Dosen pengumpun:
Dr.M Syarif, MA
Kelompok II :
- Muhammad Naufhal anand 3220004
-Shindu Graito Wening 3220002
-Najiyah musfiroh 3220016
A.LatarBelakang
Guru memiliki peran yang sangat esensial bagi mutu pendidikan di Indonesia karena guru
menjadi salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran
disamping kurikulum dan sarana prasarana. Guru memiliki tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, dan mengevaluasi peserta didik. Tugas utama tersebut akan
menjadi efektif apabila guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang meliputi
kompetensi yang harus dimiliki guru disertai dengan kode etik tertentu.
Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, kompetensi guru memiliki hubungan yang
positif. Semakin guru menguasai kompetensi minimal yang harus dimilikinya maka mutu
pendidikan di Indonesia juga akan meningkat. Namun melihat fenomena yang ada
sekarang, masih banyak ditemukan kasus yang mencerminkan masih rendahnya tingkat
profesionalitas guru di Indonesia. Salah satunya dapat dilihat dari masih banyak guru yang
menggunakan metode pembelajaran yang monoton tanpa adanya inovasi dalam
pembelajaran, masih benyak guru yang belum mempunyai kualifikasi S1dan masih banyak
persolan lainnya. Pengembangan guru di Indonesia juga masih rendah. Banyak guru-guru
dalam bidang skill (kemampuan mengajar) masih kurang, kurangnya pengembangan dan
peningkatan organisasi serta kurangnya pengembangan dan peningkatan keperibadian
(motivasi berprestasi). Padahal peran guru demikian penting dalam peningkatan mutu
pendidikan.
B. Rumusan masalah
c. Tujuan
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru sertifikat pendidik
diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru.
Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan
yang berkuasa. Sedangkan Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh
perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru
yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikasi merupakan sarana atau
instrumen untuk mencapai suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan
pemahaman dari semua pihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas.
Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun yang
dilakukan adalah untuk mencapai kualitas.
Kalau seorang guru kembali masuk kampus untuk meningkatkan kualifikasinya, maka belajar
kembali ini bertujuan untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan,
sehingga mendapatkan ijazah S-1. Ijazah S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala
cara, termasuk cara yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah
mendapatkan tambahan ilmu dan ketrampilan baru.
Demikian pula kalau guru mengikuti sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan
tunjangan profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah
memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Tunjangan
profesi adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud.
Adapun pengertian sertifikasi guru menurut para ahli yang diantaranya yaitu:
Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan adalah
sebagai berikut. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pedoman Penetapan Peserta
Sertifikasi Guru 2010 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10
Tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Keputusan Mendiknas Nomor
022/P/2009 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam
Jabatan.
Sertifikasi adalah sarana atau instrumen untuk mencapai suatu tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua pihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk
menuju kualitas. Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa
apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai kualitas.
Kalau seorang guru kembali masuk kampus untuk meningkatkan kualifikasinya,maka belajar
kembali ini bertujuan untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan ketrampilan,
sehingga mendapatkan ijazah S-1. Ijazah S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala
cara, termasuk cara yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah
mendapatkan tambahan ilmu dan ketrampilan baru.
Demikian pula kalau guru mengikuti sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan
tunjangan profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah
memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru.
Tunjangan profesi adalah konsekuensi logis yang menyertai adanya kemampuan yang
dimaksud. Dengan menyadari hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh
sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar untuk menghadapi
sertifikasi. Berdasarkan hal tersebut, maka sertifikasi akan membawa dampak positif, yaitu
meningkatnya kualitas guru.
D.Kriteria dan Persyaratan Sertifikasi Guru
Guru yang dapat mengikuti sertifikasi adalah guru yang telah memenuhi persyaratan utama
yaitu memiliki ijasah akademik atau kualifikasi akademik minimal S-1 atau D4. Sertifikasi bagi
guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya dapat memilih proses sertifikasi
berbasis pada ijazah S1/D4 yang dimiliki, atau memilih proses sertifikasi berbasis bidang studi
yang diajarkan. Jalur sertifikasi mana yang akan dipilih oleh guru, sepenuhnya diserahkan guru
yang bersangkutan dengan segala konsekuensinya.
Bagi guru yang belum memiliki ijasah S1/D4 wajib menyelesaikan dahulu kuliah S1/D4 sampai
yang bersangkutan memperoleh ijasah S1/D4. Program studi yang diambil harus sesuai dengan
mata pelajaran yang diampu atau sesuai dengan program studi yang dimiliki sebelumnya.
Sambil menyelesaikan studinya, guru dapat mengumpulkan portofolio.
Bagi guru yang sudah S1/D4 mempersiapkan diri dengan mengumpulkan portofolio yang
merekam jejak profesionalitas guru selama mengabdikan diri sebagai guru.Disamping itu,
sambil menunggu kesempatan mengikuti sertifikasi, guru meningkatkan profesionalitasnya
dengan melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan dan melakukan inovasi-inovasi
pembelajaran di sekolah.
Guru calon peserta sertifikasi yang memenuhi kriteria kualifikasi bisa mendaftarkan diri ke
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk dimasukkan dalam daftar calon peserta sertifikasi.
Dinas Kabupaten/Kota menyusun daftar prioritas guru berdasarkan urutan kriteria yang telah
ditetapkan. Guru mencari informasi ke Dinas Kabupaten/ Kota.
Proses sertifikasi menuju profesinalisasi pelaksanaan tugas dan fungsinya harus di barengi
dengan kenaikan kesejahteraan guru, sistem rekrukmen guru, pembinaan dan peningkatan
karir guru.
Kesejahteraan guru dapat di ukur dari gaji dan insentif yang di perloleh
Tujangan fungsional yang merupakan insentif bagi guru sebaiknya di berikan dengan
mempertimbangkan :
1. Kesulitan tempat bertugas
2. Kemampuan, keterampilan dan kreatifitas
3. Fungsi, tugas, dan peranan guru sekolah
4. Prestasi guru dalam mengajar, menyiapkan bahan ajar dll. Dalam hal ini guru perlu di
berikan kesempatan bersaing untuk memperoleh penghargssn berbentuk insentif.
Sistem rekrutmen dan penempatanya memerlukan kebijakan yang tepat mengingat
calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang di inginkannya
Pendidikan dan pembinaan tenaga guru dapat di tempuh melalui tiga cara yaitu :
1. Prajabatan
2. Pendidikan dalam jabatan
3. Pendidikan akta mengajar (bagi calon guru non kependidikan)
Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di Indonesia sebagai
pedoman untuk bersikap dan berperilaku dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai
pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik atau buruk seorang
guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama menjalankan
tugas sebagai seorang pendidik. Keberadaan kode etik ini bertujuan untuk menempatkan sosok
guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia, dan bermartabat.
Profesi guru dilindungi oleh Undang-undang yakni UU Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen. Kedudukan Guru dan dosen sebagai profesi ditegaskan dalam Pasal 2 dan 3 Undang-
Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.
Dalam pasal 2 tersebut dinyatakan bahwa Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.
Sedangkan Pasal 3 menyatakan bahwa Dosen mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan tinggi yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundangundangan. Pengakuan kedudukan dosen sebagai tenaga profesional dibuktikan
dengan sertifikat pendidik.
b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Adapun hak yang
dimiliki oleh seorang guru yang diatur dalam UU No. 14 Tahun 2005 di atas, kemudian
dijabarkan lagi dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008:
a. Mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik bagi guru yang telah
memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV
1) Memiliki satu atau lebih sertifikat pendidik yang telah diberi satu nomor registrasi guru oleh
departemen memenuhi beban kerja sebagai guru;
2) Mengajar sebagai guru mata pelajaran dan/atau guru kelas pada satuan pendidikan yang
sesuai dengan peruntukan sertifikat pendidik yang dimilikinya;
4) Berusia paling tinggi 60 (enam puluh) tahun; dan tidak terikat sebagai
tenaga tetap pada instansi selain satuan pendidikan tempat bertugas.
2) Kemudahan memperoleh pendidikan bagi putra dan/atau putri guru, pelayanan kesehatan,
atau bentuk kesejahteraan lain.
e. Mendapat penghargaan dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat prestasi kerja luar biasa
baiknya, kenaikan jabatan, uang atau barang, piagam atau bentuk penghargaan lain.
f. Mendapat tambahan angka kredit setara untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi 1
(satu) kali bagi guru yang bertugas di daerah khusus.
h. Mendapatkan promosi sesuai dengan tugas dan prestasi kerja dalam bentuk kenaikan
pangkat atau kenaikan jenjang jabatan fungsional.
i. Memberikan penilaian hasil belajar dan menentukan kelulusan kepada peserta didik
j. Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang terkait dengan prestasi akademik dan
atau prestasi non-akademik.
l. Mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman dan jaminan
keselamatan
m. Mendapatkan perlindungan hukum dari tindak kekerasan, ancaman, perlakuan
diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil
o. Mendapatkan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dari satuan pendidikan dan
penyelenggara satuan pendidikan terhadap:
1) Resiko gangguan keamanan kerja,
2) Kecelakaan kerja
3) Kebakaran pada waktu kerja
4) Bencana alam
5) Kesehatan lingkungan kerja atau resiko lain.
p. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan hak atas kekayaan intelektual sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Jika dilihat dari berbagai peraturan di atas hak guru dalam menjalankan profesinya sudah
sangat lengkap, meliputi hak hidup sejahtera, hak perlindungan karir, hak kebebasan
intelektual, hak berpendapat, hak berserikat, dan hak pengembangan karir. Berbagai hak
tersebut selayaknya dapat membuat guru merasa aman dalam menjalankan profesinya dan
dapat berkontribusi maksimal dalam memajukan pendidikan nasional.
B. Kewajiban Guru
Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen, pada pasal 20 maka guru berkewajiban sebagai berikut:
c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang undangan, hukum dan kode etik guru, serta nilai
nilai agama dan etika.
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Bila dipahami, maka tugas guru
tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat. Bahkan bila dirinci lebih jauh, tugas guru tidak hanya yang telah di sebutkan.
Menurut Roestiyah N.K., (1989) bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk :
a. Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan
pengalaman-pengalaman.
b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita
pancasila.
c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik sesuai undang-undang pendidikan.
d. Sebagai perantara dalam belajar. Didalam proses belajar guru hanya sebagai
perantara/medium, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian, sehingga
timbul perubahan dalam pengetahuan, tinggkah laku, dan sikap.
e. Guru adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, tidak
dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.
f. Guru sebagai penghubung antar sekolah dan masyarakat. Anak nantinya akan hidup dan
bekerja, serta mengabdikan diri dalam masyarakat, dengan demikian anak harus dilatih dan
dibiasakan disekolah dibwah pengawasan guru.
g. Sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan
bila guru dapat menjalani terlebih dahulu.
h. Guru sebagai administrator dan manajer. Disamping mendidik, seorang guru harus dapat
mengerjakan urusan tata usaha seperti membuat buku kas, daftar induk, rapor, daftar gaji dan
sebagainya, serta dapat mengkoordinasi segal pekerjaan di sekolah secara demokratis, sehingga
suasana pekerjaan penuh dengan rasa kekeluargaaan.
k. Guru sebagai pemimpin (guidance worker). Guru mempunyai kesepatan dan tanggung jawab
dalam banyak situasi untuk membimbing anak kearah pemecah soal, membentuk keputusan,
dan menghadapkan anak-anak pada problem.
l. Guru sebagai seponsor dalam kegiatan anak-anak. Guru harus turut aktif dalam segala
aktivitas anak, misalnya ekstrakurikuler membentuk kelompok belajar dan sebagainya.
Dengan poin-poin yang telah disebutkan diatas maka alangkah lebih baiknya kita dapat
menghargai guru dengan baik lagi, karna yang kita pahami bahwa banyak nya tugas guru yang
dilakukan yang mana bukan hanya untuk mendidik tetapi juga berbagai macam hal lainnya.
Pekerjaan guru dapat dipandang suatu profesi yang secara keseluruhan harus memiliki
kepribadian yang baik dan mental yang tangguh, karena mereka dapat menjadi contoh bagi
siswanya dan masyarakat sekitarnya.
Dzakiyh drajat mengemukakan tentang kepribadian guru sebagai berikut “setiap guru
hendaknya mempunyai kepribadian yang akan di contoh dan diteladani oleh anak didiknya, baik
secara sengaja maupun tidak (Darajat, 2005: 10). Guru harus memiliki perilaku dan moral yang
baik, karena perilaku guru akan dlihat oleh siswanya dan akan di ikuti oleh siswanya baik itu
baik maupun buruk. Jadi guru harus selalu mencontohkan perilaku yang baik dan moral yang
baik pula.
Karena besarnya tanggung jawab guru terhadapat anak didiknya, hujan
dan panas bukanlah penghalang bagi guru untuk selalu hadir di tengah-tengan
anak didiknya. Guru tidak pernah memusuhin anak didiknya meskipun suatu
ketika anak didiknya yang berbuat kurang sopan pada orang lain. Bahkan dengan
sabar dan bijaksana guru memberikan nasehat bagaimana cara bertingkah laku
yang sopan pada orang lain.
Karena profesinya sebagai guru adalah berdasarkan panggilan jiwa, maka
bila guru melihat anak didiknya sering berkelahi, meminum-minuman keras,
menghisap ganja, datang ke rumah-ru bordil, dan sebagainya, guru merasa sakit
hati. Siang atau malam selalu memikirkan bagaimana caranya agar anak didiknya
dapat dicegah dari perbuatan yang kurang baik, asusila, dan amoral ( Djamarah,
2014: 28-29).
Sesunggunya guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, menurut Wens Tanlain dan
kawan-kawan (1989:31) yaitu
a. Menerima dan mematuhin norma nilai-nilai kemanusiaan;
b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas bukan
menjadi beban baginya);
c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat
yang timbul (kata hati);
d. Menghargai orang lain, termaksud anak didik;
e. Bijaksana dan hati-hati (tidak nekat, tidak semberono, tidak singkat akal);
f. Takwa terhadap tuhan yang maha esa
Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan
perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan
demikian, tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar
menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa, dan bangsa
dimasa yang akan datang.
Berdasarkan UU Nomor 14 tahun 2005, guru yang meninggalkan tugas dapat dikenai sanksi
berupa:
a. Guru diberhentikan dengan hormat
Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya karena meninggal
dunia (yang sekaligus diberhentian dari PNS), mencapai usia pension (yakni
berusia 60 tahun), atas permintaan sendiri, sakit jasmani, dana tau rohani sehingga tidak dapat
melakanakan dan berakhirnya perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja antara guru dan penyelenggara pendidikan.
b. Diberhentikan dengan tidak hormat
Guru juga bisa diberhentikan dengan tidak hormat dari jabatannya apabila,
melanggar sumpah dan janji jabatan, melanggar kerjasama atau kesepakatan,
atau melalaikan jewajiban dalam menjalankan tugas dalam satu bulan atau
lebih secara berturut-turut.
Berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005 guru yang diangkat oleh pemerintah
daerah yang tidak menjalankan tugasnya akan dikenakan sanksi dengan prosedur
sebagai berikut:
a. Teguran
b. Peringatan tulisan
c. Penundaan pemberian hak guru
d. Penurunan pangkat
e. Pemberhantian dengan hormat
f. Pemberhentian dengan tidak hormat.
Tindakan tersebut dapat dimaknai sebagai upaya negara dalam menjamin
proses dan kualitas pendidikan nasional, yang pada akhirnya kemajuan
pendidikan akan membawa kemajuan bangsa dan negara.
Guru adalah faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang berkualitas. Sehingga
berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu dihubungkan dengan kiprah para guru.
Oleh karena itu, usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya
dimulai dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah mengetahui
dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran.
Menurut Sardiman (1992), peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai Informator,
Organisator, Motivator, Pengarah/Direktor, Inisiator,Transmiter, Fasilitator, Mediator, dan
Evaluator. Sedangkan Pullias dan Young, Manan, Yelon dan Weinstein seperti yang dikutip oleh
E. Mulyasa (2007), mengatakan bahwa peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai
Pendidik, Pengajar, Pembimbing, Pelatih, Penasehat, Pembaharu (Inovator), Model dan
Teladan, Pribadi, Peneliti, Pendorong Kretivitas, Pembangkit Pandangan, Pekerja Rutin,
Pemindah Kemah, Pembawa Cerita, Aktor, Emansipator, Emansipator, Pengawet, dan sebagai
Kulminaor. Berikut akan dibahasperan-peran guru tersebut.
Guru sebagai seorang pendidik tidak hanya tahu tentang materi yang akan diajarkan. Akan
tetapi, ia pun harus memiliki kepribadian yang kuat yang menjadikannya sebagai panutan bagi
para siswanya. Hal ini penting karena sebagai seorang pendidik, guru tidak hanya mengajarkan
siswanya untuk mengetahui beberapa hal. Guru juga harus melatih keterampilan, sikap dan
mental anak didik. Penanaman keterampilan, sikap dan mental ini tidak bisa sekedar asal tahu
saja, tetapi harus dikuasai dan dipraktikkan siswa dalam kehidupan sehari-harinya.
Mendidik adalah menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap materi yang
disampaikan kepada anak. Penanaman nilai-nilai ini akan lebih efektif apabila dibarengi dengan
teladan yang baik dari gurunya yang akan dijadikan contoh bagi anak. Dengan demikian
diharapkan siswa dapat menghayati nilai-nilai tersebut dan menjadikannya bagian dari
kehidupan siswa itu sendiri. Jadi peran dan tugas guru bukan hanya menjejali anak dengan
semua ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dan menjadikan siswa tahu segala hal. Akan
tetapi guru juga harus dapat berperan sebagai pentransfer nilai-nilai (transfer of values).
Guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai teladan bagi siswanya. Teladan di sini
bukan berarti bahwa guru harus menjadi manusia sempurna yang tidak pernah salah.
Guru adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan. Tetapi guru harus berusaha
menghindari perbuatan tercela yang akan menjatuhkan harga dirinya.
Guru harus mengenal siswanya. Bukan saja mengenai kebutuhan, cara belajar dan gaya
belajarnya saja. Akan tetapi, guru harus mengetahui sifat, bakat, dan minat masing-
masing siswanya sebagai seorang pribadi yang berbeda satu sama lainnya.
Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan Indonesia pada
umumnya, sehingga memberikan arah dalam memberikan bimbingan kepada siswa.
Guru harus memiliki pengetahuan yang luas tentang materi yang akan diajarkan. Selain
itu guru harus selalu belajar untuk menambah pengetahuannya, baik pengetahuan
tentang materi-materi ajar ataupun peningkatan keterampilan mengajarnya agar lebih
profesional.
Peran guru sebagai pengajar, kadang diartikan sebagai menyampaikan materi pelajaran kepada
siswa. Dalam posisi ini, guru aktif menempatkan dirinya sebagai pelaku imposisi yaitu
menuangkan materi ajar kepada siswa. Sedangkan di lain pihak, siswa secara pasif menerima
materi pelajaran yang diberikan tersebut sehingga proses pengajaran bersifat monoton.
Padahal, peran guru sebagai pengajar bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi masih
banyak kegiatan lain yang harus dilakukan guru agar proses pengajaran mencapai tujuan
dengan efektif dan efisien.
Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja dalam upaya memberikan
kemungkinan bagi siswa melakukan proses belajar sesuai dengan rencana yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan pengajaran. Jadi tugas guru sebagai pengajar adalah
bagaimana caranya agar siswa belajar. Untuk itu, beberapa hal yang harus dilakukan guru agar
siswa belajar sebagaimana disebutkan oleh E Mulyasa (2007), adalah sebagai berikut.
Beban Kerja Guru Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 15 Tahun 2018,
pasal 3 ayat 1 menyatakan bahwa beban kerja guru mencakup kegiatan pokok:
4. Membimbing dan melatih peserta didik Kegiatan ini dapat dilakukan melalui kegiatan
kokurikuler dan/atau kegiatan ekstrakurikuler.
5. Melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok sesuai
dengan beban kerja guru
f. Tugas tambahan selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf e yang
terkait dengan pendidikan.
Daryanto dan Tarsial (2015) mengemukakan beban kerja minimum untuk setiap tugas sebagai
berikut;
a. Guru kelas Beban kerja guru kelas adalah mengampu paling sedikit 1 (satu) rombongan
belajar dalam 1 (satu) minggu secara penuh pada satu satuan pendidikan dasar.
b. Guru mata pelajaran Beban kerja guru mata pelajaran adalah paling sedikit 24 jam tatap
muka dan paling banyak 40 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu pada satu atau lebih satuan
pendidikan yang memiliki izin pendirian dari pemerintah atau pemerintah daerah.
c. Guru bimbingan dan konseling/konselor Beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor
adalah mengampu bimbingan konseling/konselor paling sedikit 150 peserta didik dan paling
banyak 250 peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan
dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal di kelas untuk layanan perorangan atau kelompok
bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan.
d. Guru pembimbing khusus Beban kerja pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusi atau pendidikan terpadu adalah paling sedikit 6 (enam)
jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu 20
e. Guru yang diberi tugas tambahan Jenis tugas tambahan dan jumlah jam tatap muka bagi guru
yang diberi tugas tambahan adalah sebagai berikut;
1) Kepala sekolah/madrasah Beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala
sekolah/madrasah adalah paling sedikit 6 (enam) jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu bagi
guru yang berasal dari guru mata pelajaran atau membimbing 40 peserta didik bagi kepala
sekolah/madrasah yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor.
2) Wakil kepala sekolah/madrasah Beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil
kepala sekolah/madrasah adalah paling sedikit 12 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu bagi
guru yang berasal dari guru mata pelajaran atau membimbing 80 peserta didik bagi wakil
kepala sekolah/madrasah yang berasal dari guru bimbingan dan konseling/konselor.
3) Kepala perpustakaan Beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai ketua program
keahlian satuan pendidikan adalah paling sedikit 12 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
4) Kepala laboratorium Beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala
laboratorium adalah paling sedikit 12 jam tatap muka dalam 1 (satu) minggu.
BAB III
PENUTUP
I.KESIMPULAN
Profesi guru merupakan profesi yang sangat penting dan berkontribusi langsung terhadap
kemajuan suatu bangsa. Sebagai suatu profesi, guru idealnya memiliki syarat-syarat khusus
untuk dapat dijalani oleh seseorang. Diperlukan kompetensi khusus untuk menjadi seorang
guru. Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa
yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak
dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin
terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain potret
manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di masa sekarang dan gerak maju
dinamika kehidupan sangat bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat.
Layaknya profesi lain, profesi guru juga dilengkapi dengan berbagai atribut profesi, antara lain
kode etik profesi keguruan, sertifikat guru,peran guru di sekolah , tugas dan beban kerja guru ,
serta undang-undang yang menjamin hak dan kewajiban guru Indonesia. Regulasi dan
seperangkat tata nilai tersebut dibuat untuk menjamin profesi guru dapat berperan maksimal
dalam proses pendidikan.
II.SARAN
Setelah membahas dan membuat makalah penulis hanya bisa memberi saran , profesi guru
banyak sekali peran nya dan tanggung jawab nya . maka dari itu hak guru harus sebandin
dengan semua jerih payah nya .
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A., dan Rohani, A. (1995). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Altbach, P.G.
(1941). American Higher Education in The Twenty-First Century: Social, Political, and Economic
Challenges. Baltimore : Johns Hopkins University Press
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Barnawi & Arifin, M.
(2014). Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Danim, S. (2015). Pengembangan Profesi Guru Dari Pra-Jabatan, Induksi, ke Profesional Madani.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Hermawan, S.R. (1979). Etika Keguruan: Suatu Pendekatan terhadap Kode Etik Guru Indonesia.
Jakarta: PT Margi Wahyu. Jamaluddin, N. (1978). Pengertian guru. Jakarta: Balai Pustaka. Majid,
A. (2008). Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Jakarta: PT.
Rosda Karya. Majid, A. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Moeheriono. (2009). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Bogor: Ghalia.
http://eprints.ulm.ac.id/9061/1/4.%20Buku%20Profesi%20Keguruan.pdf
https://www.dosenpendidikan.co.id/sertifikasi-guru/
https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/kode-etik-guru/
https://akucepatmembaca.com/peran-guru-dalam-proses-pembelajaran-guru-sebagai-
pendidik-dan-pengajar/