Anda di halaman 1dari 12

MATA KULIAH

pendidikan AGAMA ISLAM


Oleh:
H Eko Wardoyo, MSI
Bab IiI

AGAMA ISLAM
1. Pengertian Agama dan Kebutuhan Manusia
Etimologi dalam bahasa Sansakerta, menggunakan akar kata
yang berasal dari gam yang mendapat awalan a dan akhiran a.
jadilah a-gam-a. ada pula yang memperoleh keterangan dengan
mendapat awalan i. Jadilah i-gam- a dan awalan u, menjadi u-
gam-a.

bahasa Sansakerta termasuk rumpun bahasa Indo-Jerman.


Dalam bahasa Belanda dan Inggris yang juga termasuk anggota
rumpun Indo-Jerman, kita temukan kata-kata ga, gaan (Bld.)
dan ge (Ingg.), yang pengertiannya adalah sama dengan gam,
yaitu pergi. Setelah mendapat awalan dan akhiran a,
pengertiannya menjadi jalan.
Lanjutan …
Menurut penelitian para ahli, ketiga kata tersebut ditemukan juga
dalam bahasa Bali. Agama artinya peraturan, tata cara upacara-
upacara dalam konteks hubungan rakyat dengan raja. Igama
hubungan manusia dengan dewa-dewa, dan ugama hubungan
manusia dengan sesamanya (manusia).
Kata itu sekarang tersebar pemakainnya dalam tiga bahasa,
agama dalam bahasa Indinesia, igama dalam bahasa Jawa,
dan ugama dalam bahasa Malaysia yang semuanya masuk
dalam pengertian yang sama.
Pengertian jalan ditemukan sebagai arti dalam kebanyakan
agama. Taoisme dan Shinto mengandung arti jalan. Budhisme
menyebut hukum –hukum pokoknya dengan jalan. Yesus
menyuruh para pengikutnya menurut jalannya. Syariat, tarikat,
dan sirat dalam ajaran Islam juga mengandung arti jalan.
Lanjutan…
Firman Allah SWT dalam al-Qur’an:
“Ya Allah, tunjukilah kami jalan
‫اهدان الرصاط املس تقمي‬ yang lurus”. (QS. al-Fatihah: 6)
Agama Hindu dan Budha menyebarkan kata agama itu di
Nusantara, kemudian diambil alih oleh bahasa Melayu,
dilanjutkan oleh bahasa Indonesia.
Manusia dalam perjuangan hidup da n perjuangan
mempertahankan eksistensinya merasakan perlunya akan
tenaga yang mengatasi alam dan manusia , sebagai tempat
bermohon dan menggantungkan dirinya. Dalam menghadapi
itu, timbullah metologi dalam pemikiran dan jiwa yang
bersahaja. Itulah awal agama.
Apabila suatu waktu akal menolak Yang Kudus atau Tuhan,
paham penolakan itu disebut antiteisme. Agama itu akan
lenyap dalam kebudayaan seperti dalam masyarakat komunis.
Lanjutan …
Siapakah yang Kudus itu? Atau siapakah Tuhan itu? Telah kta
tinjau sejarah aktivitas akal dalam mencarinya. Usaha akal
menemukannya, yang membentuk lintasan sejarah agama dari
serba tenaga sampai kepada serba banyak dewa. Daya kemampuan
akal pada manusia paling tinggi hanya sampai ketingkat
monoteisme yang bersifat politeisme. Akal yang amat nisbi itu
tidak akan mampu sampai kepada sifat Tuhan Yang Mutlak. Akan
berada dalam alam dan sebagian dari alam, tak mungkin keluar
dari alam untuk sampai kepada hakikat Tuhan yang berada di luar
alam (transeden.)
2. Agama Budaya dan Sumbernya
Agama budaya adalah produk akal. Ajaran-ajarannya disusun
oleh akal. Akal itu tetap nisbi. Apa yang dianggap benar oleh
pikiran pada suatu saat mungkin saja akan diingkarinya pada
saat lain.
Lanjutan…
Dalam agama budaya, manusia tidak berfikir dengan akal budi,
melainkan mempergunakan hati. Budi tidak diberi peran. Oleg
karena itu, ajaran-ajaran yang telah dibentuk oleh rasa dan
tidak dapat diterima oleh akal yang aktifitasnya peran budi.
Ciri-ciri agama budaya adalah:
a. Tumbuh secara evolusi dalam masyarakat penganutnya dan
tidak dipastikan waktu kelahirannya.
b. Tidak disampaikan oleh utusan Tuhan (Rasul Allah).
c. Umumnya tidak memiliki kitab suci; kalau pun ada, kitabnya
sering mengalami perubahan-perubahan dalam perjalanan
sejarahnya.
d. Ajarannya selalu berubah sesuai dengan perubahan akal
masyarakat penganutnya.
e. Konsep ketuhannya adalah dinamisme, politeisme, dan
paling tinggi monoteisme nisbi.
Lanjutan…
f. Kebenaran prinsip-prinsip ajarannya tak tahan terhadap kritik
akal dan alam nyata suatu ketika dibuktikan oleh ilmu dalam
perkembangannya yang sangat keliru; alam gaib tidak dapat
diterima oleh akal.
3. Agama Samawi dan Sumbernya
Lawan agama budaya ialah agama langit (samawi). Agama samawi
atau sama’i, yaitu agama wahyu. Wahy u itu tidak diberikan
langsung diberikan kepada masyarakat, tetapi melalui Rasul atau
utusan Allah.
Wahyu tersebut disampaikan kepada Rasul Allah melalui
malaikat. Malaikat yang diberi tugas khusus untuk itu ialah
Malaikat Jibril, yang didalam agama Nasrani disebut Roh
Kudus. Allah menyampaikan berita bahwa Siti Maryam akan
melahirkan seorang putra, yaitu Nabi Isa AS melalui Malaikat
Jibril.
Lanjutan…
Agama wahyu yang terakhir ialah Islam yang diturunkan kepada
Nabi yang terakhir pula, yaitu Nabi Besar Muhammad SAW.
Islam adalah agama yang telah disempurnakan Allah dan
diridhoi-Nya, sesuai dengan firman-Nya yang tercantum dalam al-
Qur’an, surat al-Maidah: 3. kemudian ditegaskan pula dalam surat
ali-Imran: 19. firman Allah SWT:

‫اب ا َّْل ِّم ْن‬ ‫ت‬‫ك‬ِّ ْ


َ َ ‫هللا ْاْل ْس ََل ُم َو َما ا ْختَلَ َف َّ ِّاَّل ْي َن ُأ ْوتُوا‬
‫ال‬ ِّ َ‫ا َّن د ِّال ْي َن ِّع ْند‬
ِ ِ ِ
ِّ ‫ب َ ْع ِّد َما َج َاء ُ ُُه الْ ِّع ْ ُْل ب َ ْغ ًيا بَيَْنَ ُ ْم َو َم ْن يَ ْك ُف ْر بِّآ ََي ِّت‬
‫َسيْ ُع‬ َ ‫هللا فَا َّن‬
ِّ َ ‫هللا‬
ِ
َ ‫الْ ِّح َس‬
.‫اب‬
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah
hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah
diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada
mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Lanjutan Arti…
Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka
sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”.

ِّ ِّ ‫َو َم ْن ي َ ْبتَغ ِّ غَ ْ َْي ْاْل ْس ََل ِّم ِّديْنًا فَلَ ْن يُ ْق َب َل ِّم ْن ُه َوه َُو ِّيف ْال ِّخ َر ِّة ِّم َن الْ َخ‬
‫اَسْي َن‬
ِ
Artinya: “Barang siapa mencari agama selain agama Islam,
maka sekali - kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang
rugi”. (QS. ali-Imran:85)
Sumber ajaran Islam adalah kitab suci al-Qur’an. Kitab suci
tersebut selain berfungsi sebagai petunjuk dan pedoman hidup
manusia, juga menjadi hakim bagi kitab- kitab suci yang telah
diturunkan Allah SWT terhadap para rasul-Nya sebelum Nabi
Besar Muhammad SAW.
Lanjutan…
Selanjutnya kitab suci al-Qur’an itu, disamping kitab suci dan
mukjizat tersebut bagi Nabi Muhammad SAW, dijadikan sumber
nilai yang harus diamalkan oleh para penganutnya dalam
melaksanakan hidupnya. Firman Allah SWT:

‫ََي َأُّيه َا َّالر ُس ْو ُل ب َ ِّل د ْغ َما ُأ ْن ِّز َل ال َ ْي َك ِّم ْن َّرب د َِّك َوا ْن ل َ ْم تَ ْف َع ْل فَ َما بَلَ ْغ َت‬
ِ ِ
‫هللا َْل ُّيَ ْ ِّدي الْ َق ْو َم ا ْل َك ِّف ِّرْي َن‬
َ ‫هللا ي َ ْع ِّص ُم َك ِّم َن النَّ ِّاس ا َّن‬ ُ ‫ِّر َسال َ َت ُه َو‬
ِ
Artinya: “Hai Rasul, sampaikanlah apa yang di turunkan
kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa
yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanah- Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan)
manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang kafir”. (QS. al-Maidah: 67)
Lanjutan…
Bagi manusia yang mengetahui, mengerti, menerima, dan
meyakinni kandungan al-Qur’an serta mengamalkan nilai-nilai
ajaranya, berarti ia memilih dan mengambil jalan selamat serta
berjalan diatas jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT, sesuai
dengan firman-Nya;
‫هللا َم ِّن ات َّ َب َع ِّر ْض َوان َ ُه ُس ُب َل ال َّس ََل ِّم َو ُ ُْي ِّر ُ ُُج ْم ِّدم َن ه‬
ِّ ‫الظلُ َم‬
‫ات ا ََل‬ ُ ‫ُّيَ ْ ِّدي ِّب ِّه‬
ِ
َ ِّ ‫النه ِّور ِِّب ْذ ِّن ِّه َوُّيَ ْ ِّد ْ ُِّّي ْم ا ََل‬
‫ِصاط هم ْس َت ِّق ْمي‬
Artinya: “Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang
ِ ِ
yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan
(dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu
dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang
dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang
lurus”. (QS. al-Maidah:16).

Selesai…

Anda mungkin juga menyukai