Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Senyawa bahan alam termasuk produk murni dari alam yang meliputi seluruh

organisme yang belum mengalami proses pengolahan. Bagian dari suatu organisme

dan ekstrak dari suatu bagian organisme termasuk senyawa murni yang diisolasi dari
tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Senyawa-senyawa kimia hasil metabolisme

suatu organisme hidup yang terdiri atas metabolit primer dan metabolit sekunder.

Sebenarnya, senyawa kimia yang sering dijumpai seperti karbohidrat, lipid, vitamin

dan asam nukleat termasuk dalam bahan alam. Salah satu jenis bahan alam yakni

tumbuhan. Tumbuhan tersebut dapat berupa buah-buahan yang sering dijumpai

seperti jeruk lemo cuco (Citrus macroptera montrouz) (Ilyas, 2013:1-2).

Jeruk (Citrus sp) termasuk salah satu tanaman buah yang banyak ditanam oleh

masyarakat Indonesia di pekarangan atau di kebun. Bentuk lemo cuco (Citrus

macroptera montrouz) bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar dan

tebal. Tanaman lemo cuco (Citrus macroptera montrouz) berasal dari Asia Timur,

Asia Tenggara dan Indonesia. Lemo cuco (Citrus macroptera montrouz) memiliki

banyak manfaat diantaranya air perasan daging buah lemo cuco dapat digunakan

sebagai obat batuk, obat kulit dan antiseptic (Dhavesia, 2017: 3). Tanaman ini berasal

dari genus Citrus yang menghasilkan minyak atsiri. Kandungan minyak atsiri yang

terdapat di kulit buah lemo cuco (Citrus macroptera montrouz) mampu menghambat

pertumbuhan Staphylococcus aureus dan E. Coli. Minyak atsiri apat diekstrak melalui

metabolit sekunder (Maimunah, dkk., 2020: 130).

1
2

Metabolit sekunder dalam tumbuhan terletak di dalam jaringan tertentu dan

dipisahkan dari sitoplasma dan ada pula yang disimpan dalam bentuk senyawa tidak

aktif. Senyawa metabolit sekunder yang disimpan dalam bentuk tidak aktif akan

terikat secara kimia dengan senyawa-senyawa lain seperti gula, garam dan protein

sehingga tidak berbahaya bagi tumbuhan penghasilnya. Selain itu, ada pula senyawa

metabolit sekunder yang tidak terikat dengan senyawa lain. Senyawa yang seperti ini

biasanya tersimpan utuh pada jaringan tertentu misalnya tersimpan dalam vakuola

pada jaringan muda. Senyawa metabolit sekunder memiliki struktur yang kompleks,

namun sulit untuk disintises secara sederhana. Mengisolasi senyawa metabolit

sekunder pada suatu tumbuhan menggunakan pelarut organik dengan proses

maserasi (Cahya, 2021: 13).

Pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali

pengadukan pada suhu ruang disebut maserasi. Maserasi kinetik berarti dilakukan

pengadukan yang kontinyu atau terus menerus. Remaserasi yang berarti dilakukan

pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan

seterusnya (Sholikin 2016: 18-20). Metode pemisahan campuran atau senyawa

termasuk ke dalam ilmu kimia pemisahan, seperti yang terdapat pada QS. Al-

Anbiya/21: 30 yang berbunyi:

        


          

Terjemahnya:
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
3

antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman?”.

Menurut tafsir Al Muyassar apakah orang-orang kafir itu tidak mengetahui

bahwa sesungguhnya langit dan bumi itu keduanya merupakan suatu objek yang

saling menyatu tanpa ada pemisah antara keduanya. Maka tidak ada hujan dari langit

dan tidak ada tanaman dari muka bumi. Kemudian Kami memisahkan keduanya

dengan kuasa Kami dan Kami turunkan hujan dari langit dan Kami keluarkan

tanaman dari dalam tanah, serta kami menjadikan segala sesuatu hidup dari air.

Apakah orang-orang yang ingkar itu tidak mau beriman, lalu mengimani apa yang

mereka saksikan dengan mengkhususkan ibadah bagi Allah saja.

Ayat diatas menjelaskan tentang bagaimana sesungguhnya langit dan bumi

diciptakan tanpa adanya pemisah. Kemudian Allah memisahkan keduanya dengan

kuasaNya. Hubungan ayat diatas dengan percobaan ini adalah langit dan bumi

dipisahkan, kemudian pada percobaan ini dilakukan pemisahan komponen senyawa

dari tumbuhan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan percobaan

ekstraksi bahan alam metode maserasi dengan tujuan untuk mengekstraksi komponen

kimia bahan alam dari kulit buah lemo cuco (Citrus macroptera montrouz) dan

mengetahui kadar ekstrak kental kulit buah lemo cuco (Citrus macroptera montrouz)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengekstraksi komponen kimia bahan alam dari kulit buah

lemo cuco (Citrus macroptera montrouz)

2. Berapa kadar ekstrak kental dari kulit buah lemo cuco (Citrus macroptera

montrouz)
4

C. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara mengekstraksi komponen kimia bahan alam dari kulit buah

lemo cuco (Citrus macroptera montrouz)

2. Mengetahui kadar ekstrak kental dari kulit buah lemo cuco (Citrus

macroptera montrouz)
5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lemo Cuco (Citrus macroptera montrouz)

Lemo cuco (Citrus macroptera montrouz).termasuk buah-buahan tropis yang

dihasilkan hampir diseluruh wilayah di Indonesia. Jeruk dapat tumbuh pada

ketinggian 400 meter diatas permukaan laut. Lemo cuco (Citrus macroptera

montrouz) adalah salah satu jenis jeruk yang dapat dijumpai pada wilayah suku

Bugis khususnya di daerah Sinjai, Luwu dan Bone. Lemo cuco ini termasuk jenis

jeruk yang morfologinya menyerupai jeruk lemon (Citrus limon L). Jeruk ini

memiliki aroma yang khas sehingga biasa digunakan untuk masakan terutama

dimanfaatkan untuk memberikan aroma, pereda batuk serta sebagai penghilang bau

amis pada ikan dan daging (Mujaizah, 2019: 3).

Gambar 2.1 Lemo cuco (Citrus macroptera montrouz).


Sumber: Dokumentasi Praktikum
Menurut Mujaizah (2019: 11), lemo cuco (Citrus macroptera montrouz).

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spematophyta

Kelas : Dicotyledonae

6
7

Bangsa : Rutales

Suku : Rutaceae

Marga : Citrus

Jenis : Citrus macroptera montrouz

Morfologi dari Citrus sp. dengan buah yang jorong atau memanjang, pada

ujung buah terdapat penonjolan yang jelas, memiliki biji kecil. Jeruk memiliki buah

yang jorong atau memanjang pada ujung buah terdapat penonjolan yang jelas dan

memiliki biji yang kecil. Kulit jeruk tersusun atas bagian epidermis, flavedo, kelenjar

minyak, dan bagian paling dalam ikatan pembuluh. Bagian segmen-segmen jeruk

terdiri dari dinding segmen, rongga cairan dan biji jeruk. Buah jeruk berbentuk bulat

sampai bundar, ukurnya kecil, kulit buahnya tidak rata, rasa asam dan berbau sedap.

Sedangkan core jeruk adalah bagian tengah yang terdiri dari ikatan pembuluh dan

jaringan parenkim. Pembuatan produk minuman sari buah jeruk, akan menghasilkan

limbah yang berupa kulit jeruk, ampas dan biji jeruk (Mujaizah, 2019: 11).

Lemo cuco termasuk salah satu jenis jeruk dari suku Rutaceae dan berada

dalam spesies Citrus sp. yang biasa digunakan masyarakat umum sebagai pemberi

aroma dan penghilang bau amis pada ikan dan daging. Komponen pada lemo cuco

pada bagian flavedo merupakan bagian yang memberikan warna kuning pada kulit

buah dan terdapat karoten dan gland yang mengandung minyak jeruk. Bagian dari

albedo mempunyai lapisan yang tebal, putih dan seperti spons sedangkan endocarp

merupakan bagian buah yang dapat dikomsumsi (Mujaizah, 2019: 10).

Minyak atsiri daun jeruk hasil penyulingan uap dan air dilaporkan

mengandung mirsena, limonena, trans-𝛽-osimena, sitronelal, geraniol, geranial, neril

asetat, dan geranil asetat, sedangkan minyak daun jeruk purut yang diperoleh dengan
8

cara yang sama mengandung linalool, isopulegol, sitronelal, sitronelol, sitronelil

asetat, kariofilena, dan tujena (Mulyani, dkk., 2021: 143).

Penelitian Fahrurroji (2020:109), mengungkapkan bahwa ekstrak kulit jeruk

dengan pelarut etanol 70% memiliki efektifitas yang lebih tinggi terhadap uji

mikroorganisme daripada pelarut metanol, aseton dan diklorometan. Ekstrak etil

asetat dan minyak kulit buah jeruk purut lebih berpotensi terhadap Staphylococus

aureus dibanding Escherichia col.

Kulit buah jeruk mengandung minyak atsiri yang banyak dimanfaatkan oleh

industri kimia parfum, menambah aroma jeruk pada minuman dan makanan, serta di

bidang kesehatan digunakan sebagai antioksidan dan antikanker. Kulit jeruk ini

memiliki kandungan senyawa yang berbeda-beda, bergantung varietasnya dan aroma

yang berbeda. Senyawa aktif pada lemo cuco seperti flavoniod, karotenoid, limonoid

dan mineral sangat penting bagi kesehatan. Kulit jeruk dapat diekstrak minyak

atsirinya karena mengandung komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester

dan sterol. Minyak jeruk purut terdiri dari berbagai macam komponen zat penyusun

yang memiliki titik didih berbeda dan sifat yang tidak stabil atau mudah menguap.

Mudah teroksidasi oleh panas, udara kelembaban, dikatalis oleh cahaya dan beberapa

harus dikatalis oleh logam (Mujaizah, 2019: 12).

B. Senyawa Metabolit Sekunder

Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya

mempunyai kemampuan biokatifitas dan digunakan sebagai pelindung tumbuhan dari

gangguan hama penyakit untuk tumbuhan tersebut atau lingkungan. Senyawa

metabolit sekunder digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan dan obat

tradisional pada kehidupan sehari-hari. Senyawa metabolit yang tidak esensial bagi
9

pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda

antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan

senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa

metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom.

Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau

pada fase-fase tertentu (Febrian, 2022: 3).

Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil biosintetik turunan dari

metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna untuk

pertahanan diri dari lingkungan maupun dari serangan organisme lain. Sedangkan

substansi yang dihasilkan oleh organisme melalui metabolisme dasar, digunakan

untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme yang bersangkutan disebut dengan

metabolit primer. Hasil metabolit sekunder dari spons merupakan produk alam yang

potensial sebagai bahan baku obat. Perbedaan kondisi lingkungan seperti tingginya

kekuatan ionik pada air laut, intensitas cahaya yang kecil (Murniasih, 2003: 27-33).

Metabolit sekunder termasuk produk metabolit yang ditemukan sebagai

diferensiasi produk dalam kelompok taksonomi terbatas, tidak berperan penting

dalam pertumbuhan dan kehidupan organisme dan disintesis dari suatu metabolit

primer dengan berbagai jalur metabolisme. Metabolit sekunder ditandai dengan

adanya keragaman kimia yang sangat besar dimana setiap organisme memiliki

karakteristik tersendiri dalam kandungan metabolit sekundernya. Metabolit sekunder

telah dianggap sebagai produk limbah selama pengetahuan tentang peran metabolit

sekunder (Ilyas, 2013: 4-5).

Menurut Ilyas (2013: 5), beberapa fungsi utama dari metabolit sekunder

antara lain:
10

1. Perlindungan terhadap serangan mikroba. Metabolit sekunder sebagai

senyawa pertahanan yang dapat diinduksi dengan struktur bermacam-macam

dan disintesis di sekitar sel yang terinfeksi mikroba.

2. Perlindungan terhadap serangan atau gangguan herbivora, umumnya bersifat

konstitutif dan merupakan pestisida alamipada tumbuhan yang mencapai 10%

berat kering.

3. Perlindungan terhadap gangguan lingkungan.

Metabolit sekunder memerlukan prekursor yang berasal dari metabolisme

primer, enzim, kofaktor, energi dan nitrogen. Gen yang terlibat dalam metabolisme

produk sekunder ini menghasilkan model genetik khas yang memungkinkan

terjadinya mutasi dan seleksi alam untuk memperbaiki sifat-sifat baru yang

menguntungkan melalui evolusi. Metabolit sekunder juga dapat diklasifikasikan

dalam berbagai metode antara lain berdasarkan karakteristik kimia, sumber bahan

alam dan asal biosintesisnya (Ilyas, 2013: 6).

Menurut Mujaizah (2019: 15-18), senyawa metabolit sekunder yang umum

terdapat pada tanaman adalah sebagai berikut:

1. Fenolik

Senyawa fenolik terdiri atas molekul-molekul besar dengan beragam struktur,

karakteristik utamanya adalah adanya cincin aromatik yang memiliki gugus hidroksil.

Kebanyakan senyawa fenolik termasuk ke dalam kelompok flavonoid. Fenol bersifat

asam, karena sifat gugus hidroksil yang mudah melepaskan diri, memiliki

kemampuan membentuk senyawa kelat dengan logam, mudah teroksidasi dan

membentuk polimer yang menimbulkan warna gelap.


11

Gambar 2.2 Struktur Fenolik


Sumber: Mujaizah, 2019: 15

2. Flavanoid
Flavanoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol mempunyai sifat

efektif menghambat pertumbuhan virus, bakteri dan jamur. Senyawa flavanoid

umumnya bersifat antioksidan dan sebagai bahan baku obat-obatan. Flavanoid

berkerja sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri

dan mampu menghambat motilitas bakteri. Flavanoid bersifat polar, memiliki 15

atom karbon yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6 (dua cincin aromatik yang

terhubung oleh tiga karbon yang tidak dapat membentuk cincin ketiga). Gugus

hidroksil (-OH) hampir selalu terdapat dalam flavonoid berupa tempat menempelnya

berbagai gula yang berpengaruh terhadap kelarutan flavonoid dalam air.

Gambar 2.3 Struktur Flavonoid


Sumber: Mujaizah, 2019: 16
3. Alkaloid

Alkaloid merupakan golongan zat tumbuhan sekunder yang terbesar. Alkaloid

bersifat basa dan mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam

gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid kebanyakan berbentuk kristal

tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar. Alkaloid dapat dijumpai
12

pada bagian daun, ranting, biji dan kulit batang. Alkaloid mempunyai efek dalam

bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi

rasa sakit, antimikroba, obat penenang, penyakit jantung dan lain-lain.

Gambar 2.4 Struktur Alkaloid


Sumber: Mujaizah, 2019: 17
4. Steroid
Steroid merupakan senyawa penting dalam pengobatan. Keberadaannya

sebagai salah satu diantara golongan senyawa metabolit sekunder yang memberi nilai

pengobatan pada suatu tumbuhan. Steroid termasuk terpenoid lipid yang dikenal

dengan empat cincin kerangka dasar karbon yang menyatu. Struktur senyawanya pun

cukup beragam. Perbedaan disebabkan karena adanya gugus fungsi teroksidasi yang

terikat pada cincin dan terjadinya oksidasi cincin karbonnya.

Gambar 2.5 Struktur Steroid


Sumber: Mujaizah, 2019: 17

5. Saponin
Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi

yang dihasilkan oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri.

Saponin dapat larut dalam air namun tidak larut dalam eter. Sifat khas dari saponin

yaitu terasa pahit, berbusa dalam air, beracun pada binatang berdarah dingin.
13

Gambar 2.6 Struktur Saponin


Sumber: Mujaizah, 2019: 18

6. Terpenoid
Terpenoid merupakan komponen tumbuhan yang memiliki aroma dan dapat

diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan. Senyawa terpenoid terdiri dari

kerangka karbon 2 atau lebih unit karbon disebut isopren. Fraksi hasil penelitian yang

mudah menguap terdiri dari golongan terpenoid yang mengandung 10 atom karbon.

Sedangkan fraksi yang mempunyai titik didih tinggi biasanya terdiri dari terpenoid

yang mengandung 15 atom karbon. Susunan kepala dan ekor dari struktur terpenoid

disebut kaidah isopren. Kaidah ini merupakan ciri khas dari sebagian terpenoid

sehingga dapat dijadikan dasar penetapan senyawa terpenoid, sehingga dapat

digunakan sebagai dasar penetapan struktur terpenoid.

Gambar 2.7 Struktur Terpenoid


Sumber: Mujaizah, 2019: 19

C. Jenis-jenis Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Dengan

diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan

pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia
14

dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur ruangan (Fajarullah, 2019: 5).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif

dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua

atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan

sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Hal yang penting dalam

teknologi farmasi adalah cara mengekstraksi. Jenis ekstraksi dan cairan mana yang

sebaiknya digunakan sangat tergantung dari kelarutan bahan kandungan serta

stabilitasnya (Idraswari, 2008: 5).

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan

penyari yang baik harus memenuhi kriteria antara lain : murah dan mudah di peroleh,

stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah

terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak

mempengaruhi zat berkhasiat, serta diperbolehkan peraturan (Idraswari, 2008: 5).

Menurut Idraswari (2008: 5-7), beberapa metode penyarian antara lain sebagai

berikut:

1. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan

menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

dan zat aktif akan. Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan pada wadah atau

bejana yang bermulut lebar bersama larutan penyari yang telah ditetapkan, bejana

ditutup rapat kemudian dikocok berulang–ulang sehingga memungkinkan pelarut

masuk ke seluruh permukaan simplisia (Ansel, 1989). Rendaman tersebut disimpan


15

terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi yang dikatalisis oleh cahaya atau

perubahan warna). Waktu maserasi pada umumnya 5 hari, setelah waktu tersebut

keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel dengan luar sel

telah tercapai. Dengan pengocokan dijamin keseimbangan konsentrasi bahan

ekstraksi lebih cepat dalam cairan. Keadaan diam selama maserasi menyebabkan

turunnya perpindahan bahan aktif.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan

penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk

simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawah diberi sekat

berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan

penyari akan melarutkan zat aktif dari sel–sel yang dilalui sampai mencapai keadaan

jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan

diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Alat yang

digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Bentuk perkolator ada tiga macam

yaitu perkolator berbentuk tabung, perkolator berbentuk paruh dan perkolator

berbentuk corong.

3. Sokhletasi

Prinsip kerja sokhlestasi diamana uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa

samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu

melalui tabung berisi serbuk simplisia. Adanya sifon, mengakibatkan seluruh cairan

akan kembali ke labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui

serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping.


16

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan

penyari yang baik harus memenuhi kriteria antara lain : murah dan mudah di peroleh,

stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah

terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak

mempengaruhi zat berkhasiat, serta diperbolehkan oleh peraturan.

D. Maserasi

Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan

dengan pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan

pemanasan rendah atau tanpa adanya proses pemanasan. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis pelarut, perbandingan bahan

dan pelarut, dan ukuran partikel. Senyawa aktif saponin yang terkandung pada daun

bidara akan lebih banyak dihasilkan jika diekstraksi menggunakan pelarut metanol,

karena metanol bersifat polar sehingga akan lebih mudah larut dibandingkan pelarut

lain. Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan yaitu terjaminnya zat

aktif yang diekstrak tidak akan rusak. Saat proses perendaman bahan akan terjadi

pemecahan dinding sel dan membran sel yang diakibatkan oleh perbedaan tekanan

antara luar sel dengan bagian dalam sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam

sitoplasma akan pecah dan terlarut pada pelarut organik yang digunakan

(Chairunnisa, 2019: 552).

Umumnya ekstraksi metode maserasi menggunakan suhu ruang pada

prosesnya, namun dengan menggunakan suhu ruang memiliki kelemahan yaitu proses

ekstraksi kurang sempurna yang menyebabkan senyawa menjadi kurang terlarut

dengan sempurna (Chairunnisa, 2019: 552). Proses ini sangat menguntungkan dalam

isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan, dengan
17

perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel

akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder

yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa

akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pelarut yang

mengalir ke dalam sel dapat menyebabkan protoplasma membengkak dan bahan

kandungan sel akanlarut sesuai dengan kelarutannya. Pemilihan pelarut untuk proses

maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan

senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut (Yulianingtyas, 2016: 59).

E. Pelarut Organik

Pelarut dapat menghambat aplikasi eplikasi enzim dalam pelarut yang baik

bagi beberapa senyawa kimia, khususnya senyawa-senyawa organik. Penggunaan

pelarut organik sebagai media reaksi yaitu sistem pelarut satu fase, sistem dua fase

dan sistem mikroakues. Sistem pelarut dengan penambahan pelarut yang larut dalam

air ke dalam sistem larutan penyangga, sehingga masih tetap membentuk pelarut satu

fase, tetapi mampu meningkatkan kelarutan substrat hidrofobik. Pelarut organik yang

sering digunakan pada sistem pelarut ini adalah aseton (CH 3COCH3), metanol

(CH3OH), etanol (C2H5OH), dimetil formamida ((CH3)2NC(O)H) dan dimetil

sulfoksida (C2H6OS) (Hariyadi, 1996: 53).

Pelarut organik termasuk pelarut yang mengandung atom karbon dalam

molekulnya. Pelarut organik dapat bersifat polar dan non polar bergantung pada

gugus kepolaran yang dimilikinya. Sebagian besar senyawa organik tidak larut

di dalam air, tetapi dapat larut di dalam pelarut-pelarut non polar, seperti eter

(CnH2n+2O), benzen (C6H6), dan kloroform (CHCl3). Senyawa-senyawa organik pada

umumnya mempunyai titik didih dan titik lebur yang rendah. Reaksi dengan
18

senyawa-senyawa organik sangat dipengaruhi oleh berbagai keadaan, terutama oleh

zat itu sendiri, temperatur, dan pelarut yang dipakai (Sumardjo, 2008: 32).

Pelarut metanol merupakan pelarut terbaik yang bisa digunakan dalam proses

ekstraksi. Metanol dikenal sebagai pelarut universal. Gugus hidroksil dan metil pada

metanol memberikan kecenderungan menarik analit-analit yang bersifat polar

maupun nonpolar (Ramdani, dkk., 2017: 58). Proses pemecahan metanol dalam tubuh

dapat terjadi dengan cara oksidasi metanol menjadi formaldehid kemudian menjadi

asam format dan juga dapat langsung diekskresikan melalui urin atau dapat

dilanjutkan dengan proses oksidasi yang merubah metanol menjadi karbon dioksida

(Mariana, dkk., 2018: 278).

Jenis pelarut dalam ekstraksi dapat mempengaruhi perolehan kadar zat aktif

dari tumbuhan. Maka dari itu, pemakaian pelarut yang terbaik akan semakin

mempertinggi optimalisasi dalam pengekstraksi sampel yang mana biasanya

menggunakan pelarut metanol, etanol dan aseton karena ketiga pelarut ini bersifat

polar dan mudah larut dalam air. Metanol adalah senyawa kimia dengan rumus kimia

CH3OH yang merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada keadaan atmosfer,

metanol berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudah

terbakar dan bau yang khas. (Zulharmitta, 2010: 37).

Anda mungkin juga menyukai