Pendidikan kewarganegaraan diberikan agar mahasiswa memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis,
berkeadaban, berdaya saing, disiplin dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional guna mewujudkan tujuan nasional
yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945.
LATAR BELAKANG PERLUNYA PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN DI PERGURUAN TINGGI
Indonesia saat ini telah memasuki suatu dekade waktu yaitu era globalisasi,
dimana semua aspek yang meliputi politik, sosial, ekonomi, budaya, pertahanan
dan keamanan menitikberatkan pada sebuah kemajuan teknologi.
Globalisasi tersebut ditandai dengan kuatnya pengaruh lembaga-lembaga
internasional, sera negara maju untuk mengatur kehidupan politik dan ekonomi
dunia bahkan pada system keamanan dunia. Kondisi seperti ini telah menciptakan
struktur baru, yaitu struktur global yang sangat mempengaruhi pola piker dan
mentalitas bangsa dalam menghadapi situasi dunia yang seperti ini.
Oleh karena itu, pemerintah, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan
Departemen Pertahanan telah membuat suatu orientasi ke arah sana. Salah satunya
degan membekali para siswa dan mahasiswa dengan kurikulum mengenai
pendidikan kewarganegaraan, yang di dalamnya ditekankan pentingnya
kesadaran berbangsa dan bernegara.
Sejarah pendidikan kewarganegaraan untuk tingkat perguruan tinggi di
indonesia dimulai sejak adanya mata kuliah Civic (1957), MANIPOL dan
USDEK, Pancasila dan UUD 1945 (1960-an), Pendidikan Kemasyarakatan
(1964), Pendidikan Kewargaan Negara (1968-1969), Pendidikan Civic dan
Hukum (1973), Pendidikan Kewiraan (1989-1999), dan Pendidikan
Kewarganegaraan (2000-sekarang).
Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang sangat
penting berkaitan dengan pembentukan karakter siswa. Pada dasarnya karakter
yang dibentuk oleh pendidikan kewarganegaraan selain karakter siswa, juga
membentuk karakter social dan karakter bangsa. Karakter Bangsa adalah perilaku
yang diharapkan yang dimiliki oleh warga Negara sebagai cerminan dari
Pancasila dan UUD 1945.
Di dalam Undang-Undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang dipakai sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan tinggi pasal 39
ayat (2) menyebutkan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat:
a) Pendidikan Pancasila
b) Pendidikan Agama
c) Pendidikan Kewarganegaraan yang mencakup Pendidikan Pendahuluan Bela
Negara (PPBN).
Pendidikan Kewarganegaraan yang dijadikan salah satu mata kuliah inti
sebagaimana tersebut di atas, dimaksudkan untuk memberi pengertian kepada
mahasiswa tentang pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga Negara dengan nengara, serta Pendidikan Pendahuluan
Bela Negara sebagai bekal agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara (SK Dirjen DIKTI no.267/DIKTI/Kep/2000 Pasal 3).
Pendidikan kewarganegaraan sebenarnya dilakukan dan dikembangkan di
seluruh dunia, meskipun dengan berbagai macam istilah atau nama. Mata kuliah
tersebut sering disebut sebagai civic education, citizenship education, dan bahkan
ada yang menyebut sebagai democracy eduation. Mata kuliah ini memiliki peran
yang strategis dalam mempersiapkan warganegara yang cerdas, bertanggung
jawab dan berkeadaban. Berdasarkan rumusan “Civic International” (1995),
disepakati bahwa pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan civic
culture, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan
demokrasi.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dan mengembangkan kemampuan memahami, mengahayati dan
meyakini nilai-nilai pancasila sebagai pedoman beperilaku dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menjadi warga negara yang
bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta memberi bekal kemampuan untuk
belajar lebih lanjut.