Anda di halaman 1dari 18

KEMU’JIZAATAN AL – QUR’AN SEPANJANG JAMAN

MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN

MAKALAH

Disusun oleh :

ZAHID QAMARA
MUREZKI FITRAH
MUHAMMAD ZAKIR

Mahasiswa prodi Pendidikan Elektro

Dosen :
Dr. HUSNIZAR, S.Ag., M.Ag.

FALKUTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR- RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2022 M /1444 H
KATA PENGANTAR

‫هللا الرَّ حْ َم ِن الرَّ ِحي ِْم‬


ِ ‫ــــــــــــــــــم‬
ِ ْ‫ِبس‬

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
mengangugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “Kemu’jizaatan Al – Qur’an Sepanjang Jaman”. Selanjutnya
shalawat beriring salam kita sanjung sajikan ke pangkuan Nabi Besar Muhammad
SAW. Yang telah membawa umat manusia dari kehidupan jahiliah menuju
kehidupan islamiah.

Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan makalah dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu
berkat bantuan dari berbgai pihak. Untuk itu kami mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua kami atas segala doa, motivasi, kebutuhan dan
dukungannya kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Bapak Dr. Husnizar, S. Ag., M.Ag yang telah membekali kami ilmu
pengetahuan yang sangat berguna dan bermanfaat sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
3. Sahabat dan teman-teman seperjuangan atas pengalaman, kerja sama,
kekompakan dan dunkungan yang telah diberikan selama menempuh
Pendidikan bersama.

Semoga segala bantuan dan jerih payah semua pihak yang bernilai ibadah disisi
Allah SWT. Kami menyadari sepenuhnya banyak keterbatasan dan jauh dari
kesempurnaan oleh karenanya dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami
berharaoat agar makalah ini bermanfaat bagi semua. Aamiin Ya Rabbal ‘Alam

Banda Aceh, 14 Oktober 2022


Penulis,

Kelompok 1
DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : PEMBAHASAN
A. Kelemahan manusia untuk menentang Al – Qur’an
B. Memiliki mukjizat pada setiap lafadz, dan susunan kalimatnya
C. Memiliki kemukjizatan pada teks, dan kandungannya
D. Al – Qur’an sebagai penawar kegelisahan dalam kehidupan manusia
E. Kandungan Al – Qur’an meliputi jagat raya

BAB : PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Mukjizat adalah sebuah peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang dibarengi
dengan tantangan dan tidak bisa dikalahkan.makalah ini membahas tentang
mukjizat al-quran Diantara kemurahan Allah terhadap manusia, adalah bahwa Dia
tidak saja menganugerahkan fitrah yang suci yang dapat membimbingnya kepada
kebaikan, bahkan juga dari masa kemasa mengutus seorang rasul yang membawa
kitab sebagai pedoman hidup dari Allah dan mengajak manusia untuk beribadah
kepada-Nya semata. Setiap rasul yang diutus selain membawa kitab yang
didalamnya mengandung kabar gembira dan peringatan, juga Allah bekali mereka
dengan berbagai mukjizat untuk membantu mereka dalam berbagai kesulitan dan
tantangan dari masyarakat yang menolak risalahnya sesuai dengan tingkat dan pola
pikir masyarakatnya.

Nabi Muhammad Saw., diutus ketika masyarakat Arab ahli dalam bahasa dan
sastra. Dimana-mana diadakan musabaqah (perlombaan) dalam menyusun syair
atau khutbah, petuah dan nasehat. Syair-syair yang dinilai indah, digantung dika’bah
sebagai penghormatan kepada penggubahnya sekaligus untuk dapat dinikmati oleh
yang melihat dan membacanya. Penyair mendapat kedudukan yang sangat
istimewa dalam masyarakat arab.

Pada saat turunnya al-Quran sebenarnya orang-orang Arab adalah masyarakat


yang paling mengetahui tentang keunikan dan keistimewaan al-Quran serta ketidak
mampuan mereka untuk menyususun seumpamanya. Namun diantara mereka tidak
mengakuinya, bahkan suatu kali mereka menyatakan bahwa al-Quran adalah syair,
al-Quran adalah sihir ulung atau pendukunan. Karenanya al-Quran datang
menantang mereka untuk menyusun semacam al-Quran, ternyata mereka tidak
mampu menyusun seperti susunan al-Quran yang indah dan bersastra tinggi, maka
jelaslah kemukjizatan al-Quran. Untuk mengkaji lebih lanjut tentang mukjizat al-Qur
an, maka dalam makalah ini akan dibahas tentang mukjizat berserta lafadz dan
susunan ,kelemahan manusia untuk menentang mukjizat al- qur’an, Al – Qur’an
sebagai penawar kegelisahan dalam kehidupan manusia ,kandungan Al – Qur’an
meliputi jagat raya
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kelemahan manusia untuk menentang Al – Qur’an

1. Kelemahan fisik manusia

Manusia memiliki keterbatasan secara fisik. Ia akan kalah berlari


dengan kijang, tidak mampu melawan burung untuk terbang, tidak bisa
mengalahkan monyet dalam memanjat, dan tidak bisa bersaing dengan ikan dalam
berenang. Di dalam ayat QS. Al-Rum/30: 54 juga dijelaskan Allah bahwa manusia
diciptakan pada awalnya memiliki fisik yang kuat. Tapi setelah melewati beberapa
masa, kekuatan itu semakin hilang dengan bertambahnya umur.

َ ‫ض ْع ًفا َو‬
‫ش ْي َبة ً َي ْخ‬ َ ٍ ‫ض ْعف ٍ قُوه ة ً ُثم ه َج َعل َ ِم ن ْ َب ْعد ِ قُوه ة‬
َ ِ ‫ض ْعف ٍ ُثم ه َج َعل َ ِم ن ْ َب ْعد‬
َ ْ ‫الل َّ ه ُ الهذِي َخلَ َق ُكم ْ ِم ن‬
‫لُق‬
َ ْ ْ َ ‫َما َي‬
‫شاء ُ َو هُو َ ال َعلِيم ُ القدِير‬

Artinya: “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui
lagi Maha Kuasa” Dalam Jalalain dijelaskan (Allah, Dialah yang menciptakan kalian
dari keadaan lemah), yaitu dari air mani yang hina lagi lemah itu (kemudian Dia
menjadikan kalian sesudah keadaan lemah) yang lain yaitu masa kanak-kanak
(menjadi kuat) masa muda yang penuh dengan semangat dan kekuatan (kemudian
Dia menjadikan kalian sesudah kuat itu lemah Kembali dan beruban) lemah karena
sudah tua dan rambut pun sudah putih. Lafal dha'fan pada ketiga tempat tadi dapat
dibaca dhu'fan. (Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya) ada yang lemah, yang
kuat, yang muda, dan yang tua (dan Dialah Yang Maha Mengetahui) mengatur
makhluk-Nya (lagi Maha Kuasa) atas semua yang dikehendaki-Nya.Setelah itu ia
dilahirkan dari perut ibunya dalam keadaan lemah, kecil,dan tidak berkekuatan.
Kemudian menjadi besar sedikit demi sedikit hingga menjadi anak, setelah itu
berusia balig dan masa puber, lalu menjadi pemuda. Inilah yang dimaksud dengan
keadaan kuat sesudah lemah. Kemudian mulailah berkurang dan menua, lalu
menjadi manusia yang lanjut usia dan memasuki usia pikun; dan inilah yang
dimaksud keadaan lemah sesudah kuat.Kemudian mulailah berkurang dan menua,
lalu menjadi manusia yang lanjut usia dan memasuki usia pikun; dan inilah yang
dimaksud keadaan lemah sesudah kuat. Di fase ini seseorang mulai lemah
keinginannya,gerak, dankekuatannya; rambutnya putih beruban, sifat-sifat lahiriah
dan batinnya berubah pula. Karena itulah maka di sebutkan oleh firman-Nya:

َ ‫ض ْع ًفا َو‬
َ ‫ش ْي َبة ً َي ْخ لُق ُ َما َي‬
‫شاء‬ َ ٍ ‫ُثم ه َج َعل َ ِم ن ْ َب ْعد ِ قُوه ة‬
‫َو هُو َ ا ْل َعلِيم ُ ا ْل َقدِير‬

Artinya: “Kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali)
dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya.” (Ar-Rum: 54)
Yakni Dia berbuat apa yang dikehendaki-Nya dan mengatur hamba-hamba-
Nya menurut apa yang dikehendaki-Nya “Dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi
Mahakuasa.(Ar-Rum:54) Dalam perspektif pendidikan Islam, kelemahan manusia
secara fisik diperbaiki secara terbatas dengan menjaga kesehatan. Selain
itu,kelemahan fisik ini bisa diubah menjadi potensi dengan berolahraga secara
teratur.Itulah sebabnya dalam Islam sangat dianjurkan untuk berolahraga seperti
yang dicontohkan Rasulullah: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫الر ُجل ِ ا ْم َرَأ َته ُ َو َتْأ ِد ْيب ُ الُ َّر ُجل ِ َف َر‬
‫سه‬ َّ ُ ‫شئ ْ ٍلَ ْيس َ فِ ْيه ِ ِذ ْكر ُ هللا ِ َف ُهو َ لَ ْهو ٌ َولَعِب ٌ ِإال ّ َ َأ ْر َبع ٌ ُمالَ َع َبة‬ َ ُ ّ ‫ُكل‬
‫احة‬َ ‫س َب‬
ِّ ‫الر ُجل ِ ال‬ َ ‫ش ُيه ُ َب ْين ا ْل َغ ْر‬
َّ ُ ‫ض ْي َن َو َت ْعلِ ْيم‬ ْ ‫َو َم‬

Artinya: “Segala sesuatu yang tidak mengandung Dzikirullah padanya maka itu
adalah kesia-siaan dan main-main kecuali empat perkara: yaitu senda gurau suami
dengan istrinya, melatih kuda, berlatih memanah, dan mengajarkan renang.”

2. Kelemahan manusia dari segi akal

Secara bahasa akal berasal dari bahasa Arab, ‘aqala yang berarti mengikat dan
menahan. Kata akal sebagai kata kerja (fi’l mudhari) dari ‘aqala termaktub dalam
Alquran dalam berbagai surah sebanyak 49 (empat puluh Sembilan) antara lain
ta’qilun dalam surah al-Baqarah 2:49, ya’qilun dalam surah al-Furqan, 25: 44, dan
surah Yasin, 36: 68; na’qilu surah al-Mulk, 67:10, ya’qiluha surah al-‘Ankabut, 29: 43
dan ‘aqaluhu dalam surah al-Baqarah, 2:75. Selain itu, terdapat selain kata ‘aqala
yang menunjukkan arti berfikir seperti nazhara sebanyak 120 ayat yang berarti
melihat secara abstrak, tafakkara yang artinya berpikir sebanyak 18 ayat, faqiha
yang berarti
memahami sebanyak 20 ayat, tadabbara terdapat sebanyak 8 ayat dan tadzakkara
yang berarti mengingat sebanyak 100 ayat. Semua ayat ini masih sangat berkaitan
dengan pengertian akal. Kata ‘aqala diartikan mengikat dan menahan. Secara istilah
akal memiliki arti daya berpikir yang ada pada manusia. Bagi al_Ghazali yang dikutip
oleh Quraish Shihab bahwa akal mengandung beberapa pengertian, yaitu:
1) Akal adalah potensi yang membedakan manusia dengan binatang dan ini
yang menjadikan manusia mampu memahami berbagai pengetahuan teoritis.
2) Akal adalah pengetahuan yang diperoleh seseorang berdasarkan
pengalaman yang dilaluinya dan berguna untuk memperhalus budinya.
3) Akal merupakan kekuatan insting yang menjadikan seseorang mengetahui
dampak semua persoalan yang dihadapinya sehingga ia dapat
mengendalikan nafsunya. Akal manusia berguna untuk membedakan
manusia dengan hewan, sumber ilmu pengetahuan, instrumen memperoleh
ilmu dan pengekang hawa nafsu. Akal manusia yang dihinggapi sifat
kebodohan akan membuat manusia itu lemah dan cendrung memotivasi
dirinya untuk berkhianat. Dalam QS. Al Ahzab/33: 72 Allah menjelaskan
bahwa manusia sering kali tidak sadar menerima tanggung jawab padahal ia
masih bodoh dalam pekerjaan tersebut.

ْ ‫ضو َأ‬
‫ش َف ْقن َ مِ ْن َها َو َح َملَ َها‬ ْ ‫َو ا ْل ِج َبال ِ َفَأ َب ْين َ َأن ْ َي ْح ِم ْل َن َها ِ ِإنها َع َر‬
ْ ‫ض َنا األ َما َنة َ َعلَى السه َم َاو ات ِ َو‬
َ ‫األر‬
‫سان ُ ِإنهه ُ َكان َ َظلُو ًما َج ُهوال‬ َ ‫اإل ْن‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit,


bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat lalim dan amat bodoh.”
Allah menawarkan amanat itu kepada mereka sebelum menawarkannya kepada
manusia, tetapi ternyata mereka tidak kuat. Lalu Allah berfirman kepada Adam,
"Sesungguhnya Aku telah menawarkan amanat ini kepada langit, bumi, dan gunung-
gunung, tetapi mereka tidak mampu memikulnya. Apakah kamu mau memikul
amanat ini berikut segala akibatnya? Adam bertanya,"Apa saja konsekuensinya itu,
wahai Tuhanku" Allah Subhanahu wa ta'ala. menjawab,"Jika kamu berbuat baik,
maka kamu diberi pahala. Dan jika kamu berbuat buruk, kamu disiksa. Lalu amanat
itu diambil oleh Adam. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.
(Al-Ahzab: 72) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa
amanat ini adalah fardu-fardu yang ditawarkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala.
kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Jika mereka menunaikannya, maka Allah
akan memberi mereka pahala; dan jika mereka menyia-nyiakannya, Allah akan
mengazab mereka. Maka mereka tidak suka dan merasa takut memikul tanggung
jawab amanat ini tanpa adanya pelanggaran. Tetapi demi menghormati agama
Allah, sebaiknya mereka tidak menerimanya. Kemudian Allah menawarkannya
kepada Adam, dan ternyata Adam mau menerimanya berikut segala
konsekuensinya. Itulah yang dimaksud oleh firman Allah Subhanahu wa ta'ala. : dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh. (Al-Ahzab: 72) Karena tergiur oleh perintah Allah. Dalam pendidikan Islam
kelemahan akan diatasi dengan belajar. Makanya ayat yang pertama sekali
diturunkan Allah memerintahkan manusia untuk membaca, meneliti dan menelaah
ayat-ayat qauliyah dan kauniyah. Selain itu banyak sekali ayat-ayat yang menyuruh
manusia untuk menuntut ilmu.

ٌ
َ‫الل َّ ه ُ ِب َما َت ْع َملُون َ َخبِير َ الل َّ ه ُ الهذِين َ آ َم ُنوا ِم ْن ُكم ْ َو الهذِين َ ُأو ُتوا ا ْل ِع ْلم َ َد َر َجات ٍ و ِ َي ْر فع‬
Artinya :“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”

3.Kelemahan dari segi qalbu


Secara bahasa kata qalb bermakna hati, isi, jantung dan inti. Qalb juga diartikan
dengan akal, kekuatan, semangat, dan yang murni. Kata qalb terambil dari akar kata
yang bermakna membalik, karena sering kali ia berbolak balik. Suatu saat senang
dan disaat lain susah, suatu waktu setuju dan diwaktu lain menolak. Menurut al
Fayumi, dalam bahasa Arab kata qalb sering digunakan untuk makna membalikkan
sesuatu, misalnya qalabtu ar- ridaa’a; ay hawaltuhu wa ja’altu ‘alahu asfalahu. (Aku
membalikkan selendang, maknanya adalah aku menukar bagian atasnya menjadi
bagianbawahnya).Qalbu bermakna membalik karena sering kali berbolak balik,
sekali
senang, sekali susah, kadang setuju dan kadang menolak. Qalb sangat berpotensi
untuk tidak konsisten.

َ َ ‫ِإن ه فِي َذلِك َ لَ ِذ ْك َر ى لِ َمن ْ َكان َ لَه ُ َق ْلب ٌ َأو ْ َأ ْل َقى السه ْم ع َ َو هُو‬
‫ش ِهيد‬

Artinya:“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan


bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya,
sedang dia menyaksikannya” (QS. Qaaf, 50: 37).

‫َو َج َع ْل َنا فِي ُقلُوب ِ الهذِين َ اته َب ُعوه ُ َر ْأ َفة ً َو َر ْح َمة‬

dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih
sayang. (QS. Al-Hadid, 57: 27). Qalbu adalah potensi immateri yang diberikan Allah
kepada manusia. Sering kali qalbu dihinggapi prasangka yang tidak baik. Manusia
sering kali tidak bisa mengontrol perasaannya sehingga salah dalam
mempersepsikan sesuatu. Salah satu keadaan tersebut dijelaskan Allah pada QS.
AlBalad/90:4-8,

‫سب ُ َأن‬
َ ‫سب ُ َأن ْ لَن ْ َي ْقدِر َ َعلَ ْيه ِ َأ َحد﴾ٌ َيقُول ُ َأهْ لَ ْكت ُ َماال لُ َب ًدا ﴾ َأ َي ْح‬
َ ‫سان َ فِي َك َبد﴾ٍ َأ َي ْح‬
َ ‫لَ َقد ْ َخلَ ْق َنا اإل ْن‬

‫لَم ْ َي َر ه ُ َأ َحد﴾ٌ َألَم ْ َن ْج َعل ْ لَه ُ َع ْي َن ْين‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah


payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang
berkuasa atasnya? Dia mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak".
Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami
telah memberikan kepadanya dua buah mata.” Kelemahan qalbu ini dalam
Pendidikan Islam diatasi dengan banyak berzikir kepada Allah. Makanya dalam
Islam ada ilmu tasauf yang khusus belajar bagaimana mengasah qalbu yang ideal
menurut Islam.

‫الل َّ ه ِ َت ْط َمِئن ُّ ا ْلقُلُوب ِ الل َّ ه ِ َأال بِ ِذ ْكر ِ اله ِذين َ آ َم ُنوا َو َت ْط َمِئن ُّ ُقلُو ُب ُهم ْ بِ ِذ ْكر‬

Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah- lah hati menjadi
tenteram.”(QS. Ar-Ra’du, 13: 28)
4. Kelemahan dari segi nafsu

Kata nafsu berasal dari bahasa Arab al-nafs yang berarti jiwa, semangat, hasrat,
kehendak, selera, diri dan lainnya. Kata al-nafs bisa disepadankan dengan
himmah/iradah (hasrat/kehendak). Para ahli tasawwuf mengungkapkan bahwa,
makna pertama nafsu merupakan cakupan makna dari kekuatan amarah dan
syahwat (nafsu birahi) dalam diri manusia. Nafsu merupakan dasar cakupan sifat-
sifat tercela. Makna kedua, bahwa nafsu adalah perasaan halus (lathifah). Qalbu
menggunakan term qalb dan berbagai deriviasinya ditemukan sebanyak 168
tersebar di 155 ayat. Pada umumnya muncul untuk mengidentifikasi berbagai jenis
kalbu yang difungsikan dan yang tidak difungsikan dengan baik oleh pemiliknya.
Qalbu yang dipelihara dan difungsikan secara optimal sangat peka terhadap
kebenaran dan kebaikan. Sementara yang tidak dipelihara dapat mengeras bagai
batu cadas dan tak memiliki kepekaan sama sekali dan akhirnya tertutup dari
kebaikan dan kebenaran.Al-Ghazali membagi nafsu manusia menjadi tiga: nafsu al-
muthmainnah, nafsu al-lawwâmah, dan nafsu al-ammârah. Al-Ghazali memasukkan
nafsu al-muthmainnah ke dalam kategori nafsu yang baik (al- mahmûdah),
sedangkan nafsu al-lawwâmah dan al-ammârah ke dalam kategori nafsu yang buruk
(al-su’). Manusia memiliki tingkatan nafsu, yaitu: (a) al-ammarah bil al-su’(cendrung
kepada keburukan) ; (b) al-lawwamah (menyesal jika sudah melanggar); (c) al-
musawwalah (sama yang buruk dengan yang baik); (d) al- mutmainnah (tentram jiwa
dan melahirkan sikap baik); (e) al-mulhamah (sudah dapat ilham untuk kebaikan); (f)
al-mardiyah (mencari keridhaan Allah) ; (g) al-radiyah (ridha dengan ketentuan
Allah); (h) al-kamilah (manusia sempurna). Salah satu ayat yang menunjukkan
kelemahan manusia dalam menguasai nafsunya adalah QS. Al-Nisa/4: 28-29

‫ض ِع ي ًفا﴾ ُ ُي ِر يدْ َيا َأ ُّي َها الهذِين َ آ َم ُنوا ال َتْأ ُكلُوا َأ ْم َو الَ ُكم ْ َب ْي َن ُكم‬ َ ‫الل َّ ه ُ َأن ْ ُي َخ ِّفف َ َع ْن ُكم ْ َو ُخلِق َ اإل ْن‬
َ ُ ‫سان‬

َ ‫س ُكم ْ ِإن ٍ بِا ْل َباطِ ل ِ ِإال َأن ْ َت ُكون َ ت َِج‬


‫ار ة ً َعن ْ َت َر اضا‬ َ ُ‫ح يم ه ِم ْن ُكم ْ َو ال َت ْق ُتلُوا َأ ْنف‬
ِ ‫الل َّ ه َ َكان َ بِ ُكم ْ َر‬
Artinya: “Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan
bersifat lemah. Hai orang-orang yang beriman, jang anlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh
dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“ Dalam pendidikan
Islam salah satu cara untuk mengendalikan nafsu itu adalah dengan berpuasa.
Selain itu, arahan dari nafsu tersebut dibentuk dan didorong kepada hal-hal positif
melalui pelatihan, training dan kegiatan-kegiatan pembentukan karakter lainnya.

B. Memiliki mukjizat pada setiap lafadz, dan susunan kalimatnya

1. Pengertian Mukjizat

Mukjizat menurut bahasa ialah suatu hal yang luar biasa, yang menyalahi
kebiasaan, dinampakan Allah Swt kepada seorang Nabi, untuk menyiratkan
kenabiannya dan manusia biasa tidak dapat berbuat seperti itu.13 Menurut al-Jurjani
mukjizat ialah suatu hal yang luar biasa yang menyalahi kebiasaan, mengajar
kepada kebaikan dan kebahagiaan disertai dakwaan kenabian, bertujuan untuk
menampakan kebenaran orang yang mendakwakan bahwa dia adalah seorang
utusan dari Allah Swt.14 Dalam Ensiklopedi Islam disebutkan, bahwa mukjizat ialah
membuat sesuatu menjadi tidak mampu, atau sesuatu yang luar biasa di mana
manusia tidak mampu mendatangkan hal yang serupa. Sesuatu yang luar biasa
yang nampak pada diri seorang Nabi. Keluarbiasaan itu mendapat tantangan, tetapi
tantangan itu tidak mampu mengalahkannya.15 Sedangkan menurut Muhammad
Hasan Hito, mukjizat ialah suatu hal yang luar biasa, yang menyalahi adat
kebiasaan, disertai dengan tantangan, dinampakan Allah Swt pada Rasul atau Nabi,
sebagai pembenaran terhadap dakwaannya dan orang-orang dimana dia diutus,
tidak mampu mengalahkannya.16 Menurut al-Zarqani, mukjizat ialah sesuatu yang
melemahkan manusia, atau makhluk ainnya, baik secara individu, maupun kolektif,
untuk mendatangkan sesuatu yang lain yang serupa dengan mukjizat tersebut.17
Dari pengertian mukjizat yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan, bahwa
mukjizat ialah sesuatu yang luar biasa bertujuan untuk membuktikan kenabian
seorang Nabi, atau kerasulan seorang Rasul dan menambah keyakinan para
pengikut Nabi tersebut dan tidak ada yang dapat mengalahkannya, atau berbuat
sepertinya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al Baqarah (2): 23-24 :

‫ف ْ َوِإن ْ ُكن ْ ُتم‬ِ ِ ‫ورة ٍ مِن ْ ِم ْثلِو ِ َوادْ ُعوا ِ ِم َّا ن ََّز ْل َنا َعلَى َع ْبد ٍ َر ْيب‬ ُ ‫نَ َ َفْأ ُتوا ِب‬
َ ‫س‬
‫ش َهدَ ا َء ُكم ْ مِن ْ دُو َنل َ َ ْ ت َ ْف َعلُوا و ْ َفِإنلَن ْ ت َ ْف َعلُوا َفات َّقُوا‬
ُ ِ . َ‫صا ِدقِين‬َ ْ ‫ا لل َّ َّ ِ ِإن ْ ُكن ْ ُتم‬
ْ ‫ُأ‬
‫ َّ ال َّنار َ ال‬. َ‫ارة ُ ِع َّدت ْ لِل َكاف ِِرين‬ َ ‫ت ِ َوقُو ُد َىا ال َّناس ُ و َ الْ َ َِج‬ ِ

Artinya: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal
al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah jika kamu orang-orang
yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) - dan pasti kamu tidak akan
dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia
dan batu, yang disediakan bagi orang- orang kafir”. Dengan demikian, mukjizat itu
merupakan suatu yang melemahkan orang sehingga tidak dapat menandinginya.
Ada yang berusaha menandinginya, tetapi tidak dapat memenangkan pertandingan
itu, karena mukjizat merupakan karunia Allah Swt yang diberikan kepada Nabi dan
Rasul, sehingga tidak mungkin ada manusia yang dapat menandinginya. Dari uraian
di atas dapat pula disimpulkan, bahwa mukjizat :
a) Sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan
b) Suatu yang terjadi di luar kebiasaan itu nampak pada diri seorang Nabi/Rasul.
c) Sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan itu disertai dengan adanya tantangan.
d) Sesuatu yang terjadi di luar kebiasaan itu tidak dapat ditantang atau tidak
dapat
dikalahkan.

2. Pengertian Al-Qur‟an

Kata Qur‟an menurut bahasa adalah bentuk Masdar dari qara‟a (‫ )قرأ‬yang berarti
bacaan. Selanjutnya kata ini berarti kitab suci yang diturunkan Allah Swt kepada
Rasul-Nya Muhammad Saw yang ditulis dalam Mushaf, berdasarkan firman Allah
dalam Q.S. al-Qiyamah6 : 18

ُ‫َفِإ َذا ق ََرأ ْ َنه ُ َفا َّت ِبع ْ ق ُْرآ َنو‬


Artinya: “Apabila Kami telah selesai membacanya, maka ikutilah bacaannya”.
Ulama berbeda pendapat tentang kata al-Qur‟an dari segi isytiqaqnya sebagai
berikut :
a. Qur‟an adalah bentuk masdar dari qara‟a, dengan demikian, kata Qur‟an
berarti “bacaan”. Kemudian kata ini selanjutnya berarti kitab suci yang
diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw. Pendapat ini berdasarkan
firman Allah Swt.

‫ َفِإ َذا ق ََرأ ْ َنه ُ َفا َّت ِبع ْ ق ُْرآ َن ُو‬.

Artinya: “Apabila Kami telah selesai membacanya, maka ikutilah bacaannya”.


Antara lain yang berpendapat demikian adalah al Lihyan (w. 215 H)
b. Qur‟an adalah kata sifat dari al-qar‟u yang bermakna al- jam‟u (kumpulan).
Selanjutnya digunakan sebagai salah satu nama bagi kitab suci yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw karena al-Qur‟an terdiri dari
sekumpulan surah dan ayat, memuat kisah-kisah, perintah dan larangan, dan
juga karena al-Qur‟an mengumpulkan inti sari dari kitab-kitab yang diturunkan
sebelumnya. Pendapat ini, antara lain dikemukakan oleh al-Zajjaj (w.311 H).
c. Kata al-Qur‟an adalah ism alam, bukan kata bentukan dan sejak awal
digunakan sebagaimana bagi kitab suci umat Islam, pendapat ini diriwayatkan
dari Imam Syafi‟I (w. 204 H).7 Imam Syafi‟i berpendapat bahwa kata al-Qur‟an
yang digunakan di dalam bentuk ma‟rifah (menggunakan alif dan lam),
bukanlah berasal dari qara‟a, melainkan merupakan nama dari suatu kitab suci
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Kata itu tidak berasal dari
qara‟a dan sekiranya berasal dari qara‟a, maka setiap yang kita baca adalah al-
Qur‟an.8
Menurut Abu Syuhbah, dari ketiga pendapat di atas, yang paling tepat adalah
pendapat yang pertama,9 yakni bahwa al-Qur‟an dari isytiqaqnya, adalah
bentuk masdar dari kata qara‟a. Sedangkan al-Qur‟an menurut istilah, antara
lain adalah “firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw
yang memiliki kemukjizatan lafal, membacanya bernilai ibadah, diriwayatkan
secara Dalam definisi yang lain disebutkan pula, bahwa menurut istilah para
ulama, al-Qur‟an ialah kalam Allah Swt yang menjadi mu‟jizat yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw dengan lafazh dan maknanya dengan
perantaraan malaikat Jibril as yang tertulis di dalam mushaf yang disampaikan
secara mutawatir, dimulai dengan Q.S. al- Fatihah (1) dan diakhiri dengan Q.S.
al-Nas (114). Dengan demikian, kalam Allah Swt yang diturunkan kepada para
Nabi sebelumnya, seperti Taurat, Injil dan Zabur, bukanlah al-Qur‟an. Demikian
pula kalam Allah yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad Saw
tanpa melalui malaikat Jibril, atau yang bukan lafazhnya dari Allah Swt, seperti
hadis qudsi bukanlah al-Qur‟an.11 Kata al-Qur‟an dan kata yang seasal
dengannya disebutkan 77 kali dalam al-Qur‟an tersebar di dalam berbagai
surah, Makkiyah dan Madaniyah. Dalam bentuk Ma‟rifah (‫ )معرفة‬menggunakan
alif dan lam (‫ )ال‬disebut 57 kali dan dalam bentuk Nakirah (‫ )نكرة‬tanpa alif dan
lam 19 kali. Dalam bentuk kata kerja (fi‟il), baik bentuk lampau, sekarang,
maupun bentuk perintah disebut 17 kali.12 Dari definisi al-Qur‟an yang telah
disebutkan di atas menunjukkan bahwa al-Qur‟an itu adalah merupakan salah
satu mukjizat di antara mukjizat-mukjizat yang diberika kepada Nabi
Muhammad Saw dan sebagai mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi
Muhammad Saw, karena mukjizat-m ukjizatnya semua sudah tidak kelihatan
lagi fisiknya, kecuali kisah dan riwayatnya saja, tetapi al-Qur‟an sebagai kitab
suci yang menjadi pedoman utama umat Islam itu tetap ada dilihat, dibaca,
dihafal dan dijadikan pedoman dalam hidup dan kehidupan, yang
mendatangkan kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagai wahyu Allah Swt yang
akan selalu terjaga keasliannya hingga akhir zaman tidak akan berubah
sedikitpun walaupun banyak usaha dari musuh-musuh al-Qur‟an untuk
mengubahnya. Al-Qur‟an sejak awal turunnya yang ditulis di berbagai alat-alat
tulis dan tersebar di kalangan para Sahabat ketika itu hingga dikumpulkan
menjadi satu mushaf seperti yang ada sekarang ini dipindahkan dari satu
generasi ke generasi lain secara mutawatir tanpa ada perubahan dan
pengurangan sedikit pun. Pemeliharaan al-Qur‟an dinyatakan oleh Allah Swt di
dalam QS. al-Hijr (15):9

‫ٰلَفِ ُظ ْون ُ نَ َّ لَو ِ َن ْن ُ ن ََّز ْل َنا ال ِّذ ْكر َ َوا َّ نَ ِ ا‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yangmenurunkan al-Qur‟an, dan


sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya)”.

C. Memiliki kemukjizatan pada teks, dan kandungannya

Kemukjizatan al-Qur‟an pada dasarnya berpusat pada dua segi: pertama, segi
isi atau kandungan al-Qur‟an, dan kedua, segi bahasa al-Qur‟an. Berkenaan
dengan isi al- Qur‟an telah dikemukakan bahwa al-Qur‟an yang diwahyukan
oleh Tuhan kepada Nabi Muhammad Saw, 14 abad yang telah lalu itu, banyak
membawa ayat-ayat ilmiah yang kemudian diakui kebenarannya oleh ilmu
pengetahuan
modern dewasa ini. Al-Qur‟an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw,
isinya tidak bertentangan dengan teknologi modern, bahkan mengungkapkan
kebenaran al-Qur‟an. Di antara ayat-ayat al-Qur‟an yang mengungkapkan
tentang masalah teknologi modern adalah) Angin disebut al-Qur‟an,
mengawinkan tumbuh-tumbuhan dan lain-lain dalam QS. al-Hijr (15):22.

‫س َماء ِ َماء ً َفَأ ْس َقي ْ َنا ُك ُموه ُ َو َما َأن ْ ُتم ْ لَو‬
َّ ‫ي ح َ لَ َواقِح َ َفَأن َْز ْل َنا مِن َ ال‬ َ ‫َوَأ ْر‬
َ ّ ِ ‫س ْل َنا الر‬

ِ
‫ب َِازنِين‬

Artinya: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-


tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu
dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.

b)Segala sesuatu dijadikan Allah Swt berpasangan. Tumbuh-tumbuhan, hewan


dan manusia berpasangan dalam QS. Yasin (36): 36.

ِ ُ‫األرض ُ َومِن ْ َأن ْف‬


‫س هِم ْ و َ ِم َّا ال ي َْعلَ ُمون‬ ْ ُ ‫األز َواج َ ُكلَّه َ ا ِم َّا ت ُ ْن ِبت‬
ْ َ ‫س ْب َحان َ الَّذِي َخلَق‬
ُ
Artinya: “Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan
semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka
maupun dari apa yang tidak mereka ketahui”. Ilmu dan teknologi yang sedang
berkembang pesat akan menambah terungkapnya isi yang terkandung di dalam
al-Qur‟an. Bukan isi al-Qur‟an yang harus tunduk kepada ilmu dan teknologi,
tetapi sebaliknya. Jika kekeliruan terjadi pada ilmu dan teknologi, harus dicari
kebenarannya dalam al-Qur‟an. Dari segi kandungan isi, mukjizat al-Qur‟an
dapat
dilihat dari tiga aspek : (1) Merupakan isyarat ilmiah. Al-Qur‟an banyak berisi
informasi ilmu pengetahuan walaupun hanya dalam bentuk isyarat ilmiah, seperti
informasi mengenai ilmu pengetahuan alam. Antara lain dikatakan bahwa bumi
dan langit sebenarnya merupakan suatu yang padu dan setelah terpisah
dijadikan segala sesuatu yang hidup dalam QS. al-Anbiya‟ (21): 30.
َ

َّ ‫األرض َ َكان َ َتا َرت ْ ًقا ف َ َفت َ ْق َنا ُم َا ِ ي َر َ الَّذِين َ َك َف ُروا َأن َّ ال‬
‫س َم َاوات‬ ْ ‫وو‬ َ ‫َأ‬

‫ش ْيء ٍ َحي ّ ٍ َأ َفال ي ُْؤ ِم ُنون‬


َ َّ ‫َو َج َع ْل َنا مِن َ ا ْلمَاءِ ُكل‬

Artinya :“Dan Apakah orang-orang yang kafirtidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” Seluruh kehidupan
berasal dari air dalam QS. al- Anbiya‟ (21):30.

َّ ‫األرض َ َكان َ َتا َرت ْ ًقا ف َ َفت َ ْق َنا ُم َا ِ ن َ َك َف ُروا َأن َّ ال‬
‫س َم َاوات‬ ْ ‫وو‬ َ ‫ل َ َ ْ ي َر َ الَّذِي َ َأ‬

‫ش ْيء ٍ َحي ّ ٍ َأ َفال ي ُْؤ ِم ُنون‬


َ َّ ‫َو َج َع ْل َنا مِن َ ا ْلمَاءِ ُكل‬

Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” Dan bahwa alam
semesta terbentuk dari gumpalan gas (ad-dukhan) dalam QS. Fussilat (41):11.

‫ثُ ُ َّ اَََل‬
َّ ‫ِألرض ِ ِاْئ تِ َيا َط ْو ًعا َأو َ ل َ َ ال‬
‫س َماء ِ َوىِي َ د َُخان ٌ ف َ َقال ِ َوى إ‬ ْ ‫اس ْت َول‬ْ

‫َك ْر ًىا َقالَ َتا َأت َي ْ َنا َطاِئعِين‬

Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah
kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa".
keduanya menjawab:"Kami datang dengan suka hati". (2) Merupakan sumber
hukum. Al-Qur‟an telah memberikan andil yang kuat dalam pertumbuhan
hukum, bahkan al- Qur‟an tetap merupakan produk hukum yang ideal hingga
masa kini. (3) Menerangkan suatu „ibrah dan teladan serta kabar gaib, baik yang
terjadi pada masa lalu, sekarang maupun yang akan datang. Al-Qur‟an banyak
mengandung berita-berita tentang hal-hal yang gaib, seperti “surga”, neraka, hari
kiamat, dan hari perhitungan. Selain itu, al-Qur‟an juga banyak mengungkapkan
kisah-kisah para nabi dan umat masa lampau, seperti kisah Fir‟aun, kisah kaum
Ad dan
Samud, kisah Nabi Yusuf As, dan Nabi Ibrahim As. Al- Qur‟an banyak pula
menyinggung masalah-masalah yang belum terjadi di masanya, seperti
kemenangan bangsa Romawi dalam QS. al-Rum (30) : 1-3.

ُّ ِ ‫ ُغلِ َبت‬.َ‫ف ِ َأد ُ ال‬


‫الروم‬ ِ . ْ ‫سي َْغلِ ُبون‬
َ ْ ‫األرض ِ َو ُىم ْ مِن ْ ب َْعد ِ َغلَبِ ِهم‬
ْ َ َ‫ن‬

Artinya: “Alif laam Miim. Telah dikalahkan bangsa Rumawi, Di negeri yang
terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. Salah satu segi
kemukjizatan al-Qur‟an adalah adanya undang-undang Ilahi yang sempurna
yang melebihi semua Undang-Undang buatan manusia. Al-Qur‟anul Karim
adalah menjelaskan pokok-pokok akidah, hukum-hukum ibadah, norma-norma
keutamaan dan sopan santun, undang-undang hukum ekonomi, politik, sosial
dan kemasyarakatan. Al- Qur‟anlah yang mengatur kehidupan keluarga dan
masyarakat, dan al-Qur‟anlah yang meletakkan dasar-dasar kemanusiaan yang
mulia lagi adil yang didengung- dengungkan oleh para tokoh reformis pada abad
kedua puluh satu ini.

D. Al – Qur’an sebagai penawar kegelisahan dalam kehidupan manusia

Al-Quran itu mengandung penyembuh dan rahmat. Akan tetapi, kandungan itu
bukan untuk setiap orang. Itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang beriman
yang membenarkan ayat-ayatNya lagi mengetahuinya. Adapun orang-orang
zhalim yang tidak membenarkan atau tidak mau mengamalkannya, maka ayat-
ayat itu tidak menambah kepada mereka kecuali kerugian belaka. Hal ini karena
hujjah telah tegak atas mereka. Penyembuhan yang disebutkan dalam al-Quran
itu bersifat umum untuk menyembuhkan hati dari syubhat dan kebodohan,
pemikiran rusak, dan penyimpangan yang buruk, serta niat yang busuk. Al-
Quran mencakup ilmu yakin yang mengakibatkan syubhat dan kebodohan
lenyap, (serta mengandung) nasihat dan peringatan yang dapat melenyapkan
setiap syahwat yang menyelisihi perintah Allah. (Selain itu), juga untuk
menyembuhkan tubuh dari rasa sakit dan gangguan-gangguannya. Adapun
rahmat, maka sesungguhnya muatan al-Quran itu bersisi sebab-sebab dan
sarana-sarana yang dianjurkan bagi seorang hamba untuk melakukannya.
Kapan saja dia menjalankannya, maka akan memperoleh kemenangan berupa
rahmat, kebahagiaan yang abadi dan pahala yang akan disegerakan ataupun
ditangguhkan pembalasannya.
Surat Al-Isra Ayat 82

‫ارا‬
ً ‫س‬ َّ ٰ ‫ان َما ه َُو شِ َفٓا ٌء َو َر ْح َم ٌة لِّ ْل ُمْؤ ِمنِينَ ۙ َواَل َي ِزي ُد‬
َ ‫ٱلظلِمِينَ ِإاَّل َخ‬ ِ ‫َو ُن َن ِّزل ُ مِنَ ٱ ْلقُ ْر َء‬

Arab-Latin: Wa nunazzilu minal-qur`āni mā huwa syifā`uw wa raḥmatul lil-


mu`minīna wa lā yazīduẓ-ẓālimīna illā khasārā

Artinya: Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah
kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

E. Kandungan Al – Qur’an meliputi jagat raya

Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia


yang disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak
berbeda dengan risalah yang dibawa oleh Nabi Adam, Nuh, Ibrahim dan rasul-
rasul lainnya sampai kepada Nabi Isa, rialah itu adalah mentauhidkan Allah.
Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Al-Qur’an tidak berbeda dengan konsep
ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah utus didunia ini.hanya
persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus. Bagaimanapun juga, kita
sering membaca perbincangan Al-Qur’an mengeni bumi, tumbuh-tumbuhan,
binatang, manusia, jagat raya, fenomena alam, dan sejarah. Perbincangan
tersebut dalam kitab Suci ini, merupakan rangkaian pembelajaran bagi umat
manusiamengenai tauhid dan ketundukan kepada Allah. Sebenarnya banyak
ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Akan tetapi, kebanyakan dari
kita hanya membacanya saja tanpa mau memahami isi yang terkandung di
dalamnya. Di bulan Ramadhan, banyak orang-orang berlomba mengkhatamkan
Al-Qur’an. Sebenarnya bukan mengkhatamkan yang diutamakan akan tetapi
menelaah dan mempelajari Al-Qur’an yang sangat dianjurkan agar tidak terjadi
kesalahpahaman memaknai Islam seperti yang terjadi belakangan ini dimana
banyak timbul aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan Islam Ahlussunnah wal
Jamaah.
Banyak timbul perpecahan di dalam umat Islam salah satunya adalah
tidak memahami kandungan ayat Al-Qur’an seperti yang telah penulis katakan di
atas. Kebanyakan dari mereka hanya membaca tapi tidak mempelajari. Itulah
gambaran umum isi kandungan Al-Qur’an. Para ahli telah banyak mengkaji dan
memperinci kandungannya. Hasil kajiannya menunjukan perbedaan-perbedaan,
sesuai dengan sudut pandang mereka masing-masing.

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa :

1. Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang
tidak dapat diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik
masa lalu, masa sekarang maupun masa yang akan datang.
2. Al-Qur‟an sebagai mukjizat, maksudnya adalah karena al-Qur‟an kekal
abadi. Mukjizat-mukjizat yang pernah diberikan Allah Swt kepada Rasul-
Rasul-Nya sudah berlalu dan tidak lagi dapat dilihat dan menghayatinya.
Lain halnya dengan al-Qur‟an sebagai mukjizat terbesar, ia kekal abadi.
Umat Islam dan umat lainnya, masih dapat memegang, membaca,
menghayati, memahami, mengamalkan isinya untuk mencapai
kebahagiaan dunia dan keselamatan di akhirat.
3. Kelemahan manusia dikategorikan pada 4 apsek, yaitu (1) kelemahan pada
aspek fisik; (2) kelemahan pada aspek akal; (3) kelemahan pada aspek
(kalbu); dan (4) kelemahan pada aspek nafsu.
DAFTAR PUSTAKA

Referensi : https://tafsirweb.com/4686-surat-al-isra-ayat-82.html
Waratsah, Volume 01, Nomor 02, Desember 2016
Ghofur Abdul, Al-Qur’an Hadis Kelas VII, (Penerbit dan Percetakan Mediatama,
Surakarta, April 2010)
Al-Kauniyah: Jurnal Ilmu Alquran dan Tafsir E-ISSN: 2746-9042 Vol. 2, No. 2
Desember 2021 P-ISSN: 2746-905

Anda mungkin juga menyukai