Anda di halaman 1dari 34

MEMBINCANGKAN STUDI ISLAM

Insider diartikan sebagai para pengkaji agama yang berasal dari agamanya sendiri (orang
dalam). Yang dimaksud dengan Insider merupakan cara pandang (prespektif) seseorang dalam
memandang sesuatu hal.
Dalam sejarahnya, pertanyaan tentang perspektif insider dan outsider dalam studi
keagamaan muncul pada pertengahan 1980-an. Setiap orang mempunyai perspektif yang berbeda
dalam agama. Dengan perbedaan-perbedaan tersebut diperlukan pengendalian pemikiran dan
pengendalian tingkah laku dalam menyikapi perbedaan keyakinan. Disinilah pemeluk agama
(insider) diharapkan dapat membangun komunikasi yang harmonis antar umat beragama, agar
dapat tercipta kerukunan dalam sosial kemasyarakatan.
 Kelompok insider
1. Partisipan Murni / Pemeluk Agama
Istilah partisipan murni adalah istilah untuk mengkualifikasi umat atau pemeluk agama
yang terlibat penuh dalam aktivitas keagamaan. Peneliti tipe ini pada dasarnya memiliki
data dan pemahaman yang cukup tentang agama yang ditelitinya. Posisi sebagai insider
pada umumnya menggunakan pengamatan dari dekat. Hasil penelitian mereka, meski
berasal dari orang dalam tetapi dapat menghasilkan kajian yang objektif .
Menurut Kim Knott posisi partisipan murni akan menghadapi kondisi sebagai berikut :
a. Mengkaji dan menulis agama berdasarkan perspektif dalam (insider)
b. Objektivitas tulisan bukan menjadi tujuan.
c. Mengkritik agama juga bukan tujuan dari partisipan murni.
d. Para penulis tentang agama, hanya untuk tambahan pengetahuan orang dalam
(insider).
2. Partisipan sebagai Peneliti : cara pandang yang relatif baru.
Dari tataran emik yang berlandaskan konsep pengalaman dekat menuju tataran etik, di
mana bahasa ilmu sosial digunakan untuk menjelaskan aspek psikologis dan perilaku
keyakinan agama. Banyak sosiolog dan psikolog yang menggunakan pendekatan
kuantitatif, misalnya, dengan mengembangkan dan mengelola sebuah kuisioner . Pada
kenyataannya, apa yang mereka lakukan adalah menunggu tanda-tanda dari kegiatan
kelompok keberagamaan, dan kemudian mengamati perilaku komunitasnya dari dalam.
Mereka mengadopsi peran insider, untuk observasi sebagai pencari realita tak langsung,
sehingga akan didapat hasil yang lebih akurat.
Menurut Kim Knott posisi partisipan sebagai peneliti akan menghadapi kondisi sebagai
berikut :
a. Pada umumnya mereka mengadopsi sikap yang lebih kritis, dari pada meniru peran
partisipan murni.
b. Mengadopsi cara-cara peneliti untuk mengkaji keagamaan ditengah-tengah komunitas
agama mereka sendiri.
 Kajian Outsider dalam pandangan muslim
Beberapa penyebab terjadinya penolakan terhadap kajian outsider adalah:
1. Persepsi di kalangan kaum muslimin bahwa kajian yang dilakukan oleh outsider
dikhawatirkan membawa budaya westernisasi.
2. Karena beberapa outsider berasal dari negara-negara imperialis dan kolonialis, maka
dipersepsikan pandangan mereka sarat dengan nilai-nilai kolonialisme dan imperialisme.
3. Secara metodologis, beberapa penyebab kajian ousider tidak diterima dikarenakan kajian
mereka lebih berakar pada filologi dan budaya Barat.
4. Lebih fundamental lagi, kajian outsider banyak yang tidak didasarkan pada horizon,
idiom, tradisi dan ajaran Islam itu sendiri.
Beberapa penyebab terjadinya penolakan terhadap kajian outsider adalah:
1. Persepsi di kalangan kaum muslimin bahwa kajian yang dilakukan oleh outsider
dikhawatirkan membawa budaya westernisasi.
2. Karena beberapa outsider berasal dari negara-negara imperialis dan kolonialis, maka
dipersepsikan pandangan mereka sarat dengan nilai-nilai kolonialisme dan imperialisme.
3. Secara metodologis, beberapa penyebab kajian ousider tidak diterima dikarenakan kajian
mereka lebih berakar pada filologi dan budaya Barat.
4. Lebih fundamental lagi, kajian outsider banyak yang tidak didasarkan pada horizon,
idiom, tradisi dan ajaran Islam itu sendiri.
Kajian Outsider Yang Murni Ditolak:
1. Ignaz Goldziher.
2. Josep Schacht.
3. Juynboll.
4. Samuel P.
Outsider yang diterima pemikirannya bahkan dipandang dapat memperkaya kajian Islam:
1. Charles J.
2. W. Montgomerry Watt.
3. J.G.Jansen. J.G.
4. Charles Adams
5. W.C. Smith
6. Alford T. Welch
7. John L. Esposito.
8. Daniel Brown.
 Ciri Berfikir Insider Dan Outsider
Sebagai orang luar (Outsider) kaitannya dengan kajian Islam, konsep metodologi
tersebut tentu saja tidak berangkat dari sebuah keyakinan, sebagaimana yang dilakukan oleh
kebanyakan umat Islam (Insider), tetapi dari suatu asumsi interpretasi yang dikaitkan dengan
teori dan perspektif metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Dengan memposisikan diri kita
sebagai Insider dalam Islam, kita harus mengakui bahwa umat Islam terkadang cenderung
bersikap apriori terhadap hal-hal yang berasal dari luar (Outsider) tanpa mengkajinya lebih
mendalam terlebih dahulu.
STUDI ISLAM
 Studi Islam Aspek Historisitas
Pendekatan normatifitas dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan
menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak pada suatu keyakinan bahwa wujud
empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan
yang lainnya.
Pendekatan normatifitas di satu sisi merupakan pendekatan yang berpijak pada teks
yang tertulis di dalam kitab suci masing-masing agama. Sehingga dalam batasan-batasan
tertentu pendekatan ini cenderung bercorak liberalis, tekstualis, atau skripturalis.
Normatifitas adalah suatu ajaran yang sudah ditelaah melalui berbagai pendekatan
dari berbagai sumber hukum yang memiliki persoalan tentang ketuhanan. Islam Normatif
ialah pengumpulan berbagai sumber hukum yang bersumber dari Al-Qur’an dan
Hadist/Sunah Nabi dimana tingkat kebenarannya mutlak dan murni dari firman Tuhan tanpa
campur tangan manusia. Islam normatif memuat nilai-nilai yang kebenarannya absolut.
 Ruang lingkup Normatifitas dalam Studi Islam
1. Tafsir
Tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah (al-Qur’an)
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan cara mengambil penjelasan
maknanya, hukum serta hikmah yang terkandung di dalamnya.
2. Hadits
Menurut jumhur ulama’ hadits adalah segala sesuatu yang dinukil dari Rasulullah saw.,
sahabat atau tabiin baik dalam bentuk ucapan, perbuatan maupun ketetapan, baik
semuanya itu dilakukan sewaktu-waktu saja, maupun lebih sering dan banyak diikuti oleh
para sahabat.
3. Teologi
Secara etomologis, kata teologi diartikan ilmu agama, ilmu tentang Tuhan berkaitan
dengan sifat-sifatnya, khususnya berkaitan dengan kitab suci. Sedangkan dalam arti
istilah teologi adalah ilmu yang membicarakan tentang masalah ketuhanan, sifat-sifat
wajibNya, sifat-sifat mustahilNya dan hal-hal lain yang berhubungan dengan
perbuatanya. Dengan teologi adalah istilah ilmu agama yang membahas ajaran dasar dari
suatu agama atau suatu keyakinan yang tertanam dihati sanubari.
 Bentuk-bentuk Pendekatan Normatifitas
1. Menurut Nasr Hamid Abu Zaid mengelompokkan menjadi tiga wilayah (domain):
1) wilayah teks asli Islam
2) Pemikiran Islam merupakan ragam menafsirkan terhadap teks asli Islam
3) Ketiga praktek yang dilakukan kaum muslim
2. Sementara Abdullah Saeed menyebut ada 3 tingkatan yang berbeda yakni :
1) Nilai dasar kepercayaan
2) Penafsiran terhadap nilai dasar tersebut
3) Pratek berdasarkan pada nilai-nilai dasar tersebut yang berbeda antara satu negara
dengan negara lain, bahkan antara satu wilayah dengan wilayah lain.
3. Pengelompokan islam normatif menurut pendapat sejumlah ulama dikelompokkan
menjadi dua kelompok yaitu
1) Nash prinsip atau normatif-universal
2) Nash praktis-temporal.
 Studi Islam Aspek Historisitas
Historis adalah peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Islam Historis merupakan
islam sebagaimana yang dipahami dan Dipraktekkan oleh ummat islam yang kemudian
melahirkan peradaban Islam.
Islam Historis atau Islam sebagai produk sejarah adalah Islam yang Dipahami dan islam yang
dipraktekkan kaum muslim di seluruh penjuru Dunia, mulai dari masa Nabi Muhammad Saw
sampai sekarang. Islam Historis merupakan unsur kebudayaan yang dihasilkan oleh setiap
Pemikiran manusia dalam interpretasi atau pemahamannya terhadap Teks, maka Islam pada
tahap ini terpengaruh bahkan menjadi sebuah Kebudayaan.
 Konsep Aspek Historisitas Studi Islam
Dalam suatu penelitian, aspek historis bisa ditempatkan pada dua posisi yakni sebagai objek
kajian dan sebagai alat bantu untuk mengkaji dalam arti sebuah bagian dari metode
penelitian. Di sinilah aspek penting yang harus ditentukan tentang apakah ia merupakan
sebuah pengetahuan atau ia sebagai sebuah pendekatan. Konsekuensi pendekatan historis
dalam penelitian terhadap gejala-gejala atas fenomena yang terjadi mengharuskan untuk
mempertimbangkan beberapa aspek, di antara aspek tersebut adalah segi-segi prosessual,
perubahan-perubahan, dan aspek diakronis
 Historiografi atau Metode Historisitas Studi Islam
Historiografi ialah perkembangan penulisan biografi dalam sejarah. Historiografi islam
berarti cara penulisan sejarah atau pemaparan sejarah islam dengan mengurutkan
kronologisnya.penulisan atau pemaparan sejarah dalam sejarah islam dilakukan antara lain :
1. Tarikh merupakan sistem penanggalan islam yang perhitungannyandidasarkan atas
peredaran bulan mengelilingi bumi.
2. Sirah secara semantic berarti perjalanan dalam terminologi historiografi, sirah berarti
perjalanan hidup atau biografi.
3. Hikayat secara bahasa berarti cerita, ia merupakan karya kreatif hasil pemikiran,
pengalaman, ataupun daya khayal pengarangnya.
4. Manaqib yaitu catatan riwayat hidup seorang syaikh tarekat yang memaparkan kisah-
kisahnya yang ajaib dan bersifat menyanjung dengan menyertakan ikhtisar hikayatnya.
5. Tabaqat kesimpulan biografi tokoh berdasarkan pelapisan generasi dewasa ini, tabaqat
biasanya menghimpun sejumlah tokoh dalam bidang ilmu tertentu.
6. Tarajim, yaitu bentuk jamak dari tarjamah, yang berarti biografitokoh.
7. Iyyam yaitu hari hari peperangan antara kabilah-kabilah arab yang berlangsung di siang
hari.
 Tujuan Aspek Historisitas Studi Islam
Tujuan aspek historisitas atau sejarah dalam pengkajian islam adalah untuk merekonstruksi
masa lampau secara sistematis dan objektif dengan cara :
1. Mengumpulkan
2. Mengevaluasi
3. Memverifikasi
4. Mensistematisasikan bukti-bukti untuk menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan
yang kuat.
DIMENSI DALAM STUDI ISLAM
 Filsafat Islam
Filsafat Islam merupakan hasil pemikiran filsuf tentang ketuhanan, kenabian,
kemanusiaan, dan alam yang dilandasi ajaran Islam sebagai suatu aturan pemikiran yang
logis dan sistematis. Selain itu filsafat Islam memaparkan pula secara luas tentang ontologi
dan menunjukkan pangangannya tentang ruang, waktu, materi, serta kehidupan. Filsafat
islam berupaya memadukan antara wakyu dengan akal, antara akidah dengan hikmah, antara
agama dengan filsafat, dan menjelaskan kepada manusia bahwa wahyu tidak bertentangan
dengan akal.
 Sejarah Filsafat
Sejarah awal filsafat dimulai diberbagai belahan dunia. Di Yunani, di India, di China
ataupun di Timur Tengah, dan lain sebagainya. Tetapi mereka semua berada pada fase-fase
yang disepakati sebagai awal mula orang berpikir filsafat di sekitar abad Ke- 6 higga abad
Ke- 4 SM. Tetapi di belahan dunia yang lain, dipertengahan era kegelapan (abad pertengahan
Eropa), peradaban Islam mulai muncul dan menjadi pembaharu pemikiran-pemikiran filsafat
yang diserap dari pemikiran klasik Yunani, Persia dan sejumlah peradaban lain yang
mempengaruhinya. Hal inilah kemudian yang menjadi rantai penjelasan bagaimana “ilmu
pengetahuan modern” yang menimba ilmu amat dalam pada “Filsafat klasik Yunani” dapat
sampai ke pangkuan peradaban Eropa Modern di sekitar abad Ke- 15 M.
Perlahan-lahan filsafat menyebar kemana-mana dan menjadi sangat saman (zeit geist)
untuk mempertanyakan, meragukan dan menggugat kepercayaan-kepercayaan utama gereja
dan institusi-institusi yang menopang legistimasinya di abad pertengahan. Hal inilah yang
kemudian melahirkan apa yang disebut para serawan sebaga renaissance, abad pencerahan.
 Objek Pembahasan Filsafat
Menurut al-Kindi, dua jenis pengetahuan, ilmu yang bersumber dari Alquran yang
disebut ‘lim ilahiy dan ilmu yang bersumber dari manusia disebut ‘lim insaniy, yaitu
pemikiran atau filsafat, sumber yang berasal dari wahyu dan rasio.
Objek material merupakan segala sesuatu yang menjadi problem filsafat atau yang
dipermasalahkan oleh dan dalam filsafat. Karena filsafat itu berpangkal pada pikiran manusia
secara radikal dan sistematis terhadap seluruh alam, maka materi filsafat juga termasuk alam
dan pemikiran itu sendiri.

Objek formal filsafat adalah mencari keterangan yang membahas secara


mendalam tentang segala objek material filsafat. Dengan demikian jelaslah bahwa objek
filsafat itu ada dua bentuk, yakni materi dan formal. Objek material meliputi hakekat
Tuhan, alam dan manusia. Ataupun sesuatu yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan
objek formal meliputi pencaharian keterangan secara radikal tentang objek material
filsafat yang ada.
 Aliran Filsafat Islam
1. Aliran Peripatetik
2. Aliran iluminasionis (isyraqi)
3. Aliran ‘Irfani (tasawwuf)
4. Aliran Hikmah Muta’aliyyah
 Karakteristik Filsafat Islam
1. Berpikir Rasional
2. Mencari Asas
3. Membeuru Kebenaran
4. Mencari Kejelasan
 Tokoh-tokoh Filsafat islam dan Pemikirannya
1. Al-Kindi
2. Al-Farabi
3. Ibnu Sina
4. Ibn Maskawaih
 Dimensi-dimensi dalam Islam
1. Islam
Dari sisi kebahasaan mengandung arti patuh, tunduk, taat, dan berserah Diri kepada
Tuhan, dalam upaya mencari kebahagiaandan keselamatan hidup di dunia dan Di akhirat
kelak sebagaimana yang tertera pada Q.S Al-Baqarah (2): 208 dan Q.S Al Anfal (8): 61.
Dari sisi istilah, Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya diwahyukanTuhan Kepada
masyarakat melalui Nabi Muhammad saw. Sebagai rasul. Islam pada hakikatnya
Membawa ajaran-ajaran yang bukan hanya mengenal satu segi,tetapi mengenai berbagai
Segi dalam kehidupan manusia.
2. Iman
Menurut bahasa iman berarti pembenaran dalam hati. Sedangkan menurut istilah, Iman
adalah membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan danmengamalkan Dengan
anggota badan. Iman tidak bisa mengambil bentuk ma‟rifat atau amal tetapi Haruslah
merupakan tasdiq.
3. Ihsan
Ihsan adalah pendidikan atau latihan untuk mencapai dalam arti sesungguhnya. Karena
itu, ihsan menjadi puncak tertinggi keagamaan manusia.
 Pengertian Kalam
Menurut Ibnu Khaldul, ilmu kalam yaitu ilmu yang berisi alasan-Alasan yang
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-Dalil pikiran
dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari Kepercayaan-kepercayaan
aliran golongan salaf dan ahlisunah.
Ilmu kalam adalah suatu ilmu yang mengkaji ajaran-ajaran dasar keimanan Islam
(usuluddin). Ilmu ini mengidentifikasi ajaran-ajaran dasar dan berupaya membuktikan
Validitasnya dan menjawab setiap keraguan terhadapnya.
 Aliran dalam Kalam
1. Aliran Pemikiran Islam
Dalam dimensi Islam yakni Iman yang Merupakan salah satu dari tiga sendi utama dalam
Islam, dalam pembahasan yang mendalam mengenai Iman maka melahirkan salah satu
ilmu yang disebut dengan Ilmu Kalam., sedangkan pelajaran yang lebih mendalam
mengenai Ihsan maka akan melahirkan Salah satu cabang ilmu Islam yang disebut
dengan ilmu Tasawuf.
2. Aliran-aliran dalam kalam
1) khawarij memiliki ajaran memiliki ajaran Dan menjadi ciri utama ajaran ini, yaitu
ajaran tentang pelaku dosa besar (Murtakib Al-Kabair).
2) Qodariah adalah aliran yang memandang bahwa manusia memiliki kekuatan (qudrah)
untuk menentukan perjalanan hidupnya dan untuk mewujudkan perbuatannya.
Jabariyah berpendapat bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
menentukan Perjalanan hidup dan mewujudkan perbuatannya.
ANEKA PENDEKATAN DALAM STUDI
 Pendekatan Teologis Dan Filosofis Dalam Studi Islam
Menurut mahmud mengklasifikasikan pendekatan teologis menjadi tiga jenis, diantaranya :
1. Teologis Apologetis
Teologis apologetis yakni seorang pengkaji yang menjadikan agama lain sebagai objek
kajian dan menjadikan agama yang dianutnya sebagai parameter penilaian.
2. Teologis Dialogis
Pendekatan ini bertujuan untuk menemukan perbedaan dan kesamaan dalam setiap
agama, sehingga setiap agama dapat menghargai dan mengakui eksistensinya.
3. Teologis Konvergensi
Pendekatan ini berfokus pada kesamaan intisari dan kesamaan dalam setiap agama yang
tanpa memandang perbedaan yang ada.
 Pendekatan teologis memiliki ciri-ciri antara lain :
1. Loyalitas terhadap diri sendiri
2. Komitmen
3. Dedikasi
4. Bersifat subyektif
 Kelebihan dari pendekatan teologis ini yakni:
1. Bersifat deduktif dan Yang menjadikan seseorang yang berpegang pada pendekatan
teologis akan memiliki Kecintaan dan loyalitas yang kuat terhadap agamanya dan
berpegang teguh pada Tuntunan agama.
2. Memandang agamanya ialah agama yang benar tanpa Meremehkan agama lain.
3. Bersikap hati-hati dalam setiap Aktivitasnya supaya tidak keluar dari bingkai syariat.
 Kekurangan dari pendekatan teologis yakni
1. Pada sikap Ekslusif dan tertutup karena berpegang pada keyakinan mutlak.
2. Bersifat dogmatis yang Tidak dapat dibantah kebenarannya ataupun dikritisi
3. Fanatik dan Toleran
Filsafat Memiliki arti yang bervariasi, Juhaya S. Praja mengatakan bahwa arti yang sangat
formal dari filsafat ialah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan Sikap
yang dijunjung tinggi.
 Ciri-ciri pendekatan Filosofis
Filsafat dalam pengkajian islam perspektif Joseph Schacht dalam buku yang dirilis H.L. Beck
dan N.J.G. Kaptein, dengan memandang filsafat islam sebagai keseluruhan, untuk
memberikan penegasan pada arah peranannya, antara lain :
1. Adanya kesatuan yang tak terbantahkan yang melewati batas-batas keanekaragaman baik
yang bersifat lokus atau tempora
2. Falsafah ini merupakan bagian dari gejala pemikiran yunani
3. Filsafat islam bermaksud menjadi kebijaksanaan. Al Farabi (W.950), Ibnu Sina (W.
1037), Ibnu Rusyd (w. 1198) yakin akan ketunggalan pengetahuan yang dimahkotai
dengan metafisika atau ilahiyyat.
4. Kualitas kebijaksanaan yang diusahakan untuk diikuti oleh filsafat islam itu.
 Pendekatan Filosofis memiliki empat cabang :
1. Logika
2. Metafisika
3. Epistemologi
4. Etika
 Lima posisi utama hubungan antara filsafat dan agama :
1. Filsafat sebagai agama
2. Filsafat sebagai pelayan agama
3. Filsafat sebagai pembuat ruang keimanan
4. Filsafat sebagai suatu perangkat analitis bagi agama
5. Filsafat sebagai studi tentang penalaran yang digunakan dalam pemikiran Keagamaan
 Pendekatan Psikologis Dan Linguistik Dalam Studi Islam
Menurut Plato dan Aristoteles bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hakikat jiwa serta prosesnya sampai akhir.
Dalam khazanah dunia keilmuan islam (insider), psikologis dibahas dan diposisikan sebagai
suatu ilmu yang luas ruang lingkupnya dalam konteks sistem kerohanian yang memiliki
hubungan vertikal dengan allah swt. Sebagai tuhannya dalam hal ini pola hubungan bersifat
secara langsung dan hanya dibatasi oleh tingkat ketebalan iman. Kajian psikologis terhadap
pendekatan studi islam bertujua untuk mengkaji dan menelitinya secara ilmiah, dan
memungkinkan untuk mengembangkan pemikiran yang rasional.
 Perkembangan pendekatan psikologis
1. Al Farabi, Al Biruni Dan Ibnu Sina
Menurut al farabi, bermula dari penggunaan akal inilah manusia tertuntun kepada jalan
kebenaran. Ia berpendapat bahwa dengan akal manusia akan memiliki kekuatan yang
dahsyat yang dapat memancarkan kekuatan ruhiyah.
2. William James
Menyatakan bahwa agama merupakan institusi sosial yang mampu memfasilitasi manusia
untuk mengembangkan potensi dirinya untuk mendekatkan diri dengan tuhannya.
3. Sigmund Freud
Ia berpendapat bahwa manusia dapat memperoleh agamanya sebagai akibat dari
penggabungan interaksi manusia itu dengan pengalaman pribadinya dan dengan
pengalaman masyarakat.
4. Carl Gustav Jung
Berpendapat bahwa agama merupakan landasan positif yang mengayomi aspek psikologi.
 Karakteristik Pendekatan Psikologis
1. Pendekatan Struktural, yaitu pendekatan yang bertujuan untuk mempelajari pengalaman
seseorang berdasarkan tingkatan atau kategori tertentu.
2. Pendekatan Fungsional, yaitu pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana
agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individu dalam
kehidupannya.
3. Pendekatan Psiko-Analisis, yaitu suatu pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan
tentang pengaruh agama dalam kepribadian seseorang dan hubungannya dengan
penyakit-penyakit jiwa.
 Pendekatan Linguistik dalam Studi Islam
Linguistik berarti ilmu bahasa. Kata linguistik berasal dari bahasa latin, lingua yang berarti
bahasa. Ahli ilmu linguistik awam disebut dengan lingua. Linguistik juga diartikan sebagai
studi bahasa secara ilmiah yang membahas tentang struktur bahasa yang tujuannya untuk
bagaiman orang menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
 Pendekatan linguistik dalam kajian Islam
Pendekatan linguistik yang digunakan dalam pengkajian islam biasanya menekankan pada
dua kategori, yaitu analisis bahasa dan analisis konsep.
Dalam melakukan analisis konsep, ada 4 hal yang perlu diperhatikan:
1. Berusaha menemukan kembali arti suatu istilah.
2. Meninjau suatu konsep secara objektif.
3. Analisis konsep yang digunakan berdasarkan penerapan logika.
4. Proses penemuan dalam analisis konsep merupakan pemahaman yang jelas mengenai
hubungan antara pikiran, bahasa dan realitas.
 Ilmu yang terkait dengan pendekatan linguistik dalam kajian islam, diantaranya :
1. Ilmu Mantiq
2. Semiotik Islam
3. Hermeneutik Islam
ISLAM DAN INTERRELIGIUS STUDIES
 Dialog Antar Umat Beragama
Dialog adalah sikap, suatu keterbukaan, dan sharing rohani. Dialog dijadikan sebuah upaya
yang efektif untuk mengatasi dan meminimalisir konfik yang ada. Dialog juga dijadikan
sarana untuk mencapai kerukunan, karena sering ditemui konflik antar agama yang anarkis
atau melakukan kekerasan.
 Sejarah dialog antar umat beragama di Indonesia
Di indonesia, dialog antar umat beragama mulai diketahui sekitar tahun 1960-an. Pada tahun
1967 mulai terdengar perhatian gereja-gereja terhadap masalah hubungan antar umat
beragama yaitu dalam konferensi gereja dan masyarakat di salatiga. Sekitar tahun 1981
dewan gereja gereja di indonesia (dgi) mulai mengadakan seminar agama yang kemudian
rutin diadakan setiap tahun.
 Tujuan dan pedoman khusus dialog antar umat beragama
1. Menumbuhkan kembali rasa yang hilang karena tidak adanya toleransi.
2. Menumbuhkan kepedulian kepada sesame manusia.
3. Menciptakan ketentraman dalam bermasyarakat.
4. Menciptakan kerukunan dan perdamaian,
5. Menyelesaikan permasalahan yang ada.
6. Menolong sesame manusia menghadapi krisis kemanusiaan
 Pedoman dalam dialog antar umat beragama diantaranya:
1. Berpedoman pada dasar pijakan yang sama
2. Berpedoman pada tujuan dialog adanya saling pengertian atau toleransi antar umat
beragama.
3. Yang dibahas dalam dialog berupa kepentingan nasional bangsa indonesia.
4. Berpedoman pada kode etik yang sama.
 Pandangan Islam Tentang Dialog Antar Umat Beragama :
1. Kesadaran akan perbedaan.
2. Kebebasan beragama
3. Kebenaran bersifat universal
4. Doktrin supersessionisme:legitimasi agama-agama sebelumnya
 Liberalisme
Liberalisme adalah suatu ideologi atau filsafat yang mengutamakan hak individu secara
bebas, tidak dicampurtangani oleh ajaran tertentu dan tanpa tekanan dari manapun, sehingga
dapat bertindak sesuai dengan kenginan sendiri tanpa beban untuk menggapai tujuan dan
kepentingannya.
Periode peradaban barat dianggap sangatlah penting untuk menimbulkan pemikiran
liberalisme periode modern. Dua peristiwa penting yang menjadi dasar lahirnya paham
liberalisme adalah :
1. Declaration Of Independence (Pernyataan Kemerdekaan) ke 13 koloni inggris di amerika
utara berhasil melepaskan diri dari belenggu penjajahan inggris dan juga berhasil
menghasilkan declaration of independence yang menyatakan bahwa semua orang
diciptakan sama, bahwa tuhan telah menganugerahi beberapa hal yang tidak dapat
dipisahkan daripadanya, dintaranya adalah hak untuk hidup, kebebasan kemerdekaan, dan
hak untuk mencapai kemerdekaan.
2. Dalam buku Wealth Of Nation (1776) karya dari adam smith, liberalisme berkembang
melalui kebijakan lassiez faire. Dalam buku ini isinya mengenai tentang gagasan-gagasan
yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk membangun sistem ekonomi kapitalis yang
menawarkan liberalisasi kegiatan ekonomi bagi setiap orang. Kebijakan ini akhirnya
membatasi negara untuk campur tangan dalam kegiatan ekonomi rakyat.
 Dasar-dasar Kebijakan Liberalisme
1. Hak milik
2. Kebebasan
3. Perdamaian
4. Persamaan
5. Negara dan pemerintah
 Perkembangan liberalisme di negara maju dan berkembang
1. Amerika
2. Amerika Serikat
3. Eropa
4. Asia
5. Afrika
 Perkembangan Liberalisme dalam Islam
1. Generasi pertama (1830-1870) yang dipelopori oleh Al Thahthawi
2. Generasi kedua (1870-1900) yang dipelopori Oleh Qasim Asim
3. Generasi ketiga (1900-1939) yang dipelopori oleh ‘Ali ‘Abd Al Raziq dan Rasyid Ridha.
 Sekularisme
Sekularisme adalah suatu paham yang memisahkan antara kehidupan dunia dengan akhirat
dalam semua aspek kehidupan, baik dari sisi agama, ekonomi, pendidikan, politik, sosial dan
lain sebagainya. Selain itu, sekularisme juga memperjuangkan hak untuk bebas dari berbagai
aturan-aturan dari ajaran agama, di samping juga memberikan sifat toleransi yang tidak
terbatas, termasuk juga antar agama.
 Sejarah Sekularisme
Sejarah munculnya sekularisme sebenarnya merupakan bentuk kekecewaan (mosi tidak
percaya) masyarakat eropa kepada gereja sekitar abad 15, karena dominasi sosio-ekonomi
dan cultural dan tindakan refresi terhadap penggunaan sain dan ilmu pengetahuan di luar
gereja. Sedangkan inti ajaran dari sekulerisme mencakup penidak-keramatan alam,
desakralisasi politik dan dekonsekrasi nilai.
Di sisi lain bahwa sekularisme masuk dan berkembang di indonesia melalui penjajahan
belanda, setelah ratusan tahun belanda menduduki indonesia, baik secara langsung ataupun
tidak langsung belanda telah melakukan berbagai perubahan mendasar dan memporak-
porandakan sistim sosial, agama serta pendidikan di indonesia. Setelah indonesia merdeka
sistem ini terus diminati dan berkembang hingga saat ini.
 Ciri-ciri sekularisme menurut Ismail al Faruqi Sebagai berikut :
1. Suatu faham yang merujuk kepada penafian terhadap hal-hal kerohanian.
2. Penolakan terhadap kewibawaan unsur-unsur kerohanian.
3. Penafsiran tentang adanya hidup yang tetap (akhirat).
4. Pemisahan di antara agama dan nilai kerohanian dengan pemerintahan dan kehidupan
keduniaan.
5. Kekuasaan sebagai kebebasan mutlak untuk merencana dan menyusun dasar hidup
manusia seterusnya melaksanakannya sendiri tanpa apa-apa pergantungan dan hubung
kait dengan tuhan.
6. Gereja dan institusi agama hanya terbatas kepada perkaraperkara yang berhubung dengan
masalah ketuhanan sahaja.
 Pengaruh Sekularisme di Dunia Pendidikan
Salah satu wujud nyata faham tersebut dapat kita lihat dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional (sisdiknas) no. 20 tahun2003, pada bab vi tentang jalur, jenjang dan jenis
pendidikan bagian kesatu (umum) pasal 15 yang berbunyi: jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, advokasi, keagaman, dan khusus. Dari pasal
di atas tampak jelas bahwa adanya dikotomi pendidikanantara pendidikan agama dan
pendidikan umum, dan hal ini pula yang penulis simpulkan bahwa paham sekularisme ini
juga telah masuk keranah pendidikan.
 Pluralisme
Pluralisme merupakan paham atau sikap terhadap keadaan majemuk baik dalam konteks
sosial, budaya, politik maupun agama. Sedangkan kata agama dalam agama islam yaitu din
yang secara bahasa berarti tunduk, patuh, taat, jalan. Pluarisme agama merupakan kondisi
hidup antar penganut agama yang berbeda-beda dalam satu komunitas dengan tetap
mempertahankan ciri-ciri spesifik ajaran masing-masing agama.
 Hubungan Islam dan Pluralisme Agama
Tidak ada paksaan dalam beragama pengakuan atas eksistensi agama-agama kesatuan
kenabian.

STUDI KAWASAN
 Mengenal Islam Di Timur: Oksidentalisme
Menurut bahasa istilah oksidentalisme berasal dari kata dasar occident, yang berarti barat.
Menurut istilah oksidentalisme merupakan sebuah cara pandang tentang sesuatu (the other)
dari kacamata ketimuran.
 Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Oksidentalisme
Oksidentalisme muncul pada masa kemunduran pasca gerakan kemerdekaan arab pada akhir
abad ke-20. Pada dasamya oksidentalisme bukanlah wacana baru, sebab hubungan timur dan
barat bukan produk yang baru berkembang. Lahirnya peradaban timur yang diwakili oleh
tradisi islam atau peradaban lain yang lebih tua merupakan awal berlangsungnya relasi timur
dan barat. Akar oksidentalisme dapat dilacak dengan mengetahui relasi peradaban timur dan
yunani pada masa lalu.
 Tujuan Oksidentaliasme
1. Kontrol atau pembendungan atas kesadaran eropa dari awal sampai akhir
2. Mempelajari kesadaran eropa dalam kapasitas sebagai sejarah bukan sebagai kesadaran
yang berada di luar sejarah.
3. Mengembalikan barat ke batas alamiahnya mengakhiri perang kebudayaan,
menghentikan ekspansi tanpa batas, mengembalikan filsafat eropa ke lingkungan di mana
ia dilahirkan, sehingga partikulasi barat akan terlihat.
4. Menghapus mitos “kebudayaan kosmopolit”
5. Membuka jalan bagi terciptanya inovasi bangsa non eropa dan membebaskannya dari
“akal” eropa yang menghalangi nuraninya
6. Menghapus rasa rendah diri yang terjadi pada bangsa non eropa ketika berhadapan
dengan bangsa eropa dan memacu mereka menuju tahap inovator
7. Melakukan penulisan ulang sejarah agar semaksimal dapat mewujudkan persamaan bagi
seluruh bangsa di dunia yang sebelumnya menjadi korban perampas kebudayaan yang
dilakukan bangsa eropa
8. Permulaan filsafat baru yang dimulai dari angin timur
9. Mengakhiri orientalisme dengan mengubah timur dari obyek menjadi subyek dan
meluruskan hukum-hukum yang diterapkan
10. Menciptakan oksidentalisme sebagai ilmu pengetahuan yang akurat
11. Membentuk peneliti-peneliti tanah air yang mempelajari peradabannyadari kacamata
sendiri dan mengkaji peradaban lain secara netral dari kajian yang pernah dilakukan barat
terhadap peradaban lain.
12. Dimulainya generasi pemikir baru yang dapat disebut sebagai filosuf, pasca generasi
pelopor di era kebangkitan
13. Membebaskan ego dari kekuasaan the other pada tingkat peradaban agar ego dapat
memposisikan diri sebagai dirinya sendiri.
14. Dengan oksidentalisme manusia akan mengalami era baru di mana tidak ada lagi
penyakit rasialismeterpendam
 Mengenal Islam Di Barat(Orientalisme)
Orientalisme mengandung arti yaitu keahlian mengenai wilayah timur, kemampuan
metodologi dalam mempelajari masalah ketimuran dan memahami sikap ideologis terhadap
masalah ketimuran khususnya terhadap dunia islama
 Sejarah Munculnya dan Perkembangan Orientalisme
Sejarah orientalisme muncul pasca perang salib, dimana kajian orientalisme katika itu masih
seporadis dan bersifat apologis karena informasi yang diperoleh oleh sarjana barat tentang
islam dan dunia timur sangat sedikit, sehingga dengan informasi yang jarang itu
mempengaruhi kesimpulan dan pandangan mereka terhadap islam.
 Kajian tentang Orientalisme dapat dibatasi dalam empat point penting:
1. Pada abad ke 18 M istilah orientalisme ditujukan terhadap kajian-kajian kritis filologis
terhadap teks-teks dunia timur yang masih bersifat seporadi dan belum melembaga dan
terorganisir secara sistematis.
2. Pada abad ke 19 M kajian orientalis mengarah kepada kajian yang lebih luas dan telah
terorganisir dan sistematik, meliputi kajian teks, seni, dan sastra. Nama seperti silvestre
de sacy (1758-1838).
3. Pada abad ke 20 M kajian orientalisme mengambil peran penting dalam menjustifikasi
imperealisme barat atas dunia timur, sehingga kajiankajiannya ditunggangi oleh
kepentingan politik.
4. Kajian orientalisme yang bersentuhan dengan bidang ke islaman mulai diperkenalkan
pada tahun 1927 dengan penerbitan jurnal revue des etudes islamiques karya louis
massignon (1883-1962)
 Periodesasi Orientalisme terbagi menjadi 3 menurut Abd.Rahim :
1. Masa sebelum perang salib dan masa keemasan bagi umat islam.
2. Masa perang salib hingga masa pencerahan eropa.
3. Masa pencerahan eropa hingga sekarang.
 Tujuan Orientalisme
1. Muncul untuk memperkuat Barisan militer
2. Pengetahuan

ISLAM DAN DINAMIKA POLITIK KONTEMPORER


 Islam dan Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan,
tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun agama. Dalam
konteks tersebut, memperbincangkan diskursus islam multikultural di indonesia menemukan
momentumnya. Sebab, selama ini islam secara realitas seringkali ditafsirkan tunggal bukan
jamak atau multikultural.
 Keanekaragaman Dalam Islam
1. Multikultuiralisme Internal adalah keanekaragaman internal dikalangan umat Islam, ini
menunjukkan bahwa kebudayaan Islam itu majemuk secara internal. Dalam Hal ini,
kebudayaan Islam serupa dengan kebudayaan-kebudayaan lainnya kecuali Kebudayaan
yang paling primitif.
2. Multikulturalisme Eksternal ditandai dengan pluralitas komunal-keagamaan, Merupakan
fakta yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan masyarakat Muslim. Lebih dari itu,
multikulturalisme juga menjadi semangat, sikap, dan pendekatan Terhadap
keanekaragaman budaya dan .
 Hikmah Dan Tujuan Islam Multikulturalisme :
1. Sebagai simbol atau tanda kebesaran Tuhan
2. Sebagai sarana berinteraksi dan berkomunikasi antara sesama ummat manusia
3. Sebagai ujian dan sarana manusia dalam berlomba menuju kebaikan dan prestasi
4. Sebagai motivasi beriman dan beramal sholeh
 Multikulturalisme sangat penting dan menarik untuk diulas lebih detail karena
dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa:
1. Perlunya sosialisasi bahwa pada dasarnya semua agama datang untuk mengajarkan dan
menyebarkan damai dan perdamaian dalam kehidupan ummat manusia.
2. Wacana agama yang toleran dan inklusiv merupakan bagian tak terpisahkan dari ajaran
agama itu sendiri
3. Adanya kesenjangan yang jauh antara cita-cita ideal agamaagama dan realitas empirik
kehidupan ummat beragama di tengah masyarakat
4. Semakin menguatnya kecenderungan eksklusivisme dan intoleransi di sebagian ummat
beragama yang pada gilirannya memicu terjadinya konflik dan permusuhan yang berlabel
agama.
5. Perlu dicari upaya-upaya untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan
kerukunan dan perdamaian antar ummat beragama.
 Islam dan ruang Publik
“Islam publik”, yaitu islam yang tampil secara terang-terangan dan memainkan peran
signifikan di ruang-ruang publik khususnya negara, masyarakat politik, dan masyarakat sipil.
“islam publik” juga mengacu pada fenomena keislaman dan keberislaman yang ditandai
dengan proses deprivatisasi. Fenomena ini sangat kontras dengan periode orde baru dimana
keislaman dan keberislaman tidak tampil secara jelas dan terang-terangan di ruang publik
meskipun umat islam banyak yang menjadi aktor-aktor sosial-politik.
Peran islam di ruang publik ini sangatlah penting, dilihat dari segi sosial terkait
maraknya dakwah maupun pengajian yang ada, hingga dari segi politik yang ada dalam
pemerintahan.
 Islam Dalam Media
1. Industri Cybermedia Online
2. Industri Spritual: Pasar Ceramah di Televisi
3. Industri Hiburan: dari Cinema Hingga Karya Sastra
4. Industri Keuangan Syariah
 Islam di Masyarakat
1. Maraknya berbagai pengajian keislaman baik offline maupun online yang menggunakan
berbagai media
2. Merebaknya komunitas “hijaber” dan “pegamis” (pemakai gamis) ditambah jamaah
bercadar dan berjenggot.
3. Ramainya klub-klub eksklusif umat Islam
4. Tumbuhnya aneka usaha dan bisnis yang bercorak atau bermerek Islami
5. Merebaknya fenomena halalisasi (cap halal) aneka produk atau barang.
6. Tampilnya para “penceramah populis”.
7. Bertambahnya berbagai sekolah baik SD-SMA, kampus, atau pusat keislaman (Islamic
center) yang mengusung jenis keislaman tertentu.
 Islam Dalam Politik
Maraknya gerakan islam politik dan islam ideologis yang diusung berbagai ormas (organisasi
massa), parpol (partai politik), orpol (organisasi politik), atau lsm (lembaga swadaya
masyarakat) berlabel agama, baik yang bercorak transnasional, nasional, .munculnya
berbagai “perda syariat” atau aneka ragam kebijakan publik (public policy) dan regulasi atau
peraturan hukum (undang-undang, surat edaran, pergub, perbub, dlsb) di berbagai daerah
yang bernuansa atau berlabel islam atau syariat.
 Islam dan demokrasi
Menurut joseph a. Schumpeter, demokrasi adalah suatu perencanaan institusional
untuk mencapai keputusan politik di mana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suatu rakyat.
sidney hook dalam encyclopaedia americana mendefinisikan demokrasi sebagai
suatu bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan pemerintah yang penting secara
langsung maupun tidak langsung didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan
secara bebas dari rakyat dewasa.
Menurut philippe c. Schmitter dan terry lynn karl, demokrasi adalah suatu sistem
pemerintahan dimana pemerintah dimintai pertanggungjawaban atas tindakan-tindakan
mereka pada wilayah publik oleh warga negara yang bertindak secara tidak langsung melalui
kompetisi dan kerja sama dengan wakil mereka yang terpilih.
 Demokrasi Dalam Al-Qur’an
1. Syura Syura merupakan suatu prinsip tentang cara pengambilan keputusan yang secara
eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja disebut dalam QS. As-Syura: 38:
2. Al-‘Adalah al-‘adalah adalah keadilan, artinya dalam menegakkan hukum termasuk
rekrutmen dalam berbagai jabatan pemerintahan harus dilakukan secara adil dan
bijaksana.
3. Al-Musawah al-Musawah adalah kesejajaran, egaliter, artinya tidak ada pihak yang
merasa lebih tinggi dari yang lain sehingga dapat memaksakan kehendaknya.
4. Amanah al-Amanah adalah sikap pemenuhan kepercayaan yang diberikan seseorang
kepada
5. Orang lain.
6. Al-Masuliyyah al-Masuliyyah adalah tanggung jawab.
7. Al-Hurriyyah al-Hurriyyah adalah kebebasan, artinya bahwa setiap orang, setiap warga
masyarakat diberi hak dan kebebasan untuk mengeksperesikan pendapatnya.
 Realitas Demokrasi Di Negara Muslim
Realitas demokrasi dalam sebuah negara pernah diterapkan pada masa nabi
muhammad dan khulafaurrasyidin. Tetapi setelah itu, pada sebagian besar negara-negara
islam tidak mewarisi nilai-nilai demokrasi tersebut. Realitas ini tidak hanya terjadi pada
negara-negara islam saja, tetapi juga negara non-islam (barat). Inilah problem yang dihadapi
oleh banyak negara.
Secara umum nilai-nilai agama memang belum banyak dipraktikkan dalam ikut
memberikan kontribusi pada banyak negara, apalagi negara sekular. Oleh sebab itu statement
fukuyama maupun huntington, yang mengatakan bahwa secara empirik islam tidak
compatible dengan demokrasi tidak sepenuhnya benar. Sebab di negara non-muslim pun
demokrasi juga tidak sepenuhnya diterapkan.

STUDI ISLAM DAN DISKURSUS KONTEMPORER


 Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah sebuah konsep hukum dan normative yang menyatakan bahwa
manusia memiliki hak yang melekat pada dirinya karena ia adalah seorang manusia. Hak
asasi manusia berlaku kapan saja, di mana saja, dan kepada siapa, sehingga sifatnya
universal.
 Konsep Hak Asasi Manusia dalam Islam
Dalam perspektif islam sebagai mana yang dikonsepsikan alquran, hak asasi manusia
bersesuaian dengan hakhak allah swt. Hal ini menunjukkan bahwa konsep hak asasi manusia
dalam pandangan islam bukanlah hasil evolusi apapun dari pemikiran manusia, namun
merupakan hasil dari wahyu ilahi yang telah diturunkan melalui para nabi dan rasul dari sejak
permulaan eksistensi ummat manusia di atas bumi. Dengan kata lain huquuqullah dan
huquuqul ‘ibad adalah tetap dari allah swt. Manusia bertanggung jawab atas kedua kategori
hak tersebut di hadapan allah swt. Dengan demikian, hak asasi manusia dalam islam
merupakan hakhak yang diberikan oleh allah swt.
 Pengaturan Hak Asasi Manusia dalam Hukum Islam
Al-qur’an dan sunnah sebagai sumber hukum dalam islam memberikan penghargaan yang
tinggi terhadap hak asasi manusia. Ketentuan- ketentuan yang terdapat dalam al-qur’an,
antara lain
Dalam al-qur’an terdapat sekitar 80 ayat tentang hidup, pemeliharaan hidup dan penyediaan
sarana kehidupan, misalnya dalam surat al-maidah ayat 32. Di samping itu, al-qur’an juga
berbicara tentang kehormatan dalam 20 ayat.
Al-qur’an juga menjelaskan dalam sekitas 150 ayat tentang ciptaan dan makhluk-makhluk,
serta tentang persamaan dalam penciptaan, misalnya dalam surat al-hujarat ayat 13.
Al-qur’an telah mengetengahkan sikap menentang kezaliman dan orang-orang yang berbuat
zalim dalam sekitar 320 ayat, dan memerintahkan berbuat adil dalam 50 ayat yang
diungkapkan dengan kata-kata : ‘adl, qisth dan qishash.
Dalam al-qur’an terdapat sekitar 10 ayat yang berbicara mengenai larangan memaksa untuk
menjamin kebebasan berpikir, berkeyakinan dan mengutarakan Aspirasi
 Perlindungan Islam terhadap Hak Asasi Manusia
1. Hak hidup
2. Hak kebebasan beragama
3. Hak atas keadilan
4. Hak persamaan
5. Hak mendapatkan pendidikan
6. Hak kebebasan berpendapat
7. Hak mendapat pekerjaan
 Islam dan Gender
Gender adalah suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifiksi perbedaan laki-laki dan
perempuan dilihat dari segi pengaruh sosial budaya. Gender dalam arti ini adalah suatu
bentuk rekayasa masyarakat sosial, bukannya sesuatu yang bersifat kodrati. Dalam konteks
tersebut, gender harus dibedakan dari jeniskelamin (seks).
 Beberapa pendekatan kontekstual mengenai keadilan gender yaitu:
1. Poligami, menurut beberapa ulama tafsir lebih baik di hindari mereka menganjurkan
bermonogami karena dikhawatirkan tidak adanya keadilan yang diberikan. Walaupun di
agama islam diperbolehkan, tetapi ada syarat “adil” yang harus di penuhi dan itu tidaklah
mudah.
2. Hak waris, pembagian hak waris yang tertera dalam al-qur’an tidak berpaku dalam satu
jenis kelamin tetapi gender atau pelaksanaan kewajiban si penerima hak: pencari nafkah,
baik dia laki-laki maupun perempuan.
3. Pemimpin, sebelum lahirnya pendekatan konstekstual terhadap al-qur’an, umat muslim
pada umumnya memahami bahwa hanya laki-laki yang menjadi pemimpin keluarga,
namun dalam qs. An-nisa: 34 bahwa perempuan dapat menjadi pemimpin dengan syarat
tidak melenceng dari agama dan tidak terjadinya kemacetan dalam hubungan keluarga.
 Prinsip kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam disebutkan dalam Al-Qur’an yaitu:
1. Segi Status Kejadian.
2. Segi Pengabdian.
3. Segi Sama-Sama Mendapat Godaan.
4. Segi Sebagai Seorang Hamba.
5. Segi Persamaan Hukum, Perceraian.
6. Segi Sebagai Khalifah di Bumi

 Islam dalam Ekologi


Adapun islam berwawasan lingkungan adalah tata cara atau pedoman sebagai bekal kepada
manusia agar dapat berinteraksi dan memperlakukan alam menurut konsep-konsep islam.
Islam telah mengajarkan adanya kesamaan dan kesetaraan bagi semua mahluknya, dan hanya
mejadikan taqwa sebagai ukuran perbedaan kasta. Adanya kajian-kajian islam yang
membawa pengarusutamaan gender menjadi sangat penting karena mengacu pada suatu
alasan dasar bahwa saat ini islam sering dipandang sebagai sebuah “alat legitimasi” adanya
bias gender, bahkan tak segan kaum konservatif dan feminis mengklaim islam sebagai sistem
patriarkhi keagamaan. Klaim tersebut dirasa wajar karena adanya kekeliruan dalam pola
pembacaan teks-teks suci ajaran islam.
Lingkungan hidup sebagai tempat bernaung manusia merupakan salah satu dari tanda-tanda
kebesaran allah. Alam sebagai salah satu dari ciptaan allah memiliki tempat tersendiri bagi
islam. Islam memiliki prinsip-prinsip serta etika yang sangat selaras dengan upaya untuk
melindungi alam.
 Pengertian Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan hidup
terutama dikaji dalam ilmu lingkungan yang merupakan ekologi terapan (applied ecology)
dengan tujuan agar manusia dapat menerapkan prinsip dan konsep pokok ekologi dalam
lingkungan hidup.terdapat tiga macam pendekatan etika lingkungan, yakni: etika egosentris,
etika homosentris, dan etika ekosentris
 Pentingnya Menjaga Kelestarian Lingkungan
Di dalam al-qur’an, “seluruh alam” disebutkan sebanyak 74 kali dari 74 kali tersebut terdapat
44 kali di-mudhaf-kan kepada rabb. Dan pada qs.al-araf:56 dijelaskan bahwa kita tidak
diperbolehkan merusak lingkungan, alam raya telah diciptakan allah swt. Dalam keadaan
yang sangat harmonis, serasi, dan memenuhi kebutuhan makluk. Allah telah hamba-hamba-
nya untuk memperbaikinya.
 Pernyataan Al-Qur’an tentang Lingkungan Hidup
Perhatian al-qur’an yang khusus tentang lingkungan hidup ini, tidak hanya terkait dengan
larangan dan anjuran atau apa yang baik dan yang buruk. Lebih dari itu ternyata al-qur’an
punya pandangan yang spesial. Dorongan al-qur’an agar memperhatikan alam lingkungan
adalah agar manusia dapat mengelola alam dengan sebaik-baiknya, agar dapat dimafaatkan
seluruh semesta.
 Etika Islam tentang Lingkungan Hidup
1. Alam semesta dan isianya adalah milik Allah.
2. Allah menciptakan alam untuk kesejahteraan seluruh umat manusia beserta isinya..
3. Alam semesta adalah amanah dari Allah.
4. Tidak diperkenankan pemborosan.
5. Pengelolaan alam harus dipertanggngjawabkan oleh mansuia sebagai khalifahDimuka
bumi.

FENOMENA KEBERAGAMAAN MASYARAKAT ISLAM DEWASA


INI
 Fenomena Keberagamaan Masyarakat Islam Dalam Sekte (Cult)
Sektarianisme secara etimologis berasal dari kata sekte, yang memiliki arti suatu kelompok
orang yang mempunyai kepercayaan atau pandangan agama yang sama, yang berbeda dari
pandangan agama yang lebih lazim diterima oleh para penganut agama tersebut. Ia juga
merupakan nama lain dari mazhab.
 Sejarah Sektarianisme atau Sekte dalam Islam
Sejarah islam menunjukkan ada banyak aliran atau sekte yang muncul karena perbedaan
perspektif sehingga melahirkan gagasan yang berbeda-beda.penyebab utama timbulnya
aliran-aliran ini adalah upaya untuk melakukan pembaharuan pada aliran yang sebelumnya
telah berlaku sejak lama. Adanya pembaharuan ini menghasilkan hal-hal baru terhadap ajaran
klasik yang bagi sebagian kelompok menjadi sebuah masalah. Disamping itu, ada pula
kelompok yang setuju dan mengikutinya. Hal ini kemudian mengakibatkan terbentuknya
sebuah ajaran atau aliran baru dalam masyarakat.
 Bentuk-Bentuk Sektarianisme
1. Syiah, Syiah merupakan sekte pertama dalam Islam
2. Khawarij merupakan sebutan terhadap kelompok yang menolak Perundingan atau
arbitrase yang dilayangkan oleh Muawiyah pada Perang Shiffin
3. Murjiah merupakan kelompok yang memilih netral saat terjadinya Tafkhim
4. Qadariyah merupakan kelompok yang meyakini bahwa kebebasan Dalam menjalani
kehidupan adalah milik setiap orang
5. Jabariyah merupakan kelompok yang meyakini bahwa segala perbuatan Yang baik dan
buruk yang dilakukan manusia sudah ditakdirkan oleh sang pencipta
6. Mu’tazilah merupakan kelompok yang memisahkan diri dari umat Islam Karena adanya
kekecewaan terhadap keputusan dari Hasan bin Ali bin Abi Thalib yang memberikan
kepemimpinan kepada Muawiyah
7. As’ariyah merupakan kelompok yang muncul untuk menjawab Kelemahan dari
Mu’tazilah yang tidak dapat menjawab persoalan dari As’ariyah
8. Maturidiyah merupakan aliran yang dipelopori oleh Abu Mansur Al Maturidi.
 Sekte-sekte Menyimpang di Indonesia
Fakta sosial yang menunjukkan bahwa hampir semua sekte Keagamaan di Indonesia lahir di
kota-kota besar (Jakarta; Lia Eden, Bogor (Mushodeq), Yogyakarta (Satria Piningit), dll.)
adalah indikasi lain bahwa agama-agama formal masih kurang responsif terhadap kebutuhan
keberagamaan warga kota. Hidup di tengah rutinitas, ekspektasi sosial, dan persaingan yang
ketat di kota besar membuat orang tertekan secara psikologis, sehingga secara alamiah
mereka mengupayakan jalan keluar untuk mencari sumber-sumber kenyamanan dan
kebahagiaan.
 Faktor-Faktor Penyebab Sekte Menyimpang
1. Adanya klaim dari seseorang yang mendapat wahyu
2. Adanya kultus terhadap imam (al-ghulwu fi ta’dzimi al-imah)
3. Penyimpangan beberapa sekte di Indonesia
4. Pengaruh Modernisasi
 Fenomena Keberagaman Masyarakat Islam Dalam Gerakan Antar Iman
Gerakan antar-iman berusaha untuk menciptakan saling Menghormati, toleransi, dan kerja
sama di antara agama-agama besar di Dunia. Dalam pengertian ini, oikumenisme dapat
disebut sebagai Pluralisme agama-agama, yang berbeda dengan oikumenisme di dalam Satu
agama itu sendiri.
Gerakan antar-iman berusaha untuk menciptakan saling menghormati, toleransi, dan kerja
sama di antara agama-agama besar di dunia. Dalam pengertian ini, oikumenisme dapat
disebut sebagai pluralisme agama-agama, yang berbeda dengan oikumenisme di dalam satu
agama itu sendiri.
 Ragam Gerakan Islam di Indonesia
Neng Dara Affiah menjelaskan dalam hasil riset tentang gerakan Islam ini Diantaranya
gerakan ini bercirikan :
1. Hendak mengembalikan masa Kehidupan Nabi Muhammad di masa sekarang.
2. Menggelorakan upaya Pemurnian Islam dan menciptakan identitas Islam dalam beragam
symbol.
3. Gerakannya terikat dengan Timur Tengah, baik secara Doktrinal, kultural dan keuangan
terutama dari Arab Saudi dan Yaman.
4. penekanan pada kesalehan pribadi, penyediaan layanan Masyarakat dan pembentukan
kelompok-kelompok tertutup.
5. Memanfaatkan proses demokrasi di Indonesia untuk memperoleh kekuasaan.
6. melakukan aksi-aksi kekerasan dengan sasaran utama kelompok Yang bertentangan
dengan “Islam’ cara mereka (Ahmadiyah, Syiah, JIL, dan Kelompok di luar Islam),
ketujuh, Konsentrasi utama pada pendirian negara Islam dan kekuasaan atas dasar syariat
Islam .
Ciri-ciri yang disebutkan di atas mudah temui lewat organisasi-organisasi keagamaan yang
bertebaran di Indonesia, sebut saja Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam
(FPI), Laskar jihad dan Forum Komunikasi Ahlussunnha Waljamaah (FKAWJ), Pesantren
Gruki dan Jemaah Islamiayah (JI) Majlis Mujahidin Indonesia (MMI).
 Kedudukan Iman Dalam Islam
1. Pertama tentang percaya kepada Allah
2. Kedua percaya terhadap malaikat-malaikatnya
3. Ketiga percaya pada kitab-kitab
4. Keempat percaya terhadap nabi-nabi dan Rasullullah
 Urban Sufirm
Berdasarka kamus besar bahasa indonesia (kbbi), kata urban memiliki arti berkenaan dengan
kota atau bersifat kekotaan. Sedangkan tasawuf (mistisime atau sufism) adalah ajaran atau
kepercayaan bahwa pengetahuan tentang kebenaran sejati dan pengetahuan tentang tuhan
dapat dicapai dengan meditasi / pengalaman spiritual yang terlepas dari pikiran dan panca
indra. Meditasi yang dimaksud yaitu dengan cara berdzikir.
 Kategori-Kategori Dalam Urban Sufism
1. Secara umum Urban sufisme terbagi dalam dua kategori yaitu :
1) Tasawuf amali merupakan tasawuf yang lebih menekankan terhadap cara-cara
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
2) Tasawuf falsafi adalah aliran dalam bertasawuf yang menggabungkan antara visi
mistik dan misi rasional.
2. Sedangkan dalam konteks ke-Indonesia-an, urban sufism dapat dipetakan menjadi
tipologi yaitu:
1) Tasawuf sunni adalah bentuk tasawuf yang para penganutnya mendasari dengan al-
qur’an dan al-sunnah, serta mengaitkan keadaan (ahwaal) dan tingkatan (maqoomah)
2) Tasawuf salafi adalah tasawuf yang berlandaskan al-qur’an dan as-sunnah secara
ketat
3) Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajarannya memadukan antara visi mistis dengan
visi rasional.
 Bentuk-bentuk urban sufirm
1. Urban sufism yang terlembagakan
2. Urban sufism dengan organisasi tarekat yang konvensional
 Potret sufisme bagi masyarakat kota
Menurut komarudin hidayat terdapat empat alasan tentang sufisme semakin berkembang
dikota-kota besar.sufisme diminati oleh masyarakat perkotaan karena menjadi sarana
pencarian makna hidup sufisme menjadi sarana pergulatan dan pencerahan intelektua sufisme
sebagai sarana terapi psikologis sufisme sebagai sarana untuk mengikuti trend dan
perkembangan wacana keagamaan.

GERAKAN KEAGAMAAN KONTEMPORER DALAM ISLAM


 Tradisionalisme Islam
kata tradisionalis berasal dari bahwa inggris, tradition, yangditerjemahkan ke dalam bahasa
indonesia menjadi tradisi.dalam kamusumum bahasa indonesia,kata “tradisi” diartikan
denganadat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran dan sebagainya yang turun temurunbdari nenek
moyang. dalam bahasa arab kata tradisi biasanya diidentikkan dengan kata sunnah yang
secara harfiah berarti jalan, tabi’at, perikehidupan.
 Ciri – Ciri Tradisionalisme Islam
1. Eksklusif / tertutup
2. Tidak dapat membedakan ajaran dan non ajaran
3. Berorientasi ke belakang
4. Tekstualis – literalis
5. Kurang menghargai waktu
6. Tidak memahami sejarah masuknya agama
7. Mengutamakan perasaan dari akal
8. Bersifat jabariyah dan teosentris
9. Kurang menghargai ilmu dan teknologi modern
10. Junud dan statis
 Gerakan Tradisionalisme Islam
Gerakan islam tradisional adalah gerakan yang membangkitkan tradisi islam sebagai suatu
realitas spiritual ditengah modernisme. Kelompok gerakan ini beranggapan bahwa
kebangkitan dunia islam harus bersamaan dengan kebangkitan umat islam itu sendiri.
Gambaran mengenai islam tradisional sendiri dapat dipahami melalui jalan pikirannya
terhadap berbagai bidang dalam islam. Islam tradisional menerima al-quran sebagai
perkataan tuhan dalam bentuk isi secara utuh dan sebagai bentuk penjelmaan perkataan abadi
tuhan yang tanpa permulaan waktu. Islam tradisional melindungi syari’ah seutuhnya
sebagainhukum tuhan, dan islam tradisional menganggap sufisme sebagai sebuah dimensi
terdalam dari titik kebangkitan islam
 Gerakan Fuundamentalisme Dan Radikalisme Islam
1. Fundamentalisme adalah faham yang menganut tentang ajaran dasar dan pokok yang
berkenaan ajaran keagamaan atau aliran kepercayaan.

2. Radikalisme berasal dari kata radikal yang berarti prinsip dasar. Dalam kamus besar
bahasa indonesia dikatakan bahwa radikal dapat berarti; secara menyeluruh; habis-
habisan; amat keras; dan menuntut perubahan.
 Sejarah
1. Fundamentalisme
Latar belakang fundamentalisme pertama kalinya dilakukan oleh Kelompok-
kelompokpenganut agama Kristen di Amerika Serikat, untuk menamai Aliran pemikiran
keagamaan yangcenderung menafsirkan teks-teks keagamaan Secara rigid (kaku) dan
harfiah (literalis).
2. Radikalisme
Islam Jika dihubungkan dengan fakta-fakta sejarah, maka gerakan radikalisme
Sesungguhnya,merupakan respon terhadap kondisi yang sedang berlangsung. Respon
tersebut muncul dalambentuk evaluasi, penolakan atau bahkan Perlawanan.
 Pandangan Islam Terhadap Isu Radikalisme dan Fundamentalisme
1. Dari segi keyakinan keagamaannya, mereka bersikap literalis dan sangat menekankan
simbol-simbol keagamaan daripada substansinya
2. Kekurangan mereka adalah juga terletak pada sikap dan pandangannya yang ekslusif
3. Dari segi budaya dan sosial bagi kelompok fundamentalisme kekurangan-nya adalah
kurang menyikapi produk modern khususnya yang berasal dari Barat
 Etika dan Sikap Terhadap Agama lain
1. Berkebebasan dalam beragama adalah HAM
2. Perbedaan adalah realitas
3. Pluralitas
4. Konsep Islam Menyikapi Perbedaan
 Islam Liberal
Islam liberal merupakan sebuah wacana yang menjadi debatable di kalangan intelektual
muslim hingga kini. Secara etimologis dalam kamus bahasa indonesia, islam adalah agama
yang diajarkan oleh nabi muhammad saw, berpedoman pada kitab suci al-qur’an yang
diturunkan ke dunia melalui wahyu allah swt.
 Tujuan Pemikiran Islam Libera
1. Pembaharuan pemahaman keislaman dalam rangka menyelaraskan pemahaman
keagamaan dengan perkembangan semasa
2. Mensosialisasikan informasi yang benar tentang Islam
 Landasan Epistemologi Pemikiran Islam Liberal
1. Membuka Pintu Ijtihad pada Semua Dimensi Islam
2. Meyakini Bahwa Kebenaran Penafsiran Agama adalah Relatif
3. Memihak Kepada Kaum Minoritas dan Tertidas
4. Mengutamakan Semangat Religio Etik daripada Makna Literal Teks
5. Menolak Formalisasi Syariat Islam dan Pembentukan Negara Islam
DINAMIKA PEMIKIRAN STUDI ISLAM KONTEMPORER
 Pemikiran Hasan Hanif dalam studi islam kontemporer
Pemikiran kiri islam Hassan Hanafi Pemikiran Kiri Islam Hassan Hanafi hadir dalam bentuk
Jurnal Kiri Islam. Namun lebih dari itu, Kiri Islam inheren dalam pemikiran Revolusioner
Hassan Hanafi. Jika dikaitan dengan agenda Islam Al-Afghani, Kiri Islam merupakan
Kelanjutan dari al-Urwah al-Wustqa dan al-Mana’r. Sebagai upaya yang sama-sama
Mengusung gerakan melawan kolonialisme dan keterbelakangan, menyerukan Pembebasan
dan keadilan sosial, serta upaya memperastukan umat Islam ke dalam Blok Islam atau Blok
Timur. Erlihat jelas bahwa agenda Kiri Islam merupakah Langkah nyata Hassan Hanafi
untuk bersama-sama dengan umat Islam, menyusun Kekuatan agar tidak kalah dengan Barat.
Kita tak bisa mengelak bahwa pada Kemunculan Kiri Islam, Barat begitu mendominasi.
Belum lagi persoalan Keterbelakangan dan kemiskinan yang terjadi pada umat Islam.
Hermeneutika Hassan Hanafi
1. Pertama, dalam kesadaran historis, Hassan Hanafi menyumbangkan Gagasannya
mengenai pentingnya kritik historis.
2. Kedua, dalam kesadaran eidetik, Hanafi memberikan pandangan mengenai Pentingnya
kritik terhadap pemahaman teks yang selama ini berkembang dalam Sebuah masyarakat.
3. Ketiga, dalam kesadaran praksis, Hassan Hanafi memberikan kritik praksis. Baginya,
sebaik apapun hasil interpretasi seorang penafsir tidak akan memiliki Makna apapun, jika
tidak mampu mendorong manusia bertindak konstrukti.
 Pemikiran Muhammed Arkoun dalam studi islam kontemporer
Studi sastra dan pemikiran islam yang arkoun tekuni baik melalui ceramah atau tulisan
memiliki tujuan untuk memadukan antara unsure pemikiran islam dan pemikiran barat
modern. Yang ingin dihargai dan dipertahankan dalam pemikiran islam adalah semangat
keagamaan dan tempat penting yang diduduki angan-angan sosial dalam masyarakat muslim.
Sedangkan aspek negatif pemikiran islam yang hendak dilampaui yaitu kejumudan dan
ketertutupan yang telah terjadi di dalamnya dan menghasilkan pelbagai penylewengan dalam
bidang sosial dan politik.
Menurut arkoun, umat islam sebagian besar dapat dikatakan belum beranjak dari pembahasan
teologis-dogmatis yang sifatnya kaku dan tidak dapat diperdebatkan lagi. Istilahnya umat
islam masih terkungkung dan berpegang teguh dengan dogma-dogma agama yang sudah
tidak diperkenankan untuk mengutak-atiknya, dengan alasan dogma tersebut dianggap
mutlak kebenaranya. Hal demikian mengakibatkan pemikiran umat islam menjadi stagnan.
Untuk itu arkoun menyarankan agar umat islam bersedia melakukan pembahasan secara
ilmiah dan terbuka dalam mempelajari dan mengungkapkan etika ajaran al-qur’an yang tidak
dapat dilepaskan dari konteks sejarah.
Adapun dari pemikiran barat modern, arkoun ingin mengambil rasionalitas dan sikap
kritisnya yang memungkinkan untuk memahami agama dengan cara yang lebih mendalam
dan membongkar ketertutupan dan penyelewengan. Melalui perpaduan tersebut, arkoun ingin
menciptakan suatu pemikiran islam yang mampu menjawab tantangan yang dihadapi muslim
di dunia modern, dan menjadi saran emansipasi manusia.
 Pemikiran-Pemikiran Farid Esack Dalam Studi Islam kontemporer
Hermeneutika Esack lebih akrab dikenal dengan sebutan “hermeneutika pembebasan”.
Langkah penafsiran Esack terhadapal-Quran bertujuan untuk membebaskan kaum tertindas
di Afrika Selatan,di mana penindasan oleh politik Apartheid terhadap orang berkulit hitam
sudah sangat massif dilakukan.
Sebagaimana umumnya hermeneutika, Esack melihat ada tiga elemen intristik dalam
memahami teks yang membentuk lingkaran hermeneutic yaitu teks, pengarang dan
interpreter. Ketiga unsur di atas menurut Esack dapat dipahami demikian
1. teks Signifikansi teks dalam hermeneutika pembebasan berkaitan erat dengan pandangan
kaum fungsionalis terhadap teks.
2. Konteks Salah satu ciri khusus hermeneutika pembebasan Farid Esack adalah
keberpihakannya pada konteks masyarakat Afrika Selatan yang tertindas.
3. Penafsiran Dalam proses penafsiran kitab suci, penafsir berada dalam dua wilayah, yakni
aktifitas penafsiran itu sendiri dan aturan-aturan yang mengikatnya
 Kunci hermnrutika Al Qur’an Farid Esack
1. Taqwa (integritas dan kesadaran)
2. Tauhid (keesaan Tuhan)
3. Mustad’afun fi al-Ard (kaum tertindas di muka bumi)
4. ‘Adl wa qist (keadilan)
5. Jihad (Perjuangan dan praksis)
 Pemikiran pemikiran Omid Safi Dalam Studi Islam Kontemporer
Dalam pandangan Omid Safi istilah “Muslim progresif” berawal dari adanya serangkaian
peristiwa yang terjadi di beberapa tempat yang berpenduduk Muslim seperti Palestina,
Afganistan dan lainya yang menjadikan agama sebagai sarana untuk membakar emosi dan
kemarahan massa guna meraih sesuatu yang sebenarnya di luar agama itu sendiri. Istilah
Muslim progresif juga dilabelkan Safi kepada para pemikir agama yang selama ini belum
banyak memberikan uraian tentang bagaimana memaknai agama Islam di era kontemporer di
tengah-tengah multireligius dan multikultural.
Islam progresif meyakini bahwa semua pembelaan itu mempunyai dasar dan tradisi yang
kuat dalam al-Quran dan Hadis. Begitu juga, sejarah kehidupan dan dakwah Nabi tampak
jelas membela hak-hak golongan mustadhafhin, fakir miskin, dan anak yatim. Dalam hal ini
nampak bahwa yang menjadi ciri khas Islam progresif adalah pada aspek pembebasannya
terhadap hak-hak kemanusiaan.
 Pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd Dalam Studi Islam Kontemporer
1. Konsep Teks Hermeneutika Nashr Hamid
1) Aliran obyektivis (hermeneutika romansis, adalah aliran yang menekankan pada
aspek pencarian makna asal dari obyek penafsiran, dan dalam aliran ini juga
menekankan pada pengamatan terhadap psikologi pengarang.
2) Aliran subyektivis, adalah aliran yang lebih menekankan pada peran
pembaca/penafsir dalam pemaknaan terhadap teks.
3) Aliran obyektivis cum subyektivis (hermeneutika filosofis), aliran ini berada di
tengah-tengah antara dua lairan di atas.
2. Penafsiran Nasr Hamid Abu Zayd
1) Menentukan tingkatan makna teks.
2) Menentukan makna asli teks (The original Meaning).
3) Menentukan makna signifikansi (significance).
4) Mengkontekstualisasikan makna historis dengan berpijak pada makna Yang tidak
terkatakan.
3. Poligami Perspektif Teori Hermeneutika Nasr Hamid Abu Zayd
Poligami adalah salah satu isu penting dalam pembaruan islam dan gerakan feminisme,
sebut saja amina wadud, riffat hassan, nazaruddinu musdah mulia di era kontemporer ini.
Nasr hamid berargumen bahwa sebelum datangnya islam (pra islam) poligami tidaklah
dibatasi sampai empat,melainkan lebih dari itu. Kemudian ketika islam datang dengan
alqur’annya, izin seorang laki-laki untuk menikah dibatasi sampai empat kali.
 Pemikiran Abdullah Saeed Dalam Studi Islam Kontemporer
1. Asumsi Dasar Penafsiran Abdullah Saeed
Paradigma awal yang menjadi landasan metode penafsiran abdullah saeed adalah alquran
itu shālih likulli zamān wa makān, yang menyebabkan penafsiran alquran harus sesuai
dengan perkembangan zaman, sehingga jika kita berada di era kontemporer maka alquran
juga perlu dilihat dengan kacamata kontemporer. Penomena berubahnya situasi dan
kondisi menjadi landasan untuk terus-menerus melakukan reinterpretasi terhadap alquran.
2. Metodologi Penafsiran Abdullah Saeed
Metodologi untuk menghasilkan tafsir yang holistik dengan mempertimbangkan konteks
arab ketika ayat alquran diturunkan baik secara mikro maupun makro.sebelum
menafsirkan alquran perlu dilihat konteks pada zaman ketika alquran diturunkan, karena
itu akan sangat membantu dalam memahami ‘semangat’ dari alquran. Inilah yang
mendasar dari metode penafsiran abdullah saeed, pembaca diajak untuk kembali
menyelami lautan sejarah seolah-olah penafsir berada di sana pada saat alquran
diturunkan.
 Pemikiran Jasser Audah tentang Maqasid
1. Maqasid untuk pembangunan dan Hak Asasi Manusia
2. Maqasid sebagai landasan ijtihad kontemporer
3. Maqasid untuk membedakan antara tujuan dan sarana
4. Maqasid untuk interpretasi tematik al-Quran dan Hadis
5. Maqasid untuk memahami perbuatan Nabi SAW
6. Maqasid untuk „membuka sarana‟ dan „memblokir sarana‟
7. Maqasid untuk syariat yang mendunia
8. Maqasid sebagai landasan bersama antar madzhab
9. Maqasid sebagai landasan dialog antar-kepercayaan
10. Membumikan maqasid: maqasid dalam tanya-jawab
 Pemikiran Tariq Ramadan
1. Pemikiran tentang budaya
2. Konsep dar al-harb (negara musuh) dan dar al-Islam (negara Islam)
3. Mengatasi Subyek Perempuan dalam Islam
4. Pentingnya perempuan sebagai subyek – bukan korban
5. Moratorium hukuman mati
6. Pemimpin Muslim
PERKEMBANGAN STUDI ISLAM DI INDONESIA KONTEMPORER
 Pemikiran Harun Nasution dan Dampaknya Pada Perkembangan Islam di Indonesia
Harun nasution dikenal sebagai pembaru islam di indonesia. Kontribusi pemikirannya sudah
banyak diakui oleh kalangan pemikir indonesia, bahkan dunia islam secara umum.
Pembaruan yang dilakukan oleh harun nasution tidak lepas dari kondisi sosial-politik pada
masa itu. Melalui pengalaman dunia pendidikan, harun nasution telah berhasil memberikan
warna baru bagi diskursus pemikiran di indonesia, khususnya tentang studi islam. Pembaruan
yang dilakukan oleh harun nasution mencakup beberapa aspek dalam keilmuan islam.
Pembaruan ini penting untuk dilakukan karena ada faktor yang melatarbelakanginya. Sebuah
perubahan terjadi apabila terdapat suatu hal yang perlu untuk diubah.
 Pemikiran Mansour Fakih dan Dampaknya Pada Perkembangan Islam di Indonesia
Mansour fakih termasuk sosok pemikir yang produktif. Banyak ide-ide yang dia miliki telah
diterbitkan menjadi sebuah buku. Karya-karyanya terinspirasi oleh aktivitasnya yang intens
bergaul, diskusi dengan berbagai kalangan dan khususnya kaum-kaum marginal. Kegiatan
pendampingan yang dia lakukan seperti pendidikan kerakyatan dan sebagainya memberikan
penjelasan yang utuh mengenai persoalan kemiskinan, bias gender dan tentang ketidakadilan
pendidikan mansour fakih banyak berjasa dalam menyuarakan keadilan sosial dan kesetaraan
gender yang membuatnya menjadi tokoh yang berjasa bagi intelektual muslim kontemporer.
Mansour fakih berusaha untuk memaparkan ide transformasi sosial secara lebih luas dan jelas
sehingga mampu mengkerangkai terjadinya proses perubahan sosial di indonesia.
Transformasi sosial perlu dilakukan untuk merubah kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang
timpang dan sarat dengan ketidakadilan. Proses perubahan sosial yang efektif tidak hanya
memposisikan masyarakat sebagai obyek. Namun lebih dari itu, masyarakat adalah
komponen penting untuk menjadi subyek dalam proses berlangsungnya perubahan sosial itu
sendiri.
 Analisis Pemikiran K.H. Abdurrahman Wahid
Gus dur membangun pemikirannya melalui paradigma kontekstualisasi khazanah pemikiran
sunni klasik. Olehkarena itu, yang menjadi kepedulian utamanya, minimal menyangkut
tigahal.pertama, revitalisasi khazanah islam tradisional ahl as-sunnah waljama’a kedua, ikut
berkiprah dalam wacana modernitas.
 Corak pemikiran Gus Dur yang liberal dan inklusif sangat
Dipengaruhi oleh penelitiannya yang panjang terhadap khazanah pemikiran islam tradisional
yang kemudian menghasilkan reinterpretasi dan kontekstualisasi. Jika dilacak dari segi
kultural, gus dur melintasi tiga model lapisan budaya.
1. Kultur dunia pesantren yang sangat hirarkis, penuh dengan etika yang serbaformal, dan
apreciatedengan budaya lokal
2. Budaya timur tengah yang terbuka dan keras.
3. Lapisan budaya baratyang liberal, rasional dan sekuler.
Semua lapisan kultural itu tampaknya terinternalisasidalam pribadi gus dur membentuk
sinergi. Hampir tidak ada yang secara dominan berpengaruh membentuk pribadi gus dur.
Inilah barangkali anasir yang menyebabkan gusdur selalu kelihatan dinamis dan tidak segera
mudah dipahami, alias kontroversi.
 Peta Pemikiran Amin Abdullah
1. Pemikiran Amin Abdullah tentang Teologi Integrasi-Interkoneksi
2. Pemikiran Amin Abdullah tentang Filsafat
3. Pemikiran Amin Abdullah tentang Etika dan Moral Islam dalam Menjawab Arus
Globalisasi.
 Teori Jaring Laba-laba
1. Bahwa setiap item yang terdapat dalam peta itu memiliki hubungan- hubungan, walau
tidak seluruhnya, antara yang satu dengan yang lain inilah yang dimaksud amin abdullah
dengan keilmuan integratif.
2. Keilmuan itu berpusat pada al-qur’an dan sunnah dan secara hirarkis berkaitan dengan
sejumlah pengetahuan sesuai dengan tingkat abstraksi dan applied-nya. Item-item yang
terdapat dalam satu lapis lingkar menunjukkan kesetaraan dilihat dari tingkat abstraksi
atau teoritisnya.
3. Garis-garis yang memisah antara satu item dengan item lain
 Relevansi Pemikiran Keilmuan Amin Abdullah
Sesungguhnya gagasan amin abdullah ini termasuk dalam arus besar pemikiran islamisasi
sains, tetapi kerangka berpikir yang berbeda. Hal ini bermakna bahwa ide dan gagasan
integrasi ilmu yang ditawarkan amin abdullah, bukan hanya relevan tetapi juga aktual, karena
sejak 30 tahun terakhir ini tema “islamisasi ilmu” menjadi wacana yang banyak
diperbincangkan di seluruh dunia islam, termasuk indonesia. Walaupun sudah banyak ragam
pemikiran yang muncul mengenai islamisasi ilmu, namun pemikiran amin abdullah masih
dapat dikatakan memiliki ciri tersendiri sebagai pembeda dari pemikiran lainnya.

Anda mungkin juga menyukai