Anda di halaman 1dari 17

SERTIFIKASI DALAM MENINGKATKAN MUTU GURU

NAMA : 1. ZAINAL ABIDIN


2. SAHLAN

A. PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, guru adalah pengayom yang dibutuhkan oleh
murid begitu juga sebaliknya. Setelah terjadinya proses belajar mengajar akan
menampakkan interaksi antara keduanya. Seorang guru dapat mengetahui
sampai dimana kemampuan anak didiknya menyerap pelajaran yang disampaikan
atau guru tahu di mana kelemahan metode yang di gunakan oleh guru setelah
mengadakan peningkatan motivasi belajar siswa terhadap apa yang di sampaikan
dan bagaimana materi yang di sampaikan.
Masalah mendidik adalah permasalahan setiap orangtua sejak dahulu
sampai sekarang, tentunya orangtua berusaha mendidik anak-anaknya sengan
baik atau anak-anak lain diserahkan kepada guru untuk dididik. Begitu juga
masalah belajar dan mengajar di sekolah terutama dalam rangka peningkatan
mutu pembelajaran.
Peningkatan mutu pembelajaran dalam menanamkan sikap profesional
guru dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mengembangkan
akhlak mulia kepada peserta didik melalui pengelolaan dan pengembangan
kegiatan proses belajar mengajar di sekolah merupakan cermin keberhasilan
seorang guru.
Guru yang dianggap mampu dan cakap dalam melaksanakan tugasnya
dalam mengajar atau mendidik siswa akan diberikan penghargaan berupa
sertifikat pendidik melalui pelaksanaan seleksi dan pelatihan berupa proses
sertifikasi guru atau dengan kata lain disebut program pengembangan profesi.
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang
telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi, kompetensi, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan yang
layak.

1
Menurut Mulyasa, sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses
pemberian pengakuan bahwa seorang telah memiliki kompetensi untuk
melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah
lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Dengan kata
lain, sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi yang dirancang untuk
mengugkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan
pemberian sertifikat pendidik. National Commission on Education Service (NCES)
dalam Mulyasa, memberikan pengertian sertifikasi secara lebih umum.
“Certification is a procedure whereby the state evaluates and riviews a
teacher candidate’s credentials and provides him or her license to teach” 1

“Sertifikasi adalah prosedur di mana negara mengevaluasi dan memeriksa


kemampuan calon guru dan memberinya izin untuk mengajar”

Menurut Farida Sarimaya Program sertifikasi guru adalah “program yang


berisi tentang proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru”. 2
Guru yang telah mengikuti program sertifikasi dan dinyatakan lulus akan
memperoleh sertifikat profesi guru sebagai tenaga profesional. secara garis besar
program sertifikasi guru dibedakan menjadi dua:
a. Program sertifikasi untuk guru yang telah ada (guru dalam jabatan).
b. Program sertifikasi untuk calon guru.
Pengertian tentang sertifikasi memang multi interpretasi, setiap orang
mempunyai pengertian sendiri mengenai sertifikasi. Akan tetapi pada tahun 2005
pemerintah telah mengeluarkan UUGD agar pemahaman tentang sertifikasi lebih
jelas dan mantap, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen sebagai berikut : 3
a. Pasal 1 butir 11 : sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru dan dosen.
b. Pasal 8 : guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

1 E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),
Cet Ke-VI, h.33-34
2 Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru (Bandung: Yrama Widya, 2009), h. 25.
3 Mansur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta, PT. Bumi Aksara,
2007), h. 2.

2
c. Pasal 11 buti 1 : sertifikat pendidik sebagaimana dalam Pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
d. Pasal 16 : guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh tunjangan
profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta dibayar
pemerintah.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, sertifikasi guru dapat diartikan
sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki
kompetensi atau layak untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan
pendidikan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi. Dengan kata lain sertifikasi guru adalah proses uji kompetensi
yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang
sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik. Dengan kata lain sertifikasi
adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.

B. PEMBAHASAN
Guru atau pendidik adalah bagian dari pendidik profesional yang memiliki
tugas utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dalam
melaksanakan tugasnya, guru menerapkan keahlian, kemahiran yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu yang diperolehnya melalui pendidikan profesi.
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan cara
melakukan sertifikasi bagi guru dalam jabatan. Sertifikasi guru adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang telah memenuhi standar kompetensi
guru. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu dan
kesejahteraan guru, serta berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru
sebagai agen pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan
akan berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan
secara berkelanjutan.
Secara garis besar, ada dua tantangan yang harus dihadapi guru, yakni
dari internal guru dan dari luar guru. Tantangan dari internal, guru harus jujur
sewaktu mengumpulkan portofolio dan setelah lulus sertifikasi dia harus mampu

3
menunjukkan kinerjanya sebagai guru profesional. Sementara tantangan dari luar,
adalah adanya era global yang menuntut guru untuk berkemampuan tinggi agar
mereka mampu bersaing dengan guru dari luar negeri.
Tantangan internal pertama, guru harus jujur dalam mengumpulkan
portofolio, tampaknya merupakan tantangan yang berat bagi guru. Hal ini dapat
dilihat di lapangan bahwa tidak sedikit guru yang mengumpulkan bukti kinerja guru
(portofolio) yang tidak mereka kerjakan, misal: guru yang tidak mengikuti diklat
tetapi memperoleh sertifikat, guru menggunakan atau mengambil rpp temannya,
guru mengaku membimbing siswa untuk menjadi juara walaupun tidak
mengerjakan, dan di antara guru peserta sertifikasi mengaku melakukan penelitian
tindakan walaupun sebenarnya tidak melakukan.
Selain itu, hasil monev internal tentang penyelenggaraan sertifikasi juga
menemukan: 1) Ada guru yang kurang bersungguh-sungguh dalam menyusun
dokumen portofolio 2) Ada guru yang tidak mengindahkan prosedur pengiriman
dokumen portofolio 3) Ada guru yang menggunakan jasa orang lain (memesan)
dalam penyusunan dokumen portofolio 4) Ada guru yang dengan sengaja atau
meminta pihak lain untuk memalsukan dokumen portofolio 5) Ada guru yang
mencoba melakukan pendekatan pada asesor/panitia antara lain menyelipkan
uang ke dalam portofolio, menghubungi asesor agar mau membantu untuk
meluluskan.4
Ketidak jujuran guru dalam mengumpulkan portofolio, ternyata tidak bekerja
sendiri, tetapi mereka dibantu oleh sebagian masyarakat. Ada sebagian
masyarakat yang siap membantu guru untuk membuat sertifikat diklat, ada
sebagian masyarakat yang bersedia membuatkan rpp, ada sebagian masyarakat
yang menyiapkan proposal penelitian tindakan dengan berbagai judul, dan ada
pula sebagian masyarakat yang memberi sertifikat untuk kegiatan forum ilmiah
bagi guru yang tidak hadir dalam kegiatan itu.
Selain itu, hasil monev internal tentang penyelenggaraan sertifikasi
menemukan: 1) Ada beberapa asesor melakukan tindakan di luar
kewenanngannya (asesor memberikan informasi tentang hasil penilaian kepada

4 Hastuti, Bambang, Ahmadi, Syukri M, Sabainingrum, Ruhmaniyati; Pelaksanaan Sertifikasi Guru


Dalam Jabatan tahun 2007 “Studi Kasus Di Provinsi Jambi, Jawa Barat dan Kalimantan Barat”, (Jakarta ;
SMERU, 2009) h. 23

4
guru, menjanjikan dapat membantu kelulusan) 2) Ada beberapa Kepala Sekolah
dan pengawas tidak berfungsi sebagai validator/verifikator kebenaran dokumen
portofolio5.
Tantangan internal kedua adalah menjalankan tugas mengedepankan
profesionalisme dan kompetensi mereka dalam pembelajaran, seperti yang
dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen Pasal (20) sebagai berikut. 1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan
proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran; 2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni; 3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu,
atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran; 4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan
kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan 5) memelihara dan memupuk
persatuan dan kesatuan bangsa6.
Terhadap tantangan ini, ada beberapa orang yang meragukan bahwa guru
yang sudah memiliki sertifikat pendidik atau sudah bergelar sebagai guru
profesional memiliki kinerja yang lebih baik daripada guru yang belum memiliki
sertifikat. Hal ini dikarenakan banyak guru yang mengumpulkan portofolio tidak
jujur dan tugas guru profesional tidaklah mudah, yakni seperti yang telah
dijelaskan dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen di atas. Selain memiliki rasa cinta pada Tanah Air, memiliki kompetensi
kepribadian, kemampuan sosial tinggi, guru juga harus mampu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai
dan mengevaluasi hasil pembelajaran, meningkatkan dan mengembangkan
kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan. Secara operasional,
paling tidak mereka harus mau dan mampu: (1) membuat persiapan mengajar, (2)
membuat perencanaan penilaian dan cara menyusun soal tes, (3) menulis artikel,
dan (4) melakukan penelitian tindakan .
5 astuti, Bambang, Ahmadi, Syukri M, Sabainingrum, Ruhmaniyati; Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Dalam Jabatan tahun 2007 “Studi Kasus Di Provinsi Jambi, Jawa Barat dan Kalimantan Barat”, (Jakarta ;
SMERU, 2009) h. 23
6 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta ) h. 10

5
a. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran (RPP) adalah persiapan pembelajaran yang
akan dilaksanakan untuk satu kompetensi tertentu. Satuan RPP adalah
kompetensi dasar, artinya setiap satu kompetensi dasar dibuat satu RPP. Ini
berarti bahwa satu RPP dapat digunakan satu atau beberapa kali pertemuan.
Perencanaan pembelajaran sekurang-kurangnya memuat perumusan
tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan
sumber/media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian proses dan
hasil belajar. Dengan perencanan pembelajaran yang baik maka ada modal besar
untuk dapat melakukan pembelajaran. Guru yang dapat melakukan pembelajaran
dengan baik berarti guru tersebut memiliki modal besar untuk menjadi guru
profesional karena tugas utama guru adalah mendidik, membimbing, dan
mengajar.
b. Perencanaan Penilaian
Perencanaan penilaian biasanya terpadu dengan perencanaan silabus.
Atau dengan kata lain, silabus itu mirip dengan kisi-kisi. Perbedaannya adalah
silabus lebih menekankan pada materi pembelajaran dan pengalaman belajar,
sedangkan kisi-kisi lebih menitik beratkan pada indikator pencapaian.
Langkah-langkah penyusunan soal tes adalah sebagai berikut.
a. menyusun kisi-kisi
b. menulis butir-butir soal tes
c. menelaah
d. melakukan uji coba
e. melakukan analisis empirik
f. memberi label (merakit soal)
Dalam kisi-kisi mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
pengalaman pembelajaran, dan nomor butir soal. Indikator merupakan jabaran
dari kompetensi dasar dan kompetensi dasar jabaran dari standar kompetensi.
Sama dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar, kata yang digunakan
dalam indikator juga kata kerja. Kata dalam indikator harus lebih sempit
cakupannya atau lebih rendah tingkatan kognitifnya daripada kompetensi yang
tertulis dalam kompetensi dasar.

6
Demikian halnya, kata dalam kompetensi dasar harus lebih sempit
cakupannya atau lebih rendah tingkatan kognitifnya dari pada kompetensi yang
tertulis dalam standar kompetensi. Sementara itu, dalam menuliskan butir-butir
soal harus diingat bahwa butir soal sesuai dengan indikator, dan cara
penulisannya harus mematuhi syarat-syarat penulisan butir soal, misal harus
menggunakan bahasa baku, dsb.
Penilaian yang terencana dengan baik akan membuahkan penilaian yang
baik. Penilaian yang baik akan mendorong guru untuk mengajar dengan baik dan
mendorong siswa untuk belajar dengan baik. Ini berarti bahwa, bila semua guru
melakukan perencanaan penilaian dengan baik maka pemblajaran akan baik dan
pada gilirannya pendidikan menjadi bermutu.
c. Penulisan Karya Ilmiah
Secara garis besar, dasar untuk menuliskan karya ilmiah ini dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu artikel atau karya tulis ilmiah yang didasarkan
pada hasil penelitian dan didasarkan pada hasil pemikiran. Cara menuliskan isi
artikel tiap lingkungan memiliki gaya selingkung yang berbeda-beda. Ada artikel
hasil penelitian yang isinya mencakup: pendahuluan, metodologi, hasil penelitian,
dan kesimpulan.
Sementara itu, artikel yang bukan hasil penelitian, biasanya berisi
pendahuluan, permasalahan, analisis dan pembahasan, serta kesimpulan.
Dengan mampu menulis karya ilmiah maka kemampuan guru meningkat karena
harus banyak membaca agar ada bahan tulisan dan guru juga mampu
berkomunikasi dengan orang lain, utama komunikasi secara tertulis. Secara sering
guru menulis karya ilmiah, semakin tinggi wawasan, kemampuan guru yang
berarti semakin profesionalisme guru tersebut.

d. Penelitian Tindakan
Penelitian Tindakan (PT) adalah penelitian yang dilakukan secara
kolaboratif oleh partisipan dalam ilmu sosial dan pendidikan untuk memperbaiki
pemahaman dan pelaksanaan pekerjaannya sendiri, dan juga membawa dampak
pada lingkungan di sekitarnya. Dalam hal ini PT dapat digunakan di dunia
pendidikan, baik di dalam maupun di luar kelas. Sedikit berbeda dengan Penelitian

7
Tindakan Kelas (PTK) yang lebih mengkhususkan penelitian di dalam kelas dan
harus dilakukan oleh guru.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kunandar yang mengatakan PTK adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik atau bersama-sama dengan orang
lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk meningkatkan atau memperbaiki mutu
proses pembelajaran didalam kelas. Uraian di atas menjelaskan bahwa penelitian
tindakan dapat digunakan untuk memperbaiki dan atau mengembangkan cara
mengajar guru. Ini berarti bahwa guru yang sering melakukan penelitian tindakan
maka pembelajaran yang dilakukan akan berkualitas dan kemampuan guru dalam
melakukan penelitian meningkat. Ini berarti bahwa guru yang sering melakukan
penelitian tindakan, semakin tinggi kualitas pembelajaran yang dilakukan dan
semakin meningkat kemampuan melakukan penelitian tindakan dan semakin
profesional lah guru tersebut.
Uraian di atas menggambarkan bahwa tantangan guru tidaklah ringan
tantangan yang harus dilalui atau dilewati agar menjadi guru profesional.
Sayangnya, realitanya tidak banyak guru yang mau dan mampu merencanakan
dan melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menyiapkan penilaian yang
bermutu, menulis karya ilmiah, dan melakukan penelitian tindakan dengan baik.

Mutu Guru
Dalam format pengelolaan pendidikan yang sentralistik, sekolah menjadi unit
birokrasi dan guru sering diposisikan sebagai karyawan birokrasi pemerintah.
Sebaliknya pada format pengelolaan pendidikan yang desentralisasikan, sekolah
dikonsepkan sebagai unit akademik dan guru merupakan tenaga profesional.
Supaya mempunyai lulusan peserta didik yang diharapkan maka sekolah harus
meningkatkan mutu guru.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,
proses, keluaran dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari berbagai sisi.
Pertama, kondisi baik atau tidaknya masukan sumber daya manusia seperti
kepala sekolah, guru, staf tata usaha, dan siswa. Kedua, memenuhi atau tidaknya
kriteria masukan material berupa alat peraga, buku-buku kurikulum, prasarana
dan sarana sekolah. Ketiga, memenuhi atau tidaknya kriteria masukan yang

8
berupa alat lunak, seperti peraturan struktur organisasi, deskripsi kerja, dan
struktur organisasi. Keempat, mutu masukan yang bersifat harapan dan
kebutuhan seperti visi, motivasi, ketekunan dan cita-cita.
Guru berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10 (1) bahwa
guru mempunyai empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
professional, kompetensi kepribadian dan kompetensi social yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.7
Empat kompetensi di atas hanya bisa dihasilkan melalui penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, guru mempunyai peran, fungsi, dan
kedudukan yang sangat strategis. Hal ini berorientasi bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan berbasis kompetensi, guru mempunyai peranan
yang sangat penting. Oleh karenanya guru juga sebagai salah satu komponen
dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi yang sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Dengan demikian mutu guru
mempunyai peranan dan kunci dalam keseluruhan proses pendidikan.
Dalam hal ini mutu pendidikan suatu negara dapat dinilai dengan
mempergunakan faktor mutu guru sebagai salah satu induk utama. Itulah
sebabnya mutu guru merupakan faktor yang mutlak didalam pembelajaran. Makin
sungguh-sungguh sebuah pemerintahan untuk membangun negerinya, makin
menjadi penting kedudukan mutu guru.

Standar Mutu Guru


Dalam PP No 19 Tahun 2005 pasal 2 (1) bahwa: “Standar Nasional
pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik
dan kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala” 8.

7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta ) h.6
8 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, (Jakarta), h. 6

9
Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam SNP pasal 28 (1) bahwa : 9
“Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sedangkan ayat (2) menjelaskan
bahwa: “kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku”. Adapun pada ayat (3) menjelaskan bahwa:
“kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”. Standar
yang dimaksud adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan
berdasarkan atas sumber, prosedur, dan manajemen yang efektif.
Sedangkan kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan ukuran dan
keadaan yang dikehendaki. Secara konseptual, standar juga dapat berfungsi
sebagai alat untuk menjamin bahwa program-program pendidikan suatu profesi
dapat memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon
sebelum masuk kedalam profesi yang bersangkutan. Profesionalisme dan
kompetensi merupakan dua hal yang menentukan parameter seseorang yang
berkualitas atau tidak bermutu. Keduanya merupakan kedua hal yang tidak
terpisah satu sama lainnya.

Kompetensi Guru
Kompetensi dalam Bahasa Inggris disebut competency, merupakan
kebulatan penguasaan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang ditampilkan
melalui unjuk kerja yang dicapai setelah menyelesaikan suatu program
pendidikan. 1 Pengertian dasar kompetensi (competency) yaitu kemampuan atau
kecakapan.10 Menurut Echols dan Shadly “Kompetensi adalah kumpulan
pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai

9 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, (Jakarta), h. 21
10 Jamil Suprihatiningkrum, Guru Profesional : Pedoman Kinerja, Kualifikasi & Kompetensi Guru,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.2014),h.97

10
tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar”. 11
Kompetensi pada dasarnya merupakan deskripsi tentang apa yang dapat
dilakukan seseorang dalam bekerja, serta apa wujud dari pekerjaan tersebut yang
dapat terlihat. Untuk dapat melakukan suatu pekerjaan, seseorang harus memiliki
kemampuan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang relevan
dengan bidang pekerjaannya.12 Seseorang disebut kompeten dalam bidangnya
jika pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya, serta hasil kerjanya sesuai standar
(ukuran) yang ditetapkan dan/atau diakui oleh lembanganya/ pemerintah. 13 Dalam
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. 14
Menurut Oemar Hamalik15 memberikan isyarat agar guru dalam bekerja
dapat melaksanakan fungsinya dan tujuan sekolah, guru harus memiliki
kompetensi-kompetensi yaitu sebagai berikut :
 Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
 Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
(instruksional) sekolah.

 Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar


dan belajar dalam kelas.

Darii uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan


melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan; kompetensi guru
menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi
spesifikasi tertentu didalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan

11 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik,(Jakarta: Kencana, 2012),h.27
12 Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas
Guru di Era Globalisasi,(Jakarta: Erlangga.2013), h. 39
13 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan
Praktik,....28
14 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2013),
h.25
15 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2010), h. 33.

11
rasional karena memiliki arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan
perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi mencangkup sesuatu
yang tidak kasat mata.
Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi disamping
kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur dan
sistem pengawasan tertentu. Kompetensi diartikan dan dimaknai sebagai
perangkat perilaku efektif yang terkait dengan eksplorasi dan investigasi,
menganalisis dan memikirkan, serta memberikan perhatian, dan mempersepsi
yang mengarahkan seseorang menemukan cara-cara untuk mencapai tujuan
tertentu secara efektif dan efisien. Kompetensi guru merupakan perpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kaffah
membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup penguasaan
materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi profesionalisme.
Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen pasal 10 (1), kompetensi guru ada
4, meliputi ;
1. Kompetensi Pedagogik
Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai kompetensi
yang dimilikinya.
Menurut Slamet PH yang dikutip oleh Rabukit Damanik mengatakan
kompetensi pedagogik terdiri dari sub-kompetensi
(1) berkontribusi dalam pengembangan KTSP yang terkait dengan mata
pelajaran yang diajarkan;
(2) mengembangkan silabus mata pelajaran berdasarkan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD);
(3) melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan
silabus yang telah dikembangkan;
(4) merancang manajemen pembelajaran dan manajemen kelas;

12
(5) melaksanakan pembelajaran pro-perubahan (aktif, kreatif, inovatif,
eksperimentatif, efektif dan menyenangkan);
(6) menilai hasil belajar peserta didik secara otentik;
(7) membimbing peserta didik dalam berbagai aspek, misalnya: pelajaran,
kepribadian, bakat, minat dan karir; dan
(8) mengembangkan profesionalisme sebagai guru. 16
2. Kompetensi Profesional
Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi professional seorang
guru sekurang-kurangnya harus memiliki penguasaan diantaranya:
1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu, dan
2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan atau kelompok mata pelajaran yang akan
diampu.

 3. Kompetensi Kepribadian


Istilah kepribadian digunakan dalam disiplin ilmu psikologi yang mempunyai
pengertian sebagai “sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang”. Kata
kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari bahasa inggris, yaitu
kata personality, yang mempunyai pengertian sebagai sifat dan tingkah laku khas
seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Standar Nasional
Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 (3) butir b, dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang

16 R Damanik, Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan Vol 8, No. 2,Oktober 2019 e-ISSN 2620-9209,
h. 1

13
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik
dan berakhlak mulia.
Adapun sifat-sifat yang menggambarkan kompetensi kepribadian guru,
antara lain:
1) Kemantapan dan integritas pribadi.
2) Berpikir alternative
3) Adil, jujur dan objektif
4) Berdisiplin dalam melaksanakan tugas.
5) Ulet dan tekun bekerja.
6) Berupaya memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya.
7) Simpatik. dan menarik, luwes, bijaksana dan sederhana dalam bertindak.
8) Bersifat terbuka.
9) Kreatif
10) Berwibawa.17
Kompetensi kepribadian sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan
dan perkembangan pribadi peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki
peran dan fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak, guna
menyiapkan dan mengembangkan sumber daya manusia serta mensejahterakan
masyarakat, kemajuan negara, dan bangsa pada umumnya.

4. Kompetensi Sosial
Standar Nasional Pendidikan (SNP), penjelasan pasal 28 ayat (3) butir d,
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial juga bisa diartikan sebagai kemampuan guru dalam
membina dan mengembangkan interaksi sosial baik sebagai tenaga profesional
maupun sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian, seharusnya seorang

17 Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar
(Cet-3, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994, h. 14

14
guru tidak hanya tanggung jawab didalam kelas saja, tetapi harus mewarnai
perkembangan anak didik diluar kelas. Dengan kata lain, guru tidak sekedar orang
yang hadir didepan kelas unntuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu,
tetapi juga anggota masyarakat yang harus ikut aktif dalam mengarahkan
perkembangan anak didik menjadi anggota masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa standar kompetensi guru
adalah suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk
penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya seorang guru untuk
menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang
pendidikan supaya mutu guru dapat diketahui. Standar kompetensi guru bertujuan
untuk memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk
mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan
menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud
dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan
fungsinya sebagai guru. Artinya guru bukan saja harus pandai tetapi juga pandai
mentransfer ilmunya kepada peserta didik.

C. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Sertifikasi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru
yang telah memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi.
2. Sertifikasi dilakukan untuk menentukan kelayakan guru dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

3. Guru yang sudah ada harus mengikuti uji kompetensi untuk


mendapatkan sertifikasi profesi guru

15
4. Sertifikasi juga dilakukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil
pendidikan.

5. Seorang guru harus memiliki 4 kompetensi yaitu kompetensi pedagogik,


kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.

6. Bermutu atau tidaknya seorang guru yang telah disertifikasi, tergantung


model sertifikasi yang bagaimana yang diikuti, juga pengembangan diri
yang dilakukan olehnya untuk mengasah dan meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di kelas.

D. DAFTAR PUSTAKA

Cece Wijaya dan A. Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
Belajar Mengajar (Cet-3, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1994)

E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja


Rosdakarya, 2012).

Farida Sarimaya, Sertifikasi Guru (Bandung: Yrama Widya, 2009).

Hastuti, Bambang, Ahmadi, Syukri M, Sabainingrum, Ruhmaniyati; Pelaksanaan


Sertifikasi Guru Dalam Jabatan tahun 2007 “Studi Kasus Di Provinsi
Jambi, Jawa Barat dan Kalimantan Barat”, (Jakarta ; SMERU, 2009).

Jamil Suprihatiningkrum, Guru Profesional : Pedoman Kinerja, Kualifikasi &


Kompetensi Guru, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.2014).

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber


Belajar Teori dan Praktik,(Jakarta: Kencana, 2012).

Mansur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta, PT.


Bumi Aksara, 2007).

Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,


2010).

16
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan
Nasional, (Jakarta).

R Damanik, Jurnal Serunai Administrasi Pendidikan Vol 8, No. 2,Oktober 2019 e-


ISSN 2620-9209.

Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan


Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Globalisasi,(Jakarta: Erlangga.2013).

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta )

17

Anda mungkin juga menyukai