Anda di halaman 1dari 28

SERTIFIKASI GURU

Makalah
Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Profesi Teknologi Pendidikan
Yang Diampu Oleh Dra. Eldarni, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Salma Arisa Helmi (19004026)
Serlin Hidayatullah (19004028)
Sri Wulandari (19004030)
Wella Marsita (19004032)
Yesi Karmila (19004035)

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Menciptakan lalu menyempurnakan ciptaan-Nya.
Yang Maha menetukan qadar masing-masing, lalu memberi petunjuk. Serta yang memberikan
rahmat berupa rahmat kesehatan dan kesempatan kepada penulis, sehingga penulisan makalah
yang berjudul “Sertifikasi Guru” ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa kendala yang dialami oleh penulis.
Namun kendala-kendala tersebut dapat penulis atasi dengan baik, berkat adanya bantuan dari
orang-orang sekitar. Sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan juga para
sahabat yang telah memberikan motivasi serta sebagai penyemangat tersendiri bagi penulis.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan pihak-pihak lain yang telah
membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan makalah ini. Dan kepada Allah penulis
juga bersyukur, memohon ampun, taufik dan hidayah-Nya, Aamiin.
Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”. Sebagai seorang manusia yang
tidak pernah luput dari dosa dan kesalahan, penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan, baik berupa kekurangan dari segi informasi yang ada, maupun kekurangan
yang berupa kesalahan dalam penulisan, sehingga bisa dikatakan bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Padang, 4 September 2021

Tim Penulis
Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3


2.1 Pengertian Sertifikasi Guru .............................................................................. 3
2.2 Latar Belakang Sertifikasi. ............................................................................... 4
2.3 Legalitas Sertifikasi .......................................................................................... 5
2.4 Persyaratan Sertifikasi ...................................................................................... 6
2.5 Prosedur Sertifikasi .......................................................................................... 7
2.6 Hak dan Kewajiban Guru Penerima Sertifikasi ............................................. 12
2.7 PPG (Pendidikan Profesi Guru) ..................................................................... 15
2.8 Uji Kompetensi Guru ..................................................................................... 17
2.9 Profesionalisme dalam Jabatan ...................................................................... 18
2.10 Dampak Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru .................... 19

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 24


3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 24
3.2 Saran ............................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dunia pendidikan tidak pernah lepas dari yang namanya guru. Sertifikasi guru
merupakan terobosan dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas guru, sehingga ke
depan semua guru harus memiliki sertifikasi sebagai lisendi sebagai ijin mengajar. Dengan
demikian upaya profesioanalisme guru akan menjadi kenyataan sehingga tidak semua orang
dapat menjadi guru, dan tidak pula banyak orang menjadikan pekerjaan ini sebagai batu
loncatan. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari Undang- Undang Sisdiknas, Standar
Pendidikan Nasional (SNP) serta Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD), yang di
realisasikan dalam berbagai peraturan pemerintah (PP), termasuk PP tentang guru.
Kebijakan sertifikasi profesi atau pemberian tunjangan profesi merupakan bentuk
nyata pengakuan pemerintah kepada profesi guru dan tenaga kependidikan. Kendati
memang, pengakuan atau penghargaan terhadap eksistensi profesi guru dan tenaga
pendidikan, tidak selamanya berbentuk finansial. Namun pemberian tunjangan profesi
adalah bagian penting yang tidak dipisahkan dari pengakuan pemerintah dan masyarakat
terhadap profesi keguruan. Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia
pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke
depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar.
Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia segera
menjadi kenyataan dan diharapkan tidak semua orang dapat menjadi guru dan tidak semua
orang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan untuk memperoleh pekerjaan seperti
yang terjadi belakangan ini. Dewasa ini, fenomena yang terkait dengan sertifikasi guru
adalah guru sebagai tenaga pendidik yang sering disebut sebagai agent of learning (agen
pembelajaran) menjadi sosok yang cenderung certificate-oriented bukan program-oriented.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditentukan rumusan masalahnya
yaitu:
1. Apa Pengertian Sertifikasi Guru?

1
2. Bagaimana Latar Belakang Sertifikasi?
3. Apa Legalitas Sertifikasi?
4. Apa Saja Persyaratan Sertifikasi?
5. Bagaimana Prosedur Sertifikasi?
6. Apa Saja Hak dan Kewajiban Guru Penerima Sertifikasi?
7. Apa itu PPG (Pendidikan Profesi Guru)?
8. Apa Itu Uji Kompetensi Guru?
9. Bagaimana Profesionalisme dalam Jabatan?
10. Bagaimana Dampak Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, tujuan yang ingin dicapai
dari penulisan makalah ini yakni:
1. Untuk mengetahui Pengertian Sertifikasi Guru.
2. Untuk mengetahui Latar Belakang Sertifikasi
3. Untuk mengetahui Legalitas Sertifikasi
4. Untuk mengetahui Persyaratan Sertifikasi
5. Untuk mengetahui Prosedur Sertifikasi
6. Untuk mengetahui Hak dan Kewajiban Guru Penerima Sertifikasi
7. Untuk mengetahui PPG (Pendidikan Profesi Guru)
8. Untuk mengetahui Uji Kompetensi Guru
9. Untuk mengetahui Profesionalisme dalam Jabatan
10. Untuk mengetahui Dampak Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sertifikasi Guru


Sertifikasi adalah suatu penetapan yang diberikan oleh suatu organisasi profesional
terhadap seseorang untuk menunjukkan bahwa orang tersebut mampu untuk melakukan
suatu pekerjaan atau tugas spesifik. Sedangkan, sertifikasi menurut KBBI adalah
penyertifikatan Menurut kelompok kami, sertifikasi adalah sesuatu yang diberikan pada
organisasi kepada anggota organisasi yang melakukan suatu tugas dengan baik. Menurut
Syafarudin (2008), Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Sedangkan Menurut Martinis Yamin, sertifikasi
adalah pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga profesional.
Menurut kelompok kami, sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan
kepada guru yang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh
lembaga sertifikasi. Guru yang telah memenuhi standar profesional guru akan diberikan
sertifikat pendidik. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem
dan praktik pendidikan yang berkualitas. Jadi, sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat
yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal
pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Sertifikasi profesi guru adalah proses untuk memberikan sertifikat kepada guru yang telah
memenuhi standar kualifikasi dan standar kompetensi.
Secara umum tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan mutu dan
menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan kompetensi peserta agar
mencapai standar kompetensi yang ditentukan. Secara khusus program ini bertujuan sebagai
berikut.

3
1. Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang ilmunya.
2. Memantapkan kemampuan mengajar guru.
3. Menentukan kelayakan kompetensi seseorang sebagai agen pembelajaran.
4. Sebagai persyaratan untuk memasuki atau memangku jabatan professional sebagai
pendidik.
5. Mengembangkan kompetensi guru secara holistik sehingga mampu bertindak secara
profesional.
6. Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian dan kegiatan ilmiah lain,
serta memanfaaatkan teknologi komunikasi informasi untuk kepentingan pembelajaran
dan perluasan wawasan.
Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diberikan sebagai berikut.
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak
citra profesi guru.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan
profesional.
3. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi
pengguna layanan pendidikan.
4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan
tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
5. Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.

2.2 Latar Belakang Sertifikasi


Uji sertifikasi guru berdasarkan Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 sebagai
upaya peningkatan mutu guru dan mutu pendidikan dibarengi dengan peningkatan
kesejahtraan guru. Bentuk peningkatan kesejahtraan guru yaitu berupa pemberian tunjangan
profesi sebesar satu kali gaji pokok kepada guru yang lulus melakukan uji sertifikasi dan
memiliki sertifikat. Tunjangan tersebut berlaku bagi semua guru PNS dan non PNS
(Swasta).
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia

4
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional
harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV),
menguasai kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat
pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Pelaksanaan sertifikasi guru dimulai sejak tahun 2007 setelah diterbitkannya
Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
Landasan hukum yang digunakan sebagai dasar penyelenggaraan sertifikasi guru sejak tahun
2009 adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Tahun 2013
merupakan tahun ketujuh pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan. Mengacu hasil
evaluasi pelaksanaan sertifikasi guru tahun sebelumnya dan didukung dengan adanya
beberapa kajian/studi, maka dilakukan beberapa perubahan mendasar pada pelaksanaan
sertifikasi guru tahun 2013, khususnya proses penetapan dan pendaftaran peserta.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain perekrutan peserta sertifikasi guru sekaligus
dilakukan untuk perangkingan calon peserta tahun 2013-2015 oleh sistem terintegrasi
dengan data base NUPTK (nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan) yang
dipublikasikan secara online, penetapan sasaran/kuota per provinsi dan kabupaten/kota
berdasarkan keseimbangan usia dan keadilan proporsional jumlah peserta antar provinsi.

2.3 Legalitas Sertifikasi


Memasuki tahun 2007, Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen
Pendidikan Nasional, akan mulai menyelenggarakan program sertifikasi guru. Program
sertifikasi merupakan konsekuensi dari disahkannya produk hukum tentang pendidikan
yaitu:
1. UU RI No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. UU RI No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen.
3. PP RI No. 19/2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Secara umum, sertifikasi guru dapat dianggap sebagi amanah dari UU No. 20 Tahun
2001 tentang Sisitem pendidikan Nasional. Secara khusus, sertifikasi guru dilakukan dengan
mengacu ke UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan
tanggal 30 desember 2005, terutama pasal 8 dan 11.

5
Pasal 8 UUGD menyatakan: “…. guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Pasal 11 ayat 1 UUGD menyatakan: “…. sertifikasi pendidik sebagaimana dalam
pasal 8 diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan”.
Pasal 11 ayat 2 UUGD menyatakan: “…. sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
dan ditetapkan oleh Pemerintah”.
Pedoman operasional sertifikasi guru mengacu ke Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) No. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru Dalam
Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007. Dasar hukum yang digunakan sebagai
acuan pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi
bagi Guru dalam Jabatan.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru.
7. Fatwa/Pendapat Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor I.UM.01.02-
253.
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5 Tahun 2012 tentang Sertifikasi
Bagi Guru Dalam Jabatan.

2.4 Persyaratan
Persyaratan ujian sertifikasi dibedakan menjadi dua, yaitu persyaratan akademik dan
nonakademik. Adapun persyaratan akademik adalah sebagai berikut:

6
1. Bagi guru TK/RA , kualifikasi akademik minimum D4/S1, latar belakang pendidikan
tinggi di bidang PAUD, Sarjana Kependidikan lainnya, dan Sarjana Psikologi.
2. Bagi guru SD/MI kualifikasi akademik minimum D4/S1 latar belakang pendidikan tinggi
di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain, atau psikologi.
3. Bagi guru SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, kualifikasi akademik minimal D4/S1 latar
belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan.
4. Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam bidang akademik, dapat diusulkan
mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala sekolah, dewan guru,
dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang dinas dan kepala dinas pendidikan.
Sedangkan persyaratan nonakademik untuk ujian sertifikasi dapat didentifikasi
sebagai berikut:
1. Umur guru maksimal 56 tahun pada saat mengikuti ujian sertifikasi.
2. Prioritas keikutsertaan dalam ujian sertifikasi bagi guru didasarkan pada jabatan
fungsional, masa kerja, dan pangkat/golongan.
3. Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam nonakademik, dapat diusulkan
mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala sekolah, dewan guru,
dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang dinas dan kepala dinas pendidikan.
4. Jumlah guru yang dapat mengikuti ujian sertifikasi di tiap wilayah ditentukan oleh Ditjen
PMPTK berdasarkan prioritas kebutuhan

2.5 Prosedur Sertifikasi


1. Mekanisme Sertifikasi Guru
Mekanisme sertifikasi guru mengikuti dua jalur:
a. Melalui penilaian portofolio bagi calon guru dalam jabatan, dan
b. Melalui pendidikan profesi bagi calon guru.
Lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut:
a. Penilaian Portofolio bagi Guru Dalam Jabatan
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang
telah memenuhi standar kompetensi guru. Sertifikasi guru berfungsi untuk: (1)
menentuka kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran

7
dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) meningkatkan proses dan mutu
hasil pendidikan, (3) meningkatkan martabat guru,(4) meningkatkan profesionalitas
guru, (5) meningkatkan kesejahteraan guru.
Guru dalam jabatan adalah guru PNS dan Non PNS yang sudah mengajar
pada satuan pendidik, baik yang diselenggarakan pemerintah, pemerintah daerah,
maupun masyarakat, dan sudah mempunyai perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
Portofolio adalah bukti fisik (dokumen) yang menggambarkan pengalaman
berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam
interval waktu tertentu.
Menurut Muchlas Samani (2010) secara lebih spesifik dalam kaitan dengan
sertifikasi guru, portofolio guru berfungsi sebagai:
1) Wahana guru untuk menampilkan dan/ atau membuktikan unjuk kerjanya yang
melipti produktifitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan
pendukung.
2) Informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi
seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
3) Dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak
mendapatkan sertifikat pendidikan atau belum).
4) Dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan
kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan
guru.
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 18 Tahun 2007
tentang sertifikasi guru dalam jabatan, maka ada komponen-komponen portofolio
yang dijadikan sebagai pedoman dalam meniali aktivitas seorang guru sebagai
berikut:
1) Kualifikasi akademik, yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai
dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelar (S-1, S-2, atau S-3)
maupun nongelar (D-4 atau Post Graduate diploma), baik di dalam maupun
diluar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini dapat berupa ijasah
atau sertifikat diploma.

8
2) Pendidikan dan pelatihan, yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan
kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik, baik pada tingkat
kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik
komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari
lembaga penyelenggara diklat.
3) Pengalaman mengajar, yaitu masa kerja guru (termasuk guru bimbingan dan
konseling) dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan
tertentu sesuai dengan surat tugas dari lemabaga yang berwenang (dapat dari
pemerintah dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti
fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang
sah dari lembaga yang berwenang.
4) Perencanaan pembelajaran, yaitu persiapan mengelola pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini
paling tidak memuat perumusan tujuan/kompetensi, pemilihan dan
pengorganisasian materi, pemilihan sumber/media pembelajaran, skenario
pembelajaran, dan penilaian proses dan hasil belajar. Bukti fisik penilaian
pembelajaran berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP/RP/SP) hasil kerja
guru yang bersangkuatn sebanyak lima satuan yang berbeda.
5) Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru alam mengelola pembelajaran di
kelas dan pembelajaran individual. Kegiatan ini mencakup tahapan pra
pembelajaran (pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi), kegiatan inti
(penguasaan materi, startegi pembelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar,
evaluasi, serta penggunaan bahasa), dan penutup (refleksi, rangkuman, dan
tindak lanjut). Bukti fisik pelaksanaan pembelajaran berupa hasil penilaian oleh
kepala sekolah dan/atau pengawas terhadap kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran di kelas.
6) Penilaian dari atasan dan pengawas, yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi
kepribadian dan sosial. Aspek yang dinilai meliputi: ketaatan menjalankan
agama, anggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi
dan kreatifitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan

9
berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama. Penilaian dilakukan dengan
Format Penilaian Atasan.
7) Prestasi akedemik, yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait
dengan bidang keahliannya mendapatkan pengakuan dari lembaga/panitia
penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
maupun internasional. Komponen ini meliputi sebagai berikut:
a) Lomba karya akademik, yaitu juara lomba akademik atau karya akademik
(juara I, II, dan III) yang relevan dengan bidang studi/bidang keahlian, baik
pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional;
b) Karya monumental di bidang pendidikan atau nonkependidikan adalah karya
guru yang bersifat inovatif (belum ada sebelumnya) dan bermanfaat bagi
masyarakat (minimal tingkat kabupaten/kota);
c) Sertifikat keahlian/ keterampilan tertentu pada guru SMK dan guru olah raga,
dan capaian skor TOEFL;
d) Pembimbingan teman sejawat, yaitu guru yang melaksanakan tugas sebagai
instruktur, guru inti, tutor, pembimbingan guru yunior, dan pamong PPL
calon guru;
e) Pembimbingan siswa sampai mencapai ( juara I, II, dan III) atau tidak
mencapai juara sesuai dengan bidang studi/ keahliannya. Bukti fisik yang
dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang
dikeluarkan oleh lembaga /panitia penyelenggara.
8) Karya pengembangan profesi, yaitu meliputi suatu karya yang menunjukkan
adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru.
Komponen ini meliputi:
a) buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/ kota, provinsi, atau
nasional;
b) artikel yang dimuat dalam media jurnal/ majalah yang tidak terakreditasi,
terakreditasi, dan internasional;
c) reviewer buku, penyunting buku, penyunting jurnal, penulis soal
EBTANAS/UN/UASDA;

10
d) modul/diktat cetak lokal yang minimal mencakup materi pembelajaran
selama satu semester;
e) media/alat pembelajaran dalam bidangnya;
f) laporan penelitian di bidang pendidikan (individu/ kelompok); dan
g) karya teknologi (teknologi tepat guna) dan karya seni (patung, karya lukis,
musik, tari, suara, dan karya seni lainnya) yang relevan dengan bidang
tugasnya.
Bukti fisik karya pengembangan profesi berupa sertifikat/piagam/surat
katerangan dari pejabat yang berwenang disertai dengan bukti fisik yang dapat
berupa buku, artikel, deskripsi dan/atau foto hasil karya, laporan penelitian, dan
bukti fisik lain yang relevan serta telah disahkan oleh atasan langsung. Untuk
bukti fisik laporan penelitian, selain disahkan oleh atasan secara langsung juga
harus diketahui oleh kepala UPTD untuk guru SD dan kepala sekolah dinas
pendidikan kabupaten/ kota untuk guru SMP/ SMA/ SMK/ Pengawas.
9) Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi guru dalam kegiatan ilmiah
(seminar, semiloka, simposium, sarasehan, diskusi panel, dan jenis forum ilmiah
lainnya) pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional atau
internasional, baik sebagai nara sumber/pemakalah maupun sebagai peserta.
Komponen dibedakan ke dalam kategori relevan (R) dan tidak relevan (TR).
Relevan apabila tema/materi forum ilmiah mendukung kinerja profesional guru;
contoh guru mengikuti seminar pengembangan profesionalitas guru. Tidak
relevan apabila tema/materi forum ilmiah tidak mendukung kinerja profesional
guru; conto uru bidang studi Bahasa Indonesia mengikuti seminar ketahanan
pangan di Indonesia. Bukti fisik keikutsertaan dalam forum ilmiah berupa
makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara sumber/pemakalah, dan sertifikat/
piagam bagi peserta.
10) Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu keikutsertaan
guru menjadi pengurus organisasi kependidikan atau organisasi sosial pada
tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau
internasional, dan/atau mendapat tugas tambahan.

11
11) Penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan yaitu penghargaan yang
diperoleh karena guru atas dedikasinya dalam pelaksanaan tugas sebagai
pendidik dan/atau bertugas di Daerah Khusus dan memenuhi kriteria kuantatif
(lama waktu, hasil, lokasi/geografis), dan kualitatif (komitmen, etos kerja), baik
pada tingkat satuan pendidikan, desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, nasional maupun internasional. Contoh penghargaan yang dapat dinilai
antara lain tingkat nasional: Satyalencana Karya Satya 10 Tahun, 20 Tahun, dan
30 Tahun; tingkat provinsi/ kabupaten/ kecamatan/ kelurahan/ satuan
pendidikan; penghargaan guru kreatif/guru favorit/guru inovatif, dan
penghargaan yang tidak dinilai antara lain penghargaan panitia pemilu (KPPS),
penghargaan dari partai. Bukti fisik komponen ini berupa sertifikat, piagam, atau
surat keterangan yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang

b. Pendidikan Profesi bagi Calon Guru


Pendidikan dan pelatihan profesi guru (Diklat Profesi Guru/DPG) adalah
program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi yang
memiliki otoritas untuk melaksanakan sertifikasi bagi guru peserta sertifikasi yang
belum lulus penilaian portofolio. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan profesi guru
diakhiri dengan ujian yang mencakup kompetensi guru dibidang: (1) pedagogik, (2)
kepribadian, (3) sosial, dan (4) professional.

2.6 Hak dan Kewajiban Guru Penerima Sertifikasi


Dalam pasal 15 ayat (1) UUGD dinyatakan bahwa pemerintah memberikan
tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang diangkat oleh
penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat.
Ayat (2) menyatakan tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah pada tingkat, masa kerja, dan
kualifikasi yang sama. Ayat (3) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dialokasikan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan/atau anggaran

12
pendapatan dan belanja daerah (APBD).A yat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tunjangan
profesi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
Guru yang telah mendapatkan sertifikat profesi berhak untuk mendapatkan tunjangan
profesi sebesar satu bulan gaji pokok. Persyaratan guru yang mendapatkan tunjangan adalah
sebagai berikut:
1. Guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang telah memiliki
sertifikat pendidik, nomor registrasi guru profesional dari Departemen Pendidikan
Nasional, dan melaksanakan beban kerja guru sekurangkurangnya 24 (dua puluh empat)
jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu
kali gaji pokok yang dibayarkan melalui Dana Alokasi Umum terhitung mulai bulan
Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik.
2. Guru Pegawai negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah yang telah memeiliki sertifikat
pendidik, nomor registrasi guru profesional dari Departemen Pendidikan Nasional, dan
melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap
muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji
pokok yang dibayarkan melalui APBN terhitung mulai bulan.
3. Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat Guru Non Pegawai negeri
Sipil yang diangkat oleh badan hukum penyelenggara pendidikan yang telah memiliki
sertifikat pendidik, nomor registrasi guru profesional dari Departemen Pendidikan
Nasional, dan melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat)
jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu
kali gaji pokok yang dibayarkan melalui Dana Dekonsentrasi terhitung mulai bulan
Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik.
Guru yang melaksanakan beban kerja di luar ketentuan sebagaimana dimaksud di
atas memperoleh tunjangan profesi setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri
Pendidikan Nasional atau pejabat yang ditunjuk. Apabila guru belum bisa memenuhi 24 jam
per minggu maka disarankan untuk mengajar di sekolah lain pada mata pelajaran atau
bidang studi yang sama dengan bidang studi yang disertifikasi. Dapat juga dengan
melakukan team teaching dengan memperhatikan kaidah-kaidah team teaching yang
sesungguhnya.

13
UU RI NO.14/2005 tentang Guru dan Dosen, menjelaskan tentang hak-hak yang
berhak diterima guru selama menjalankan tugas profesionalnya adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraansosial.
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan
intelektual.
4. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
akademikdan kompetensi.
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasana pembelajaran ntuk
menunjangkelancaran tugas keprofesionalan.
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan,kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan.
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
8. Memiliki kekebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
9. Memiliki kesempatan untuk berperan alam penentuan kebijakan pendidikan.
10. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Setelah menerima haknya sebagai guru yang profesional, setelah menerima sertifikat
hendaknya guru melaksanakan kewajiban sebagi berikut:
1. Merencanakan, melaksanakan, menilai, dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
2. Secara kontinyu meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensisejalan dengan perkembangan iptek.
3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, dan kondisi fisik ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.
4. Menjungjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta
nilai-nilai agama dan etika; dan
5. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bengsa.

14
2.7 PPG (Pendidikan Profesi Guru)
Nasanius Y. mengatakan profesi guru merupakan kemampuan yang tidak dimiliki
oleh masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti pendidikan keguruan.
Beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga pendidik antara lain:
1. Sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar, membimbing dan melatih.
2. Pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat merealisasikan seluruh kemampuan
kemanusiaan yang ia miliki.
3. Sebagai petugas kemaslahatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk
menjadi warga negara yang baik.
Menurut UU No 20/2003 tentang SPN pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi
setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus. Dengan demikian program PPG adalah program
pendidikan yang diselenggarakan untuk lulusan S-1 Kependidikan dan S-1/D-IV Non
Kependidikan yang memiliki bakat dan minat menjadi guru, agar mereka dapat menjadi
guru yang profesional sesuai dengan standar nasional pendidikan dan memperoleh sertifikat
pendidik.
Tujuan dilaksanakannya pendidikan profesi guru adalah untuk menghasilkan calon
guru yang mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Tujuan umum PPG tersebut
tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yaitu menghasilkan calon guru yang
memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Mekanisme Pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru terdiri dari:
1. Seleksi Administrasi oleh Dinas Pendidikan
a. Guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik S-1 atau D-IV yang
tidak sesuai dengan mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau satuan pendidikan
(TK dan SD) yang diampu, mengikuti pendidikan profesi berdasarkan mata pelajaran
atau rumpun mata pelajaran dan atau satuan pendidikan yang diampunya.
b. Calon peserta PPG mendaftar ke Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota dengan
menyerahkan berkas yang terdiri dari:

15
1) Format isian calon peserta PPG (Format P1).
2) Foto copy ijazah S-1/D-IV yang sudah dilegalisasi oleh perguruan tinggi asal atau
Kopertis untuk lulusan PTS yang sudah tidak beroperasi.
3) Foto kopi SK pengangkatan sebagai PNS bagi guru PNS, SK GTY atau SK dari
Pemda bagi guru bukan PNS.
4) Foto kopi SK pengangkatan sebagai guru bukan PNS (guru tetap pada satuan
pendidikan tempat yang bersangkutan mengajar) dari kepala sekolah dan atau
yayasan.
5) Surat pernyataan kesediaan mengikuti pendidikan dan meninggalkan tugas
mengajar yang ditandatangani oleh yang bersangkutan dan kepala sekolah.
6) Surat persetujuan dari Kepala Sekolah dan diketahui oleh Dinas Pendidikan.
7) Surat keterangan berbadan sehat dari dokter.
8) Surat keterangan bebas napza dari instansi yang berwenang.
c. Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan seleksi administrasi calon
peserta PPG dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan dokumen.
d. Calon peserta PPG yang dinyatakan lulus seleksi administrasi selanjutnya dikirim ke
LPTK dalam daftar hasil seleksi administrasi calon peserta PPG dalam bentuk cetakan
(hardcopy) dan file (softcopy) (Format P2).

2. Seleksi Akademik oleh LPTK


a. LPTK melakukan verifikasi dokumen berdasarkan dokumen yang dikirim oleh Dinas
Pendidikan Provinsi atau Kabupaten atau Kota.
b. LPTK melakukan seleksi akademik menggunakan tes dan non tes yang meliputi:
1) Tes penguasaan bidang studi (sesuai dengan program PPG yang akan diikuti).
2) Tes kemampuan bahasa Inggris.
3) Tes potensi akademik.
4) Penelusuran minat dan bakat melalui wawancara dan observasi kinerja.
c. LPTK menetapkan hasil seleksi sesuai dengan kuota yang telah ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan Nasional dan melaporkan ke Direktorat Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (Dit. Diktendik) Ditjen Dikti dan Badan Pengembangan Sumber Daya

16
Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMP & PMP) dengan
menggunakan Format P3.
d. Peserta PPG yang dinyatakan lulus seleksi dan diterima untuk mengikuti program
PPG diberikan pemantapan kompetensi akademik kependidikan dan kompetensi
akademik bidang studi, tidak perlu mengikuti matrikulasi. Pelaksanaan pemantapan
dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan workshop.

2.8 Uji Komptensi Guru (UKG)


UKG atau Uji Kompetensi Guru adalah ujian bagi guru untuk mengukur kompetensi
yang berkaitan dengan bidang studi dasar serta pedagogik yang menjadi ruang lingkup guru.
Kompetensi pedagogik yang diujikan merupakan bentuk implementasi antara kompetensi
pedagogik dan bidang studi guru saat mengajar di dalam kelas.
Tujuan utama dilaksanakannya UKG adalah sebagai berikut.
1. Memetakan tingkat kompetensi guru, misalnya kompetensi pedagogik dan
profesional.
2. Membina dan mengembangkan profesi guru sebagai tindak lanjut PKB
(Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan).
3. Sebagai langkah awal untuk seleksi mengikuti PPG
4. Mengontrol kinerja guru.
5. Kompetensi UKG
6. Kompetensi yang diujikan dalam UKG meliputi kompetensi pedagogik dan
profesional (bidang studi Bapak/Ibu).
Untuk penjabaran masing-masing kompetensi adalah sebagai berikut.
1. Kompetensi pedagogik
Standar kompetensi pedagogik meliputi:
a. Mampu mengenali karakter dan potensi peserta didik;
b. Memahami serta menguasai teori belajar dan prinsip pembelajaran yang efektif;
c. Membuat rencana dan pengembangan kurikulum; dan
d. Memberikan nilai dan melakukan evaluasi pada pembelajaran.
2. Kompetensi profesional
a. Standar kompetensi profesional meliputi:

17
b. Kemampuan dalam menguasai materi, teori, struktur, konsep, serta pola pikir
keilmuan untuk mengembangkan mata pelajaran yang diampu;
c. Memberikan tindakan reflektif untuk mengembangkan keprofesian; dan
d. Integrasi guru dalam menyampaikan materi dan tindakan dalam pembelajaran.
Syarat Peserta UKG
1. Untuk mengikuti UKG, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu sebagai
berikut.
2. Guru yang belum sertifikasi atau belum memiliki sertifikat pendidik.
3. Guru PNS dan bukan PNS (GTY) yang mengajar di sekolah swasta serta guru
honorer yang mengabdi di sekolah negeri dengan pengangkatan dari Bupati/Walikota.
4. Sudah memiliki NUPTK.
5. Mata pelajaran yang diampu harus sesuai dengan kualifikasi akademik. Misalnya,
Bapak/Ibu lulus dari Pendidikan Kimia, maka Bapak/Ibu harus mengampu mata
pelajaran Kimia. Jika tidak linear, Bapak/Ibu tidak bisa mengikuti UKG.

2.9 Profesionalisme dalam Jabatan


Tuntutan keprofesionalan suatu pekerjaan pada dasarnya melukiskan sejumlah
persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan memangku pekerjaan tersebut.
Tanpa dimilikinya sejumlah persyaratan tersebut, maka seseorang tidak dapat dikatakan
profesional. Dengan demikian ia tidak memiliki kompetensi untuk pekerjaan tersebut. Guru
merupakan pekerjaan profesi, karenanya LPTK telah menerapkan kurikulum yang
berdasarkan kompetensi. Kompetensi guru mencakup empat hal penting yaitu kompetensi
personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi paedagogik. Dalam
hubungannya dengan tenaga profesional kependidikan, kompetensi menunjuk pada
performance atau perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi dalam
pelaksanaan tugas-tugas kependidikan mencakup karakteristik-karakteristik prasyarat yang
meliputi: relevan dengan pengajaran dan berorientasi pada kualitas.
Profesi menunjuk pada suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut
keahlian,tanggung jawab, dan kesetiaan terhadap pekerjaan itu. Sedangkan
profesionalmenunjuk dua hal, yakni orangnya dan penampilan atau kinerja orang itu
dalammelaksanakan tugas atau pekerjaannya. Sementara profesionalisme menunjuk

18
kepadaderajat atau tingkat penampilan seseorang sebagai seorang profesional
dalammelaksanakan profesi yang mulia itu (Syamsudin :1999).
Dengan memperhatikan definisi tersebut, maka pengertian pendidik yang tertuang di
dalam Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahuan 2003 tentangSistem Pendidikan
Nasional, dalam pasal 39 yaitu: Pasal (1) Tenaga kependidikan bertugas melaknsakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayaran teknis untuk
menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pasal (2), Pendidik merupakan tenaga
profesional yang bertugas merencanakan danmelaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi.
Sebagai tenaga profesional, maka pendidik dikenal sebagai salah satu jenisdari
sekian banyak pekerjaan (accupation) yang memerlukan bidang keahlian khusus, seperti
dokter, insinyur, tentara, wartawan dan bidang pekerjaan lain yangmemerlukan bidang
keahlian yang lebih spesifik. Dalam dunia yang semakin maju,semua bidang pekerjaan
memerlukan adanya spesialisasi, yang ditandai dengan adanya standar kompetensi tertentu,
termasuk guru sebagai profesi (Suparlan, 2006).
Seorang pendidik yang telah memiliki sertifikat, maka secara langsung orangakan
menyimpulkan bahwa ia adalah seorang pendidik yang profesional.Indikasinya, karena ia
telah lulus ujian kompetensi. Namun demikian tidak ada jaminan bahwa seorang pendidik
yang telah lulus ujian kompetensi akan menjadi pendidik yang profesional, meskipun tataran
ideal yang diharapkan dari adanya ujiankompetensi tersebut adalah untuk menciptakan
pendidik yang profesional.Profesionalisme adalah sebuah istilah yang diperoleh setelah
melalui sebuah prosestahapan tertentu. Karena ia telah melewati tahapan tertentu itulah,
maka itu ia disebut profesional.

2.10 Dampak Sertifikasi Terhadap Kesejahteraan dan Kinerja Guru


1. Kesejahteraan Guru
Secara hakiki dapat dikatakan bahwa sejahtera tidak dapat diukur, karena
sejahtera berarti terpenuhinya seluruh kebutuhan lahir dan bathin, sandang, pangan dan
papan. Di dalam terminologi ilmu sosial, kesejahteraan banyak diukur dari sisi fisik
atau ekonomi, dimana pengukuran tingkat kesejahteraan dari sisi fisik misalnya

19
menggunakan Human Development Index (Indeks Pembangunan Manusia), Physical
Quality Life Index (Indeks Mutu Hidup); Basic Needs (Kebutuhan Dasar); dan
GNP/Kapita (Pendapatan Perkapita).
Isjoni (2000) mengemukakan bahwa tingkat kesejahteraan seorang guru dapat
dilihat melalui indikator-indikator sebagai berikut:
a. Penghasilan setiap bulan mampu mencukupi kebutuhan pokok keluarga sehari-hari
secara tetap dan berkualitas.
b. Kebutuhan pendidikan keluarga dapat terpenuhi secara baik dan optimal.
c. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan pendidikan berkelanjutan serta
mengembangkan diri secara profesional.
d. Memiliki kemampuan untuk mengembangkan komunikasi ke berbagai arah sesuai
dengan kapasitasnya, baik dengan memanfaatkan teknologi maupun secara
konvensional.
Dalam kaitannya dengan kesejahteraan finansial, tolak ukur pertama untuk
melihat tingkat kesejahteraan guru dapat dilihat dari gaji menurut golongannya sesuai
dengan Undang-undang No. 43 tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian antara
lain sebagai berikut:
a. Golongan IIa ± Rp. 725.600,00 s/d Rp. 1.047.100,00
b. Golongan IIb ± Rp. 782.000,00 s/d Rp. 1.091.400,00
c. Golongan IIc ± Rp. 815.000,00 s/d Rp. 1.137.600,00
d. Golongan IId ± Rp. 849.500,00 s/d Rp. 1.185.000,00
e. Golongan IIIa ± Rp. 905.400,00 s/d Rp. 1.292.100,00
f. Golongan IIIb ± Rp. 937.700,00 s/d Rp. 1.346.800,00
g. Golongan IIIc ± Rp. 983.600,00 s/d Rp. 1.403.800,00
h. Golongan IIId ± Rp. 1.025.200,00 s/d Rp. 1.463.200,00
i. Golongan IVa ± Rp. 1.068.600,00 s/d Rp. 1.525.100,00
j. Guru Bantu ± Rp. 465.000,00
k. Guru wiyata bakti ± Rp. 75.000,00.76
Dalam kaitannya dengan program sertifikasi, sebagaimana diatur, dalam proses
sertifikasi guru, baik jalur pendidikan maupun portofolio, yang telah dinyatakan lulus
akan mendapatkan tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok. Surat Keputusan

20
Tunjangan Profesi (SKTP) terbit setelah berkas usulan masuk ke Dirjen PMPTK. Yang
dimaksud tunjangan profesi adalah sebagai berikut : “Tunjangan profesi adalah
tunjangan yang diberikan kepada guru dan dosen yang memiliki sertifikat pendidik
sebagai penghargaan atas profesionalitasnya.” 77 Kemudian diatur lebih lanjut sebagai
berikut : Pasal 3 (1) Guru dan dosen yang telah memiliki sertifikat pendidik dan
memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan diberi
tunjangan profesi setiap bulan. (2) Tunjangan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan kepada guru dan dosen pegawai negeri sipil dan bukan pegawai negeri
sipil. Pasal 7 Tunjangan profesi bagi guru diberikan terhitung mulai bulan Januari
tahun berikutnya setelah yang bersangkutan mendapat Nomor Registrasi Guru dari
Departemen.
Tunjangan profesi dipandang sebagai salah satu bentuk peningkatan
kesejahteraan guru yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok bagi guru yang
memiliki sertifikat pendidik dan memenuhi persyaratan lainnya. Pada tahun 2007
tunjangan profesi telah disalurkan dari pusat langsung ke rekening masing-masing guru
penerima. Sedangkan pada tahun 2008 dan 2009, tunjangan profesi disalurkan melalui
dana dekonsentrasi di masing-masing dinas pendidikan provinsi. Mulai tahun 2010
tunjangan profesi bagi sebagian guru pegawai negeri sipil daerah (PNSD) dibayarkan
melalui mekanisme transfer ke daerah di kantor dinas pendidikan kabupaten/kota
masing-masing. Sedangkan tunjangan profesi guru bukan PNS dan sebagian guru PNS
masih tetap disalurkan melalui dana dekonsentrasi di dinas pendidikan provinsi
masing-masing.

2. Kinerja Guru
Kinerja yang sering disebut dengan performance juga disebut hasil atau result
yang berarti apa yang telah dihasilkan oleh individu pegawai. Menurut Hasibuan,
“kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan
kesungguhan serta waktu”.
Mengingat pentingnya kedudukan seorang guru di dalam proses belajar
mengajar maupun upaya pencapaian hasil kerja organisasi (lembaga) pendidikan secara

21
keseluruhan, maka sudah tentu sangat dibutuhkan kinerja yang optimal dari seorang
guru. Pengukuran kinerja dapat dilihat dari kualitas pekerjaan, kuantitas dan ketepatan
waktu penyelesaian pekerjaan, kemudian dapat pula dilihat pada tingkat absensi dan
disiplin kerja yang merupakan bentuk tanggungjawab karyawan.
Kriteria pengukuran kinerja tersebut akan berbeda antara pekerjaan yang satu
dengan yang lainnya, bergantung pada jenis pekerjaan dan tujuan organisasi yang
bersangkutan. Standar kinerja perlu dirumuskan untuk dijadikan acuan dalam
mengadakan penilaian, yaitu membandingkan apa yang dicapai dengan apa yang
diharapkan. Standar kinerja dapat dijadikan patokan dalam mengadakan
pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dilaksanakan.
Berkenaan dengan standar kinerja guru, Piet A. Sahertian menyatakan sebagai
berikut: “….bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru dalam
menjalankan tugasnya seperti: (1) bekerja dengan siswa secara individual, (2) persiapan
dan perencanaan pembelajaran, (3) pendayagunaan media pembelajaran, (4)
melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar, dan (5) kepemimpinan yang
aktif dari guru”.88 Kinerja guru mempunyai spesifikasi tertentu. Kinerja guru dapat
dilihat dan diukur berdasarkan spesifikasi/kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap guru. Berkaitan dengan kinerja guru, wujud perilaku yang dimaksud adalah
kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana seorang guru merencanakan
pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil belajar.
Makmun mengemukakan definisi tentang guru yang terkait sangat erat dengan
tugas kewajiban seorang guru seperti berikut ini. ”Guru adalah orang dewasa yang
karena jabatannya secara formal selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat
(dalam hal mengajar dan mendidik) sehingga memungkinkan bagi terjadinya proses
pengalaman belajar (learning experiences) pada diri siswa, dengan mengerahkan segala
sumber daya (learning resources) dan menggunakan strategi belajar mengajar (teaching
learning strategies) yang tepat (appropriate)” Kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
seorang guru menurut Kurikulum 2004 adalah melakukan transformasi dan
internalisasi keilmuan dan kepribadian sehingga timbul perubahan yang mengarah
kepada terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

22
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Perubahan-perubahan tersebut
dilakukan melalui pemberitahuan berbuat dan merencana sikap.
Lebih lanjut berkaitan dengan hasil kerja ini, maka bagi seorang guru hasil
kerjanya yaitu dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Menurut Uno, tugas
sebagai seorang guru, jika dilihat dalam kegiatannya sehari-hari, meliputi tiga tugas
utama, yakni (1) merencanakan pendidikan/ pembelajaran, (2) mengelola pendidikan/
pembelajaran, dan (3) menilai proses pembelajaran.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan.
Sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan kepada guru yang telah
memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan
tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi.
Sertifikasi guru dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan guru. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan
profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memilki sertifikasi pendidik.
Sertifikasi guru berprinsip pada pelaksanaan yang objektif, transparan akuntabel,
terencana, sistematis,sesuai peraturan dan perundang-undangan, dan berujung pada
peningkatan guru dan kesejahteraan guru. Sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan
mutu dan menentukan kelayakkan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan kompetensi
peserta agar mencapai kompetensi yang ditentukan.Persyaratan ujian sertifikasi dibedakan
menjadi dua, yaitu persyaratan akademik dan non akademik.

3.2 Saran
Sertifikasi guru dalam proses pelaksanaannya sudah sangat baik untuk
meningkatkan kualitas guru pendidik di Indonesia. Dalam pelaksanaannya juga sudah
cukup baik. tapi, ada beberapa hal yang harus digaris bawahi mengenai sertifikasi guru
yang terdapat pada daerah jauh diluar kota atau perbatasan. Banyak guru yang belum
memiliki sertifikasi, sehingga tujuan dari meningkatkan pendidikan bagi Indonesia belum
berkerja secara menyeluruh. Apalagi kita ketahui bahwa untuk mengikuti sertifikasi
diperlukan beberapa persyaratan yang dalam kenyataannya guru di daerah perbatasan
masih kurang dalam syarat namun dibutuhkan disana.

24
DAFTAR PUSTAKA

Bakar, Yunus Abu, dkk. 2009 . Profesi Keguruan. Jakarta: Gramedia Maisah.
Martinis Yamin. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada.
Mariana, Dwi Dina. 2018. “Sertifikasi Guru”. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
(STKIP Kumala Metro Lampung). https://pdfcoffee.com/makalah-sertifikasi-gurudocx-
pdf-free.html. Diunduh pada tanggal 4 September 2021, pukul 21.09 WIB.
Mulyasa. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Siahaan, Sudirman dan Martiningsih. 2018. “Seputar Sertifikasi Guru”. Jurnal Teknodik. Vol.
XII No. 1. 90 – 106.
Welya, Roza. 2020. “Sistem Pembinaan Suatu Profesi Guru”. Universitas Bung Hatta. Padang.
https://www.researchgate.net/publication/340515770_SISTEM_PEMBINAAN_PROFES
I_GURU_SUATU_PENGANTAR. Diakses pada tanggal 4 September 2021, pukul 21.47
WIB.

25

Anda mungkin juga menyukai