagai pihak atau sasaran untuk memastikan efektivitas program tersebut. Beberapa
orang atau kelompok yang menjadi sasaran komunikasi dalam program penatalaksanaan
diabetes melibatkan:

3.2.1 Sasaran Primer :

1. Pasien Diabetes : Sasaran utama adalah individu yang telah didiagnosis


menderita diabetes mellitus. Program ini akan berfokus pada pencegahan
komplikasi, manajemen penyakit, dan perubahan gaya hidup untuk
mengendalikan kadar gula darah.

3.2.2 Sasaran Sekunder :

1. Keluarga dan Pendukung Pasien: Penting untuk melibatkan keluarga dan


pendamping individu pasien dengan diabetes untuk mendukung manajemen
penyakit dan mempromosikan lingkungan yang sehat.
2. Masyarakat dengan Faktor Risiko Diabetes: Puskesmas dapat menyasar individu
yang memiliki faktor risiko diabetes, seperti obesitas, kurangnya aktivitas fisik,
dan riwayat keluarga dengan diabetes. Upaya pencegahan dan edukasi dapat
ditujukan kepada kelompok ini.
3.2.3 Sasaran Tersier
1. Kader Kesehatan Masyarakat: Melibatkan kader kesehatan masyarakat untuk
memberikan edukasi, melakukan pemantauan, dan mendukung tindakan
pencegahan diabetes di tingkat masyarakat.

3.3 Materi Komunikasi

Materi yang disampaikan di puskesmas dalam upaya penanggulangan diabetes


mellitus sebaiknya mencakup informasi yang komprehensif dan relevan. Berikut adalah
beberapa materi yang dapat disampaikan:

1. Pengenalan Diabetes Mellitus:


● Deskripsi: Penjelasan singkat tentang apa itu diabetes mellitus, bagaimana
kondisi ini memengaruhi tubuh, dan perbedaan antara diabetes tipe 1 dan tipe
2.
2. Faktor Risiko Diabetes Mellitus:
● Deskripsi: Informasi mengenai faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang mengembangkan diabetes mellitus, termasuk faktor genetik, gaya
hidup, dan faktor lingkungan.
3. Gejala Diabetes Mellitus:
● Deskripsi: Penjelasan mengenai gejala diabetes, seperti peningkatan rasa haus,
sering buang air kecil, kelelahan, dan perubahan berat badan yang tidak wajar.
4. Pentingnya Pencegahan:
● Deskripsi: Menyoroti pentingnya pencegahan diabetes mellitus melalui
perubahan gaya hidup sehat, kontrol berat badan, pola makan seimbang, dan
aktivitas fisik.
5. Gaya Hidup Sehat:
● Deskripsi: Informasi mengenai peran gaya hidup sehat dalam mencegah dan
mengelola diabetes, termasuk pola makan sehat, olahraga teratur, dan
manajemen stres.
6. Pemeriksaan Gula Darah:
● Deskripsi: Penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan gula darah,
frekuensinya, dan cara interpretasi hasil pemeriksaan sebagai alat untuk
pengelolaan diabetes.
7. Manajemen Gula Darah:
● Deskripsi: Penyampaian informasi mengenai cara mengelola gula darah,
termasuk pentingnya kepatuhan pada resep obat, pemantauan gula darah, dan
perubahan gaya hidup.
8. Peran Diet dalam Diabetes Mellitus:
● Deskripsi: Pemahaman tentang peran diet dalam pengelolaan diabetes,
termasuk pilihan makanan yang sehat, pengendalian porsi, dan pembatasan
konsumsi gula.
9. Pentingnya Aktivitas Fisik:
● Deskripsi: Menyoroti pentingnya aktivitas fisik dalam pengelolaan diabetes,
jenis olahraga yang sesuai, dan frekuensi latihan yang disarankan.
10. Pemahaman Obat-obatan:
● Deskripsi: Informasi mengenai jenis obat-obatan yang digunakan dalam
pengelolaan diabetes, cara penggunaan, dosis, dan potensi efek samping.
11. Manajemen Stres dan Kesehatan Mental:
● Deskripsi: Kesadaran akan pentingnya manajemen stres dalam pengelolaan
diabetes dan bagaimana kesehatan mental dapat berpengaruh terhadap kondisi
fisik.
12. Peran Dukungan Keluarga:
● Deskripsi: Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolaan diabetes, cara
keluarga dapat membantu, dan bagaimana komunikasi yang baik dapat
meningkatkan kesejahteraan.
13. Kesehatan Mata, Kaki, Otak, Jantung, dan Ginjal (target komplikasi)
● Deskripsi: Informasi tentang risiko komplikasi pada mata, kaki, otak, jantung
dan ginjal yang dapat terjadi pada penderita diabetes dan langkah-langkah
pencegahan.
14. Program Puskesmas Terkait Diabetes:
● Deskripsi: Penyampaian informasi tentang program-program penanggulangan
diabetes yang diadakan di puskesmas, seperti edukasi kelompok, pemeriksaan
berkala, dan konsultasi.
15. Rencana Pengelolaan Kesehatan Pribadi:
● Deskripsi: Mendorong pasien untuk merancang rencana pengelolaan
kesehatan pribadi, termasuk perubahan yang dapat dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari guna menjaga dan meningkatkan kualitas hidup

3.3 Cara atau alat (Media Komunikasi)

Alat atau media komunikasi yang dapat digunakan dalam memberikan edukasi diantaranya
:

1. Pamflet, brosur atau leaflet


2. Poster
3. Sosial Media
4. Video Edukasi
5. Talkshow Kesehatan
6. Penyuluhan, Seminar
7. Konsultasi online (Telepon, chat)

3.4 Tujuan Akhir

Keterampilan komunikasi yang baik dapat memberikan hasil yang optimal dalam
Perubahan Sikap (attitude change), Perubahan Pendapat (opinion change), Perubahan
Perilaku (behavior change), Perubahan Sosial (social change) dalam Peningkatan
pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya pencegahan dan pengendalian Diabetes
Mellitus yang dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tetap sehat dan
mengendalikan kejadian Diabetes Melitus.

3.4.1 Perubahan Sikap (attitude change)

a) Sasaran Primer (Individu dengan Diabetes Mellitus):


● Sebelum Komunikasi: memiliki sikap kurang peduli terhadap manajemen
diabetes, kurangnya pemahaman tentang pentingnya kontrol gula darah, dan
sikap kurang patuh dalam menjalani pengobatan (minum obat), dan mungkin
merasa putus asa akan penyakit yang diderita
● Setelah Komunikasi: Setelah mendapatkan informasi yang jelas tentang
pentingnya manajemen diabetes, individu dapat mengalami perubahan sikap
menjadi lebih sadar akan pentingnya mengontrol kadar gula darah, lebih
terbuka terhadap perubahan gaya hidup, dan lebih termotivasi untuk mengikuti
rencana perawatan yang telah disarankan oleh tenaga kesehatan.
b) Sasaran Sekunder (Keluarga dan Pendamping Individu dengan DM):
● Sebelum Komunikasi: Mungkin kurangnya pemahaman tentang bagaimana
mendukung individu dengan diabetes, dan mungkin kurangnya perhatian
terhadap perubahan gaya hidup keluarga.
● Setelah Komunikasi: Setelah mendapatkan informasi tentang bagaimana
mendukung individu dengan diabetes, keluarga dan pendamping dapat
mengalami perubahan sikap menjadi lebih terlibat dalam manajemen penyakit,
lebih peduli terhadap kebutuhan khusus anggota keluarga yang memiliki
diabetes, dan lebih bersedia berpartisipasi dalam upaya perubahan gaya hidup.
c) Sasaran Tersier (Kader Masyarakat)
● Sebelum Komunikasi:
○ Kurangnya Pemahaman: Kader masyarakat mungkin memiliki
pemahaman yang terbatas tentang diabetes, risikonya, dan peran
penting mereka dalam mendukung upaya pencegahan dan manajemen
penyakit.
○ Kurangnya Keterlibatan: Mungkin ada sikap kurang bersemangat atau
kurangnya keterlibatan aktif karena kurangnya pemahaman akan
dampak diabetes pada masyarakat.
● Setelah Komunikasi:
○ Peningkatan Pemahaman: Melalui komunikasi yang efektif, kader
masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang
diabetes, faktor risiko, dan pentingnya peran mereka dalam
memberikan edukasi dan dukungan kepada masyarakat.
○ Perubahan Sikap Positif: mendapatkan pemahaman yang lebih baik
melalui komunikasi, kader masyarakat dapat meningkatkan
keterlibatan mereka dalam kegiatan edukasi masyarakat. Mereka
mungkin lebih aktif dalam menyebarkan informasi, memberikan
dukungan, dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam
kegiatan pencegahan.

3.4.2 Perubahan Pendapat (opinion change)

a) Sasaran Primer (Individu dengan Diabetes Mellitus):


● Sebelum Komunikasi: memiliki pendapat bahwa menjaga diabetes menjadi
terkontrol adalah suatu usaha yang sulit dan melelahkan, serta merasa bahwa
perubahan gaya hidup tidak begitu penting.
● Setelah Komunikasi: Setelah mendapatkan informasi yang menyeluruh
tentang manfaat perubahan gaya hidup dan pentingnya manajemen diabetes
(menjaga diabetes terkontrol), individu dapat mengubah pendapatnya. Mereka
menjadi lebih sadar akan keuntungan jangka panjang dari manajemen pola
hidup yang baik, dan lebih termotivasi untuk mengambil langkah-langkah
yang diperlukan.
b) Sasaran Sekunder (Keluarga dan Pendamping Individu dengan DM):
● Sebelum Komunikasi: memiliki pendapat bahwa diabetes adalah masalah
individu (penderita) dan kurangnya pemahaman tentang peran keluarga dalam
mendukung manajemen penyakit.
● Setelah Komunikasi: melalui komunikasi yang efektif, keluarga dan
pendamping dapat mengubah pendapat mereka. Mereka mungkin menyadari
pentingnya peran keluarga dalam mendukung individu dengan diabetes, dan
bahwa perubahan gaya hidup dapat mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan seluruh keluarga.
c) Sasaran Tersier (Kader Masyarakat)
● Sebelum Komunikasi: Kader masyarakat mungkin memiliki pendapat bahwa
partisipasi aktif dalam program diabetes tidak terlalu penting atau kurangnya
motivasi untuk terlibat.
● Setelah Komunikasi: Dengan mendapatkan informasi yang mendalam melalui
komunikasi, kader masyarakat mungkin mengubah pendapat mereka dan
menjadi lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam program
pencegahan diabetes. Mereka mungkin menyadari bahwa peran mereka
penting dalam membantu masyarakat memahami dan mengatasi diabetes.

3.4.3 Perubahan Perilaku (behavior change)

a) Sasaran Primer (Individu dengan Diabetes Mellitus):


● Perilaku Sebelum Komunikasi: kurangnya kepatuhan terhadap rencana
pengobatan, kurangnya perhatian terhadap pola makan sehat, atau kurangnya
aktivitas fisik.
● Perubahan Perilaku Setelah Komunikasi: Setelah mendapatkan pemahaman
yang lebih baik melalui komunikasi, individu mungkin mulai mempraktekkan
kebiasaan sehat seperti mengikuti rencana pengobatan dengan disiplin,
mengontrol kadar gula darah secara teratur, memperhatikan pola makan, dan
meningkatkan aktivitas fisik.
b) Sasaran Sekunder (Keluarga dan Pendamping Individu dengan DM):
● Perilaku Sebelum Komunikasi: kurangnya dukungan keluarga terhadap
perubahan gaya hidup, kebiasaan makan yang kurang sehat di rumah, atau
kurangnya pemahaman tentang cara mendukung individu dengan diabetes.
● Perubahan Perilaku Setelah Komunikasi: Setelah mendapatkan informasi
melalui komunikasi, keluarga dan pendamping mungkin mulai berperan aktif
dalam mendukung perubahan gaya hidup, menciptakan lingkungan makan
yang sehat di rumah, dan memberikan dukungan emosional kepada individu
dengan diabetes.
c) Sasaran Tersier (Kader Masyarakat)
● Perilaku Sebelum Komunikasi:
○ Kurangnya Aktivitas dalam Kegiatan Pencegahan: Kader masyarakat
mungkin kurang aktif dalam menyebarkan informasi mengenai
diabetes, kurang berpartisipasi dalam kegiatan pencegahan, atau
memiliki tingkat keterlibatan yang rendah.
○ Kurangnya Pemahaman akan Dampak Diabetes: Mungkin minimnya
pemahaman tentang dampak diabetes pada kesehatan masyarakat dan
kurangnya kesadaran akan peran kader masyarakat dalam
pencegahan.
● Perubahan Perilaku Setelah Komunikasi:
○ Aktif dalam Edukasi Masyarakat: Setelah mendapatkan informasi
melalui komunikasi, kader masyarakat mungkin menjadi lebih aktif
dalam kegiatan penyuluhan, kampanye kesadaran, dan edukasi
masyarakat mengenai diabetes.
○ Pemahaman yang Lebih Mendalam: Kader masyarakat dapat
mengalami perubahan perilaku dengan meningkatkan pemahaman
mereka tentang dampak diabetes dan merasa terdorong untuk
berperan aktif dalam upaya pencegahan.

3.4.4 Perubahan Sosial (social change)

a) Sasaran Primer (Individu dengan Diabetes Mellitus):


● Sebelum Komunikasi: Individu dengan diabetes mungkin merasa stigmatized,
cenderung menjalani gaya hidup yang tidak sehat, dan mungkin kurangnya
dukungan sosial.
● Perubahan Setelah Komunikasi: Melalui program komunikasi yang terarah,
individu dengan diabetes dapat mengalami perubahan dalam sikap dan
perilaku. Mereka mungkin mulai merasa lebih diterima oleh masyarakat,
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan, serta
mengadopsi gaya hidup sehat.
b) Sasaran Primer (Individu dengan Diabetes Mellitus):
● Sebelum Komunikasi: Individu dengan diabetes mungkin merasa stigmatized,
cenderung menjalani gaya hidup yang tidak sehat, dan mungkin kurangnya
dukungan sosial.
● Perubahan Setelah Komunikasi: Melalui program komunikasi yang terarah,
individu dengan diabetes dapat mengalami perubahan dalam sikap dan
perilaku. Mereka mungkin mulai merasa lebih diterima oleh masyarakat,
meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan, serta
mengadopsi gaya hidup sehat.
c) Sasaran Tersier (Tokoh Mayarakat)
● Sebelum Komunikasi: Tokoh masyarakat mungkin tidak memberikan contoh
positif terkait gaya hidup sehat atau pemahaman yang baik tentang pentingnya
manajemen diabetes.
● Setelah Komunikasi : tokoh masyarakat dapat menjadi role model positif
dengan mengadopsi gaya hidup sehat, menjalani pemeriksaan kesehatan
secara teratur, dan secara terbuka mendukung upaya pencegahan diabetes.

Anda mungkin juga menyukai