Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Ikhlasul Amal

412020421056

Manajemen / 5

Tugas Resume

Epistemologi Islam

Epistemologi berasal dari Yunani yaitu Episteme= Pengetahuan dan Logos= Teori, Uraian,
Ulasan. Logos= Perkataan, Fikiran dan ilmu. Epistemologi atau dikenal dengan ilmu pengetahuan
cabang ilmu filsafat yang berkaitan dengan persoalan-persoalan tenang ilmu pengetahuan yang
bersifat menyeluruh dan mendasar. Kata epistemologi digunakan pada tahun 1854. James F. Ferrier
adalah filsuf pertama yang mengenalkan kata epistemology (Theory of knowledge). Epistemlogi akan
menghasilkan sebuah jawaban dari pertanyaan.

Epistemologi Islam adalah filsafat hukum yang menganalisis hukum Islam secara


metodologis dan sistematis, sehingga mendapatkan keterangan yang mendasar atau menganalisis
hukum Islam secara ilmiah dengan pendekatan filsafat sebagai alatnya.

Al-Kindi (801-860 M) menyebutkan ada tiga macam pengetahuan manusia, yaitu;


pengetahuan inderawi, pengetahuan rasional, dan pengetahuan intuisi. Pertama, pengetahuan
inderawi, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara langsung ketika orangmengamati obyek-obyek
material, kemudian dalam proses tanpa tenggang waktu dan tanpa berpindah ke imajinasi. Kedua,
pengetahuan rasional, yakni pengetahuan yang diperoleh dengan jalan menggunakan akal yang
bersifat universal, tidak parsial dan bersifat immaterial. Pengetahuan ini menyelidiki sampai pada
hakikatnya. Ketiga, pengetahuan ishraqi yang merupakan pengetahuan yang datang dan diperoleh
langsung dari pancaran nur-Ilahi.

Semua ilmu milik Allah SWT yang diberikan kepada manusia mengikut cara tertentu,
termasuk daya usaha manusia bekerja dan berfikir. Hirakirnya adalah seperti berikut :

1. Wahyu
2. Ilham
3. Intuisi
4. Akal
5. Pancaindra

Pembagian Ilmu ada 4 macam, yaitu :

1. Hukum : Fardu ain dan Fardu kifayah


2. Sumber : Naqil dan Aqil
3. Status : Syar’i dan non syar’i
4. Kaedah : Laduni dan Kasbi

Hirarki penerima ilmu yaitu Nabi/Rasul, Wali, Hukama’, dan orang awam. Dalam perspektif
epistemologi Islam, tidak dikenal adanya dikhotomi antara ilmu agama dengan ilmu non-agama
(umum). Ilmu adalah ilmu, Ia berasal dari sumber yang sama, kemudian berkembang sesuai dengan
wilayah obyeknya masing-masing, baik menyangkut obyek material maupun obyek formal
Ziauddin Sardar kelahiran Pakistan pada tahun 1951, yang
dibesarkan di Inggris adalah Doktor dibidang fisika dan jurnalis
independen dalam bidang sains dan teknologi. Sejak awal tahun
1980-an beliau cukup rajin menulis dalam beberapa majalah
ilmu pengetahuan terkemuka. Sebagai koresponden Nature,
beliau pernah berkeliling ke beberapa negara muslim untuk
meneliti perkembangan ilmu dan teknologi. Beliau telah banyak
menulis buku, di antaranya: The Future of Muslim Civilization,
dan Science and Teknology in the Midle East. Beliau juga
sebagai Penulis tentang Sains Islam dan Masa depan Islam. Di
samping sebagai penulis, dia juga sebagai salah satu editor
terkemuka. Untuk memaparkan ide-ide tentang Islamisasi ilmu
pengetahuan Sardar dan teman-temanya menerbitkan sebuah
jurnal, yaitu jurnal Afkar Inquiry dalam bahasa Inggris.

Ada sebuah pertanyaan tentang sains Islam yang akan diterima di masa depan. Pertanyaan ini
dibenarkan oleh pendukung Islam dan mayoritas Islam tentang diterimanya Sains Islam pada praktis
Ilmu pengetahuan. ada 4 argumen yang menyatakan bahwasanya sains Islam sangat dibutuhkan pada
zaman kontemporer ini.

1. Argumen Pertama

Peradaban adalah sebuah perwujudan dari budaya spiritual dan materi. Sejarah manusia telah
menunjukkan sejumlah peradaban yang masing-masing mencari realisasi dari nilai-nilainya sendiri
dalam kerangka cara pandangnya. Setiap peradaban didasari dalam pemenuhan kebutuhan manusia
dalam melengkapi kebutuhan sehari-harinya. Visi yang dimiliki sebagai elemen utama yang dapat
membentuk karakteristik utama dalam suatu peradaban. Dengan demikian, pusat peradaban apa pun
adalah pandangan dunia yang bertindak sebagai titik tumpu di mana masyarakat akan berkembang
ataupun jatuh ketinggalan. Parameter lain dari suatu peradaban yaitu budaya, nilai-nilai dan norma,
organisasi sosial dan politik serta ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh legitimasi
mereka dari cari pandang.

2. Argumen Kedua

Epistemologi Islam menekankan totalitas pengalaman dan mempromosikan bukan hanya satu tetapi
sejumlah cara berbeda untuk mempelajari alam. Konsep pengetahuan Islam dan ilmu menggabungkan
hampir setiap bentuk pengetahuan dari pengamatan murni hingga metafisika tertinggi. Dengan
demikian, ilmu dapat diperoleh dari wahyu maupun akal, dari pengamatan dan juga intuisi, dari tradisi
serta spekulasi teoretis. Sementara berbagai cara mempelajari alam sama-sama terpapar dengan jelas
dalam Islam, semua tunduk pada nilai-nilai Al-Quran. Dengan demikian, epistemologi Islam
menekankan semua bentuk pengetahuan dalam kerangka nilai-nilai yang merupakan landasan
peradaban Islam.
Perbandingan antara barat dan Sains Islam :

Norma Ilmu Barat Norma Sains Islam

Iman dalam rasionalitas Iman di dalam wahyu

Ilmu demi ilmu Ilmu pengetahuan adalah sarana untuk mencari


keridhaan Allah; itu adalah bentuk ibadah, yang
memiliki fungsi spiritual dan fungsi sosial

Salah satu metode yang ampuh itu satu- Metode yang digunakan berdasarkan wahyu, obyektif
satunya cara mengetahui realitas dan subyektif, semuanya sama sah

3. Argumen Ketiga

Ilmu pengetahuan Barat pada hakikatnya bersifat destruktif dan merupakan ancaman bagi
kesejahteraan umat manusia. Para ilmuwan barat seperti Newton membangun karya al-Haytham,
Harvey menjiplak karya Ibn Nafis, dan Kepler banyak belajar dari studi al-Battani, al-Biruni dan
astronom Muslim terkenal lainnya. Namun demikian, sifat dan gaya sains mereka berbeda dari cara
sains dipraktikkan saat ini, bahkan jika beberapa hasil mereka menjadi landasan bagi pengembangan
sains barat. Perbedaan utama adalah dalam sistem kepercayaan, dimana para ilmuwan Muslim
percaya pada wahyu dan menganggap akal sebagai satu instrumen untuk bergerak menuju Tuhan
sedangkan para ilmuwan barat percaya pada rasionalitas dan mengabaikan semua bentuk lain dari
pengetahuan sebagai omong kosong. (Ibnu Al-Haytam)

4. Argumen Keempat

Ilmu pengetahuan Barat tidak dapat memenuhi kebutuhan dan persyaratan fisik, budaya dan spiritual
masyarakat Muslim. Keberhasilan gemilang ilmu pengetahuan Barat banyak dan beragam, itu telah
memungkinkan peradaban Barat untuk mengumpulkan kekuatan dan kekayaan yang tidak
terbayangkan. Hal ini telah membebaskan orang biasa dari ketidaknyamanan, rasa sakit, kekurangan
dan kemelaratan sampai tingkat tertentu. Intinya adalah bahwa sains barat bekerja dengan cara
tertentu yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan dan persyaratan masyarakat dan budaya dengan
cara pandang tertentu. Ini dirancang untuk membentuk citra peradaban barat di mana pun ia
beroperasi. Itulah sebabnya, di mana pun dan kapan pun teknik pemecahan masalah atau produknya
diterapkan, hasil akhirnya adalah reproduksi inferior dari beberapa segmen masyarakat Barat. Dengan
demikian mempromosikan mitos bahwa ilmu pengetahuan barat dan peradaban barat secara implisit
menyiratkan nilai-nilai dan budaya mereka adalah universal.

Kesimpulan nya adalah Setiap individu dan masyarakat Muslim bebas untuk
mengekspresikan individualitas mereka dalam memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan keinginan
dan sumber daya yang ada dengan memperhatikan norma-norma dan nilai dalam Islam. Setiap
muslim memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi untuk memperlancar segala macam kebutuhan
sehari-hari. Beberapa kebutuhan ini, seperti makanan dan tempat tinggal serta kebutuhan untuk
mengatasi ketergantungan dan pemanfaatan teknologi. Selain itu, umat Islam juga sangat
memperhatikan jenis tempat tinggal yang paling cocok untuk gaya hidup Islami, kota-kota yang
mengekspresikan kepedulian budaya dan estetika Islam, dan lingkungan alami yang menunjukkan
hubungan Islam antara manusia dan alam. Semua kebutuhan ini harus dipenuhi dalam memenuhi
struktur nilai Islam

Anda mungkin juga menyukai