Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH SERTIFIKASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP IT AT-TAISIRIYAH

( Nenggeng Desa Cijengkol Kecamatan Caringin Kabupaten Sukabumi)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Judul Skripsi

Pada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Oleh :

Hani Haniah Salsabila

NIRM :

016.14.4017.18

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) AL-MASTHURIYAH

SUKABUMI

2022/2023
A. Latar Belakang
Kualitas pendidikan memengaruhi kualitas bangsa, bangsa yang maju
memiliki pendidikan yang baik, pendidikan yang baik diperoleh dari kualitas guru
yang baik. Harus jujur diakui bahwa salah satu persoalan mendasar dalam sistem
pendidikan di Indonesia adalah lemahnya kualitas guru. padahal guru menjadi kunci
utama keberhasilan pembelajaran. guru yang memiliki kualitas memadai akan mampu
membangun suasana pembelajaran yang memberdayakan para siswanya. Mereka
tidak hanya sekedar mengajar untuk memenuhi tuntutan kurikulum, tetapi juga
bagaimana para siswanya mampu menggali segenap potensi dan keunikan dirinya. 1

Guru dituntut untuk memberikan pendidikan yang layak. Namun, ketidakadilan


dirasakan oleh banyak guru dengan mendapatkan gaji tidak layak hingga
menimbulkan pernyataan bagaimana guru mempersiapkan pembelajaran yang layak,
sedangkan fikirannya masih memikiran makan apa hari easok.
Saat ini Pendidikan makin mendapat perhatian penting dari pemerintah. Guru
sebagai salah satu komponen penting penentu keberhasilan pendidikan juga mendapat
perhatian. Pemerintah akan memposisikan guru sebagai profesi utama, sama dengan
profesi dokter notaris atau akuntan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
profesional dibuktikan dengan sertifikasi pendidik, yang diperoleh melalui sertifikasi
guru. Sertifikasi guru merupakan proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. 2
dan merupakan upaya peningkatan mutu3, maka dari itu guru diharapkan dapat
memberikan pendidikan yang bermutu, yang dapat mencerahkan dan mengarahkan
peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.
Kesejahteraan guru sudah meningkat secara signifikan, namun sekarang ini
guru masih dinilai kurang optimal dalam menjalankan profesinya, yang mungkin
disebabkan administrasi yang tiada henti hingga menyebabkan pendekatan dengan
peserta didik menjadi kurang. Atau mungkin pemahaman guru terhadap proses
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ( PLPG) tidak lebih hanya sebatas instrumen
untuk mendapatkan sertifikat agar kelak tunjangan sertifikasinya bisa didapat.

1
N.N,Budiman, 2012.Etika Profesi Guru, (Yogyakarta: Mentari Pustaka), hal. vii
2
Suyatno, 2008. Panduan Sertifikasi Guru, ( Indeks), hal. 2
3
Suyatno, 2008.Panduan Sertifikasi Guru, ( Indeks), hal. 3
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah antara lain :
1. Salah satu persoalan mendasar dalam sistem pendidikan di Indonesia adalah
lemahnya kualitas guru.
2. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan
sertifikasi
3. Adanya sertifikasi dapat meningkatkat kinerja guru pendidikan agama islam
C. Batasan Maslah
Penulis penelitian ini membatasi cakupan pada pengaruh sertifikasi guru
terhadap kinerja mengajar guru Pendidikan Agama Islam di SMPIT At-Taisiriyah.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja mengajar guru Pendidikan
Agama Islam di SMP IT At-Taisiriyah?
2. Seberapa besar pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja mengajar guru
Pendidikan Agama Islam di SMP IT At-Taisiriyah?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini akan didapatkan terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi ilmu pengetahuan
tentang sertifikasi dan kinerja guru
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara praktis kepada
berbagai pihak yang berkepentingan, khususnya:
a. Peneliti, penelitian ini dapat memberikan pembelajaran dan informasi
b. Guru, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan motivasi
untuk dapat lebih meningkatkan kinerjanya sebagai seorang
guru/pendidik.
c. Siswa, agar siswa bisa mendapatkan pendidikan yang berkualitas untuk
pembekalan masa depannya.
F. Kerangka Teoritis
1. Sertifikasi Guru
a. Pengertian Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru adalah peroses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru. Sertifikat pendidikan diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar profesi guru. Sertifikat adalah dokumen resmi yang
menyatakan informasi didalam dokumen itu benar adanya. Sertifikasi
adalah proses pembuatan dan pemberian dokumen tersebut.4
Agar pemahaman tentang sertifikasi lebih jelas dan mantap, berikut
ini dikutipkan beberapa pasal yang tertuang dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
sebagai berikut.
1) Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen.
2) Pasal 8: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
3) Pasal 11 butir 1: Sertifikat pendidik sebagaimana dalam Pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
4) Pasal 16: Guru yang memiliki sertifikat pendidik
emperolehtunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri
maupun swasta dibayar pemerintah.
Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa sertifikasi sebagai
proses pemeberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi
persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan peningkatan
kesejahteraan yang layak.5
b. Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Yang mendasari pemikiran serta landasan pelaksanaan proses / kegiatan
sertifikasi guru adalah sebagai berikut :
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

4
Suyatno, 2008.Panduan Sertifikasi Guru, ( Indeks ), hal. 2
5
Muslich, Mansur, 2007.Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta : Bumi Aksara), hal. 2
2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3) Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
4) Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
5) Fatwa / Pendapat Hukum Mentri Hukum dan Hak Asasi Manusia
No.I.UM.01.02-253.
6) Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 18 Tahun 2007
tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
7) Peraturan Mendiknas Nomor 40 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru
dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan.
8) Keputusan Mendiknas Nomor 056/0/2007 tentang Pembentukan
Konsorium Sertifikasi Guru (KSG).
9) Keputusan Mendiknas No. 057/0/2007 tentang Penetapan Perguruan
Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.6
c. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru
Banyak sekali tujuan Sertifikasi Guru, Tujuan Sertifikasi Guru ialah :
1) Menetukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Agen
pembelajaran berarti pelaku proses pembelajaran. Bila belum layak,
guru perlu mengikuti pendidikan formal tambahan atau pelatihan
profesional tertentu.
2) Meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan. Mutu siswa sebagai
hasil proses pendidikan akan sangat ditentukan oleh kecerdasan, minat,
upaya siswa bersangkutan. Mutu siswa juga ditentukan oleh mutu guru
dan mutu proses pembelajaran, baik proses pembelajaran di lingkup
sekolah maupun lingkup nasional.
3) Meningkatkan martabat guru. Dengan segala pendidikan formal dan
pelatihan yang diikuti, diharapkan guru mampu “memberi” lebih
banyak pepada kemajuan siswa. Dengan memberi lebih banyak,
martabat kita sebagai guru akan meningkat.
4) Meningkatkan profesionalitas guru. Mutu profesiionalitas guru banyak
ditentukan oleh pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri lain
6
Prihartini.I, 2009. Meraih Sukses Sertifikasi Guru, ( CV Graha PrintamaSelaras), hal. 13
oleh guru bersangkutan. Sertifikasi guru hendaknya dapat kita jadikan
sebagai langkah awal menuju guru yang profesional.
Manfaat sertifikasi guru juga banyak. Manfaat sertifikasi guru yang utama
ialah :
1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten,
yang dapat merusak citra profesi guru. Saat ini guru dituntut
menerapkan teori dan praktik kependidikan yang telah teruji ke dalam
pembelajaran di kelas.Misalnya, untuk mendisiplinkan siswa, guru
lebih memilih cara-cara pendisiplinan menurut teori kependidikan dan
psikologi utama, bukan dengan memukul siswa atau mengancam
siswa.
2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan tidak profesional. Mutu pendidikan di sekolah
ditentukan oleh mutu guru dan mutu proses pembelajaran di kelas.
Melalui sertifikasi, masyarakat akan menilai sekolah tertentu
berdasarkan mutu kedua faktor ini, bukan berdasar promosi yang
gencar yang dilakukan oleh sekolah bersangkutan.
3) Meningkatkan kesejahteraan guru. Hasil sertifiksi guru dapat dengan
mudah digunakan untuk menentukan besarnya imbalah yang pantas
diberikan kepada masing-masing guru. Dengan sertifikasi guru, dapat
terhindar dari guru hebat ternyata hanya mendapat imbalan kecil.
Sebaliknya, dapat pula terhindar guru ecek-ecek mendapat imbalan
besar.7
2. Kinerja Mengajar Guru
a. Pengertian Kinerja Mengajar Guru
Kinerja merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
melaksanakan, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
harapan dan tujuan yang telah ditetapkan. Dilihat dari arti kata kinerja
berasal dari kata performance.
Kata “performance" memberikan tiga arti, yaitu: (1) "prestasi" seperti
dalam konteks atau kalimat "high performance car”, atau“mobil yang
sangat cepat”; (2)"pertunjukan” seperti dalam konteks atau kalimat "Folk

7
Suyatno, 2008.Panduan Sertifikasi Guru, ( Indeks), hal. 2
dance performance”, atau “Pertunjukan tari-tarian rakyat”; (3) “pelaksanaan
tugas” seperti dalam konteks atau kalimat “in performing his/her duties”.
Dari pengertian di atas kinerja diartikan sebagai prestasi, menunjukkan
suatu kegiatan atau perbuatan dan melaksanakan tugas yang telah
dibebankan. Pengertian kinerja sering diidentikkan dengan prestasi kerja.
Karena ada persamaan antara kinerja dengan prestasi kerja. Prestasi kerja
merupakan Hasil kerja seseorang dalam periode tertentu merupakan prestasi
kerja, bila dibandingkan dengan target/sasaran, standar, kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama ataupun
kemungkinan-kemungkinan lain dalam suatu rencana tertentu.8
Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah
kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru
merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
menilai hasil belajar. Jadi kinerja guru merupakan kemampuan dan
keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran.9
Menurut model parther lawyer (Donelly, Gibson and Wan Cevech)
Kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor : a). Harapan
mengenai imbalan; b). Dorongan; c). Kemampuan, kebutuhan dan sifat; d).
Persepsi terhadap tugas; e). Imbalan internal dan eksternal; f). Persepsi
terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja ( Gibson dan kawan-kawan,
2006: 129).
Dengan demikian kinerja pada dasarnya ditentukan oleh 3 hal yaitu 1).
Kemampuan; 2). Keinginan dan 3). Lingkungan. Oleh karena itu agar
mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang
tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya.10
Istilah mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk
menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan
memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Mengajar adalah
sebagai kegiatan guru. Disamping itu, mengajar adalah menyampaikan
pengetahuan pada anak didik. Menurut pengertian ini berarti tujuan belajar

8
Supriadi, Kinerja Guru, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), hal.45
9
Rusman, 2011.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada), hal. 50
10
Octavia, Shilphy Afiattresna, 2019. Sikap dan Kinerja Guru Profesional ( Yogyakarta : Deepublish), hal. 38
dari siswa itu hanya sekedar ingin mendapatkan atau menguasai
pengetahuan. Sebagai konsekuensi pengertian semacam ini dapat membuat
suatu kecendrungan anak menjadi pasif, karena hanya menerima informasi
atau pengetahuan yang diberikan oleh gurunya. Guru menyampaikan
pengetahuan, agar anak didik mengetahui tentang pengetahuan yang
disampaikan oleh guru. Pengertian secara luas, mengajar diartikan sebagai
suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya
dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.11
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen: "guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah”.12
Soeryosubroto memberikan definisi pendidik sebagai orang dewasa
yang bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan rohaninya agar mencapai tingkat kedewasaan,
mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu
berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah dan khalifah Allah
SWT. dan mampu sebagai makhluk sosial, dan sebagai makhluk individu
yang mandiri.13
b. Kinerja Guru profesional
Dalam pendidikan, peran guru adalah menyelenggarakan proses belajar
mengajar yaitu membantu dan memfasilitasi peserta didik agar mengalami
dan melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas. Menurut B.
Suryosubroto proses belajar mengajar adalah proses berlangsungnya belajar
mengajar di kelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di
sekolah/madrasah dengan demikian pelaksanaan pengajaran adalah
interaksi guru dengan murid dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada
siswa (B.Suryosubroto,2009: 29).
Peran tersebut menempatkan guru pada posisi sebagai pemegang
kendali dalam menciptakan dan mengembangkan interaksinya dengan

11
Ichsan Muhammad ,2016, Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar, Vol 2, No 1
12
Supriadi, Kinerja Guru, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada), hal.
13
N.N,Budiman, 2012.Etika Profesi Guru, (Yogyakarta: Mentari Pustaka),hal. 3
peserta didik, agar terjadi proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Dunken dan Biddle yang dikutip oleh Sayiful Sagala menjelaskan bahwa
proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik
mempunyai 2 kompetensi utama yaitu 1) kompetensi substansi materi
pembelajaran atau penguasaan materi pelajaran; dan 2) kompetensi metod
Situasi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar
mengajar yang akan optimal sangat dipengaruhi kemampuan guru dalam
menciptakan situasi belajar sehingga peserta didik dapat berinteraksi
dengan guru secara intensif. Maka setiap guru dituntut untuk memiliki
kompetensi profesional yang tinggi dalam melaksanakan tugas
profesionalnya. Selain itu, menempatkan guru sesuai dengan keahliannya
mutlak harus dilakukan agar kualitas kinerja nya dapat ditingkatkan.
Kompetensi merupakan kemampuan yang digunakan sebagai standar
kinerja yang diharapkan berkontribusi positif terhadap kinerja lembaga titik
bila dikaitkan dengan kompetensi guru dapat disimpulkan bahwa guru yang
berkompeten sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan karena guru yang kompeten akan mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik, memotivasi siswa dan dapat menjadikan dirinya
panutan bagi keberhasilan siswa.(Sagala, 2010: 101).
Ada sepuluh Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh seorang guru,
meliputi: (1) Menguasai bahan/materi pelajaran; (2) Mengelola program
pembelajaran; (3) Mengelola kelas; (4) Menggunakan media dan sumber
belajar; (5) Menguasai landasan pendidikan; (6) Mengelola interaksi
pembelajaran; (7) Menilai prestasi belajar siswa; (8) Mengenal fungsi dan
layanan bimbingan dan penyuluhan; (9) Mengenal dan menyelenggarakan
administrasi sekolah; dan (10) Memahami dan menafsirkan hasil penelitian
guna keperluan pembelajaran.
Sementara menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru. Standar kompetensi guru dikembangkan secara utuh
ke dalam empat kompetensi, yaitu:
1) kompetensi pedagogik;
2) kompetensi kepribadian;
3) kompetensi sosial; dan
4) kompetensi profesional.14
Proses belajar mengajar pada intinya merupakan proses interaksi antara
guru dan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu dalam
melaksanakan interaksi tersebut diperlukan kompetensi guru dalam
melakukannya agar tercipta suatu proses yang efektif. Tidak dapat
dipungkiri bahwa guru dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar atau
hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dari segi
kognitif, afektif dan psikomotorik. Tujuan kognitif mengatasi
perkembangan intelek siswa, tujuan afektif prihatin dengan pertumbuhan
siswa emosional atau sosial dan tujuan psikomotor ditujukan pada peroleh
keterampilan manipulatif dan gerakan. Kompetensi seseorang akan
diperlihatkan dari perilakunya dan guru yang berkompeten dapat dilihat dari
perilakunya dalam melaksanakan tugasnya di sekolah/madrasah. Artinya,
kompetensi tersebut dapat berpengaruh terhadap kinerja nya. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa dalam kinerja di dalamnya mengandung
unsur kompetensi. Seorang guru akan melakukan tugasnya dengan baik jika
dirinya mempunyai komitmen yang tinggi terhadap tugasnya yang ditopang
oleh kompetensinya.
Kinerja guru sangat penting untuk diperhatikan, dievaluasi dan
ditingkatkan kualitasnya karena Guru mengemban tugas profesional,
peningkatannya perlu dilakukan oleh pemerintah maupun oleh guru itu
sendiri. 15
G. Penelitian Relevan
Penelitian yang dilaksanakan oleh Carona Elianur (2017) dengan judul
Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru Agama di Sekolah Dasar Kabupaten
Bengkulu Tengah. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kinerja guru kecenderungan
mendekati kriteria rata-rata, berarti kinerja guru sudah mendekati kriteria sangat
optimal. kondisi sertifikasi profesi guru mendekati kriteria rata-rata, berarti sertifikasi
profesi guru sudah mendekati kriteria sangat baik. Uji normalitas nilai kolmogorov-
Smirnov kinerja guru sertifikasi 0.260 dengan signifikansi 0.053 dan kinerja guru

14
Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajagrafindo
Persada), hal. 51

15
Octavia, Shilphy Afiattresna, 2019 Sikap dan Kinerja Guru Profesional ( Yogyakarta : Deepublish). Hal, 45
belum sertifikasi 0.225 dengan signifikansi 0.163. Karena signifikansi lebih dari 0.05
maka dapat disimpulkan bahwa data normal. Analisis regresi sederhana Nilai
konstanta sebesar 96,650 Jika variabel sertifikasi profesi guru = 0, maka kinerja guru
sebesar 96,650. Koefisien regresi untuk variabel sertifikasi profesi guru sebesar 0,636
menyatakan bahwa setiap terjadi peningkatan atau kenaikan sertifikasi profesi guru
akan menyebabkan peningkatan atau kenaikan kinerja guru akuntansi sebesar 0,636.
nilai adjusted R2 sebesar 0.638. Dengan demikian pengaruh sertifikasi profesi guru
agama di SD Kabupaten Bengkulu Tengah terhadap guru sebesar 0.638 dalam 63,80
% dan sisanya 36,20 % dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian
ini. pada tabel ANOVA diperoleh nilai probabilitas sebesar 0.003>0.05 maka secara
simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap kinerja guru agama. Jadi hipotesis
bahwa sertifikasi profesi guru berpengaruh terhadap kinerja guru guru agama di SD
Kabupaten ditolak dan terbukti tidak berpengaruh.
H. Kerangka Berfikir
Undang-undang Guru dan Dosen menyatakan bahwa sertifikasi sebagai bagian
dari peningkatan dari mutu guru dan peningkatan kesejahteraannya.16 Oleh karna itu
guru diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru dalam mata pelajaran yang
diampunya. Menurut Wawan (2012) ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan kinerja guru di Indonesia antara lain: 1). Meningkatkan kesejahteraan
guru; 2). Memberikan Diklat dan pelatihan yang update tentang ilmu pengetahuan
agar para guru bisa berkembang kompetensinya dan bisa mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan 17
yang saat ini terjadi 3). Melakukan pengawasan dan penilaian
kinerja guru secara menyeluruh; 4). Membentuk mental guru, dalam arti menanamkan
kembali paradigma bahwa guru adalah profesi mulia yang dalam menjalankan
tugasnya dilandasi dengan panggilan jiwa secara ikhlas; 5). Lebih memperketat proses
rekrutmen guru baru; 6). Meningkatkan kinerja guru melalui peningkatan
pemanfaatan teknologi informasi yang sedang berkembang saat ini dan mendorong
guru untuk menguasainya. 18
Dan ini semua terdapat dalam tujuan dari sertifikasi
sendiri
I. Hipotesis

16
Muslich, Mansur, 2007.Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta : Bumi Aksara), hal. 7
17
Octavia, Shilphy Afiattresna, 2019.Sikap dan Kinerja Guru Profesional ( Yogyakarta : Deepublish), hal. 44
18
Octavia, Shilphy Afiattresna, 2019. Sikap dan Kinerja Guru Profesional ( Yogyakarta : Deepublish), hal. 47
Hipotesisi merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimah pertanyaan.19 Berdasarkan landasan kerangka berfikir, maka hipotesis yang
diajukan penelitian ini adalah :
Ha : Sertifikasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru di SMP IT AT-
Taisiriyah
Ho : Sertifikasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja guru di SMP IT AT-
Taisiriyah
J. Tujuan
Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui :
1. Bagaimana pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja mengajar guru
Pendidikan Agama Islam di SMP IT At-Taisiriyah?
2. Seberapa besar pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja mengajar guru
Pendidikan Agama Islam di SMP IT At-Taisiriyah
K. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian ini mengambil lokasi di SMP IT AT-Taisiriyah yang terletak
di kp. Nenggeng, des. Cijengkol, Kec. Caringin, kab. Sukabumi, Jawa Barat.
2. Waktu
Adapun waktu yang telah direncanakan adalah sebagai berikut :

Bulan
Jenis
No Desember Januari Februari Maret April
kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
Pengajuan
Prop.Judul
2. Penelitian
Pendahuluan
3. Pengajuan
Proposal
Penelitian
4. Penyelesaian
Administrasi
5. Pengumpula
n Data

19
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta), hal. 63
6. Analisis Data
7. Penyusunan
Laporan
Penelitian
8. Pertanggung
jawaban
Laporan
Penelitian

L. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. 20 Dalam
penelitian ini populasinya adalah siwa/siswi SMP IT AT-Taisiriyah
2. Sampel
Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dan smple dari penelitian ini adalah siwa/siswi SMP IT AT-Taisiriyah yang di
pilih secara random.
M. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Metode ini disebut kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah survey, karena penelitian ini adalah
untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah tetapi penelitian
melakukan dalam pengumpulan data misalnya dengan wawancara, kuesioner dan
Dokumentasi.
N. Teknik Pengumpulan Data
Untuk pengumpulan data-data yang sesuai dan dibutuhkan. Teknik pengumpulan
data dilakukan dengan :
1. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data apabila ingin melakukan
studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang haus diteliti, dan
juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih
mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. 21
Wawancara yang
digunakan adalah wawancara tidak terstruktur atau bebas dimana peneliti tidak

20
Sugiyono, 2016.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta). Hal, 80
21
Sugiyono, 2016.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta), hal. 137
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untu pengumpulan datanya.
2. Kuesioner (Angket) merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawab.22
3. Dokumentasi, dokumentasi ini dilakukan agar dapat mendukung hasil proses
pengumpulan data. Adapun data tertulis yang diperoleh melalui teknik
dokumentasi ini yaitu berupa dokumen atau naskah profil sekolah, jumlah guru
dan jumlah siswa di SMP IT AT-Taisiriyah
O. Instrumen Penelitian
Yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi
persyaratan akademis maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu
objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.23 Adapun instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner atau angket. Titik tolak dari
penyusunan angket ini adaalah dengan menetapkan variabel penelitian yang akan
diteliti. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dua angket. Angket pertama
digunakan untuk mengukur variabel X, sedangkan angket kedua digunakan untuk
mengukur variabel Y. Berikut kisi-kisi instrumen :

Kisi-Kisi Instrumen Sertifikasi

N Indikator Jumlah
O
1 Pedagogik 3
2 Kepribadian 2
3 Sosial 3
4 Profesional 2
Jumlah 10

Kisi-Kisi Instrumen Kinerja Guru

N Indikator Jumlah

22
Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta), hal. 142
23
Sappaile, Baso Intang, 2007, Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan, 379-391,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=en&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+instrumen+penelitian&oq=#d=gs_qabs&u=%23p%3DNhANpcQIe4MJ
O
1 Metode Pembelajaran 3
2 Teladan 2
3 Komunikasi 3
4 Administrasi 2
Jumlah 10

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah menggunakan


angket dengan keterangan :

SL : Selalu

SR : Sering

KD : Kadang-kadang

JR : Jarang

TP : Tidak Pernah

Untuk bisa menghasilkan angket yang baik, perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas angket. Yang dimaksud validitas berasal dari kata validity yang
mempunnyai arti sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu instrumen pengukur
(tes) dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes dikatakan memiliki validitas yang
tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukur secara tepat atau keadaan
sesungguhnya dari apa yang diukur. Sedangkan reliabilitas sendiri berasal dari kata
reliability berarti sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat di percaya. Suatu hasil
pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran
terdapat kelompok subyek yang sama , diperoleh hasil pengukuran yaang relatif sama,
selama aspek yang diukur dalam diri subyek memang belum berubah.24
P. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan
data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel
dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan

24
Matondang, Zulkifli, 2009, Validalitas dan Reabilitas Suatu Instrumen Penelitian, 6 N0 1,
http://digilib.unimed.ac.id/id/eprint/705
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk
menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis data dalam penelitian
penelitian kuantitatif menggunakan statistik titik terdapat beberapa dua macam
statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian.
1. Statistik Deskriptif dan Inferensial
a. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis
data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
b. Statistik inferensial
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk
menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi
titik statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari
populasi yang jelas, dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu
dilakukan secara random.25
2. Statistik Parametris dan Non parametris
a. Statistik parametris digunakan untuk menguji parameter populasi
melalui statistik, atau menguji ukuran populasi melalui data sampel.
b. Statistik non parametrik tidak menguji parameter populasi, tetapi
menguji distribusi.26
Adapun analisis data yang digunakan yaitu analisis statistik deskriptif.

25
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta 2016), hal. 147
26
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D ( Bandung : Alfabeta 2016), hal. 149
Daftar Pustaka

Ichsan Muhammad ,2016, Psikologi Pendidikan dan Ilmu Mengajar, Vol 2, No 1

Matondang, Zulkifli, 2009, Validalitas dan Reabilitas Suatu Instrumen Penelitian,Vol 6, No


1
Muslich, Mansur, 2007.Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, Jakarta : Bumi
Aksara
N.N,Budiman, 2012.Etika Profesi Guru, Yogyakarta: Mentari Pustaka

Octavia, Shilphy Afiattresna, 2019.Sikap dan Kinerja Guru Profesional , Yogyakarta :


Deepublish
Prihartini.I, 2009. Meraih Sukses Sertifikasi Guru, CV Graha PrintamaSelaras

Rusman, 2011.Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta:


Raja Grafindo Persada
Sappaile, Baso Intang, 2007, Konsep Instrumen Penelitian Pendidikan, 379-391

Supriadi, Kinerja Guru, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Suyatno, 2008. Panduan Sertifikasi Guru, Indeks

Anda mungkin juga menyukai