Anda di halaman 1dari 7

TUGAS INSIDENTAL PENGELOLAAN ALAT LABORATORIUM

Guna memenuhi tugas mata kuliah Teknik dan Manajemen Laboratorium


Dosen Pengampu: Azza Nuzullah Putri, S.Pd., M.Pd.

Oleh:
Kelompok 9
Aditya Putra : 2203030035
Kharisma Febriana : 2203030055
Hermilah Putri : 2203030065

UNIVERSITAS MARITIM RAJA HALI HAJI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
TANJUNG PINANG
2022
Rancanglah sebuah jenis praktikum di dalam kelompokmu, kemudian identifikasi
alat-alat apa sajakah yang digunakan dalam kegiatan praktikum tersebut, minimal 5
alat yang digunakan! Kemudian jelaskan cara kerja serta perawatan dari masing-
masing alat tersebut!
Praktikum Uji Kandungan Urine
Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Tabung reaksi: sebagai wadah pembakaran atau mereaksikan zat urine

Cara kerjanya yaitu:


• Tabung reaksi ini dipanaskan dahulu ke dalam gelas kimia yang berisi air dan
selanjutnya dipanaskan menggunakan kompor/heater pembakar spiritus.
• Memegang Tabung reaksi harus dijepit oleh penjepit tabung reaksi atau kita
menggunakan sarung tangan anti panas agar tangan kita tidak terkena dampak
panas dari tabung dan selanjutnya dibakar langsung di atas api
Cara perawatannya yaitu:
• Membawa serta dengan rak tabung sesuai dengan ukuran tabungnya agar
tidak jatuh.
• Gunakan penjepit tabung saat akan melakukan pemanasan.
• Tabung yang telah digunakan harus dicuci dan dibersihkan. Untuk alat gelas
yang terkontaminasi dipisahkan dari alat gelas yang lain, bila perlu dilakukan
sanitasi.

2. Rak tabung reaksi: sebagai tempat letaknya tabung reaksi

2
Cara kerjanya yaitu:
• Yaitu dengan menaruh tabung reaksi di lubang-lubang yang tersedia pada rak.
Jika tabung sedang kosong atau tidak terisi, taruh tabung dengan posisi
terbalik.
Cara perawatannya yaitu:
• Dibersihkan menggunakan sikat pembersih.
• Meletakkan rak dengan hati-hati supaya tidak patah.

3. Pipet tetes: untuk memindahkan cairan urine dengan skala kecil yaitu tetesan.

Cara kerjanya yaitu:


• Langkah pertama adalah ambil pipet tetes yang dapat berfungsi dengan baik,
kemudian tekan bola karet yang ada pada bagian atasnya. Cara ini dilakukan
agar udara yang ada pada pipet dapat keluar, sehingga tidak akan bercampur
saat pipet dimasukkan pada wadah cairan.
• Ketika posisi karet pipet ditekan, masukkan ujung pipet ke dalam wadah
cairan. Secara perlahan lepaskan tekanan pada karet pipet, sehingga cairan
dapat masuk ke dalamnya. Perlu diperhatikan bahwa proses pengambilan
cairan disesuaikan dengan kebutuhan saja.
• Cairan yang sudah berada di dalam pipet, selanjutnya dipindahkan ke wadah
lain yang sudah disiapkan.

3
Cara perawatannya yaitu:
• Periksa kembali pipet tetes setelah digunakan dan cek kembali apakah ada
larutan yang tersisa di dalamnya. Buanglah sampai benar-benar bersih dan
berhati-hatilah agar larutan tersebut tidak terkontaminasi dengan bahan
lainnya yang digunakan.
• Saat melakukan pencucian, sebaiknya cucilah dengan air bersih tanpa
menggunakan sabun. Pastikan pula tidak tersentuh dengan berbagai bahan lain
di pipet sebelumnya. Dengan demikian akan lebih mudah digunakan dan steril
untuk larutan lainnya.
• Jika larutan tersebut cukup berbahaya, sebaiknya bisa dicuci menggunakan air
sabun. Namun pastikan agar tangan tidak terkena secara langsung. Lalu,
proses pengeringannya bisa dilakukan menggunakan tisu maupun lap khusus
dan simpanlah pada suhu yang sejuk. Simpanlah pada keadaan terbalik,
tujuannya agar air bisa turun dan mempercepat proses pengeringan.

4. Gelas beker: sebagai tempat mencampur zat urine dengan zat kimia berupa cairan
atau larutan.

Cara kerjanya yaitu:


• Untuk mengukur zat cair atau larutan: Masukkan zat cair / larutan yang akan
diukur dengan menggunakan beaker glass. Perhatikan berapa volume yang
dibutuhkan dengan melihat ukuran yang ada pada dinding gelas kimia beaker
glass. Bila sudah mendekati maka hentikan penuangan cairan ( pemakaian
beaker glass digunakan untuk mengukur zat cair / larutan yang tidak
membutuhkan ke akurasian yang tinggi ).
• Menyimpan atau membuat larutan: tuangkan zat cair pertama kemudian
masukkan zat yang kedua ke dalam beaker glass. Kemudian aduk
menggunakan sendok hingga semua bahan tercampur dan terlarut. Jika
dilakukan penyimpanan maka biasanya pada bagian atas beaker glass akan
ditutup dengan aluminium foil dan kemudian simpan.
Cara perawatannya yaitu:
• Menggunakan lap halus saat mengangkat gelas beaker.

4
• Merendam gelas beaker dalam aquadest atau air saat menuangkan larutan
asam dengan konsentrasi tinggi.
• Gelas yang telah digunakan harus dicuci dan dibersihkan. Untuk alat gelas
yang terkontaminasi dipisahkan dari alat gelas yang lain, bila perlu dilakukan
sanitasi.

5. Pembakar bunsen: digunakan untuk pemanasan, sterilisasi, dan pembakaran zat


urine

Cara kerjanya yaitu:


• Pastikan lubang udara pada bunsen dalam kondisi ditutup, yaitu dengan cara
memutar collar untuk menutup lubang udara.
• Tutup katup pasokan lokal dengan cara memutar pegangan dan pastikan
saluran gasnya aktif.
• Tutup katup jarum pada bagian bawah alat pembakar.
• Buka katup pasokan lokal dengan cara memutar bagian pegangan.
• Buka katup jarum bagian bawah alat pembakar sampai terdengan desis gas.
• Letakkan nyala api pada bagian atas tabung.
• Nyalakan keran gas secara perlahan untuk mengatur api.
Cara perawatannya yaitu:
• Periksa kondisi mekanis Bunsen burner.
• Bunsen burner terhubung ke selang gas namun dalam keadaan keran tertutup,
dibalurkan larutan sabun encer ±1% ke daerah sekitar sendi mekanis dan
sambungan pipa dengan kuas cat kecil. Buka keran gas kembali untuk
menguji kebocoran gas.
• Nyalakan Bunsen burner dengan besaran api yang bervariasi.
• Selain pengecekan tahunan di atas, Bunsen burner dan selangnya harus
diperiksa secara visual, apakah rusak atau berlubang, sebelum digunakan.

5
• Bersihkan jet/burner tube dari segala sumbatan limbah seperti bahan kimia,
lilin dan bahan makanan yang terjatuh ke dalamnya saat dipanaskan.
• Selang gas Bunsen burner harus fleksibel dan berdinding tebal dengan
panjang minimum yang direkomendasikan berkisar 500 mm dan tidak lebih
dari 900 mm. Hindari menggunakan selang neoprene yang berdinding tebal
dan kaku karena dapat menyebabkan ketidakstabilan dalam penggunaan
bunsen sehingga menyebabkan pembakar jatuh atau terguling saat digunakan.
• Jika terjadi mencurigai terjadi kebocoran gas segera laporkan ke bagian
Building, lalu isolasi pasokan gas ke kamar gas dan menerapkan prosedur
keselamatan.

6. Kasa: sebagai penopang pada pembakar bunsen

Cara kerjanya yaitu:


• Meletakan kawat kasa diatas kaki tiga. Kemudian pemanasan bisa dilakukan
dengan bantuan bunsen ataupun pembakar spiritus.
Cara perawatannya yaitu:
• Simpan kawat kasa di atas pemanas, lalu simpan tabung reaksi di atas kawat
kasa tersebut

7. Kaki tiga: untuk menopang atau menahan labu dan gelas kimia selama pemanasan

6
Cara kerjanya yaitu:
• Pastikan kaki tiga diletakkan diatas meja yang permukaannya rata sehingga
dapat berdiri tegak.
• Letakkan pembakar Bunsen atau spiritus dibawah kaki tiga. Kemudian,
letakkan kawat kassa atau clay triangle diatas kaki tiga tersebut.
• Lalu, letakkan wadah atau alat gelas kimia diatasnya.
• Pastikan api tidak terlalu besar agar suhu pemanasan tetap stabil.
Cara perawatannya:
• Sebelum digunakan, pastikan kaki tiga dalam keadaan kering
• Jika basah, lap terlebih dahulu menggunakan kain kering
• Jauhkan dari air agar tidak berkarat
• Setelah digunakan, bersihkan kembali kaki tiga dengan kain lap dan simpan
kedalam lemari alat agar lebih awet

Anda mungkin juga menyukai