Anda di halaman 1dari 16

Beberapa Pendekatan Studi Islam: Kerangka Pemikiran Tokoh-tokoh Studi

Agama Richard C. Martin dan Charles J. Adams

Fatimatuzzahroh
Pendidikan Bahasa Arab-Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: 200104210058@student.uin-malang.ac.id

Abstrak
Pengkajian terhadap agama bersangkut paut dengan refleksi agamis atas
pengalaman beragama masyarakat dengan situasi konkrit yang melingkupinya, termasuk
pula pengkajian dalam agama Islam. Sebagian kalangan pengkaji agama-agama mencoba
untuk mendekati persoalan-persoalan Islam dalam bingkai yang dapat dicermati dan
diamati secara lebih jelas, biasa disebut dengan Pendekatan studi Islam yakni suatu
disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian sebuah studi atau penelitian .
pendekatan dapat dimaknai sebagai suatu perspektif atau paradigma dengan
mempergunakan disiplin ilmu tertentu, sesuai dengan fenomena yang menjadi
fokus kajian studi Islam. Setiap tokoh-tokoh studi Agama memiliki kerangka pemikiran
dalam pendekatan studi Islam. Richard C. Martin telah memperknalkan jenis pendekatan
phenomonologi agama-agama yang diapaparkan dalam bukunya Approaches to Islam in
Religious Studies dan juga dalam beberapa artikel dan pemikirannya. Martin juga
memberikan tawaran pendekatan studi Islam dalam beberapa aspek dalam kajian
Studi Islam. Tokoh lain yaitu, Charles J. Adams. Beliau merekomendasikan dua
pendekatan yang diletakkan pada sebuah garis kontinum yaitu merentang dari pendekatan
normatif sampai dengan deskriptif.

Keyword : Pendekatan Studi Islam, Richard C. Martin, Charles J. Adams

Pendahuluan
Pada awalnya terminologi Islmaic Studies muncul dari belahan Barat,
namun, realitas keilmuan menuntut umat Islam dan lembaga-lembaga pendidikan
di dalamnya menyadari secara sungguh-sungguh terhadap eksistensi dan perannya
dalam ikhtiar merespons problem, tantangan, konstruksi, eksistensi dan
pengembangan keilmuan studi Islam.
Kita ketahui bahwa ilmu dibangun dengan perangkat paradigma,
pendekatan, dan metode. Perangkat ini berakumulasi secara dinamis dalam
perkembangan ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Bagi studi Islam, berbagai
pendekatan dan metode ilmiah berkembang dengan aneka perspektif, tendensi dan
orientasi yang lahir dari latar masing-masing pengkajinya. Latar ini, nyatanya,
berkemungkinan menyebabkan terjadinya problem-problem metodologis yang
menyangkut paradigma, pendekatan, dan metode studinya.
Muncul pemikiran-pemikiran Tokoh-tokoh studi Agama yang
menawarkan pendekatan-pendekatan yang relevan digunakan dalam studi Islam.

1
Di artikel ini, penulis membahas pendekatan studi Islam oleh tokoh Studi Agama
Richard C. Martin dan Charles J. Adams. Bagaimana sepak terjang beliau di dunia
studi Islam?. Apa saja pendekatan studi Islam menurut pemikiran Richard C.
Martin dan Charles J. Adams?. Bagaimana perbandingan pemikiran metodologis
antara Richard C. Martin dan Charles J. Adams?

Metode
Penelitian ini berbasis Liberary Research (studi literer) dengan tujuan
untuk mengumpulkan teori-teori yang berhubungan dengan pendekatan studi
Islam. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan data primer. Sumber data
dalam penelitian ini adalah buku dan jurnal-jurnal yang bertemakan pendekatan
studi Islam, pemikiran Richard C. Martin dan Charles J. Adams. Analisis data
menggunakan Content Analysis, kemudian penarikan kesimpulan dari data yang
sudah diperoleh dengan cara menemukan pesan inti dari teori secara objektif dan
sistematis.

Literature Review
Pengertian Pendekatan Studi Islam
Kata “pendekatan”, termasuk dalam konteks studi Islam, pada umumnya
secara bahasa dinamakan dengan madkhal dalam istilah Arab dan approach dalam
bahasa Inggris. Di luar dari term tersebut, sebenarnya ada sejumlah istilah lain,
yang juga sudah begitu popular dalam tradisi ilmiah, yang bermakna relatif sama
(mirip) dan menunjuk pada tujuan yang hamper sama pula dengan pendekatan,
yaitu: theoretical framework, conceptual framework, persepective, point of view
(sudut pandang) dan paradigm (paradigma). Tegasnya, semua istilah itu dapat
diartikan sebagai “cara memandang dan cara menjelaskan suatu gejala atau
peristiwa”.1 Lebih jauh dijelaskan oleh Khairuddin Nasution bahwa menyangkut
makna pendekatan masih diperdebatkan dan meahirkan kategori lagi. Pertama,
dan masih dibagi pula atas dua hal: pendekatan diartikan sebagai “dipandang atau
dihampiri dengan” dan “cara menghampiri atau memandang fenomena (budaya
dan atau sosial).” Jika diartikan sebagai “dipandang dengan” maka keberadaan
pendekatan itu lebih merupakan suatu “paradigma”, dan jika dimaknai sebagai
“cara memandang atau menghampiri” maka keberadaan pendekatan lebih
merupakan suatu “perspektif” atau “sudut pandang”. Kedua, pendekatan dapat
pula bermakna sebagai “suatu disiplin ilmu”, sehingga ketika dikatakan “studi
Islam dengan pendekatan sosiologi, misalnya, maka maknanya adalah menstudi
atau mengkaji Islam dengan menggunakan displin ilmu sosiologi itu, dan
implikasinya mestilah pendekatan di sini menggunakan teori atau teori-teori dari

1
Khoiruddin Nauition, Pengantar Studi Islam (Yogyakarta: ACAdemMIa dan TAZZAFA, 2007),
hal. 146-147

2
disiplin ilmu sosiologi yang dijadikan sebuah pendekatan itu. Dengan
menggunakan pendekatan sosiologi tersebut berarti fenomena sosial studi Islam
didekati dengan sebuah teori atau teori-teori sosiologi.2
Berdasarkan uraian di atas, pendekatan dapat dimaknai sebagai suatu
perspektif atau paradigma dengan mempergunakan disiplin ilmu tertentu, sesuai
dengan fenomena yang menjadi fokus kajian studinya. Dikatan oleh Sartono,
penggambaran mengenai sesuatu sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari
segi mana kita memandangnya, dimensi apa yang diperhatikan, dan lain
sebagainya. Hasil penggambarannya akan sangat ditentukan oleh jenis pendekatan
yang dipakai. Sejalan dengan pemaknaan pendekatan sebagai sebuah displin ilmu,
Jamali memberikan keterangan sebagai berikut ini:
Istilah pendekatan merupakan kata terjemahan dari bahasa Inggris
approach. Maksudnya, adalah suatu disiplin ilmu untuk dijadikan landasan kajian
sebuah studi atau penelitian. Pendekatan dalam aplikasinya lebih mendekati
disiplin ilmu karena tujuan utama pendekatan ini untuk mengetahui sebuah kajian
dan langkah-langkah metodologis yang dipakai dalam pengkajian atau penelitian
itu sendiri. Setiap disiplin ilmu memiliki kekhususan metodologi sebab tidak ada
sebuah metode yang dapat digunakan dalam semua disiplin ilmu. Jika seorang
pengkaji telah menentukan pendekatan yang digunakannya, akan dengan mudah
terbaca langkah-langkah metodologis yang digunakannya.3
Secara historis, menurut Jean Jacques Waardenburg, Islamic Studies pada
paruh pertama abad ke-20 menjadi bidang studi yang mantap dalam penelitian dan
pengajaran di Eropa dan Amerika Utara dan secara luas berlanjut sepanjang waktu
sampai ia disebarluaskan pada mayoritas universitas sejak akhir abad ke-19.
Islamic Studies dikombinasikan dengan studi tentang Arab, yang berkembang di
Eropa pada abad ke-16 dan dengan studi tentang Persi, Ottoman, Turki Modern.
Islamic Studies merupakan bagian dari subject matter yang disebut Oriental
Studies, yakni studi kesarjanaan tentang kultur Timur yang dimaksudkan untuk
percepatan secara independen bagi kepentingan politik. Sebagaimana cabang-
cabang lain, Oriental Studies dan Islamic Studies, pada waktu itu konsisten pada
studi materi textual dan dokumen histori.4
Menurut Waarderburg, Islamic Studies menghadapi problem metodologis
yang justru muncul karena faktor-faktor ideologi dan politik. Hal ini
dinyatakannya sebagai berikut:

2
Dede Ahmad Ghazali, Heri Gunawan, Studi Islam, Suatu Pengantar dengan Pendekatan
Interdisipliner (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), 64
3
Jamal Sahrodi, Metodologi Studi Islam, Menelusuri Jejak Historis Kajian Islam ala Sarjana
Orientalis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 64-65
4
Sokhi Huda, Kritik Pemikiran Richard C. Martin dalam Studi Agama dan Relevansinya dengan
Studi Islam di Indonesia, Religio, Volume 4, Nomor 1, Maret 2014, hal. 99

3
“Saat ini studi Islam masih berisiko untuk dikejar, diajarkan, dan
digunakan dalam cakrawala politik khas barat. Ini khususnya kasus Ketika studi
Islam diharapkan dan dirancang untuk melihat Islam sebagai potensi atau bahaya
nyata, untuk melihatnya sebagai sesuatu yang akan terjadi, tunduk pada kendali
Barat, dan untuk mempromosikan bentuk-bentuk Islam itu yang akan
menguntungkan kepentingan politik dan ekonomi barat. Jelas, manajemen politik
penelitian seperti itu bukanlah apa yang saya sebut studi Islam demi ilmu yang
“benar”. Namun konteks juga dapat memainkan peran positif dalam Studi Islam.
Saya memikirkan pencarian yang dilakukan oleh beberapa sarjana Kristen Bahasa
Arab dan Islam untuk pemulihan hubungan dan komunikasi di istilah dialog
dengan Muslim. Pencarian ini telah menghasilkan lebih dan studi yang lebih baik
tentang Islam sebagai agama: oleh Massignon dan murid-muridnya Anawawi,
Garder, Moubarac dan lainnya di dunia Katolik; oleh Montgomery Watt, Cragg,
dan lainnya di dunia Anglikan; oleh Wilfred Cantwell Smith, Anton Wesseles,
dan lainnya di Dunia Protestan.”

Hasil dan Pembahasan


Biografi Richard C. Martin
Profesor Martin lahir pada tahun 1938 dan dibesarkan di Lowa dan
Nebraska dan merupakan Eagle Scout yang mencintai alam seumur hidup. Beliau
berhasil mecapai profesinya yang terhormat, ia menerima gelar PhD dalam
Bahasa dan Sastra Timur di Universitas New York pada tahun 1975. Dia menjadi
CO. Editor (dengan John Witte) Berbagi Buku: Religious Perspectives on the
Rights and Wrongs of Proselytism dan CO. Editor (bersama Abbas Barzegar)
Islamism: Contested Perspectives on Political Islam. Bersama Carl W. Ernst, CO.
editor Rethinking Islamic Studies: From Orientalism to Cosmopolitanism dan
menjadi ketua editor di dua edisi Encyclopedia of Islam and the Muslim World
(named to Library Journal‘s “Best Reference Titles of 2016” list). Dia menjadi
editor di MESA's Review of Middle East Studies (RoMES). Dia menjabat sebagai
ketua selama waktunya di Arizona State University dan Emory University
(menjadi Profesor Emeritus Agama setelah pensiun), dan memegang peran tamu
di Universitas Stanford, Virginia Tech, dan terakhir di University of Washington,
Jackson School of International Studies. Seorang penjelajah dunia yang suka
memasak, membaca buku, berjalan-jalan di alam, menyesap segelas wiski, dan
menghadiri bioskop rumah seni terbaru, kehadirannya yang hidup, pertimbangan
yang lembut, kecerdasan yang tajam, dan humor yang jenaka akan sangat
dirindukan oleh teman-temannya, keluarga, dan kolega.
Richard C. Martin adalah Professor studi Islam dan Sejarah Agama-agama
di Universitas Emory. Beliau juga seorang Pimpinan di pusat penelitian Amerika
di Mesir. Beliau menulis dan mengajar tentang pemikiran agama Islam, agama,

4
konflik sosial dan kekerasan, Islam dan sekulerisme. Bersama Mark R.
Woodward dan Dwi Atmaja mengarang buku dengan judul “Defenders of Reason
in Islam; Mu’tazilism from Medieval School to Modern Symbol (1997)” Beliau
juga menjabat sebagai kepala editor pada Encyclopedia of Islam and the Muslim
Word (2004). Richard C. Martin pernah menjabat sebagai ketua departemen
Agama dari tahun 1996 sampai 1999. Bidang keahliannya meliputi studi Islam,
studi perbandingan agama, dari tahun 1996 sampai 1999. Di Emory, Martin
menjabat sebagai ketua departemen 1996-1999. Dia duduk di beberapa dewan
akademik nasional dan komite, seperti komite Eksekutif pusat Penelitian Amerika
di Mesir. Dia menjadi dosen secara luas di Amerika Serikat, Eropa, Afrika Selatan
dan Asia Tenggara pada topik yang berhubungan dengan Islam dan sejarah
agama-agama. Professor Martin telah tinggal dan melakukan penelitian di Mesir
dan tempat lain di dunia Muslim, dan dia terlibat dalam proyek kerja sama dengan
para ahli. Publikasi Profesor Martin meliputi Approaches to Islam in Religious
Studies, Islamic Studies: A History of Religions Approach, and Sharing the Book:
Religious Perspectives on the Rights and Wrongs of Proselytism.
Prof. Richard C. Martin meninggal mendadak akibat komplikasi menderita
kanker hati pada hari Minggu 8 Desember 2019 pukul 20.25. Dia meninggalkan
istrinya Holly, putrinya Nia, dan kucing kucing kesayangannya, William of
Orange, serta banyak anggota keluarga besar.5
Jadi, pendekatan studi Islam dapat dimaknai sebagai suatu perspektif atau
paradigma dengan mempergunakan disiplin ilmu tertentu, sesuai dengan
fenomena yang menjadi fokus kajian studi Islam.

Biografi Charles Joseph adams


Charles Joseph adams lahir pada tanggal 24 April 1924 di Houston, Texas.
Pendidikan dasarnya diperoleh melalui sistem sekolah umum.Pada awal belajar di
sekolah dasar ini Adams telah muncul bakat dan kegemaran dalam
menulis.Setelah menjalani pendidikan tingkat menengah atas, dia melanjutkan
lembaga pendidikan perguruan tinggi Baylor University di Waco, Texas. Adams
juga pernah bergabung dengan Angkatan Udara Amerika Serikat pada tahun 1942
sampai 1945 sebagai operator radio dan mekanis. Pada tahun 1947 Adams telah
menyelesaikan dan mendapat gelar sarjana di Universitas Chicago. Karir
akademisi Adams adalah professor dalam bidang Islamic studies. Ia banyak sekali
menulis buku-buku tentang islam. Salah satu bukunya yang sangat monumental
dan dijadikan rujukan bagi dosen dan mahasiswa adalah Islamic Religious
Tradition, dalam Guide to the Great Religions (1977).Leonard Binder, The Study
Of The Middle East, Ed. (1976) dan A Reader‟s

5
Muhammad Sya’roni, Pendekatan dalam Studi Islam, Cendekia, Volume 09, No. 02, Oktober
2017, Hal 182-183

5
Pendekatan Studi Islam menurut Richard C. Martin
Membahas pemikiran Richard C. Martin tentang pendekatan terhadap
Islam, tidak lepas dari pembahasan terhadap buku suntingannya Approach to
Islam in Religious Studies. Di awal bab dari buku suntingannya, Richard C.
Martin menjelaskan tentang Islam dan posisinya dalam studi agama. Menurut
Richard C. Martin pemahaman tentang Islam sebagai agama dan pemahaman
tentang agama dari sudut pandang Islam merupakan persoalan yang perlu
dielaborasi dalam pembahasan dan diskusi pada bidang studi agama. Selanjutnya,
Richard C. Martin membuka kemungkinan kontak dan pertemuan langsung antara
tradisi berpikir keilmuan dalam Islamic Studies secara tradisional dan tradisi
berpikir keilmuan dalam Religious Studies kontemporer yang telah menggunakan
perangkat teori, metodologi dan pendekatan yang digunakan oleh ilmu-ilmu sosial
dan humaniora yang berkembang sekitar abad ke-18 dan 19. Buku yang disunting
Richard C. Martin tersebut sarat dengan muatan metodologi. Dalam buku tersebut
Richard C. Martin mencoba menunjukkan bahwa entitas historis Islam dengan
segala variabel bisa didekati dengan berbagai pendekatan, diluar pendekatan
“sakral” teologis yang sudah mentradisi sebelumnya. Dengan kelebihan dan
kekurangan setiap pendekatan yang ditampilkan Richard C. Martin dalam buku
tersebut, telah terbaca bahwa studi Islam tidak hanya menampilkan wajah
dogmatis yang tegas, tetapi juga mempunyai sisi historis yang empiris objektif,
sosial dan juga kritis. Dengan demikian dapat terjadi kemungkinan diversifikasi
pendekatan yang mungkin dilakukan oleh para pengkaji Islam, berbagai
pendekatan yang ditawarkan perlu dituntaskan dengan dua wawasan baru, yaitu
kajian interdisipliner dan multidisipliner yang memanfaatkan multi-pendekatan
sebagai epistemologi dan metodologi kajian Islam, serta penegasan ontologi
kajian Islam dengan pembedaan antara ranah ‘Ulum al-Din, al-Fikr al-Islamy dan
Dirasat Islamiyah.6
Studi-studi keislaman di Barat tampak mengalami perkembangan yang
pesat. Bahkan sejak abad ke-19 telah menjadi bidang kajian yang terpisah dengan
studi agama-agama Barat sendiri. Dalam pengertian bahwa para orientalis tersebut
telah melakukan penelitian-penelitian terhadap masyarakat Timur Tengah dan.
Negara-negara dunia ketiga. Pusat-pusat studi di German dan Eropa Timur
banyak membicarakannya, utamanya dalam wacana sejarah, politik dan teks-teks
agama yang dinamis.
Pemikiran-pemikiran tersebut, yang notabene terlahir dari kalangan
orientalis, dalam perkembangan berikutnya, merupakan problematic dicourse bagi
kalangan Muslim. Dalam konteks yang demikian, kemudian Martin mengangkat
gagasan Edward W. Said tentang “orientalisme”. Sepintas dapat disebutkan bahwa
gagasan Said tentang orientalisme ini, demikian Martin, berhubungan dengan
6
Isnanita Noviya Andriyani, Pendekatan dalam Studi Islam (Richard C. Martin), Jurnal
Komunikasi dan Pendidikan Islam, Volume 6, Nomor 2, Desember 2016, hlm 80

6
imperialisme dan kolonialisme Barat atas negara-negara dunia ketiga., utamanya
Timur Tengah. “Studi-studi Ketimuran” merupakan disiplin kesarjanaan yang
berkaitan dengan ambisi-ambisi politik dan ekonomi negara-negara Eropa.
Bahkan telah melahirkan pemikiran yag didasarkan pada ontologis dan
epistimologis antara “Barat” dan “Timur”.
Berkaitan dengan ini, Martin mengetengahkan pendekatan yang digunakan
oleh para ahli sejarah, yakni pendekatan historian dan believer, sebuah
pendekatan yang digunakan oleh para agamawan, termasuk Islam. Sejak awal
abad ke-20, tepatnya ketika pecah perang dunia pertama dan kedua, gejala
tersebut mengalami perubahan seiring dengan munculnya gagasan tentang
“evolusi budaya” yang mempengaruhi struktur berpikir manusia di hampir seluruh
belahan dunia. Dalam proses perubahan mendasar ini, agama untuk kemudian
dipandang sebagai sesuatu yang inheren dalam kehidupan manusia. Dalam
konteks studi agama, muncul apa yang dikenal dengan pendekatan
phenomenology of religion. Pendekatan ini mencoba memahami agama melalui
manisfes-manisfesnya dalam seluruh budaya masyarakat. Yakni penggalian
terhadap nilai-nilai dan ajaran agama-agama sebagai esensi yang ada dibalik
fenomena agama-agama yang hidup dalam masyarakat, yang dicoba-lakukan
secara lebih hati-hati. Jenis pendekatan inilah yang sesungguhnya ingin
ditawarkan Martin. Lebih nyata dijelaskan bahwa pendekatan fenomenologi yang
dimaksud adalah bagaimana para pengkaji agama tersebut dapat melakukan
dengan menggunakan pendekatan yang lebih empiris dan rasional. Sebuah
pendekatan yang sifatnya menjelaskan dan berupaya memahami makna
keberagamaan manusia. Dalam hal ini Martin menyebutkan apa yang disebut
dengan metode verstehen. Metode ini, demikian Martin, adalah sebuah
pendekatan yang berorientasi pada asumsi-asumsi dari kehidupan dalam konteks
kemasyarakatan dan kesejarahannya. Dalam pengertian bahwa manusia
merupakan bagian dari keseluruhan masyarakat dan sejarah yang harus dipahami
makna-makna kehidupannya sebagai ekspresi kehidupan keberagamaannya.
Karena kehidupan manusia memiliki makna-makna tersembunyi dan mengandung
misteri, yang harus diungkap. Makna keberagamaan manusia itu menampakkan
dalam simpul-simpul budaya dan ia sesungguhnya dapat dianalisa dan dipahami.7
Richard C. Martin secara umum melihat suatu agama bukan hanya dari
insider, yaitu pemeluk dan pengikut agamanya seperti Islam dengan komunitas
muslimnya, namun juga melihat agama dari pandangan outsider, yaitu orang-
orang yang mempelajari Islam dari kalangan non- muslim atau sering dikenal
dengan Islamist.8

7
Fachrur Rozie, PENDEKATAN STUDI ISLAM Pendangan Richard C. Martin, William A.
Graham dan Earle H. Waugh dalam Approaches to Islam in Religious Studies, Jurnal Islamic
Review, Volume V, No. 1, April 2016 M./Rajab 1437 H., hal. 48
8
Isnanita, hal. 82

7
1. Pendekatan terhadap teks kitab suci dan nabi (approach to scripture and
prophet)
Richard C. Martin mengunakan tiga pendekatan dalam studi Al-Qur’an
(skripture). Pertama, teori speech- act dalam hubungannya dengan dimensi
lisan dan kesusasteraan dari pembicara/situasi sumber dalam mendefinisikan
Al-Qur'an sebagai tradisi oral/lisan. Kedua, simbolisme kosmologi Al-Qur'an
dalam konteks khusus speech-act dari tipe lingua sacra. Ketiga,
menelaah metode analisis oral-formulatic dan semantic- onstituent yang sukses
diaplikasikan dalam teks non Al- Qur'an.
2. Pendekatan terhadap ritual dan komunitas (approach to ritual and community)
Richard C. Martin berpendapat bahwa cakupan studi-studi ritual
yang lebih baru sebagaimana diterapkan pada Islam dapat memperkaya
pemahaman tentang topik tradisional dalam studi Islam. Ta’ziyah Syi’ah,
Tariqah Sufi, ziarah ke makam orang suci untuk memperoleh berkah,
membaca Al-Qur’an, dan sebagainya merupakan aktifitas simbolik yang
signifikansinya mendalam dalam Islam. Studi agama bukanlah mencari
apakah ritual itu terdapat dalam Islam, melainkan bagaimana mendekati
studi aneka macam aktifitas ritual di dalam Islam. Pendekatan terhadap ritual
sebagai perilaku yang terstruktur dan bermakna dalam budaya Islam.
Frederick M. Denny menulis Islamic Ritual: Perspectives and Theories (Ritual
Islam: Perspektif dan Teori) mengawali kajiannnya dengan menguji
mengapa para Islamis mengabaikan aspek yang sangat performatif dalam
kewajiban keagamaan Islam. Terhadap problem tersebut, Denny menawarkan
kemungkinan riset masa depan dan cara- cara mendekati aneka bentuk dan
ekspresi aktifitas simbolik dalam masyarakat Islam.
3. Pendekatan terhadap islam dan masyarakatnya (approach to religion
and society).
Pada pendekatan terhadap agama dan masyarakat, buku yang di editori
oleh Richard C. Martin terdapat sumbangan Antropolog Marilyn R. Waldman
yang menunjukkan transmisi sosial budaya dengan sarana literer yang
bertentangan dengan oral adalah keduanya berguna untuk menyusun
pertanyaan yang berbeda- beda tentang Islam.
Marilyn R. Waldman melihat bahwa penekanan studi terhadap Islam
klasik yang telah terjadi pada pertumbuhan tradisi literer, institusi pembelajaran
dan seterusnya menjadikan studi agama mengesampingkan komponen oral
budaya muslim, misalnya dalam kasus Al-Qur’an. Marilyn R. Waldman juga
mengemukakan bahwa terjadi pergeseran dari model (oral) “yang tak terdaftar”
ke model transmisi (literer) “yang terdaftar” membantu dalam memahami
perkembangan masyarakat Islam.
4. Pendekatan terhadap interpretasi (scholarship and interpretation).

8
Pendekatan terhadap interpretasi menggunakan pendekatan filosofis
keilmuan dan hermeneutik yang di tulis oleh Charles J. Adam, Andrew
Rippin dan Azim Nanji. Charles J. Adam menguji karya Henry Corbin tentang
Islam di Iran (Islam Syi’ah) dengan menggunakan pendekatan interpretatif
dari Clifford Geertz, yaitu deskripsi tentang fakta (thick description).
Sedangkan Andrew Rippin membahas analisis literer yang pernah di
terapkan dalam Bible.
Andrew Rippin memunculkan dua persoalan untuk thick description,
yaitu persoalan cara memandang dan mendekati sejumlah data yang akan
diinterpretasi. Kemudian Azim Nanji memberi perhatian pada problem analisis
simbol budaya dan maknanya yang ada dalam data agama, yaitu materi sastra
suci Syi’ah Ismailiyah. Azim Nanji mendekati materi suci dalam Syi’ah
Ismailiyah dengan teori sastra dan analisis tematik untuk menentukan pesan
Islam fundamental dalam karya-karya tafsir.
5. Pendekatan terhadap problem insider dan outsider.
Pada masalah insider dan outsider, Richard C. Martin menyunting
tulisan Muhammad Abdul Rauf, Outsider’s Interpretations of Islam: A Muslim
point of View (interpretasi orang luar tentang Islam: sudut pandang muslim)
dan Fazlur Rahman, Approaches to Islam in Religious Studies: Review Essay
(Pendekatan terhadap Islam dalam studi agama: Catatan Resensi). Pendekatan
yang digunakan pada problem insider dan outsider merupakan pendekatan
kritis. Menurut Richard C. Martin pendekatan kritis atas problem insider
dan outsider yang dikaji dua penulis tersebut memiliki dampak yang luar
biasa atas studi Islam terhadap akademik di Amerika Utara.

Pendekatan Studi Islam menurut Charles J.


Perhatian Charles J. Adams mengenai metode dan pendekatan studi Islam
adalah adanya kegelisahan akademik terhadap kegagalan ahli sejarah agama
dalam memperluas pengetahuan dan pemahaman kita tentang Islam sebagai
agama, dan ahli tentang Islam (Islamists) untuk menjelaskan secara tepat
fenomena keberagamaan Islam7 . Untuk menjawab kegelisahan akademik
tersebut, Charles J. Adam menggunakan dua disiplin, yaitu sejarah agama dan
studi Islam sebagai kerangka teoritis atau kerangka fikir (conceptual tool) untuk
menganalisis lebih tajam tradisi Islam dan untuk memperoleh pemahaman yang
jelas mengenai hubungan antara unsur yang bermacam-macam termasuk
hubungan struktural dengan tradisi lainnya.9

9
Saeful Anwar, Pendekatan dalam Pengkajian Islam Kontribusi Charles Adam terhadap
Kegelisahan Akademik, Volume 2, Nomor 1, Februari 2017, hal. 106

9
Sedangkan Pendekatan yang di pakai dalam melakukan kajian Islamic Studies
oleh Charles J. Adam dalam menjawab kegelisahan akademiknya, ia memakai dua
pendekatan yaitu Normatif dan Deskriptif.
A. Pendekatan Normatif atau Keagamaan
Pendekatan normatif adalah suatu pendekatan yang memandang
agama dari segi ajarannya yang pokok dan asli dari tuhan yang didalamnya
belum terdapat penalaran pemikiran manusia. Pendekatan normatif
merupakan upaya dalam memahami agama dengan menggunakan kerangka
ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa suatu keagamaan
dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan agama
lainnya.Menurut M. Amin Abdullah teologi tidak pasti memacu kepada
agama tertentu.Loyalitas terhadap kelompok sendiri, komitmen, dan dedikasi
yang tinggi, serta penggunaan bahasa yang bersifat subjektif, yakni bahasa
sebagai pelaku bukan sebagai pengamat.Hal ini merupakan ciri yang melekat
pada bentuk pemikiran teologis.
Pendekatan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Traditional Missionary Approacch
Pendekatan ini muncul dan digunakan pada abad ke-19 pada saat
semaraknya aktivitas misionaris di kalangan gereja dan sekte Kristen
dalam rangka merespon perkembangan pengaruh politik, ekonomi dan
militer negara Eropa di beberapa bagian Asia dan Afrika. Para misionaris
tertarik mengetahui dan mengkaji Islam dengan tujuan untuk
mempermudah mengkristenkan orang beragama lain (proselytizing).
Metode yang digunakan adalah komperatif antara keyakinan Islam dengan
keyakinan Kristen yang senantiasa merugikan Islam. Harus diakui
konstribusi para misionaris adalah sebagai konstributor awal untuk
pertumbuhan ilmu Islam. Untuk mewujudkan tujuannya tersebut, para
missionaris berusaha dengan sungguh untuk membangun dan
menciptakan pola hubungan yang erat dan cair dengan masyarakat
setempat. Begitu juga dengan penjajah, mereka harus mempelajari bahasa
daerah setempat dan bahkan tidak jarang mereka terlibat dalam aktivitas
kegiatan masyarakat yang bersifat kultural. Dengan demikian, eksistensi
dua kelompok itu, missionaris tradisional dan penjajah (yang sama-sama
beragama Kristen) mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap
perkembangan keilmuan Islam. Dalam konteks itu, karena adanya relasi
yang kuat antara Islam dan missionaris Kristen–, maka Charles J. Adams
berpendapat bahwa studi Islam di Barat dapat dilakukan dengan
memanfaatkan missionaris tradisional itu sebagai alat pendekatan yang
efektif. Dan inilah yang kemudian disebut dengan pendekatan missionaris
tradisional (traditional missionaris approach) dalam studi Islam.

10
2. Apologetic Approach10
Pendekatan apologetic muncul sebagai respon umat Islam terhadap
situasi modern. Di hadapkan pada situasi modern, Islam ditampilkan
sebagai agama yang sesuai dengan modernitas, agama peradaban seperti
peradaban Barat. Pendekatan apologetik merupakan salah satu cara untuk
mempertemukan kebutuhan masyarakat terhadap dunia modern dengan
menyatakan bahwa Islam mampu membawa umat Islam ke dalam abad
baru yang cerah dan modern. Tema seperti ini menjadi fokus kajian para
penulis buku dari kalangan Islam atau Barat seperti Sayyid Amir Ali
dengan bukunya The Spirit of Islam (1922), W.C. Smith, Modern Islam in
India (1946), dan Islam in Modern History (1957). Konstribusi para
pengkaji Islam dengan pendekatan apologetik tersebut adalah melahirkan
pemahaman tentang identitas baru terhadap Islam bagi generasi Islam dan
terbentuknya kebanggaan yang kuat bagi mereka. Kajian apologetik ini
telah dapat menemukan kembali berbagai aspek sejarah dan keberhasilan
Islam yang sempat terlupakan oleh masyarakat. Hasilnya dapat dilihat
dalam banyak aktivitas penelitian dan karya tulis yang menekankan pada
warisan intelektual, kultural, dan agama Islam sendiri. Seperti halnya
misionaris yang tertarik mengkaji Islam, gerakan apologetik ini memiliki
beberapa karakteristik. Oleh karena apologetik lebih concern pada
bagaimana menampilkan Islam dalam performance yang baik, maka
mereka sering terjebak dalam kesalahan yang tidak mengindahkan nilai
keilmuan. Pendekatan apologetik sering menghasilkan literatur yang
mengandung kesalahan dalam bentuk distorsi, selektivitas dan pernyataan
yang berlebihan dalam menggunakan bukti, sering menampilkan sisi
romantisme sejarah dan keberhasilan ummat Islam, dan kesalahan dalam
melakukan analisis perbandingan, serta disemangati oleh sifat atau
karakter tendensius. Kegagalan para apologis Muslim modern adalah
melakukan kajian Islam dengan motif dan tujuan untuk mempertahankan
diri dan bukan untuk tujuan ilmiah. Menurut Adams, pendekatan
apologetik memberikan kontribusi yang positif dan cukup berarti terhadap
generasi Islam dalam banyak hal. Sumbangsih yang terpenting adalah
menjadikan generasi Islam kembali percaya diri dengan identitas
keislamannya dan bangga terhadap warisan klasik. Dalam konteks
pendekatan studi Islam, pendekatan apologetik mencoba menghadirkan
Islam dalam bentuk yang baik. Sayangnya, pendekatan ini terkadang jatuh
dalam kesalahan yang meniadakan unsur ilmu pengetahuan sama sekali.
Secara teoritis, pendekatan apologetik dapat dimaknai dalam tiga hal.
Pertama, metode yang berusaha mempertahankan dan membenarkan
10
Ibid, 107

11
kedudukan doktrinal melawan para pengecamnya. Kedua, dalam teologi,
usaha membenarkan secara rasional asal muasal ilahi dari iman. Ketiga,
apologetik dapat diartikan sebagai salah satu cabang teologi yang
mempertahankan dan membenarkan dogma dengan argumen yang masuk
akal. Ada yang mengatakan bahwa apologetika mempunyai kekurangan
internal. Karena, di satu pihak, apologetik menekankan rasio, sementara di
pihak lain, menyatakan dogma-dogma agama yang pokok dan tidak dapat
ditangkap oleh rasio. Dengan kata lain, apologetik, rasional dalam bentuk,
tetapi irasional dalam isi.
3. Irenic Approach11
Sejak perang dunia II telah berkembang gerakan yan berbeda di
dunia Barat yang diwakili oleh kelompok agama dan universitas. Gerakan
tersebut bertujuan memberikan apresiasi yang besar terhadap
keberagamaan Islam dan memelihara sikap baru terhadap Islam. Upaya
tersebut dalam rangka menghilangkan sikap negatif kalangan Barat
Kristen seperti prasangka, perlawanan, dan merendahkan terhadap tradisi
Islam. Pada waktu yang bersamaan terjadi dialog dengan orang Islam
dengan harapan membangun jembatan bagi terwujudnya sikap saling
simpati antara tradisi agama dan bangsa. Pendekatan ini tetap memperoleh
kritikan dari kalangan intelektual, mereka menghadapi kesulitan luar biasa
dalam mempererat hubungan dengan orang Islam disebabkan kecurigaan
di kalangan Muslim pada masa lampau. Salah satu contoh pendekatan
irenic dalam studi Islam adalah karya Kenneth Cragg. Melalui beberapa
karya yang ditulis, Cragg has endeavoured to show to a Western and
Cristian audience some of the elements of beauty and religion value that
animate the islamic tradition, dan kewajiban orang Kristen adalah terbuka
atau menerima hal tersebut. Cragg mampu menggambarkan bahwa Islam
memperhatikan banyak problem dan isu yang juga fundamental menurut
umat Kristen. Inti pesan Cragg adalah makna iman Islam adalah
terealisasi dalam pengalaman Kristiani. Namun, dalam analisis akhirnya,
Cragg tetap terpengaruh keyakinan Kristennya, bahkan ia mengatakan
bahwa orang Islam harus menjadi Kristen dan hanya dengan cara
demikian, orang Islam menjadi Islam kaffah. Konstribusi karya Cragg
adalah bermanfaat untuk memberantas pandangan negatif terhadap Islam
yang berkembang luas di kalangan Barat. Contoh lain pendekatan irenic
diterapkan oleh W.C. Smith, terutama dalam karyanya The Faith of Other
Men (1962) dan artikelnya berjudul “Comparative Religion, Whither and
Why?”(1959). Hal utama yang ditampilkan dalam tulisan Smith adalah
memahami keyakinan orang lain dan bukan untuk mentransformasikan
11
Ibid, 108

12
keyakinan itu, atau dengan motif penyebaran agama. Dengan memilih
Cragg dan Smith sebagai contoh penggunaan pendekatan irenic dalam
studi Islam, Adams tidak bermaksud mengabaikan akademisi lain yang
dapat dikategorikan dengan mereka berdua seperti Montgomery Watt, dan
Geoffrey Parrinder.
B. Pendekatan Deskriptif
Sedangkan pendekatan diskriptif adalah suatu metode pencarian fakta
dengan interpretasi yang tepat dan muncul sebagai jawaban terhadap motivasi
keingintahuan intelektual akademis. Penelitian ini mempelajari masalah-
masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat
termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
pandangan, dan proses-proses yang sedang berlangsung serta pengaruh-
pengaruh dari suatu fenomena.12
Pendekatan deskriptif ini terdiri dari tiga bagian, yaitu ;
1. Pendekatan Filologi dan Sejarah (Philological and Historical Approach)
Pendekatan filologi adalah metode yang menggunakan penelitian
tentang realitas praktek dan kelembagaan islam pada masa lalu. Sebab
menurut Adams pendekatan filologi dan sejarah memiliki perang yang
sangat penting dan harus dipertahankan. Argumentasi Adams bahwa
islam memiliki banyak literature berupa dokumen-dokumen masa lampau
dalam bidang sejarah, teologi, hokum, tasawuf, dan lain sebagainya.
Literatur tersebut belum banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa.
2. Pendekatan Ilmu Sosial (Social Scientific Approach)
Sangat sulit untuk mendefinisikan pendekatan ilmu social terhadap
studi agama, terutama semenjak terdapat banyak pendapat dikalangan
ilmuan tentang alam dan validitas studi yang mereka gunakan. Dalam
wilayah studi agama, usaha yang ditempuh oleh pakar ilmu social adalah
memahami agama secara obyektif dan peranannya dalam kehidupan
masyarakat, tujuannya agar dapat menemukan aspek emperis dari
keberagaman berdasarkan keyakinan bahwa dengan membongkar sisi
empirik dari agama itu akan membawa seseorang pada agama yang lebih
sesuai dengan realitasnya. Maksud pendekatan ilmu sosial ini adalah
implementasi ajaran Islam oleh manusia dalam kehidupannya, pendekatan
ini mencoba memahami keagamaan seseorang pada suatu masyarakat.
Fenomena-fenomena keislaman yang bersifat lahir diteliti dengan
menggunakan ilmu sosial seperti sosiologi, antrapologi dan lain
sebagainya. Artinya Pendekatan sosial ini menjelaskan seperti apa
perilaku keagamaan seseorang di dalam masyarakat apakah perilakunya

M. Sahibuddin, Pendekatan dalam Pengkajian Islam (Konsep Dasar dalam Memahami Ilmu
12

Ke-Islaman Perspektif Charles J Adam), UIM Pamekasan, hal. 4

13
singkron dengan ajaran agamanya atau tidak. Pendekatan ilmu sosial ini
digunakan untuk memahami pluralism individu dalam suatu masyarakat.13
3. Pendekatan Fenomenalogi (phenomenological Approach)
Pendekatan fenomenalogi agama sulit untuk didefinisikan. Narnun
demikian, Adams dapat membedakan dua masalah penting yang
nampaknya memudahkan memahami fenomenalogi adalah pertama,
fenomenologi merupakan metode untuk memahami agama orang
laindalam perspektif netralitas dan menggunakan prefensi orang yang
bersangkutan untuk mencoba melakukan rekonstruksi menurut
pengalaman orang lain tersebut. Kedua,metode yang mengkonstrusi
rancangan taksonomi untuk mengklasifikasikan fenomena masyarakat
beragama, budaya dan tindakan menaggalkan atribut diri sendiri (epoche).
Dalam metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya bisa
mendalami agama orang lain sedang kekurangannya kalau imannya tidak
kuat akan tergoyahkan.

Perbandingan Pemikiran Metodologis antara Richard C. Martin dan


Charles J. Adams14
1. Jika dilakukan perbandingan metodologis, pemikiran Martin menggunakan
data fields (bidang-bidang data) sebagai basis fokus kajian. Sedang Adams
menggunakan perspektif disiplin (perspectives of diciplines) sebagai fokus
kajian. Karya kedua tokoh ini saling mengayakan dan dalam kadar tertentu
saling melengkapi.
2. Jika dilakukan klasifikasi lebih lanjut terhadap pemikiran Martin, maka dapat
diklasifikasikan lima perspektif pendekatan, yakni:
a. Pendekatan tekstual
b. Sejarah
c. Sosiologi
d. Antropologi
e. Filsafat ilmu
f. Hermeneutik
g. Kritik.
Sedang dalam pemikiran Adams diperoleh dua klasifikasi sebagai berikut:
a. Pendekatan normatif atau keagamaan (misionaris tradisional, Apologetik,
Irenic/Simpatik)
b. Pendekatan deskriptif (Filologi dan sejarah, ilmu-ilmu sosial,
fenomenologi).

13
Ibid, 5
14
Sokhi Huda, hal. 110

14
Penutup
1. Richard C. Martin adalah Professor studi Islam dan Sejarah Agama-agama
di Universitas Emory. Beliau juga seorang Pimpinan di pusat penelitian
Amerika di Mesir. Beliau menulis dan mengajar tentang pemikiran agama
Islam, agama, konflik sosial dan kekerasan, Islam dan sekulerisme.
Sedangkan karir akademisi Charles J. Adams adalah professor dalam
bidang Islamic studies. Ia banyak sekali menulis buku-buku tentang islam.
2. Jenis pendekatan fenomenologi yang sesungguhnya ingin ditawarkan
Martin. Lebih nyata dijelaskan bahwa pendekatan fenomenologi yang
dimaksud adalah bagaimana para pengkaji agama tersebut dapat
melakukan dengan menggunakan pendekatan yang lebih empiris dan
rasional. Martin juga memberikan tawaran pendekatan studi Islam dalam
beberapa aspek: pendekatan terhadap teks kitab suci dan nabi, pendekatan
terhadap ritual dan komunitas, pendekatan terhadap islam dan
masyarakatnya, pendekatan terhadap interpretasi, pendekatan terhadap
problem insider dan outsider.
3. Sedangkan Pendekatan yang di pakai dalam melakukan kajian Islamic
Studies oleh Charles J. Adam dalam menjawab kegelisahan akademiknya,
ia memakai dua pendekatan yaitu Normatif (misionaris tradisional,
Apologetik, Irenic/Simpatik) dan Deskriptif (Filologi dan sejarah, ilmu-
ilmu sosial, fenomenologi).
4. Perbandingan Pemikiran Metodologis antara Richard C. Martin dan
Charles J. Adams dilihat dari perbandingan metodologis dan melakukan
klasifikasi lebih lanjut terhadap pemikiran keduanya.

Daftar Pustaka

Nasuition, Khoiruddin. 2007. Pengantar Studi Islam. Yogyakarta:


ACAdemMIa dan TAZZAFA
Ghazali, Dede Ahmad dan Heri Gunawan. 2015. Studi Islam, Suatu
Pengantar dengan Pendekatan Interdisipliner. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sahrodi, Jamal. 2008. Metodologi Studi Islam, Menelusuri Jejak Historis
Kajian Islam ala Sarjana Orientalis. Bandung: Pustaka Setia
Huda, Sokhi. 2014. Kritik Pemikiran Richard C. Martin dalam Studi Agama
dan Relevansinya dengan Studi Islam di Indonesia. Religio. Volume 4.
Nomor 1

15
Sya’roni, Muhammad. 2017. Pendekatan dalam Studi Islam, Cendekia.
Volume 09. No. 02.
Andriyani, Isnanita Noviya. 2016. Pendekatan dalam Studi Islam (Richard C.
Martin). Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam. Volume 6. Nomor 2
Rozie, Fachrur. 2016. PENDEKATAN STUDI ISLAM Pendangan Richard C.
Martin, William A. Graham dan Earle H. Waugh dalam Approaches to
Islam in Religious Studies. Jurnal Islamic Review. Volume V. No. 1
Anwar, Saeful. 2017. Pendekatan dalam Pengkajian Islam Kontribusi Charles
Adam terhadap Kegelisahan Akademik. Volume 2. Nomor 1
Sahibuddin, M. Pendekatan dalam Pengkajian Islam (Konsep Dasar dalam
Memahami Ilmu Ke-Islaman Perspektif Charles J Adam). UIM
Pamekasan.

16

Anda mungkin juga menyukai