Anda di halaman 1dari 3

Aqidah secara etimologi diambil dari kata 

’aqada – ya’qidu memiliki makna mengikat


sesuatu, jika seseorang mengatakan (aku ber’itiqad begini), itu  artinya saya
mengikat hati dan dhamir terhadap hal tersebut. Adapun secara terminologi Aqidah
adalah: “Sesuatu yang diyakini, diimani dan yang dibenarkan dengan hati.
Sedangkan makna aqidah ditinjau dari pengertian syariat Islam adalah beriman
kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, beriman kepada
hari akhir dan taqdir (ketentuan) Allah yang baik maupun buruk. Allah berfirman
yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu
telah sesat sejauh-jauhnya. (An-Nisa: 136)
Aqidah memiliki fungsi dan peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia.
Bukan hanya sekedar ilmu, Aqidah juga menentukan kualitas agama dan masa
depan seseorang. Mereka yang enggan memahami ilmu akidah tidak jarang memilih
jalan yang sesat. Jalan sesat tersebut yang dapat membawa pada masalah-masalah
dalam hidup. Oleh karena itu, sangat penting untuk menanamkan Aqidah pada anak
sejak dini. Sebagai orang tua harus bisa membimbing anak pada jalan yang diridhai
Allah subhanahuwata’ala.
Peran Aqidah dalam Perkembangan Agama Islam
Aqidah tidak hanya berperan dalam kehidupan seseorang, tetapi juga berpengaruh
dalam perkembangan Agama Islam. Fondasi yang kokoh dalam membangun tiang
Agama Islam. Awal dari pembentukan Akhlak yang mulia. Seseorang yang
beraqidah tentu melaksanakan ibadah dengan tertib, sehingga akan tertanam dalam
dirinya akhlak yang baik. Dasar penciptaan manusia ialah untuk beribadah kepada
Allah Subhanahu wata’ala, sehingga ilmu akidah wajib untuk dipelajari setiap umat
Islam. Ada beberapa fungsi dan peran aqidah dalam kehidupan manusia:

1. Sebagai petunjuk hidup yang tepat sehingga dapat membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk.
2. Melindungi diri agar tidak terjerumus pada jalan yang sesat.
3. Menumbuhkan semangat beribadah kepada Allah subhanahuwata’ala.
4. Menentramkan dan sebagai penenang jiwa.
5. Memahami dan mengikuti sunah-sunah rasul-Nya.

Allah subhanahu wata’ala berfirman juga dalam surah Adz-Dzariyat:


“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku. (QS. adz-Dzariyat : 56)
Aqidah seorang hamba menentukan kualitas ibadahnya diterima atau tidak oleh
Allah Subhanahu wata’ala. Menyampaikan akidah mulia merupakan misi awal para
Rasul-Nya. Sebagaimana hadits di bawah ini. Allah Subhanahuwata’ala berfirman:
‫الض;الَلَ ُة َف ِس; ْير ُْوا‬ َّ ‫ت َعلَ ْي; ِه‬ْ ‫ت َف ِم ْن ُه ْم َمنْ َه; َدى هللاُ َو ِم ْن ُه ْم َمنْ َح َّق‬ َّ ‫َولَ َق ْد َب َع ْث َنا فِي ُك ِّل أ ُ َّم ٍة َرس ُْوالً أَ ِن اعْ ُب ُد ْوا هللاَ َواجْ َت ِنب ُْوا‬
َ ‫الطا ُغ ْو‬
‫ان َعاقِ َب ُة ْال ُم َك ِّذ ِبي َْن‬َ ‫ْف َك‬َ ‫ظر ُْوا َكي‬ ُ ‫ض َفا ْن‬ َ
ِ ْ‫فِي اأْل ر‬.  
 “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilahThaghut itu”, maka di
antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di
antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu
di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul).” (QS. An-Nahl : 36)
Berpengang kepada Aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur
hidup. Allah berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakanTuhan kami ialah Allah kemudian
mereka beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan
turun kepada mereka (seraya berkata): “Janganlah kamu merasa takut dan
janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh)
surga yang dijanjikan Allah kepadamu.”(QS. Fushilat: 30)
Dan Nabi Shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda:
”katakanlah: Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomah-lah (berlaku lurus-
lah) kamu.” (HR. Muslim dan lainnya)
Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang
fana ini. Nabi Shollallohu ‘alaihiwasallam bersabda:
“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah niscaya dia akan masuk surga”.(HSR. Al-Hakim)
Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat
manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesudah mereka. Seperti yang
telah disebutkan dalam Al-Qur’an, bahwa Allah telah mengutus umat yang baik yang
mana mereka menyuruh manusia untuk berbuat baik dan mencegah hal yang buruk.
Allah Berfirman dalam surah Ali Iman ayat 110, yang artinya sebagai berukut:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada
Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)
Di samping itu, Aqidah ini juga mewujudkan naluri ideal (dalam diri manusia) yang
dapat mengembangkan manusia demi terwujudkan menjadi makhluk yang
sempurna, baik dari segi pemikiranya, atau pun dari segi sepritualitasnya. Begitu
juga demi terwujudnya kepribadian berakidah yang berjalan sesuai dengan akal
yang terarah, perilaku yang lurus dan siap mengemban misi, tidak seperti
kepribadian yang mengalami kesesatan Aqidah, yang berdampak kepada prilaku
yang buruk, baik kepada dirinya maupun kepada orang secara umum.
Patut untuk diingat di sini bahwa Aqidah Islam bukan seperti Aqidah (yang
didefinisikan oleh) para filsuf yang tidak lebih dari sekedar teori pemikiran yang
tersembunyi di sudut-sudut otak manusia. Akan tetapi Aqidah Islam adalah sebuah
power yang (bersemayam dan) bergerak di dalam hati dan berpengaruh secara
positif pada jiwa dan anggota badan. Dengan ini, orang yang memiliki Aqidah akan
terdorong untuk berkiprah di setiap aspek kehidupan dan amal. Atas dasar ini,
Aqidah Islam (pada masa kejayaan Islam) telah menjadi sebuah kekuatan yang aktif
dan motor penggerak (bagi muslimin) yang telah mampu mengubah perjalanan
sejarah, memperbaiki kebudayaan-kebudayaan (yang berlaku kala itu), baik di
bidang tatanan hidup sosial maupun pemikiran dan menentang perbudakan,
penindasan, kesewenang-wenangan. Telah kita ketahui bersama bahwa kelompok
minoritas (muslim) Makkah yang tertindas telah mampu bertahan selama tiga belas
tahun menghadapi kezaliman yang melanda mereka.

http://pps.unida.gontor.ac.id/peran-ilmu-aqidah-untuk-memperkuat-iman-umat/

Anda mungkin juga menyukai