Anda di halaman 1dari 10

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
YOGYAKARTA
Jl. MarsdaAdisucipto – Telp. (0274) 513056, Fax (0274) 519734 Yogyakarta 55281

UJIAN AKHIR SEMESTERGASAL


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Matakuliah : Peradaban Islam Bobot : 2 sks


Hari, Tanggal : Senin, 18 Januari 2021 Semester : I
Jam : 07.00 WIB Jur./Kelas : Pendidikan Kimia
Dosen : Dr. NurSaidah, M.Ag. Ruang : Virtual

1. Uraikan salah satu tokoh Peradaban Islam yang Anda kuasai (misalnya; Ar Razy/ Ibn
Rusyd/Jabir Bin Hayyan, dll): Jelaskan siapa tokoh tersebut, bagaimanakah riwayat
singkatnya? Apa saja jasanya untuk peradaban Islam? Ibrah/pelajaran yang Anda petik dari
tokoh tersebut

Nama Tokoh: Ibnu Rusyd

Pengaruh Ibnu Rusyd tidak secara langsung tetapi melalui murid-muridnya dari Eropa
yang belajar di Spanyol dan mereka ini dikenal dengan Averoissme. Averoissme memiliki
pandangan tertentu tentang hubungan Bahasa Falsafat dan Bahasa Agama dan pandangan
ini berakar pada pemikiran Ibnu Rusyd. pemikiran Ibn Rusyd berkembang menjadi suatu
gerakan Averroisme yang pengaruhnya ke Barat lebih besar dibandingkan filosof-filosof
musim lainnya. Ibn Rusyd-lah merupakan tokoh yang paling populer dan dianggap paling
berjasa dalam membuka mata peradaban Barat. Oleh karena itu mengkaji dan mempelajari
perjalanan hidup dan pemikiran filosof Ibnu Rusydi sangat menarik.1

Riwayat Singkat
Ibn Rusyd atau nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad
bin Rusyd, berasal dari keturunan Arab kelahiran Andalusia. Ibn Rusyd lahir di Andalusia
(Spanyol) tepatmya di kota Kordoba tahun 526H/1198 M. Ia lahir dan dibesarkan dalam
keluarga ahli fiqh, ayahnya Ahmad atau Abu Al Qasim seorang hakim di Kordoba demikian
juga kakeknya sangat terkenal sebagai ahli fiqh. Dengan demikian ia lahir dari keluarga

1
Rossi Delta Fitrianah, “IBNU RUSYD (AVERROISME) DAN PENGARUHNYA DIBARAT,” EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran
Keislaman Dan Tafsir Hadis 7, no. 1 (June 2, 2018): hlm 15, https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i1.1584.

Page 1 of 10
terhormat alim dan taat dalam beragama Islam, kakek dan ayahnya penganut mazhab
Maliki2
Lingkungan yang sangat kondusif itulah yang membuat Ibn Rusyd kecil haus ilmu
pengetahuan, ia tumbuh menjadi anak yang memiliki kejeniusan luar biasa. Pada usia anak-
anak saat itu, Ibn Rusyd sudah mempelajari berbagai disiplin ilmu, seperti Al-Qurán, hadits,
fiqih, serta mendalami ilmu-ilmu eksak seperti matematika, astronomi, logika, filsafat dan
kedokteran. Setelah menginjak remaja, ia terdorong keluar dari lingkar keluarga dalam
menuntut ilmu. Ibn Rusyd mendatangi para fuqaha yang menonjol di kawasan Andalusia
kala itu untuk berguru dan meniimba ilmu.3

Jasanya untuk Peradaban Islam


Kebesaran dan kejeniusan Ibn Rusyd bisa dilihat pada karya-karyanya. Dalam berbagai
karyanya ia selalu membagi pembahasannya ke dalam tiga bentuk, yaitu komentar, kritik,
dan pendapat. Ia adalah seorang komentator sekaligus kritikus ulung. Ulasannya terhadap
karya-karya filsuf besar terdahulu banyak sekali, antara lain ulasannya terhadap karya-karya
Aristoteles.
Kritik dan komentarnya itulah yang mengantarkannya menjadi terkenal di Eropa. Ulasan-
ulasannya terhadap filsafat Aristoteles berpengaruh besar pada kalangan ilmuwan Eropa
sehingga muncul di sana suatu aliran yang dinisbatkan kepada namanya, Avereroisme.
Selain itu, ia juga banyak mengomentari karya-karya filsuf muslim pendahulunya, seperti
al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Bajjah, dan al-Ghazali. Komentar-komentarnya itu banyak
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani.4
Beberapa ahli berpendapat, dari sekian banyak karya Ibn Rusyd yang bisa diambil
sebagai spirit perumusan dan
pengembangan fikih emansipatoris, adalah tiga bukunya Fashl al-Maql, al-Kashf `an
Manhij al-Adillah dan Tahfut al-Tahfut (ditulis berturut-turut pada tahun 1178, 1179, dan
1180) merupakan karya terpenting. Ketiga buku ini memuat pandangan kontroversial Ibn
Rusyd yang pernah menggemparkan dunia Eropa pertengahan abad ke-13.5

Ibrah/pelajaran

2
Suyudono, Yusuf, Bersama Ibnu Rusyd Menengahi Filsafat dan ortodoksi, Semarang: Wali Songo Press,
2008,hlm: 13

3
Rossi Delta Fitrianah, “IBNU RUSYD (AVERROISME) DAN PENGARUHNYA DIBARAT,” EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran
Keislaman Dan Tafsir Hadis 7, no. 1 (June 2, 2018): hlm 17, https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i1.1584.
4
5. Musa Yusuf, Bayn al Din wa al falsafat fi ra’yi ibn Rusyd wa falasifat ‘asr al wasit, (Kairo: darul Ma’arif,1980):
hlm.44
5
Rossi Delta Fitrianah, “IBNU RUSYD (AVERROISME) DAN PENGARUHNYA DIBARAT,” EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran
Keislaman Dan Tafsir Hadis 7, no. 1 (June 2, 2018): hlm 21, https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i1.1584.

Page 2 of 10
Tidak dapat dibantah bahwa perkembangan dan kemajuan peradaban Barat yang
spektakuler seperti sekarang ini tidak dapat dilepaskan dari sentuhan peradaban Islam Abad
Pertengahan, karena pada Abad Pertengahan, Islam tampil sebagai puncak peradaban dunia.
Masyarakat Masyarakat Barat pada saat itu berada dalam abad keterbelakangan,
kemandegan berpikir dan kebekuan. Barat menimba sebanyak-banyaknya capaian
peradaban Islam tersebut. Tokoh yang paling berpengaruh bagi Barat dalam transformasi
peradaban tersebut adalah Ibn Rusyd (Averroes).6
Dari peristiwa tersebut kita sebagai umat muslim harus bangga terhadap ilmuwan-
ilmuwan muslim yaitu salah satunya Ibnu Rusyd, selain menumbuhkan rasa bangga kita
juga harus memanfaatkan dan menyerap ilmu-ilmu yang telah diperjuangkan para ilmuwan
muslim agar dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Jelaskan Islamisasi Nusantara dan bagaimana Peran Strategis Kerajaan Islam Nusantara
dalam peradaban Islam!
Islamisasi Nusantara
a) Sosial Politik
Kondisi sosial politik saat menjelang intensifikasi dakwah islam terpengaruhi oleh
kerajaan-kerajaan nusantara saat itu, seperti kerajaan Sriwijaya yang berstatus sebagai
kerajaan maritim dan dengan kekuatan politiknya, kerajaan tersebut memiliki kekuasaan
selat Malaka sebagai pusat perniagaan internasional sekaligus sebagai tempat transit pelaut-
pelaut dari barat ke timur. Salah satu pelautnya adalah pelaut-pelaut muslim zaman dinasti
Umayyah, maka pedagang-pedagang muslim yang disertai para dai lebih mendapat
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dagang sekaligus keuntungan politik dengan
cara mendukung pemisahaan (separatisme) daerah-daerah bawahan Sriwijaya yang
kemudian menjadi negera-nagara kecil yang bercorak Islam. Hal ini terlihat misalnya
berpisahnya kerajaan Samudera Pasai di pesisir Timur Laut Aceh yang kemudian ternyata
merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia.7
Proses islamisasi berjalan intensif karena kemunduran-kemunduran kerajaan bukan
islam, seperti munculnya intrik politik intern keluarga kerajaan pada kerajaan Dhaha di
Kalimantan Selatan, atau juga seperti kemundurannya kerajaan Majapahit karena Demak.
b) Sosial Budaya dan Ekonomi
Secara ekonomi, Nusantara memiliki berbagai potensi ekonomi, sehingga dapat
memegang peran dalam pelayaran perdagangan Asia lantaran memiliki pelabuhan yang
strategis, selat Malaka dan komoditas yang dibutuhkan oleh Eropa, dengan datangnya
6
Rossi Delta Fitrianah, “IBNU RUSYD (AVERROISME) DAN PENGARUHNYA DIBARAT,” EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran
Keislaman Dan Tafsir Hadis 7, no. 1 (June 2, 2018): hlm 29, https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i1.1584.

7
Ahwan Mukarrom, “Sejarah Islam Indonesia I: Dari Awal Islamisasi Sampai Periode Kerajaan-Kerajaan Islam
Nusantara,” October 21, 2014, hlm 35 http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/20188.

Page 3 of 10
bangsa-bangsa dari luar dapat mempengaruhi kehidupan perdagangan dan budaya di
Nusantara.
Van Leur berpendapat bahwa hubungan dagang antara Indonesia dengan India terjalin
lebih awal dari pada hubungannya dengan wilayah timur, dalam hal ini Cina.8
Petunjuk yang bisa digunakan untuk menentukan adanya hubungan dagang dengan India
tersebut, selain komoditas juga budaya dan agama. Sebagaimana disebutkan di atas bahwa
hubungan budaya dan agama ini telah terjalin lama sekali, setidaknya sejak abad pertama
Masehi. Di dalam mobilitas perdagangan laut ini pada umumnya para pelaut dan pedagang
Nusantara (Indonesia) tidak berposisi pasif akan tetapi juga aktif dan dinamis, 9
Penggunaan saluran islamisasi lewat perdagangan ini sangat elegan dan natural sebab,
sebagaimana disebut di atas, bahwa setiap muslim, apapun fungsi dan kapasitasnya
memiliki kewajiban berdakwah. Dan juga dakwah model ini sangat diutungkan oleh situasi
dan kondsisi perdagangan umum abad-abad itu karena banyak para bangsawan, juga raja
turut aktif dalam kegiatan perdagangan, bahkan mereka juga menjadi sebagai pemilik
kapalkapal dagang itu. Dengan sendiriya Islam lebih mudah dikenal oleh masyarakat
sekeliling para bangsawan atau raja yang sekaligus para saudagar tersebut.
c) Kerajaan-Kerajaan Islam
Dengan melihat paparan ini maka mula-mula ajaran Islam yang berkembang di Nusantara
dan berdirilah kerajaan-kerajaan Islam, seperti di pesisir utara Sumatera di Aceh adalah
Islam Syi’ah. Pemimpin Dinasti Sayyid Maulana Abdul Aziz Syah adalah sbb. :
1) Sultan Alaiddin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah (225-249 H. = 840-864M)
2) Sultan Alaidin Sayyiud Maulana Abdurrahim Syah (249-285H = 864-888 M)
3) Sultan Alaiddin Sattid Maulana Abas Syah (285-300 H = 888-913 M)10

Peran Kerajaan-Kerajaan Islam dalam Peradaban Islam


1) Dengan tidak mengabaikan kebesaran kerajaan Samudera Pasai yang telah
merinntis dasar-dasar budaya Islam di Sumatera Utara, Sultan Mohammad Syah dari
Malaka merupakan penerus yang bijak. Pengetahuan dan pengalamannya tentang budaya
Majapahit, Siam dan Samudera Pasai, telah menimbulkan kemauan keras untuk menjadikan
Malaka sebagi pusat budaya Islam, di mana adat-adatnya bersendikan Islam yang
merupakan asimilasi dari berbagai sistem, baik asli maupun mancanegara. Misalnya
Hindustan, Persia, Arabia. Maka disusunlah suatu Undan-Undang yang terkenal
”UndangUndang Kerajaan Malaka” yang sampai periode belakangan masih terpakai pada

8
Sartono Kartodirdjo, Sejarah Nasional Jilid III. Ibid. hlm. 4
9
Mukarrom, “Sejarah Islam Indonesia I: Dari Awal Islamisasi Sampai Periode Kerajaan-Kerajaan Islam Nusantara.”
October 21, 2014, hlm 47 http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/20188.
10
Ahwan Mukarrom, “Sejarah Islam Indonesia I: Dari Awal Islamisasi Sampai Periode Kerajaan-Kerajaan Islam
Nusantara,” October 21, 2014, hlm 64 http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/20188.

Page 4 of 10
beberapa kerajaan Melayu. Akhirnya pendiri dan perintis kerajaan Islam Malaka, Sultan
Mohammasd Syah meninggal dunia pada tahun 1414 M, setelah meneruskan pengokohan
budaya Islam di Malaka sebagai kelanjutan dari budaya Islam kerajaan Samudera Pasai, dan
juga telah sukses menjaga fungsi dan stabilitas pelabuhan Malaka sebagai jalur lalu-lintas
ekonomi dan budaya.11
2) Sebagaimana halnya dengan kesultanan Islam lain di Nusantara, kesultanan
Palembang memiliki peran aktif dalam penyebaran Islam di wilayah tersebut. Sejarah
penyebaran agama Islam di kesultanan ini tak terlepas dari jasa seorang yang lazim
dinamakan Kyai atau guru mengaji. Pada periode pemerintahan Kyai Mas Endi Pangeran
Ario Kesumo Abdurahman (1659-1706) dikenal adanya seorang ulama yang bernama K.H.
Agus Khotib Somad, seorang ahli tafsir Al-Qur’an dan Fiqih. Tuan Faqih Jalaludin
mengajarkan ilmu Al-Qur’an dan Ilmu Ushuluddin.12

3. Pada fase setelah sepeninggal Rasulullah,  kondisi umat Islam menjadi terpecah-
pecah dan menjadi firqah-firqah  yang terkadang terjadi konfrontasi fisik maupun ideologi.
Menurut saudara apa penyebab perpecahan tersebut  dan bagaimana  solusi pemecahannya ?

Fase setelah sepeninggal Rasulullah adalah masa kekhalifahan atau istilahnya Khulafa’u
Rasyidin, yaitu khalifah tersebut diantaranya oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Awal masa itu berjalan baik dengan
terpilihnya Abu Bakar Ash Shiddiq yang di masanya dihabiskan untuk menyeselesaikan
konflik yang terjadi di dalam negeri, tetapi ada beberapa suku arab yang tidak mau tunduk
dengan kepemimpinannya, beberapa suku tersebut berpendapat bahwa perjanjian mereka
hanya kepada Rasululllah saw. dan batal setelah Rasulullah saw. wafat. Karena sikap keras
kepala dan penentangan mereka yang dianggap membahayakan agama dan pemerintahan,
akhirnya Abu Bakar berijtihad untuk memerangi golongan yang membangkang. Abu Bakar
memerangi para nabi palsu dan golongan murtad, perang yang terjadi dalam peristiwa ini
disebut perang Riddah (Perang melawan kemurtadan).13
Kaum murtad pada masa khalifah Abu bakar inilah yang nantinya akan menjadi cikal
bakal dari munculnya 3 golongan adalam Islam yang terus menerus melakukan persaiangan
dan perebutan kekuasan secara politik maupun budaya. Pada masa kemepimpinan Khalifah
Umar bin Khattab, para kaum munafik semakin gencar melakukan aksi propaganda untuk

11
Ahwan Mukarrom, “Sejarah Islam Indonesia I: Dari Awal Islamisasi Sampai Periode Kerajaan-Kerajaan Islam
Nusantara,” October 21, 2014, hlm 107 http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/20188.

12
Ahwan Mukarrom, “Sejarah Islam Indonesia I: Dari Awal Islamisasi Sampai Periode Kerajaan-Kerajaan Islam
Nusantara,” October 21, 2014, hlm 133 http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/2018.

13
Furqon,Zainul, “Sejarah Kebudayaan Islam kelas X MA Semester 1 (Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016)” hlm 69.

Page 5 of 10
merusak dan mengadu domba setiap bani (golongan/keturunan) dalam Islam di wilayah
pusat pemeritahan Madinah. Propaganda yang dilakukan pun masih tetap sama yaitu
menatasnamakan demokrasi dan keadilan antar semua golongan tanpa harus ada yang
menghegemoni sebuah pemerintahan dengan satu/dua golongan yang berkuasa14
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, ia menghadapi masa pergelokan dan konflik
yang banyak terjadi di negara Islam, tidak ada masa dikatakan stabil. Munculah para
pemberontak-pemberontak yang beralasan bahwa Ali bin Abi Thalib tidak mau
menjatuhkan hukuman kepada pembunuh Utsman Ibn Affan dan mereka menutut qisas
terhadap darah Ustman Ibn Affan yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali bin Abi Thalib
berusaha menghindari perselisihan tersebut, ia pun mengirimkan surat kepada Thalhah dan
Zubair dan mengajak keduanya untuk berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut
secara damai, namun ajakan tersebut ditolak dan akhirnya peperangan hebat pun terjadi.
Perang ini dikenal dengan Perang Jamal (Unta).15
Pada hari kedua Khalifah berangkat yang kemudian di susul oleh Thalhah dan Zubair.
Sedangkan orang-orang pembuat fitnah ini bergerak sebelum fajar. pembunuh Utsman
membawa pasukan yang berjumah sekitar dua ribu orang. Pembunuh Utsman dengan licik
mendatangi kubu Ali dan Aisyah lalu menyerbu dengan menggunakan senjata. Akhirnya,
orang-orang bangun dari tidur dengan membawa pedang sambil berkata, “Orang-orang
Kufah menyerang kita pada malam hari dan berkhianat pada kita.” Kubu Aisyah mengira
bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh Khalifah. Setelah mendengar berita ini Khalifah
berkata, “Apa yang terjadi pada masyarakat?” orang-orang yang berada disekitar Khalifah
berteriak bahwa penduduk Bashrah menyerang. Spontan kedua belah pihak langsung
memakai baju perang sambil membawa senjata lengkap. Kedua kelompok ini telah di fitnah
dan diadu domba untuk maju dalam medan pertempuran tanpa mengetahui hakikat
sebenarnya yang terjadi. Akhirnya kedua pasukan bertemu, Khalifah membawa sekita
20.000 pasukan sedangkan Ummul Mu’minin Aisyah membawa 30.000 pasukan. Ketika
kedua pasukan bertemu, sahabat bertemu dengan sahabat, orang beriman bertemu dengan
16
orang beriman, tapi dalam pertempuran kali ini Muslimin seakan-akan dipaksa untuk jadi
musuh.

14
Mohammad Fajar Setiyawan, “MUNCULNYA GOLONGAN SYIAH, KHAWARIJ DAN SUNNI DALAM ISLAM PADA MASA
KEKHALIFAHAN ALI BIN ABI THALIB TAHUN 35 – 41 H / 656 – 661 M DI JAZIRAH ARAB,” 21 Agustus 2018, hlm 29
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/100208/Mohamad%20Fajar%20Setiyawan-
120210302077%20%23.pdf?sequence=1&isAllowed=y

15
Furqon,Zainul, “Sejarah Kebudayaan Islam kelas X MA Semester 1 (Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016)” hlm 69.
16
Mohammad Fajar Setiyawan, “MUNCULNYA GOLONGAN SYIAH, KHAWARIJ DAN SUNNI DALAM ISLAM PADA MASA
KEKHALIFAHAN ALI BIN ABI THALIB TAHUN 35 – 41 H / 656 – 661 M DI JAZIRAH ARAB,” 21 Agustus 2018, hlm 34
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/100208/Mohamad%20Fajar%20Setiyawan-
120210302077%20%23.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Page 6 of 10
Puncak dari peperangan yang terjadi pada masa pemerintahan Ali yaitu Perang Shiffin
yang diakhiri dengan arbitrase / tahkim. Tahkim inilah yang menyebabkan Islam terpecah
menjadi tiga golongan yaitu Syiah, Khawarij dan Sunni.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita pahami bersama bagaimana benih-benih
propaganda dan fitnah yang mulai dibangun setelah wafatnya Rasulullah itu dimulai, namun
dapat dipadamkan dan ditekan pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar,
setelah wafatnya Khalifah Umar menjadi babak baru bagi kaum munafik yang nantinya
akan menjadi embrio dari lahirnya tiga golongan dalam Islam ini untuk terus tumbuh dan
berkembang dalam peradaban Islam sampai akhir.
Dari peristiwa tersebut kita dapat mengetahui solusi untuk pemecahan masalah dari
propaganda, fitnah atau adu domba. Yaitu dengan tidak mudah terhasut, dan tidak mudah
percaya pada info-info yang belum jelas benarnya (hoax), karena hal tersebut bisa saja
menjadi penyebab sesuatu kekacauan.

4. Jelaskan pengertian Peradaban Islam menurut bahasa dan Istilah serta perbedaan antara
Peradaban dan Kebudayaan ?
Jawab :
Kata Kebudayaan kerap kali disejajarkan, dari segi asal katanya dengan kata - kata:
cultuur (bahasa Belanda), kultur (bahasa Jerman), culture (bahasa Inggris dan Perancis) atau
cultura (bahasa Latin), bahkan ada sederetan kata lain yang tumpang tindih dengan kata
kebudayaan yaitu: civilization (bahasa Inggris dan Perancis), civilta (bahasa Italia) dan bildung
(bahasa Jerman). Padahal arti kata tersebut berbeda satu sama lain. Seperti culture (bahasa
Perancis) searti dengan kata bildung (bahasa Jerman) dan education (bahasa Inggris) yang
mengandung arti budi halus, keadaban, lalu disamakan dengan kata kebudayaan.
Para ahli ada yang membedakan antara kata kebudayaan/ culture Inggris) dengan kata
peradaban/ cvilization (bahasa Perancis), seperti Malinowsky dalam Mudji Sutrisno
mengartikan kata civilization sebagai aspek khusus dari kebudayaan yang lebih maju. J.
Maritin lebih menekankan aspek rasional dan moral pada arti kata kebudayaan dan aspek
sosial, politik dan institusional pada kata peradaban. Dan ada juga yang diperlawankan kedua
kata tersebut oleh O.Spengler yaitu memandang kebudayaan sebagai perujudan dari budi
manusia, sedangkan peradaban sebagai perbudakan dan pembekuan budi'.
Effat al- Sharqawi dalam buku Filsafat Kebudayaan Islam sebagaimana yang dikuti
oleh Badri Yatim' mengatakan masih banyak orang yang mensinonimkan arti kedua kata
kebudayaa dan peradaban, kata kebudayaan dengan al-tsaqafah (Bahasa Arab), culture (bahasa
Ingris), dan kata peradaban dengan al-hadharah (bahasa Arab), sivilazation (bahasa Ingris).
Pada hal kedua kata tersebut dalam perkembangan ilmu antropologi dewasa ini kedua istilah
tersebut terdapat perbedaan artinya yaitu: kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang
semangat mendalam suatu masyarakat, dan lebih banyak direfleksikan dalam bentuk seni,
satra, religi (agama) dan moral. Sedangkan peradaban merupakan manifestasi-manifestasi
kemajuan dan teknologis, dan direfleksikan dalam bentuk politik, ekonomi dan teknologi. 17

17
Jurusan Sejarah et al., “KEBUDAYAAN  DAN  PERADABAN,” Tamaddun: Jurnal Kebudayaan Dan Sastra Islam, vol. 13,
2013, http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tamaddun/article/view/152.

Page 7 of 10
5. Dalam catatan peradaban Islam terdapat peperangan yang dilakukan antara sesama umat
Islam seperti pada masa Ali Bin Abi Thalib (perang jamal dan perang siffin), pada masa
kerajaan Nusantara antara Demak dan Pajang. Jelaskan motif dan orientasi konflik dan
perang antar muslim dari era kekuasaan tertentu (pilih salah satu dinasti/kerajaan tertentu)!

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, ia menghadapi masa pergelokan dan
konflik yang banyak terjadi di negara Islam, tidak ada masa dikatakan stabil. Munculah para
pemberontak-pemberontak yang beralasan bahwa Ali bin Abi Thalib tidak mau
menjatuhkan hukuman kepada pembunuh Utsman Ibn Affan dan mereka menutut qisas
terhadap darah Ustman Ibn Affan yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali bin Abi Thalib
berusaha menghindari perselisihan tersebut, ia pun mengirimkan surat kepada Thalhah dan
Zubair dan mengajak keduanya untuk berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut
secara damai, namun ajakan tersebut ditolak dan akhirnya peperangan hebat pun terjadi.
Perang ini dikenal dengan Perang Jamal (Unta).18
Pada hari kedua Khalifah berangkat yang kemudian di susul oleh Thalhah dan Zubair.
Sedangkan orang-orang pembuat fitnah ini bergerak sebelum fajar. pembunuh Utsman
membawa pasukan yang berjumah sekitar dua ribu orang. Pembunuh Utsman dengan licik
mendatangi kubu Ali dan Aisyah lalu menyerbu dengan menggunakan senjata. Akhirnya,
orang-orang bangun dari tidur dengan membawa pedang sambil berkata, “Orang-orang
Kufah menyerang kita pada malam hari dan berkhianat pada kita.” Kubu Aisyah mengira
bahwa perbuatan tersebut dilakukan oleh Khalifah. Setelah mendengar berita ini Khalifah
berkata, “Apa yang terjadi pada masyarakat?” orang-orang yang berada disekitar Khalifah
berteriak bahwa penduduk Bashrah menyerang. Spontan kedua belah pihak langsung
memakai baju perang sambil membawa senjata lengkap. Kedua kelompok ini telah di fitnah
dan diadu domba untuk maju dalam medan pertempuran tanpa mengetahui hakikat
sebenarnya yang terjadi. Akhirnya kedua pasukan bertemu, Khalifah membawa sekita
20.000 pasukan sedangkan Ummul Mu’minin Aisyah membawa 30.000 pasukan. Ketika
kedua pasukan bertemu, sahabat bertemu dengan sahabat, orang beriman bertemu dengan
19
orang beriman, tapi dalam pertempuran kali ini Muslimin seakan-akan dipaksa untuk jadi
musuh.

18
Furqon,Zainul, “Sejarah Kebudayaan Islam kelas X MA Semester 1 (Kurikulum 2013 Edisi Revisi 2016)” hlm 69.
19
Mohammad Fajar Setiyawan, “MUNCULNYA GOLONGAN SYIAH, KHAWARIJ DAN SUNNI DALAM ISLAM PADA MASA
KEKHALIFAHAN ALI BIN ABI THALIB TAHUN 35 – 41 H / 656 – 661 M DI JAZIRAH ARAB,” 21 Agustus 2018, hlm 34
https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/100208/Mohamad%20Fajar%20Setiyawan-
120210302077%20%23.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Page 8 of 10
Puncak dari peperangan yang terjadi pada masa pemerintahan Ali yaitu Perang Shiffin
yang diakhiri dengan arbitrase / tahkim. Tahkim inilah yang menyebabkan Islam terpecah
menjadi tiga golongan yaitu Syiah, Khawarij dan Sunni.
Berdasarkan uraian di atas, dapat kita pahami bersama bagaimana benih-benih
propaganda dan fitnah yang mulai dibangun setelah wafatnya Rasulullah itu dimulai, namun
dapat dipadamkan dan ditekan pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar dan Umar,
setelah wafatnya Khalifah Umar menjadi babak baru bagi kaum munafik yang nantinya
akan menjadi embrio dari lahirnya tiga golongan dalam Islam ini untuk terus tumbuh dan
berkembang dalam peradaban Islam sampai akhir.

Page 9 of 10
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
YOGYAKARTA
Jl. MarsdaAdisucipto – Telp. (0274) 513056, Fax (0274) 519734 Yogyakarta 55281

LEMBAR JAWAB
UJIAN AKHIR SEMESTER GASAL
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Matakuliah : Peradaban Islam Bobot : 2 sks


Hari, Tanggal : Senin, 18 Januari 2021 Semester : I
Jam : 07.00 WIB Jur./Kelas : Pendidikan Kimia
Dosen : Dr. NurSaidah, M.Ag. Ruang : Virtual

Gerda Pintoko
Nama & NIM : Tanda Tangan :
Tunjungsari(20104060024)

Page 10 of 10

Anda mungkin juga menyukai