Anda di halaman 1dari 20

Sintesis Stainless Steel

Kelompok 10
Pangestika Damayanti 24030116140085
Imanuel Dosirjon 24030116140088
Fina Fatimatuz Zahro 24030116130089
Ika Chasa N. 24030116140090
Lutfi Maulana 24030116130092
Rahmah Khairunnisa 24030116140097
Iin ‘Ainun Inayah 24030116130104
1
Pendahuluan

“Baja tahan karat atau dikenal dengan Stainless Steel merupakan
senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5% kromium untuk
mence gah proses korosi. Komposisi ini membentuk protective layer
(lapisan pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen
terhadap krom yang terjadi secara spontan. Kemampuan tahan karat
diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida kromium, dimana
lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi. Protective layer
pada baja dapat dilindungi dengan coating ataupun cat ”
Baja
• Baja adalah paduan besi karbon dan mengandung sejumlah kecil
unsur lainnya.
• Sifat mekanik sangat dipengaruhi kandungan karbon, yang
biasanya kurang dari 1%
• Klasifikasi baja berdasarkan konsentrasi karbon:
- baja karbon rendah
- baja karbon sedang (medium)
- baja karbon tinggi
• Baja karbon biasa (plain carbon steels): mengandung sejumlah
kecil unsur lainnya selain dari karbon
• Paduan baja (alloy steels): unsur lain lebih banyak ditambahkan
untuk mendapatkan sifat sifat tertentu
METODE PEMBUATAN BAJA
PEMBUATAN BESI (1)
• Biji Besi (Iron Ore) :
- Hematite (Fe2O3), kandungan besi 50%
- Magnetite (Fe3O4), kandungan besi 60%
- Limonite (2Fe2O3), kandungan besi 40%

• Sebelum dilebur didalam tanur, biji besi mengalami proses:

- crushing,screening, washing, pemanasan

• Untuk mendapatkan besi, biji besi direduksi (menarik O2 dari oksida besi )
- Reduksi langsung
- Reduksi tak langsung
Reduksi Langsung (1)
• Pelet biji besi dirubah menjadi besi spons di dalam reaktor
• Gas reduktor: Hidrogen atau CO yang dihasilkan dari pemanasan gas
alam cair (LNG) dengan uap air
CH4 (g) + H2O (l)  CO (g) + 3H2(g)

Fe2O3 (s) + 3H2 (g)  2Fe (l) + 3H2O (l)


Atau
Fe2O3(s) + 3CO (g)  2Fe (l) + 3CO2 (g)
Reduksi Langsung (2)
• Pembuatan besi spons dengan
Rotary Kiln
• Reduktor : Batubara
• Bahan lain : dolomite yang
berfungsi sebagai penyerap
belerang
• Reaksi:
C + CO2  CO
Fe2O3 + 3CO  2Fe + 3 CO2
Tanur Tinggi (Blast Furnace)
• Biji besi dilebur didalam tanur
tinggi (blast furnace)
• Pada tanur biji besi direduksi
(reduksi tak langsung)
menjadi besi
• Biji besi + kokas + batu kapur
(CaCO3) dimasukkan ke dalam
tanur
• Kokas berfungsi sebagai
bahan bakar
• Batu kapur berfungsi sebagai
pengikat kotoran pada biji
besi
Reaksi Kimia Dalam Tanur Tinggi (1)
1. Udara panas ditiupkan kedalam tanur sehingga kokas (karbon)
terbakar menghasilkan panas
Karbon + Oksigen  Karbon dioksida + panas
C (s) + O2( g)  CO2 (g) + panas
2. Karbon dioksida kemudian bereaksi dengan karbon panas
menjadi karbon monoksida
CO2(g) + C(s)  2CO (g)
3. Selanjutnya Karbon monoksida mereduksi besi dalam biji besi
menjadi besi cair
CO2(g) + Fe2O3 (s)  CO2 (g) + besi (l)

Besi cair yang telah didinginkan disebut Pig Iron dengan


kadar karbon 3.5 - 4.5%
Reaksi Kimia Dalam Tanur Tinggi (2)
• Batu kapur (CaCO3): untuk menghilangkan kotoran
pada biji besi: silika atau Silikon Oksida, SiO2
1. CaCO3 terdekomposisi di dalam tanur tinggi menjadi
CaO dan CO2
CaCO3(s)  CaO(s) + CO2(g)

2. Silikon Oksida bereaksi dengan Calcium Oksida


membentuk Calcium Silicate atau biasa disebut terak
(Slag)
CaO2(s) + SiO2 (s)  CaSiO3 (l) (slag)
Proses Pembuatan Baja
• Bessemer
• Siemens Martin/Open Hearth
• Dapur Busur Listrik (Electric Arc Furnace/ EAF)
• Basic Oxygen Furnace (BOF)
Proses Pembuatan Baja
Uji Komposisi Kimia
Dilakukan saat akan memulai penelitian. Hal tersebut
dimaksudkan agar sebelum melakukan suatu penelitian, kita
sudah dapat mengetahui klasifikasi baja atau specimen yang
akan digunakan tersebut.

Optical Emision Spectroscopy (OES) merupakan suatu alat yang


mampu menganalisa unsur-unsur logam induk dan campurannya
dengan akurat, cepat dan mudah dioperasikan.

16
Uji Mikroskopik Optik
Uji struktur mikro bertujuan untuk melihat dan menganalisa jenis
dan bentuk struktur mikro setelah mengalami proses perlakuan
panas (heat treatment) agar dapat membandingkan struktur
mikro antara sebelum dan sesudah dilakukannya perlakuan
panas (heat treatment), sedang spesimen metalografi sama
dengan untuk uji kekerasan dan alat pemeriksaannya memakai
mikroskop optik dan strereo (Sardjono, 2009).

17
Uji Kekerasan
Dilakukan dengan menggunakan Vickers hardness tester (VHN).

Pada pengujian ini diberikan beban sebesar 500 gf dan dilakukan


di 5 titik pada permukaan sampel yang rata dan mengkilap
Nilai kekerasan baja sekitar 250HV

18
Uji Tarik
• Pengujian kekuatan tarik ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
perbedaan kadar karbon terhadap kekuatan tarik dari material
• Prinsip pengujian tarik ialah pemberian beban pada material yang diuji
hingga material tersebut patah
• Sampel terlebih dahulu dipotong sesuai dengan bentuk standar pengujian
tarik untuk dilakukan pengujian tarik, sehingga dapat diperoleh nilai kekuatan
tarik, kekuatan luluh, dan kekuatan patahnya

19
Thank you!

Anda mungkin juga menyukai