Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH ANFISMAN

“PEMERIKSAAN KADAR GLUKOSA DARAH“

Dosen Pengajar : apt. Widyasti, M.Si

Disusun oleh :
Nama: Dandika Dwirizky
NIM: P17335122006
Nama: Sakinah Nurnadya Hippy
NIM: P17335122032
Nama: Sabrina Fadillah
NIM:P17335122031
Nama: Karina Safitri
NIM: P17335122018
Nama: Sri Wahyuni Puspitadewi
NIM: P17335122037
Nama: Nasywa Aulia
NIM: P17335122024

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

2022
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga kami dapat membuat makalah Anatomi
Fisiologi Manusia ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu apt. Widyasti, M.Si selaku Dosen Anatomi Fisiologi Manusia yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni ini.

Walaupun demikian, kami berusaha dengan semaksimal mungkin demi kesempurnaan


penyusunan makalah ini. Saran dan kritik yang sifatnya membangun begitu diharapkan oleh
kami demi kesempurnaan dalam penulisan makalah berikutnya.

Akhir kata, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat
membantu bagi kemajuan serta perkembangan. Kami ucapkan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu, semoga Allah Swt. membalas semua kebaikan kalian.
Amin.

Bandung, 27 Oktoer 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I Pendahuluan 1
i. Tempat dan Waktu Praktikum 1
ii. Prinsip Praktikum 1
iii. Latar Belakang 1
BAB II Landasan Teori 3
i. GDP 3
ii. Glukosa 2 jam PP 3
iii. Glukosa Sewaktu 4
iv. HBA1c 4
v. Tipe-tipe diabetes 4
vi. Hipoglikemi6
vii. Hiperglikemi 7
BAB III Pembahasan 5
BAB IV Penutup 4
i. Kesimpulan 5
ii. Saran 2
Daftar Pustaka 4
BAB I
PENDAHULUAN

i. Tempat dan waktu praktikum


Tempat: Ruang Kelas 1A
Tanggal Praktikum : 21 Oktober 2022

ii. Tujuan Praktikum


Untuk menentukan kadar glukosa dalam darah mahasiswa di tingkat 1A dan dapat
menjelaskan kerja insulin dalam menurunkan kadar gula darah

iii. Latar Belakang


Di dalam tubuh kita terdapat 2 sistem yang bertanggug jawab terhadap
pengaruturan lingkugan internal. Penghantaran informasi yang cepat dan terarah
diatur oleh sistem saraf.Sedangkan pengaturan fugsi sel secara global dan pengaturan
yang berlagsung lebih lama berada di bawah tanggung jawab sistem endokrin melalui
penghatar informasi kimiawi yang dikenal dengan istilah hormon.

Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino yang
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas.Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan
pada sel beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai
kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah.Secara fisiologis, regulasi
glukosa darah yang baik diatur bersama dengan hormon glukagon yang disekresikan
oleh sel alfa kelenjar pankreas.

Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam


tubuh terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat krusial perannya dalam
proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada otot,
lemak, dan hepar.

Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan
sejenis reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel
tersebut. Ikatan antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang
berguna bagi proses regulasi atau metabolisme glukosa di dalam sel otot dan lemak,
meskipun mekanisme kerja yang sesungguhnya belum begitu jelas. Setelah berikatan,
transduksi sinyal berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose
transporter-4) dan selanjutnya juga pada mendorong penempatannya pada membran
sel. Proses sintesis dan translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa
dari ekstra ke intrasel untuk selanjutnya mengalami metabolism. Untuk mendapatkan
proses metabolisme glukosa normal, selain diperlukan mekanisme serta dinamika
sekresi yang normal, dibutuhkan pula aksi insulin yang berlangsung normal.
Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap insulin
merupakan salah satu faktor etiologi terjadinya diabetes, khususnya diabetes tipe 2.
Gangguan metabolisme glukosa yang terjadi, diawali oleh kelainan pada
dinamika sekresi insulin berupa gangguan pada fase 1 sekresi insulin yang tidak
sesuai kebutuhan (inadekuat). Defisiensi insulin ini secara langsung menimbulkan
dampak buruk terhadap homeostasis glukosa darah. Yang pertama terjadi adalah
hiperglikemia akut pascaprandial (HAP) yakni peningkatan kadar glukosa darah
segera (10-30 menit) setelah beban glukosa (makan atau minum).
BAB II
LANDASAN TEORI

i. Glukosa Darah Puasa (GDP)


Pemeriksaan gula darah puasa adalah pemeriksaan yang dilakukan ketika
pasien sudah melakukan puasa 8 sampai 12 jam sebelum pemeriksaan. Kadar gula
darah ini menggambarkan level glukosa yang diproduksi oleh hati. Nilai normalnya ≤
100 mg/dL lebih tepatnya 70-100 mg/dL, prediabetes 100 – 125 mg/dL, dan glukosa
darah puasa > 126 mg/dL dapat dikategorikan diabetes.
Tujuan Pemeriksaan:
Untuk mengetahui kadar glukosa paling rendah yang dialami tubuh dan juga
mengetahui titik terendah dari tubuh. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk untuk
menguji efektivitas berbagai obat atau perubahan pola makan pada orang yang sudah
didiagnosis sebagai pengidap diabetes. Ketika puasa, hormon glukagon distimulasi,
sehingga meningkatkan kadar glukosa plasma dalam tubuh.
Jika seorang pasien tidak mengidap diabetes, tubuhnya akan memproduksi
insulin untuk menyeimbangkan kembali kadar glukosa yang meningkat. Namun,
orang dengan diabetes tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
menyeimbangkan kembali gula darahnya (terjadi pada pengidap diabetes tipe 1), atau
tubuhnya tidak dapat menggunakan insulin secara cukup efektif (terjadi pada
pengidap diabetes tipe 2). Akibatnya, ketika kadar glukosa darah diuji, pengidap
diabetes memiliki kadar gula darah yang lebih tinggi ketimbang mereka yang tidak
mengidap diabetes.

ii. Glukosa 2 Jam Post Prandial (PP)


Kadar gula darah 2 jam setelah makan biasanya pada kisaran 80 – 140 mg/dl.
Jika kadar gula darah berada pada 140 – 199 mg/dl, maka sudah termasuk dalam
kategori pre-diabetes, untuk diabetes jika sudah mencapai >200 mg/dL
Tujuan Pemeriksaan:
Gula darah puasa dan gula darah 2 jam setelah makan menggambarkan profil
gula darah harian. Kadar gula darah bisa naik dan turun di sepanjang harinya. Faktor
yang mempengaruhi kadar gula darah ini antara lain makanan yang dimakan,
kemampuan tubuh memproduksi insulin, serta respon tubuh terhadap insulin yang
diproduksi. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan memiliki fungsi
mengatur kadar gula darah manusia. Setelah makan, kadar gula darah akan naik dan
mencapai puncaknya 1 jam setelah makan. Setelah 2 jam, gula darah sudah akan turun
ke kadar normal kembali karena insulin akan segera diproduksi oleh pankreas anda
dan akan segera memasukkan glukosa tersebut ke dalam sel-sel tubuh untuk
kepentingan metabolisme ataupun untuk disimpan dan digunakan kemudian (saat
sedang dalam keadaan puasa).

iii. Glukosa Sewaktu


Pemeriksaan gula darah sewaktu adalah pemeriksaan gula darah
yang dapat dilakukan kapan saja tanpa perlu berpuasa terlebih dahulu. Pemeriksaan
ini biasanya dilakukan untuk menilai kadar gula pada pasien diabetes atau pasien yang
mengalami penurunan kesadaran. Rentang normal pemeriksaan kadar gula darah
sewaktu adalah kurang dari 200 mg/dL dan lebih dari 70 mg/dL.
Tujuan Pemeriksaan:
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai kadar gula darah seseorang.
Pemeriksaan gula darah sewaktu juga bisa dilakukan untuk mendeteksi penyakit
diabetes, serta untuk memantau pengobatan bagi pasien diabetes.

iv. Tes Hemoglobin A1c (HbA1c)


Tes hemoglobin A1c (HbA1c) adalah tes yang mengukur jumlah gula darah
(glukosa) yang melekat pada hemoglobin. Tes HbA1c menunjukkan jumlah rata-rata
glukosa yang melekat pada hemoglobin selama tiga bulan terakhir, di mana sel darah
merah memiliki usia hidup sekitar tiga bulan. Hasil gula darah puasa dinyatakan
dalam persentase. Normal: jumlah HbA1c di bawah 5,7%. Prediabetes: jumlah
HbA1c antara 5,7–6,4%. Diabetes: jumlah HbA1c mencapai 6,5 %atau lebih.
Tujuan Pemeriksaan:
Dapat menggambarkan rata-rata kadar gula darah dalam 3 bulan terakhir maka
manfaatnya adalah untuk mengontrol kualitas pengendalian kadar gula darah jangka
panjang dan menilai efektifitas obat.  Dengan kata lain untuk memantau kepatuhan
penderita diabetes minum obat dan kepatuhan menjalankan pola hidup sehat.

v. Tipe-tipe diabetes
Diabetes mellitus atau yang dikenal dengan kencing manis/penyakit gula merupakan
penyakit dimana kadar gula dalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat
melepaskan atau menggunakan insulin sehingga gula didalam darah tidak dapat di
metabolisme.
Berikut adalah ulasan masing-masing klasifikasi diabetes melitus:
a. Diabetes tipe I
Diabetes tipe 1 adalah penyakit autoimun kronis yang terjadi ketika tubuh
kurang atau sama sekali tidak dapat menghasilkan hormon insulin. Padahal,
insulin dibutuhkan untuk menjaga kadar gula darah tetap normal. Kondisi ini lebih
jarang terjadi dibandingkan DM tipe 2. Umumnya, diabetes tipe 1 terjadi dan
ditemukan pada anak-anak, remaja, atau dewasa muda, meski bisa terjadi pada
usia berapa pun.
Diabetes tipe 1 kemungkinan besar disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh
yang seharusnya melawan patogen (bibit penyakit) malah keliru sehingga
menyerang sel-sel penghasil insulin di pankreas (autoimun). Kekeliruan sistem
imun pada tersebut bisa dipengaruhi oleh faktor genetik dan paparan virus di
lingkungan. Oleh karena itu, orang yang memiliki riwayat keluarga dengan jenis
diabetes ini berisiko tinggi terkena penyakit ini.
Sering kali penderita DM tipe 1 memerlukan terapi insulin seumur hidup
untuk mengendalikan gula darahnya.

b. Diabetes tipe II
Jenis diabetes ini lebih umum terjadi dibandingkan tipe 1. Mengutip dalam
laman CDC, diperkirakan sekitar 95 persen kasus kencing manis adalah diabetes
tipe 2. Secara umum, jenis diabetes ini dapat menyerang siapa saja pada semua
kalangan usia. Namun, diabetes tipe 2 biasanya lebih mungkin terjadi pada orang
dewasa dan lansia karena faktor gaya hidup yang tidak sehat, seperti kurang gerak
dan kelebihan berat badan.
Gaya hidup tak sehat menyebabkan sel-sel tubuh kebal atau kurang sensitif
merespons hormon insulin. Kondisi ini disebut juga dengan resistensi insulin.
Akibatnya, sel-sel tubuh tidak dapat memproses glukosa dalam darah menjadi
energi dan glukosa pun akhirnya menumpuk di dalam darah.
Untuk mengatasi gejala diabetes tipe 2, pasien perlu menjalani polah hidup
diabetes yang lebih sehat, seperti mengatur pola makan dan memperbanyak
aktivitas fisik. Dokter juga mungkin akan memberikan obat diabetes untuk
menurunkan gula darah yang tinggi dalam perawatan DM tipe 2. Tidak seperti
DM tipe 1 yang memerlukan tambahan insulin, pengobatan melalui terapi insulin
tidak umum dilakukan untuk mengendalikan gula darah pada DM tipe 2.

c. Diabetes tipe 3
Diabetes tipe 3 adalah kondisi yang disebabkan oleh kurangnya suplai insulin
ke dalam otak. Minimnya kadar insulin dalam otak dapat menurunkan kerja dan
regenerasi sel otak sehingga memicu terjadinya penyakit Alzheimer.
Penyakit Alzheimer sendiri termasuk ke dalam penyakit neurodegeneratif atau
penurunan fungsi otak yang terjadi secara perlahan akibat berkurangnya jumlah
sel-sel otak yang sehat. Kerusakan sel otak tersebut ditandai dengan penurunan
kemampuan berpikir dan mengingat.
Penyakit Alzheimer pada penderita diabetes kemungkinan disebabkan oleh
resistensi hormon insulin dan tingginya kadar gula dalam darah sehingga
menyebabkan kerusakan dalam tubuh, termasuk kerusakan dan kematian sel-sel
otak. Kematian sel-sel otak tersebut disebabkan otak tidak memperoleh glukosa
yang cukup. Padahal otak adalah organ vital tubuh yang paling banyak
memerlukan gula darah (glukosa). Sementara itu, otak sangat bergantung pada
hormon insulin untuk dapat menyerap glukosa.

Saat otak tidak memiliki cukup insulin, asupan glukosa ke otak akan
berkurang. Akibatnya distribusi glukosa menuju otak tidak merata dan sel otak
yang tidak mendapatkan glukosa akan mengalami kematian dan memicu
munculnya Alzheimer.

d. Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang terjadi pada ibu hamil. Tipe
diabetes ini terjadi selama kehamilan bisa menyerang ibu hamil, walau tidak
memiliki riwayat diabetes. Menurut American Pregnancy Association, klasifikasi
diabetes ini muncul karena plasenta ibu hamil akan terus menghasilkan sebuah
hormon khusus.
Sebagian besar wanita tidak mengetahui bahwa dirinya mengalami diabetes
jenis ini karena seringnya diabetes gestasional tidak memunculkan gejala dan
tanda yang spesifik. Agar tidak menimbulkan komplikasi, ibu hamil yang
mengalami tipe diabetes melitus ini perlu mengecek kesehatan dan kehamilannya
pada dokter secara rutin. Selain itu, gaya hidup juga perlu diubah jadi lebih sehat.

vi. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar glukosa alias kadar gula darah
berada di bawah angka normal. Pada kondisi yang parah, kadar gula bisa sangat
rendah sehingga berisiko memicu komplikasi berbahaya. Secara umum, seseorang
bisa dikatakan mengalami kondisi ini jika kadar gula darah berada di bawah 60
mg/dL.  Kondisi ini rentan terjadi pada orang yang mengidap
penyakit diabetes. Umumnya, hipoglikemia berkaitan dengan penggunaan obat dari
golongan sulfonilurea (glibenclamide, gliklazida, glimepiride, glipizide, dan
tolbutamide) atau insulin. Penting untuk memberi pertolongan pertama jika pengidap
diabetes mengalami penurunan kadar gula drastis. 
a. Gejala Ringan
Jika kadar gula darah terlalu rendah maka tubuh, termasuk otak, tidak akan
bisa berfungsi dengan baik.  Gejala gula darah biasanya tidak spesifik dan
pasien mungkin merasa tidak nyaman dan bisa mengalamihal-hal berikut ini:
1) Lelah
2) Pusing
3) Pucat
4) Bibir kesemutan
5) Gemetar
6) Berkeringat
7) Merasa lapar
8) Jantung berdebar-debar
9) Sulit berkonsentrasi
10) Mudah marah
b. Gejala Berat
Gula darah yang turun secara drastis sebaiknya dihindari pada semua
pasien/penderita diabetes, terutama anak-anak dan orang tua, dengan obat
antidiabetes. Jika tidak diobati dapat memperburuk kondisi pasien.  Penderita
hipoglikemia yang kondisinya makin memburuk akan mengalami gejala-
gejala seperti:
1) Mengantuk
2) Gangguan penglihatan
3) Seperti kebingungan
4) Gerakan menjadi canggung, bahkan berperilaku seperti orang mabuk
5) Kejang
6) Hilang kesadaran

vii. Hiperglikemi
Hiperglikemia: (Kadar glukosa darah sangat tinggi  > 300 mg/dl) Keadaan
Hiperglikemia dapat menyebabkan gangguan penurunan kesadaran (Ketoasidosis),
mengalami Infeksi yang berulang dan Penurunan Berat Badan.
Gejala Hiperglikemia:
1. Mulut dan kulit  terasa kering
2. Sering merasa kehausan
3. Pusing
4. Penglihatan menjadi buram/kabur
5. Buang air kecil meningkat
6. Nafas terengah-engah dan bau nafas tak sedap
BAB III

PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan Glukosa darah sewaktu (GDS)


Gula Darah Sewaktu adalah jenis pemeriksan gula darah kapan pun tanpa
memerhatikan waktu maupun kondisi seseorang. Pemeriksaan gula darah yang
dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang
dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut. (Depkes RI, 1999). Biasanya jika normal,
maka akan ditemukan angka gula darah yang ada di dalam batas normal dan angkanya
dapat berubah sesuai dengan jenis makanan dan aktivitas sebelum melakukan tes.
Pada pemeriksaan yang dilakukan oleh Amanda Putri Yuliani didapatkan hasil 121
mg/dL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa gula darah Amanda normal karena masih
berada di rentang < dari 200mg/dL. Hal ini terjadi karena hormon insulin berperan
dengan baik untuk membantu penyerapan glukosa oleh sel tubuh sehingga gula darah
terjaga tetap dalam rentang normal tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

2. Pemeriksaan Glukosa darah puasa (GDP)

Pemeriksaan glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa yang dilakukan


setelah pasien berpuasa selama 8-10 jam. Pasien akan disuruh puasa selama 8 jam
penuh tanpa makan kecuali minum air putih, setelah itu akan memeriksa glukosa
darah pasien. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar insulin
dalam menyeimbangkan glukosa darah.
Pada pemeriksaan yang dilakukan oleh Fatiha Khairunnisa didapatkan hasil 76
mg/dL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa gula darah Fatiha normal karena masih
berada di bawah 100 mg/dL. Hal ini terjadi karena hormon insulin berperan dengan
baik untuk membantu penyerapan glukosa oleh sel tubuh sehingga gula darah terjaga
tetap dalam rentang normal tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.

c. Pemeriksaan Glukosa darah 2 jam setelah makan (GD2PP)


Pemeriksaan glukosa 2 jam setelah makan adalah pemeriksaan yang dilakukan
2 jam dihitung setelah pasien menyelesaikan makan. (Depkes RI, 1999). Pasien akan
disuruh makan seperti biasanya, 2 jam setelahnya akan diperiksa glukosa darahnya.
Pada umumnya setelah makan pasien akan mengalami kenaikan gula darah dan akan
berangsur normal kira - kira dua jam setelahnya.
Pada pemeriksaan yang dilakukan oleh Karina Safitri didapatkan hasil
150mg/dL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa gula darah Karina tidak normal atau
termasuk ke dalam kondisi pradiabetes. Pradiabetes adalah kondisi gula darah dalam
tubuh seseorang lebih dan normal tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan
sebagai diabetes melitus tipe 2.
Hal ini dapat terjadi karena hormon insulin mulai terganggu sehingga tidak
bisa bekerja dengan baik untuk menurunkan kadar gula. Maka dari itu gula darahnya
tinggi meski sudah 2 jam setelah makan. Jika dibiarkan terus seperti itu dapat
berujung menjadi diabetes atau bisa jadi karena erlalu banyak mengonsumsi makanan
yang mengandung karbohidrat terutama karbohidrat sederhana dapat meningkatkan
kadar glukosa dalam darah sebelum melakukan pengecekan. Hal ini dikarenakan
karbohidrat sederhana memiliki satu atau dua molekul gula. Karena jumlah molekul
yang sedikit, maka akan mempermudah sekaligus mempercepat tubuh untuk
mencerna jenis karbohidrat tersebut yang memberikan pengaruh pada peningkatan
glukosa pada tubuh. Kebanyakan karbohidrat dalam makanan akan diserap ke dalam
aliran darah dalam bentuk monosakarida glukosa. Jenis gula lain akan diubah oleh
hati menjadi glukosa (Murray, 2009).
BAB IV
PENUTUP

i. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pemeriksaan glukosa darah puasa adalah untuk mengetahui
kondisi terendah dari tubuh kita dengan kadar glukosa normalnya 70-100 ml\dl. Tujuan
pemeriksaan glukosa 2 jam PP adalah untuk mengetahui tubuh memproduksi insulin
dengan <140 mg\dl, sedangkan kadar normal <200 mg\dl di dalam glukosa sewaktu dan
untuk HBA1 mengetahui banyaknya glukosa yang tersimpan dihemoglobin selama 3
bulan kebelakang dengan kadar <5,7%.
Untuk pengamatan yang kami telah lakukan yaitu glukosa 2 jam PP oleh salah
satu teman kelompok yang bernama Karina Safitri, data yang didapatkan kadar
glukosanya 150 mg\dl, dapat disimpulkan Karina Safitri prediabes yaitu kondisi saat
kadar gula darah di dalam tubuh seseorang lebih dan normal, tetapi tidak cukup tinggi
untuk dikategorikan sebagai diabetes mellitus tipe 2.
Tipe diabetes ada empat yaitu tipe 1 yang menyebabkan karena tubuh tidak
menghasilkan cukup insulin, tipe 2 yang disebabkan karena pola hidup yang kurang sehat,
tipe 3 karena kurangnya supply insulin ke otak, dan tipe ke 4 yang biasa dialami oleh ibu
hamil.
Gangguan yang akan dialami ketika kadar gula darah berada di bawah kadar normal
akan mengalami, antara hipoglikemi dengan hiperglikemia yang paling bahaya adalah
hipoglikemia, karena dapat menyebabkan otak tidak mampu berfungsi dan menyebabkan
kematian.

ii. Saran
Pada pemeriksaan kadar glukosa darah dapat diukur pada beberapa kondisi
tubuh, seperti saat puasa, 2 jam setelah makan, glukosa sewaktu, masing-masing
memiliki tujuan pemeriksaan dan nilai normal yang berbeda. Pemeriksaan lain untuk
mendeteksi adanya kelainan metabolisme glukosa adalah dengan memeriksa kadar
HBA1c. Agar pengecekan kadar glukosa lebih akurat bisa memeriksa lebih lanjut ke
laboratorium.
Untuk menjaga kadar glukosa darah pada rentang beresiko diabetes perlu
dilakukan mulai menjaga pola makan, mengurangi konsumsi makanan yang memicu
naiknya kadar gula darah dalam tubuh dan rajin berolahraga.
Daftar Pustaka

Anonim. 2017. Apakah Itu Hipoglikemia dan Bagaimana Hal Itu dapat Dicegah dan
Dikelola. Diakses pada 27 Oktober 2022 melalui:
http://p2ptm.kemkes.go.id/post/apakah-itu-hipoglikemia-dan-bagaimana-hal-itu-
dapat-dicegah-dan-dikelola
Anonim. 2019. Apa itu Hiperglikemia dan apa saja gejalanya. Diakses pada 27 Oktober 2022
melalui: http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus/apa-
itu-hiperglikemia-dan-apa-saja-gejalanya

Anda mungkin juga menyukai