Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

SERTIFIKASI GURU

Dosen Pengampu: Dr. Nur Cahya S.Ag.,M.Pdi

Mata Kuliah : Profesi & Etika Keguruan

Disusun oleh:

Kelompok 9
RAHMAN AFRI YUDA
ANISAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN SYARIF KASIM RIAU

2023 M/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat karunia dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW
beserta para pengikutnya yang setia menemani hingga akhir zaman.

Tugas makalah yang diberi judul “Pendidikan Profesional Guru” ini ialah
suatu karya tulis yang terbentuk dari hasil kerja penulis dimana tugas ini merupakan
syarat dari aspek penilaian mata kuliah Etika dan Profesi Guru.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari
kekurangan, terutama disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi dan sumber yang
penulis dapatkan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca
sangat penulis perlukan untuk perbaikan penulisan makalah ini.

Semoga Allah SWT selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta


keridhoan-Nya kepada kita semua, Aamiin.

Pekanbaru, 5 Juni 2023

Tim Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Republik Indonesia dalam UUD 1945 terselit kata-kata yang


memiliki kandungan makna sebagai konstitusional negara ini dalam
menjalankan pendidikan yakni "ikut mencerdaskan kehidupan bangsa",
namun ironisnya, kenyataan wajah pendidikan di Indonesia mengalami
banyak ketimpangan. Perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap dunia
pendidikanmasih sangat kurang. Sebelum membahas tentang bagaimana
profesi guru di Indonesia, perlu kita maknai sebenarnya guru apakah sebuah
Profesi (job) atau hanya sebagai panggilan. Hal ini terjadi karena banyaknya
guru-guru kita yang menganggap profesi guru sebagai job atau karena tidak
banyak guru yang bisa diguguh dan ditiru seperti pribahasa cerminan guru
yang sebelum ini dikenal. Yang pasti terjadi adalah mulai terkikisnya nilai-
nilai sosok guru yang diharapkan dalam masyarakat kita.

Namun, makna dari defenisi guru ini pun terasa hambar karena tidak
terdapat ruh empati di dalamnya. Sudah banyak guru yang mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta
didiknya. Namun, apakah tugas utama ini terlahir dari cinta dan keikhlasan?.
Undang-Undang Indonesia tidak membahasakannya sampai sejelas itu. Walau
ada kata professional, namun kata ini pun terkadang maknanya salah kaprah.
Makna profesional saat ini lebih banyak berorientasi pada kerja. Tidak banyak
yang menyangkutkannya pada rasa dan asa. Padahal mendidik butuh
keterlibatan hati, empati, cinta, dan kasih sayang.

Melihat kenyataan negara Indonesia hari ini, bukan menjadi rahasia


lagi bahwa salah satu indikator rendahnya kemauan pemerinah terhadap
pendidikan dapat dilihat dari mulai terpuruknya profesi guru di Indonesia.
Profesi guru di Indonesia yang dulu sangat terhormat dan ditinggikan tetapi
sekaligus dicampakan. Hal ini tentunya menjadi ancaman bagi dunia
pendidikan Indonesia untuk dapat hidup dan bersaing dalam tantangan
kehidupan era globalisasi.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, berikut adalah rumusan masalah
yang akan dibahas, yaitu:
1. Apakah yang dimaksud dengan sertifikasi guru?
2. Apakah yang dimaksud dengan profesional guru?
3. Bagaimana peluang dan tantangan dalam pengembangan profesi guru?
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian sertifikasi guru
2. Untuk menjelaskan profesional guru.
3. Untuk menjelaskan bagaimana peluang dan tantangan dalam
pengembangan profesi guru
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sertifikasi Guru
1. Definisi sertifikasi guru
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi
adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen.
Sedangkan sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan
yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
(Mulyasa, 2007: 33). Menurut Suyatno (2008:2) “Sertifikasi guru
adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi standar profesi guru”.1
Sertifikasi guru merupakan amanat undang-undang republik
Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas. Pasal 61
menyatakan bahwa sertifikat dapat berbentuk ijazah dan sertifikat
kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan
ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya, dan simposium.
Namun, sertifikat kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan
dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau
lembaga sertifikasi. (Mulyasa, 2007: 39)
Untuk memahami sertifikasi guru Muslich,( 2007: 2) mengutip
beberapa pasal dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen yaitu:

1
Fakry gaffar, guru sebagai profesi. Bandung: upi. 2006
1) Pasal 1 butir 11: Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen.
2) Pasal 8: guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jas
3) mani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
4) Pasal 11 butir 1: Sertifikat pendidik sebagaimana dalam Pasal
8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
5) Pasal 16: guru yang memiliki sertifikat pendidik memperoleh
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji, guru negeri maupun swasta
dibayar pemerintah.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan sertifikasi guru
adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah
memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan yang layak.
2. Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi
Secara yuridis dasar hukum kewajiban sertifikasi bagi guru
adalah Undang- Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
yang disyahkan pada tanggal 30 Desember 2005. Pasal 8 menyatakan
bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan pendidikan nasional. Pasal 11 ayat (1)
menyatakan sertifikat pendidik hanya diberikan kepada guru yang
telah memenuhi persyaratan. Adapun persyaratan untuk memperoleh
sertifikat pendidikan menurut pasal 9 adalah guru tersebut harus
memiliki kualifikasi pendidikan tinggi minimal program Strata Satu
(S-1) atau program Diploma Empat (D-4).
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei
2007. Pasal yang mengatakannya adalah pasal 1 ayat (1) yang
berbunyi sertifikasi bagi guru dalam jabatan adalah pemberian
sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan, dan (2) sertifikasi
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh guru
dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik Strata Satu
(S-1) atau Diploma Empat (D-4). Peraturan Pemerintah Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah
Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru Pedoman Penetapan Peserta
Sertifikasi Guru 2010. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
10 Tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
Keputusan Mendiknas Nomor 022/P/2009 tentang Penetapan
Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.
Keputusan Mendiknas Nomor 076/P/2011 tentang Pembentukan
Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG). Keputusan Mendiknas Nomor
075/P/2011 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara
Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2012 tentang
Sertifikasi bagi Guru Dalam Jabatan. (Saniyah, 2008).
3. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi
Undang-undang guru dan dosen (uugd) menyatakan bahwa
sertifikasi sebagai bagian dari peningkatan mutu guru dan peningkatan
kesejahteraannya. di samping itu, guru yang memiliki sertifikat
pendidik, berhak mendapatkan insentif yang berupa tunjangan profesi.
Besar insentif tunjangan profesi yang dijanjikan oleh uugd adalah
sebesar satu kali gaji pokok untuk setiap bulannya. Dengan adanya
peningkatan kesejahteraan guru diharapkan akan terjadi peningkatan
mutu pendidikan nasional dari segi proses yang berupa layanan dan
hasil yang berupa luaran pendidikan. Peraturan pemerintah no. 19
tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan secara eksplisit
mengisyaratkan adanya standarisasi isi, proses, kompetensi lulusan,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan,
pembiayaan, dan penilaian pendidikan dalam mencapai tujuan
pendidikan nasional2. Sertifikasi bertujuan untuk:
1. Mencetak calon pendidik qualified dalam melaksanakan tugas
pokok fungsi pendidik untuk meningkatkan kualitas sekolah.
2. Menentukan tingkat kelayakan pendidik dalam menyelenggarakan
layanan pendidikan.
3. Memperoleh gambaran tentang kompetensi pendidik yang dapat
digunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan
kualitas pendidikan.
Dengan adanya sertifikasi pendidik, diharapkan kompetensi
guru sebagai pengajar akan meningkat sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Dengan kompetensi guru yang memenuhi standar
minimal dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru
dalam mengelola proses pembelajaran dapat meningkat. Oleh karena
itu, diharapkan akan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa.
Sebagaimana lazim dipahami di kalangan pendidikan guru,
“sosok utuh” kompetensi profesional guru terdiri atas kemampuan:
1. Mengenal secara mendalam peserta didik yang hendak dilayani;
2. Menguasai bidang ilmu sumber bahan ajaran, baik dari segi
substansi dan metodologi bidang ilmu (disciplinary content
knowledge), maupun pengemasan bidang ilmu yang menjadi bahan
ajar dalam kurikulum (pedagogical content knowledge);
2
Masnur muslich. Sertifikasi guru menuju profesionalisme pendidik. Jakarta: pt bumi aksara: 2007
3. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, yang mencakup
perancangan program pembelajaran berdasarkan serangkaian
keputusan situasional, implementasi program pembelajaran termasuk
penyesuaian sambil jalan (midourse) berdasarkan on going
transactional decision berhubungan dengan adjustments dan reaksi
unik (idiosyncratic response) dari peserta didik terhadap tindakan
guru, mengakses proses dan hasil pembelajaran, dan menggunakan
hasil asesmen terhadap proses dan hasil pembelajaran secara
berkelanjutan;
4. Mengembangkan kemampuan professional secara berkelanjutan.
Oleh karena itu, “rujukan dasar” yang digunakan dalam
penyelenggaraan sertifikasi guru adalah sosok utuh kompetensi
professional guru tersebut. Peningkatan mutu guru lewat program
sertifikasi ini sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan.
Rasionalnya adalah apabila kompetensi guru bagus yang
diikuti dengan penghasilan bagus, diharapkan kinerjanya juga bagus.
Apabila kinerjanya bagus, maka kegiatan belajar-mengajar pun
menjadi bagus. Kegiatan belajar-mengajar yang bagus diharapkan
dapat membuahkan pendidikan yang bermutu. Pemikiran itulah yang
mendasari bahwa guru perlu disertifikasi.
Menurut muslich manfaat sertifikasi antara lain sebagai berikut:
1. Melindungi profesi guru dari praktik layanan pendidikan yang tidak
kompeten sehingga dapat merusak citra profesi guru itu sendiri.
2. Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan professional yang akan menghambat upaya
peningkatan kualitas pendidikan dan penyiapan sumber daya manusia
di negeri ini.
3. Menjadi wahana penjamin mutu bagi lembaga pendidikan tenaga
kependidikan (lptk) yang bertugas mempersiapkan calon guru dan juga
berfungsi sebagai kontrol mutu bagi pengguna layanan pendidikan.
4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan dari keinginan internal
dan eksternal yang potensial dapat menyimpang dari ketentuan yang
berlaku.
4. Implementasi Sertifikasi Guru
Sedangkan implementasi merupakan suatu penerapan ide,
konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai dan sikap. Implementasi bermuara pada
aktivitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem.
Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan
sekedar aktivitas, tetapi sesuatu kegiatan yang terencana dan dilakukan
secara sungguh – sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk
mencapai tujuan kegiatan. Jadi implementasi adalah suatu
operasionalisasi dari ide, konsep, maupun kebijakan dalam bentuk
praktis yang terencana dan dilakukan secara sungguh – sungguh
berdasar acuan tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. 3
Berdasarkan pengertian tersebut, implementasi sertifikasi guru
dapat diartikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan
dan inovasi baru dengan pemberian sertifikat pendidik kepada guru
yang telah memenuhi standar profesi guru. Sehingga diharapkan akan
muncul dampak atau perubahan pengetahuan, ketrampilan maupun
nilai dan sikap yang menyatakan guru tersebut profesional. Dalam
implementasi sertifikasi guru untuk melihat profesional guru dapat

3
Muslich, masnur. Sertifikasi guru menuju profesionalisme pendidik. Jakarta: pt bumi aksara: 2007
dilihat melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran.
Implementasi kegiatan pembelajaran harus menggunakan acuan
implementasi pembelajaran yang dipakai dalam kurikulum yang saat
ini berlaku yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ).
Menurut Mulyasa (2005) dalam Kunandar, 2007: 234 agar kurikulum
dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, maka guru harus:
1) Menguasai dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya
dengan kompetensi lain dengan baik.
2) Menyukai apa yang diajarkannya dan menyukai mengajar
sebagai profesi.
3) Memahami peserta didik.
4) Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.
5) Mengikuti perkembangan mutakhir.
6) Menyiapkan proses pembelajaran
7) Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi
yang akan dikembangkan.

B. Profesional Guru
1. Definisi guru profesional
Guru profesional adalah guru yang memiliki komponen tertentu sesuai
dengan persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Guru profesional
senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam
interaksi belajar mengajar, serta senantiasa mengembangkan kemampuan
secara berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimilikinya maupun
pengalamannya. Sedangkan Profesionalisme guru adalah kemampuan guru
untuk melakukan tugas pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi
kemampuan merencanakan, melakukan, dan melaksanakan evaluasi
pembelajaran. Guru yang profesional menjadi harapan kita semua, karena
dengan adanya peningkatan kemampuan guru sehingga menjadi guru yang
profesional diharapkan kualitas pendidikan di Indonesia mengalami
peningkatan. Peserta didik perlu dididik dan dibina oleh guru-guru yang
profesional sehingga kualitas/mutu yang dihasilkan akan lebih maksimal.4
Guru profesional hendaknya memiliki empat kompetensi guru yang
telah ditetapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen yaitu, kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru
juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan
baik. Kitapun tentunya ingin menjadi guru profesional, akan tetapi banyak
kriteria yang harus dipenuhi untuk menjadi guru yang profesional.
Adapun kriteria-kriteria tersebut diantaranya;
 Mempunyai akhlak dan budi pekerti yang luhur sehingga mampu
memberikan contoh yang baik pada anak didik.
 Mempunyai kemampuan untuk mendidik dan mengajar anak didik
dengan baik.
 Menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam
interaksi belajar mengajar
 Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
bidang tugas.
 Menguasai berbagai adminitrasi kependidikan ( RPP, Silabus,
Kurikulum, KKM, dan sebagainya )

4
Zainal aqib, standar kualifikasi, kompetensi, serifikasi, guru, kepala sekolah, dan pengawas.
Bandung: cv, yrama widya: 2009
 Mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi untuk mengabdikan
ilmu yang dimiliki pada peserta didik.
 Tidak pernah berhenti untuk belajar dan mengembangkan
kemampuannya.
 Mengikuti diklat dan pelatihan untuk menambah wawasan dan
pengalaman.
 Aktif, kreatif, dan inovatif untuk mengembangkan pembelajaran dan
selalu up to date terhadap informasi atau masalah yang terjadi di
sekitar.
 Menguasai IPTEK (komputer, internet, blog, facebook, website, dsb).
 Gemar membaca sebagai upaya untuk menggali dan menambah
wawasan.
 Tidak pernah berhenti untuk berkarya (membuat PTK, bahan ajar,
artikel, dsb)
 Mampu berinteraksi dan bersosialisasi dengan orangtua murid, teman
sejawat dan lingkungan sekitar dengan baik.
 Aktif dalam kegiatan-kegiatan organisasi kependidikan (KKG, PGRI,
Pramuka)
 Mempunyai sikap cinta kasih, tulus dan ikhlas dalam mengajar
 Berbagai upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru telah
ditempuh oleh pemerintah, instansi pendidikan dan para guru tentunya.
2. Upaya untuk meningkatkan guru profesioanal adalah sebagai
berikut:
1. Menempuh pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi sesuai
kualifikasi akademik
2. Melalui Program Sertifikasi Guru
3. Memberikan Diklat dan pelatihan bagi guru
4. Gerakan Guru Membaca ( G2M )
5. 5. Melalui organisasi KKG (Kelompok Kerja Guru)
6. 6. Senantiasa produktif dalam menghasilkan karya-karya di bidang
pendidikan.

C. Peluang dan Tantangan dalam Pengembangan Profesi Guru


1. Guru Indonesia dalam tantangan Abad 21

Abad 21 merupakan abad dengan era globalisasi. Kehidupan


bermasyarakat berubah dengan begitu cepat diakibatkan dunia yang di topang
dengan kemajuan teknologi informasi yang tiada batas. Ini sekaligus
mengakibatkan masyarakat sudah tidak memiliki batas-batas sehingga
kehidupan masyarakat dan negara mulai memudar. Masyarakat sebagai
konsumen tentunya akan menuntut kualitas yang tinggi dan harus terus
menerus diperbaiki dalam menghadapi tantangan abad 21.Termasuk
didalamnya adalah kualitas profesi seorang guru.

Tantangan yang harus di hadapi oleh guru pada saat sekaang ini adalah
bagaimana kemampuan adaptasi dengan era global. Guru kita hari ini
kebanyakan hidup dimasa lampau yang kemajuan teknologi informasinya
masih kurang jika dibandingkan dengan hari ini. Tentunya jika sudah seperti
ini profesi guru di tuntut untuk keprofesionalismeannya. Guru yang
profesional bukan hanya sekedar alat untuk transmisi kebudayaan tetapi
mentranformasikan kebudayaan itu kearah budaya yang dinamis yang
menuntut penguasaan ilmu pengetahuan, produktivitas yang tinggi, dan
kualitas karya yang dapat bersaing. Dengan begitu guru bukan lagi menjadi
robot pendidikan bagi peserta didik melainkan merupakan dinamisator yang
mengantar potensi-potensi peserta didik kepada kreativitasnya.

2. Tantangan Dalam Pengembangan Profesi Guru


1. Guru di Tengah Masyarakat Modern
Secara formal profesi guru dalam pandangan masyarakat budaya
Indonesia masih menempati kedudukan yang terhormat., namun secara
material profesi guru mengalami kemerosotan yang bisa mengkhawatirkan.
Ini disebabkan karena profesi guru merupakan sederetan profesi yng lahir
dalam kehidupan moderen. Akibatnya mau tidak mau-mau profesi guru harus
mampu mempertahankan legitimasinya jikalau tidak mau di kucilkan dengan
profesi lainnya. Nanmun kenytaan yang timbul pada masyarakat modern hari
ini adalah guru hanya di pandang dengan sebelah mata yakni, orang yang
berpakaian sangat formal dengan kacamata besar dan sepeda butut zaman pra
sejarah. Guru kita belum mampu untuk menghadapi kerasnya tantangan
global masyarakat modern. Keadaan hari ini adalah guru tidak memliki
kedudukanseperti dulu yang sangat di hormati, malahan yang terjadi adalah
guru menjadi bahan olokan dan candaan bagi peserta didiknya. Jika sudah
seperti ini lalu wajar jika negara kita ini akan mimpi menjadinegara yang di
hormati oleh negara lain karena menghormati guru mereka saja tidak bisa.

Memilih guru sebagaiprofesi memang bisa menjadi cita-cita ataupun


juga bisa terpaksa karena pandangan orang desa khususnya hal yang paling
bisa dilakukan untuk menjadi PNS hanya mengbdi menjadi guru. Bahkan
orang di desa akan membanggakan anaknya jika menjadi guru PNS, lalu
sebenarnya apa yang salah dalam sistem pendidikan kita sampai guru kita
picik berfikir seperti ini? bukan kemudian berfikir bahwa bagaimana peserta
didiknya untuk menjadi orang yang berguna bagi bangsa?

Inilah tantangan yang harus dihadapi oleh para guru kita di Indonesia.
Banyak rumor yang berkembang terkait dengan citra guru Indonesia dewasa
ini. Begitu banyak hal negatif yang selalu di lemparkan kepada guru-guru kita,
tetapi ada satu hal yang membuat negara ini bisa seperti ini yakni tidak pernah
menghargai seorang guru. Lantas kemudian kita mau banggakan apa di negara
kita, toh hal sekecil ini pun kita tidak pernah bisa melakukannya.
3. Peluang Pengembangan Keprofesian Guru

Profesi sebagai guru mengemban amanah yang berat. Amanah itu


antara lain adalah mencerdaskan anak-anak didiknya sehingga mereka kelak
di kemudian hari mampu menjalani kehidupannya dengan bekal pendidikan
yang diberikan gurunya. Sejalan dengan hal itu, Trimo (2008)
mengemukakan bahwa pekerjaan sebagai guru menjadi lebih berat tatkala
menyangkut peningkatan kemampuan anak didiknya sedangkan kemampuan
dirinya mengalami stagnasi. Oleh karena itu, guru perlu bahkan harus terus
mengembangkan dirinya. Usman (2004) menegaskan bahwa guru harus peka
dan tanggap terhadap perubahan atau pembaharuan, terutama perubahan atau
pembaharuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang terus
berkembang begitu pesatnya.

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, diikuti, atau dikembangkan


dalam rangka pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru melalui
kegiatan pengembangan diri adalah sebagai berikut.

A. Pengembanga Diri
1. Penyelenggaraan diklat fungsional secara mandiri
2. Penyelenggaraan kegiatan kolektif guru yang meningkatkan kompetensi
dan/atau keprofesian guru secara mandiri
Kegiatan kolektif guru yang dapat meningkatkan kompetensi dan/atau
keprofesiannya dapat berupa:
a. Lokakarya atau kegiatan bersama (seperti kelompok kerja guru) untuk
penyusunan perangkat kurikulum dan atau pembelajaran
b. Keikutsertaan pada kegiatan ilmiah (seminar, kologium dan diskusi
panel), baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta.
c. Kegiatan kolektif lainnya yang sesuai dengan tugas dan kewajiban
guru
Kegiatan kolektif guru dapat dikembangkan dalam bentuk kegiatan
kelompok kerja guru (KKG) atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP). Guru-guru dapat membentuk KKG atau MGMP, baik pada
tingkat satuan pendidikan, maupun pada tingkat kecamatan atau
kabupaten/kota. Pembentukan KKG atau MGMP ini dapat difasilitasi oleh
pihak dinas pendidikan dan/atau unit pelaksana teknis daerah (UPTD)
bidang pendidikan untuk memudahkan koordinasi dan pelaksanaannya.
Melalui KKG atau MGMP, guru dapat melaksanakan berbagai kegiatan,
misalnya berkaitan dengan perencanaan proses pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, perbaikan/pengayaan pembelajaran,
atau kegiatan lainnya.

B. Publikasi Ilmiah

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, diikuti, atau dikembangkan


dalam rangka pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru melalui
kegiatan publikasi ilmiah adalah sebagai berikut.

1. Menjadi pemrasaran/narasumber pada forum ilmiah

2.Mempublikasikan hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang


pendidikan formal

3. Menulis buku teks pelajaran

C. Karya Inovatif

Beberapa upaya yang dapat dilakukan, diikuti, atau dikembangkan


dalam rangka pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru melalui
kegiatan karya inovatif adalah sebagai berikut.

1. Menemukan teknologi tepat guna

2. Menemukan/menciptakan karya seni


3. Membuat/memodifikasi alat pelajaran/peraga/praktikum

4. Mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal dan


sejenisnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru
yang telah memenuhi persyaratan tertentu, yaitu memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan yang layak.

Guru profesional adalah guru yang memiliki komponen tertentu sesuai


dengan persyaratan yang dituntut oleh profesi keguruan. Sedangkan
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
Banyak tantangan yang dihadapi guru dalam kaitan dengan
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Namun demikian, banyak pula
peluang yang dapat diciptakan atau diraih guru untuk mengembangkan
keprofesiannya secara berkelanjutan. Peluang-peluang itu tidak saja terbuka
bagi. Bahkan, para calon guru pun dapat menyiasati tantangan-tantangan di
atas dengan mulai menyiapkan dan melatih diri sendiri sejak menjadi calon
guru.
B. Saran
Dari beberapa penjelasan di atas tentang pembahasan pendidikan
professional guru dan penyusun makalah ini menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan oleh para pembaca
dalam khususnya pembimbing dapat menjadi perbaikan bagi penulis untuk
penulisan makalah-makalah mata kuliah keprofesian keguruan. Oleh karena
itu penulis mengharap kepada para pembaca saran dan kritikan yang sifatnya
membangun, agar selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Fakry gaffar, guru sebagai profesi. Bandung: upi. 2006

Masnur muslich. Sertifikasi guru menuju profesionalisme pendidik. Jakarta: pt bumi


aksara: 2007.
Muslich, masnur. Sertifikasi guru menuju profesionalisme pendidik. Jakarta: pt bumi
aksara: 2007
Zainal aqib, standar kualifikasi, kompetensi, serifikasi, guru, kepala sekolah, dan
pengawas. Bandung: cv, yrama widya: 2009

http://www.asikbelajar.com/2015/09/landasan-sertifikasi-guru.html
https://www.kompasiana.com/yasalyho/profesi-guru-antara-tantangan-dan-
peluang_54f358ee745513982b6c720f
https://ratnadewi87.wordpress.com/tag/pengertian-guru-profesional/

Anda mungkin juga menyukai