Anda di halaman 1dari 8

Nata de pina tersulfonasi sebagai membran polimer elektrolit untuk aplikasi sel

bahan bakar
Abstrak

Sel bahan bakar membran polimer eletrolit (PEMFC) dan sel bahan bakar metanol (DMFC)
merupakan salah satu sumber energi yang dapat mengatasi krisi energi minyak bumi di masa
depan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat material membrane polimer elektrolit yang
ramah lingkungan dan murah (limbah kulit nenas) serta menentukan karakteristik membran
dari membran tersebut. ekstrak kulit nenas difermentasi oleh bakteri Acetobacter xylinum untuk
menghasilkan nata de pina dan proses sulfonasi dilakukan dengan bantuan gelombang mikro.
Membrane tersebut selanjutnya dikarakterisasi dengan mengukur kapasitas penukar ion,
sudut kontak, analisis gugus fungsi dengan FTIR, derajat penggembungan, sifat mekanik,
konduktivitas proton, analisis morfologi dengan SEM dan analisis kadar sulfur dengan SEM-EDS.
Hasil karakterisasi menunjukkan membrane nata de pina paling baik adalah membrane yang
disulfonasi selama 4 jam, dengan nilai kapasitas penukar ion 3,47 mEq/g, derajat penggembungan
112,05%, dan sudut kontak 139,9°. Kekuatan mekanik membrane yang dihasilkan meningkat
secara signifikan dan pengaturan susunan serat selulosa tetap teratur. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa kulit nanas sebagai sumber daya alam yang ramah lingkungan dapat
digunakan untuk pembuatan membrane elektrolit.

Kata Kunci: Membran, Nata de Pina, Nata de Pina tersulfonasi, Sel bahan bakar,

Hasil dan Pembahasan


Pembuatan nata de pina
Nata de pina merupakan serat selulosa pada permukaan medium nanas yang
dihasilkan melalui metabolisme gula dan fruktosa oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Penelitian ini menggunakan 500 mL filtrat dari sari kulit buah nanas sebagai sumber
glukosa. Limbah kulit buah nanas diperoleh dari penjual nanas di sekitar Jalan Dewi Sartika
Palu. Bakteri Acetobacter xylinum memerlukan nutrisi untuk dapat melakukan
metabolisme tersebut dan tetap bertahan hidup. Sumber nutrisi yang diperlukan bakteri
antara lain adalah karbon dan nitrogen. Gula pasir berperan sebagai sumber glukosa dan
fruktosa yang merupakan sumber karbon, sedangkan amonium sulfat berfungsi sebagai
sumber nitrogen dan nutrisi (Radiman dan Yuliana, 2008). Selain sumber karbon dan
nitrogen serta konsentrasi glukosa, proses pembuatan nata de pina juga dipengaruhi oleh
volume media, luas media dan pH media. pH optimum untuk pembentukan selulosa dari
glukosa adalah sebesar 4-6 (Satoshi, 1983). Pada penelitian ini ditambahkan asam asetat
glasial berfungsi sebagai pengatur pH, sehingga keadaan media yang cenderung asam
akan disukai oleh bakteri untuk hidup di dalamnya.
Penyimpanan larutan media yang telah diberi bakteri Acetobacter xylinum
pada wadah plastik selama 10 hari menghasilkan gel nata de pina. Gel nata de pina
yang dihasilkan memiliki ketebalan antara 0,1 – 0,2 cm seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Nata de pina

Nata de pina yang dihasilkan kemudian dicuci dengan air mendidih selama 15
menit untuk menghilangkan sisa bakteri, lalu dilanjutkan dengan pencucian menggunakan
larutan 1% (w/w) NaOH selama 24 jam dan larutan 1% CH3COOH selama 24 jam. Setelah
itu, nata de pina dicuci kembali dengan aquades untuk menghilangkan sisa-sisa NaOH dan
CH3COOH yang masih terdapat pada nata de pina tersebut. Nata de pina kemudian ditekan
menggunakan alat tekan (hydrolic press) yang pengggunaannya dengan cara membran
diapit pada dua plat kemudian diberikan tekanan sebesar 100 bar selama 5 menit hingga
terbentuk membrane nata de pina yang kering (Gambar 2).

Gambar 2 Membran nata de pina kering

Sulfonasi membrane nata de pina


Sulfonasi merupakan salah satu jenis modifikasi gugus fungsi yang digunakan
untuk meningkatkan konduktivitas proton dari suatu membran. Sulfonasi yang dilakukan,
yaitu dengan menambahkan gugus sulfonat –SO3H untuk menggantikan atom hidrogen
pada gugus hidroksi di C-6 dari setiap monomer rantai selulosa pada membran nata
de pina, seperti yang telah dilakukan oleh Radiman dan Himawan, 2014 serta Radiman dan
Maniar, 2013.
Proses sulfonasi dilakukan dengan menggunakan H2SO4 sebagai agen pensulfonasi.
Sebelum disulfonasi, membran digunting dengan ukuran ±5x5cm. Membran berukuran
±5x5cm tersebut direndam dalam 100 mL larutan H2SO4 0,36N selama 2 jam, 4 jam, dan 6
jam pada suhu kamar. Untuk menghasilkan reaksi sulfonasi yang lebih baik, dilakukan
proses lebih lanjut dengan bantuan gelombang mikro setelah perendaman. Reaksi
dengan bantuan gelombang mikro dilakukan selama 150 detik. Reaksi yang terjadi
adalah reaksi substitusi elektrofilik, atom sulfur yang memiliki sifat elektropositif
akan diserang oleh pasangan elektron bebas pada atom oksigen (Radiman dkk, 2008).
Reaksi sulfonasi yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Reaksi sulfonasi nata de pina

Setelah proses sulfonasi selesai, membran dicuci menggunakan aquades untuk


menghilangkan kelebihan H2SO4. Membrane tersebut kemudian diletakkan di atas wadah
plastik dan dikeringkan di udara. Membran nata de pina tersulfonasi dapat dilihat pada
Gambar 4.
Gambar 4 Membran nata de pina tersulfonasi

Tahap karakterisasi
Kapasitas penukar ion
Kapasitas penukar ion (KPI) merupakan kemampuan suatu matriks membran
polimer untuk menukarkan ion, dalam hal ini proton yang terikat pada gugus fungsinya.
Untuk menukarkan proton yang bermuatan positif maka diperlukan suatu ion atau gugus
fungsional yang bermuatan negatif yaitu gugus sulfonat. Semakin banyak gugus sulfonat
yang terdapat dalam suatu membran, maka nilai KPI dari membran tersebut akan semakin
besar (Radiman dan Himawan, 2014). Hal tersebut terjadi karena adanya gugus sulfonat
menyebabkan membran lebih mudah untuk melepaskan ion H+ (Priyadi, 2012).
Nilai KPI untuk membrane nata de pina dan nata de pina tersulfonasi dapat dilihat
pada Tabel 1. Grafik grafik pengaruh waktu sulfonasi terhadap nilai KPI pada masing-
masing membrane ditunjukkan pada Gambar 5.

Tabel 1 Nilai kapasitas penukar ion pada membrane

Gambar 5 Pengaruh waktu sulfonasi terhadap nilai KPI membrane

Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan nilai KPI dari membrane
nata de pina dengan membrane nata de pina tersulfonasi. Peningkatan nilai kapasitas
penukar ion akan meningkatkan jumlah proton yang dapat dipertukarkan oleh
membran (Radiman dan Maniar, 2013). Membrane yang memiliki nilai KPI paling tinggi
yaitu membrane nata de pina sulfat 2 (waktu sulfonasi 4 jam). Hal tersebut menunjukkan
bahwa gugus sulfonat paling banyak terikat pada membrane nata de pina sulfat 2 sehingga
gugus anionnya lebih banyak mengikat ion H+ yang mempengaruhi meningkatnya nilai
KPI. Semakin banyaknya jumlah proton yang dapat dipertukarkan maka diharapkan nilai
konduktivitas proton dari membran pun akan mengalami peningkatan (Radiman dan
Maniar, 2013). Skema transfer proton pada membrane nata de pina tersulfonasi
ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6 Skema transfer proton pada membran selulosa bakterial tersulfonasi (Rahmawati
S, 2018)

Hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan nilai KPI untuk nata de pina sulfat
1 dan nata de pina sulfat 2, namun terjadi penurunan nilai KPI pada nata de pina sulfat 3
yang menunjukkan bahwa waktu sulfonasi yang terlalu lama akan ada kemungkinan untuk
dapat terjadi reaksi lain, yaitu pembentukan ikatan silang antar rantai selulosa oleh
gugus sulfonat (Radiman dan Maniar, 2013; Radiman dan Himawan, 2014). Skema transfer
proton pada pembentukan ikatan silang ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Skema transfer proton pada membran selulosa bacterial tersulfonasi dengan
ikatan silang

Derajat Penggembungan
Derajat penggembungan (DP) menunjukkan kemampuan suatu membrane untuk
menyerap molekul air. Semakin banyak molekul air yang masuk ke dalam membrane, maka
semakin renggang jarak antar rantai polimer pada membrane, sehingga proton akan lebih
mudah untuk dilewatkan dan akan meningkatkan kinerja membran untuk menghantarkan
proton. Penambahan gugus sulfonat akan memperbesar jarak antar rantai polimer, sehingga
jumlah air yang dapat masuk ke dalam membrane pun lebih banyak (Nisa, 2014; Radiman
dan Maniar, 2013; Radiman dan Himawan, 2014). Nilai derajat penggembungan dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Derajat penggembungan membran
Hasil yang diperoleh menunjukkan peningkatan yang cukup besar antara derajat
penggembungan membrane nata de pina dan nata de pina tersulfonasi. Hal tersebut
disebabkan karena adanya gugus sulfonat sehingga jarak antar rantai polimer semakin besar
dan jumlah air yang masuk ke dalam membrane pun semakin banyak (Radiman dan
Maniar, 2013; Radiman dan Himawan, 2014). Membrane yang memiliki derajat
penggembungan paling besar adalah membrane nata de pina sulfat 2. Hal tersebut
menunjukkan bahwa waktu sulfonasi juga mempengaruhi banyaknya gugus sulfonat yang
terikat pada membrane sehingga jarak antar polimer membrane semakin renggang dan
derajat penggembungan pun meningkat. Namun, terjadi penurunan derajat penggembungan
pada membrane nata de pina sulfat 3 yang menunjukkan bahwa waktu sulfonasi yang
terlalu lama dapat pula menyebabkan pembentukan ikatan silang antar rantai selulosa
oleh gugus sulfonat (Radiman dan Maniar, 2013; Radiman dan Himawan, 2014). Nilai
derajat penggembungan tidak hanya bergantung kepada interaksi antara polimer
dengan pelarut tapi juga bergantung kepada derajat ikatan silang (Schnabel, 1981).
Semakin besar nilai derajat ikatan silang maka nilai derajat penggembungan akan
berkurang.
Sudut kontak
Sudut kontak merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui suatu membrane
bersifat hidrofilik atau hidrofobik. Pada membrane hidrofilik, air akan membasahi
permukaan membrane secara spontan, sedangkan pada membrane hidrofobik, pembasahan
oleh air tidak terjadi (Wenten dkk., 2015). Hal tersebut ditandai dengan besar sudut kontak
yang dihasilkan dari tetesan air pada membrane. Semakin besar nilai sudut kontak, maka
membrane semakin bersifat hidrofobik. Nilai sudut kontak dari masing-masing membran
ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai sudut kontak membrane

Hasil yang diperoleh pada Tabel 3 menunjukkan adanya peningkatan nilai sudut
kontak dari membrane nata de pina dan nata de pina tersulfonasi. Hal tersebut
menunjukkan membran yang mengalami sulfonasi memiliki sudut kontak yang lebih besar
dibandingkan membrane yang tidak diberi perlakuan sulfonasi. Semakin tinggi nilai sudut
kontak, maka membrane semakin bersifat hidrofobik, sehingga dapat dikatakan bahwa
membrane nata de pina tersulfonasi bersifat lebih hidrofobik dari pada membrane nata de
pina. Banyaknya gugus hidroksi pada rantai selulosa menyebabkan nata de coco bersifat
hidrofilik sehingga memiliki nilai sudut kontak yang rendah (Radiman dan Himawan,
2014). Membrane yang memiliki nilai sudut kontak paling besar adalah membrane nata
de pina sulfat 2 sesuai dengan nilai KPI yang didapatkan di atas. Penurunan nilai sudut
kontak pada membrane nata de pina sulfat 3 yang menunjukkan waktu sulfonasi yang
terlalu lama dapat pula menyebabkan pembentukan ikatan silang antar rantai selulosa
oleh gugus sulfonat (Radiman dan Maniar, 2013; Radiman dan Himawan, 2014) sehingga
sifat hidrofobiknya juga berkurang.

Uji tarik
Uji tarik merupakan suatu uji mekanik yang dilakukan untuk menentukan kekuatan
dari suatu membrane dengan melihat nilai tegangan dan regangannya (Humairo, 2015).
Tabel 4 menunjukkan nilai uji tarik dari masing-masing membrane. Gambar 8
menunjukkan pengaruh waktu sulfonasi terhadap kuat tarik membrane.

Tabel 4 Nilai uji tarik membrane

Membran Tegangan (MPa) Regangan (%)


Nata de pina 24,98 3,3
Nata de pina sulfat 1 14,72 5,0
Nata de pina sulfat 2 15,75 5,0
Nata de pina sulfat 3 18,67 6,3

Gambar 8 Pengaruh waktu sulfonasi terhadap kuat tarik membrane


Hasil yang diperoleh pada Tabel 4 dan Gambar 8 menujukkan bahwa membrane
nata de pina memiliki kekuatan tarik lebih tinggi dibandingkan membrane nata de pina
tersulfonasi, namun elastisitas dari membrane nata de pina paling kecil dibandingkan
membrane nata de pina tersulfonasi dilihat dari rendahnya nilai regangan membrane.
Semakin lama waktu sulfonasi maka kekuatan tarik membrane semakin baik, dilihat dari
nilai tegangan dan % regangan yang meningkat seiring waktu sulfonasi yang semakin lama.
Hal tersebut terjadi karena penambahan gugus sulfonat menyebabkan membrane bersifat
lebih hidrofobik, sehingga mendukung kekuatan mekanik dari membrane. Selain itu,
penambahan gugus hidrofobik juga menyebabkan membrane mudah mengalami
perpanjangan (Gonggo dkk., 2012).

Analisa Gugus Fungsi


Analisis gugus fungsi menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR) dilakukan pada
membran nata de pina dan nata de pina tersulfonasi. Proses sulfonasi pada membran
nata de pina diharapkan mengubah pola spektrum infra merah karena munculnya puncak-
puncak serapan pada bilangan gelombang yang menunjukkan adanya gugus – SO 3H pada
membran nata de pina. Hal tersebut menunjukkan keterikatan gugus –SO 3H pada rantai-
rantai selulosa. Spektrum IR nata de pina dan nata de pina tersulfonasi dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9 memperlihatkan bahwa spektrum IR NDP dan NDP sulfonat memiliki
spektrum yang hampir sama, yaitu memiliki spektrum khas pada hidroksi (OH), karbonil
(C=O),dan spektrum khas C-O. Namun terdapat perbedaan pada titik-titik tertentu
seperti pada rentang 3444-3361 cm-1 terjadi pelebaran pada rentang serapan OH
yang menunjukkan terjadinya ikatan sulfonat pada atom O selulosa dari ikatan OH menjadi
O-sulfo. pada bilangan gelombang 1116,78 cm-1 yang menunjukan vibrasi ulur asimetris
ikatan S=O dan adanya pelebaran pada bilangan gelombang 1028 cm-1 yang menunjukkan
vibrasi ikatan C-O-S. Perbedaan lainnya yaitu munculnya peak tajam pada bilangan
gelombang 1656,85 -1664,57 (1730-1715) mewakili getaran peregangan S = O yang
menunjukkan keberadaan ester (Silverstein et al., 2005; Awang & Goh, 2008). Adanya
perbedaan intensitas serapan secara kualitatif antara NDP dan NDP sulfonat
menunjukkan bahwa selulosa bakterial (nata) telah tersulfonasi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa sulfonasi optimum
terjadi pada membrane nata de pina sulfat 2 yang disulfonasi selama 4 jam. Hasil karakterisasi
diperoleh nilai kapasitas penukar ion sebesar 3,47 mEq/g, derajat penggembungan 112,05%,
dan sudut kontak 139,9°. Kuat tarik membrane meningkat seiring dengan waktu sulfonasi
yang semakin lama. Hasil karakterisasi menunjukkan membrane nata de pina tersulfonasi
berpotensi sebagai membrane polimer alami untuk aplikasi PEMFC.

Anda mungkin juga menyukai