Disusun Oleh :
(Kelompok 5)
2017
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-NYA, sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik . Tidak lupa kami
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan materi maupun pikirannya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat menambah pengetahuan
mengenai Sertifikasi Guru, yang kami sajikan dan didapat dari berbagai sumber
informasi, referensi, dan berita. Makalah ini berisi tentang pengertian, tujuan,
manfaat, dasar hukum serta pola Sertifikasi Guru.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan menjadi bacaan yang baik kepada pembaca khususnya para
mahasiswa Universitas Negeri Jakarta. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Martinis Yamin & Maisah . 2010. STANDARISASI KINERJA GURU . Jakarta : Gaung Persada.
2. Martinis Yamin & Maisah . 2010. STANDARISASI KINERJA GURU . Jakarta : Gaung Persada.
3. Undang- Undang no 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.
1
Banyak kalangan yang pesimis dengan adanya sertifikasi guru dan dosen
ini, khususnya bagi mereka yang sampai saat ini belum memiliki kualifikasi
akademik ( S1 atau Diploma empat (D4)) namun tak sedikit yang merasa
gembira dan berbahagia terutama bagi mereka yang sudah dinyatakan lulus
karena sudah barang tentu setelah dinyatakan lulus, sudah ada jaminan bagi
mereka bahwa pemerintah segera akan membayar tunjangan profesi
tersebut, sebuah harapan sekaligus tantangan menuju guru profesional.
Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan, antara lain menata sarana dan prasarana, mengutak atik
kurikulum, meningkatkan kualitas guru melalui peningkatan kualifikasi
pendidikan guru, memberikan berbagai diklat atau pelatihan sampai pada
meningkatkan tunjangan profesi guru dalam arti meningkatkan
kesejahteraan guru.
Kebijakan sertifikasi profesi atau pemberian tunjangan profesi merupakan
bentuk nyata pengakuan pemerintah kepada profesi guru dan tenaga
kependidikan. Kendati memang, pengakuan atau penghargaan terhadap
eksistensi profesi guru dan tenaga pendidikan, tidak selamanya berbentuk
finansial. Namun pemberian tunjangan profesi adalah bagian penting yang
tidak dipisahkan dari pengakuan pemerintah dan masyarakat terhadap
profesi keguruan.
Sertifikasi guru merupakan sebuah terobosan dalam dunia pendidikan
untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke
depan semua guru harus memiliki sertifikat sebagai lisensi atau ijin mengajar.
Dengan demikian, upaya pembentukan guru yang profesional di Indonesia
segera menjadi kenyataan dan diharapkan tidak semua orang dapat menjadi
guru dan tidak semua orang menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan
untuk memperoleh pekerjaan seperti yang terjadi belakangan ini. Dewasa ini,
fenomena yang terkait dengan sertifikasi guru adalah guru sebagai tenaga
pendidik yang sering disebut sebagai agent of learning (agen pembelajaran)
menjadi sosok yang cenderung certificate-oriented bukan program-oriented.
2
6. Apa saja pola di Sertifikasi Guru?
7. Bagaimana prosedur Sertifikasi Guru?
8. Apa saja Instrumen Sertifikasi Guru?
1.3 Tujuan
Tujuan utama dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4. Wikipedia
5. Mulyasa. 2008 . Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru . Bandung : Remaja Rosdakarya . hlm 34
6. Ibid., hlm. 35
4
Sertifikasi guru dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi
dengan peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara
berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa tunjangan
profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memilki sertifikasi
pendidik.
Pada hakikatnya sertifikasi merupakan suatu usaha pemerintah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dengan meningkatkan kualitas
guru serta kesejahteraannya. Untuk meningkatkan kualitas guru dengan
karakteristik yang dinilai kompeten maka salah satu caranya adalah dengan
sertifikasi.
7. M artinis Yamin & Maisah . 2010. STANDARISASI KINERJA GURU . Jakarta : Gaung Persada.
5
Berdasarkan kepentingan , maka dalam Undang- Undang Guru dan Dosen
dengan tegas dirumuskan pada pasal 16, bahwa pemerintah memberikan
tunjangan profesi guru yang diangkat oleh pemerintah dan satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang memiliki sertifikat
pendidik yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok yang diangkat oleh
pemerintah pada tingkatan masa kerja dan kualifikasi yang sama. Tunjangan
profesi ini dialokasikan dalam APBN dan APBD. Subtansi yang sama bagi
dosen diatur dalam pasal 53 UUGD. Dengan demikian maka diskriminasi
antara guru dan dosen yang berstatus PNS dan non PNS tidak akan terjadi
lagi[8].
Sertifikasi pendidik bagi guru diatur dalam pasal 11 ayat (2) dan (3)
Undang- undang Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa sertifikat
pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga pendidikan yang telah terakreditasi yang ditetapkan oleh
pemerintah dan dilaksanakan secara transparan, objektif dan akuntabel.
Setiap orang yang memiliki sertifikat pendidik itu memiliki kesempatan yang
Sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu (pasal
12 UUGD)[9].
Agar sertifikat pendidik dapat diperoleh oleh guru yang berstatus PNS dan
Non PNS tanpa banyak hambatan, maka pemerintah dan pemerintah daerah
wajib menyediakan anggaran, termasuk untuk meningkatkan kualifikasi
akademik ( pasal 13 ayat 1 UUGD ). Selain tunjangan profesi, bagi guru yang
memiliki sertifikat pendidik, dan yang belum tersertifikasi akan disediakan
oleh Negara tunjangan fungsional atau tunjangan sejenis kepada guru, baik
yang berstatus PNS maupun Non PNS. Tunjangan yang dimaksud ini
dialokasikan Dalam APBN dan atau APBD, sehingga tidak ada keraguan
bahwa tunjangan ini tidak akan dilaksanakan oleh pemerintah ( pasal 17
UUGD)[10].
Undang- Undang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa pendidik dan
pekerja profesional yang berhak mendapatkan hak- hak sekaligus kewajiban
profesional. Dengan demikian pendidik diharapkan mengabdi secara total
pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi tersebut.
6
Didalam UUGD ditentukan bahwa :
Seorang pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi pendidik
sebagai agen pembelajaran, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional (Pasal 8).
Kualifikasi akademik diperoleh melalui perguruan tinggi program sarjana ( S1
) atau program diploma empat ( D-IV ) yang sesuai dengan tugasnya sebagai
guru ( pasal 9 ) dan S-2 untuk dosen ( Pasal 46 ).
Kompetensi profesi pendidik memiliki kompetensi pedagogig, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi ( Pasal 19 ).
11. Mulyasa. 2008 . Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru . Bandung : Remaja Rosdakarya . Hlm. 34.
7
(3) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan.
Program sertifikasi pendidik dilaksanakan dalam rangka memenuhi amanat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
(4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
Agar pelaksanaan program sertifikasi dapat berjalan dengan efektif dan
efesien harus direncanakan secara matang dan sistematis. Sertifikasi
mengacu pada kompetensi guru dan standar kompetensi guru. Kompetensi
guru mencakup empat kompetensi pokok yaitu kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional, sedangkan standar kompetensi guru
mencakup kompetensi inti guru yang kemudian dikembangkan menjadi
kompetensi guru TK/RA, guru kelas SD/MI, dan guru mata pelajaran. Untuk
memberikan sertifikat pendidik kepada guru, perlu dilakukan uji kompetensi
melalui penilaian portofolio.
(5) Jumlah peserta sertifikasi guru ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk alasan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan sertifikasi guru serta
penjaminan kualitas hasil sertifikasi, jumlah peserta pendidikan profesi dan
uji kompetensi setiap tahunnya ditetapkan oleh pemerintah. Berdasarkan
jumlah yang ditetapkan pemerintah tersebut, maka disusunlah kuota guru
peserta sertifikasi untuk masing-masing Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Penyusunan dan penetapan kuota tersebut didasarkan atas jumlah data
individu guru per Kabupaten/ Kota yang masuk di pusat data Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
12. Mulyasa. 2008 . Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru . Bandung : Remaja Rosdakarya . Hlm. 35.
8
(3) Bagi guru SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, kualifikasi akademik minimal
D4/S1 latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
(4) Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam bidang akademik,
dapat diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari
kepala sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang
dinas dan kepala dinas pendidikan.
Persyaratan nonakademik untuk ujian sertifikasi dapat didentifikasi
sebagai berikut:
(1) Umur guru maksimal 56 tahun pada saat mengikuti ujian sertifikasi.
(2) Prioritas keikutsertaan dalam ujian sertifikasi bagi guru didasarkan pada
jabatan fungsional, masa kerja, dan pangkat/golongan.
(3) Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam nonakademik, dapat
diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari kepala
sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala cabang dinas
dan kepala dinas pendidikan.
(4) Jumlah guru yang dapat mengikuti ujian sertifikasi di tiap wilayah
ditentukan oleh Ditjen PMPTK berdasarkan prioritas kebutuhan
9
(2) Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak
berkualitas dan profesional.
(3) Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan
jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.
(4) Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan
internal dan tekanan eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang berlaku.
(5) Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.
10
2.6.1 Portofolio Sertifikasi Guru[13]
Portofolio adalah bukti fisik (dokumentasi) yang menggambarkan
pengalaman berkarya, kreasi dan prestasi yang dicapai oleh seorang guru
dalam menjalankan tugas profesi dalam interval waktu tertentu. Fungsi
portofolio dalam sertifikasi guru dalam jabatan adalah untuk menilai
kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen
pembelajaran. Portofolio juga berfungsi sebagai:
(1) Wahana guru untuk menampilkan dan atau membuktikan unjuk kerjanya
yang meliputi produktivitas, kualitas dan relevansi melalui karya- karya
utama dan pendukung,
(2) Informasi (buta) dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan
kompetensi seorang guru bila dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan,
(3) Dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti uji sertifikasi
(layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum)
(4) Dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk
menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan
dann pemberdayaan guru.
13. Yunus Abu Bakar, dkk. 2009 . Profesi Keguruan. Hlm 11-16.
11
Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 18 Tahun 2007
tentang sertifikasi guru dalam jabatan, maka ada komponen-komponen
portofolio yang dijadikan sebagai pedoman dalam meniali aktivitas seorang
guru sebagai berikut:
Kualifikasi akademik, yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai
sampai dengan guru yang bersangkutan mengikuti sertifikasi, baik pendidikan
bergelar (S1, S2, dan S3) maupun pendidikan nongelar (D4 atau Post
Graduate diploma ) baik dalam maupun luar negeri. Bukti fisik yang terkait
dalam komponen ini dapat berupa ijasah atau sertifikat diploma.
Pendidikan dan pelatihan, yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan
pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan atau
peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada
tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Bukti fisik kompetensi ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau
surat keterangan dari lembaga penyelenggara diklat.
Pengalaman mengajar, Yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas
sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas
dari lembaga yang berwenang ( dapat dari pemerintah, dan atau kelompok
masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat
berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang
berwenang.
Perencanaan pembelajaran, yaitu persiapan pengelolah pembelajaran yang
akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan
pembelajaran paling tidak memuat perumusan tujuan/kompetensi,
pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media
pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik
dari komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran ( RP / RPP /
SP ) yang diketahui / disahkan oleh atasan. Sedangkan, Pelaksanaan
pembelajaran, yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran dikelas.
Kegiatan ini mencakup kegiatan pra pembelajaran ( pengecekan kesiapan
kelas dan aperseri ), kegiatan inti ( penguasaan materi, strategi
pembelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar, evaluasi, penguasaan
bahasa ) dan penutu ( refleksi, rangkuman dan tindak lanjut ). Bukti fisik yang
dilampirkan berupa dokumen hsil penilaian kepala sekolah dan atau
pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran ynag dikelola oleh guru.
Penilaian Dari Atasan dan Pengawas, yaitu penilaian atasan terhadap
kompetensi kepribadian dan sosial yang meliputi aspek- aspek ketaatan
menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,
keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas, kemampuan menerima kritik
dan saran, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama.
Prestasi Akademik, yaitu prestasi yang dicapai guru utamanya yang terkait
dengan bidang keahlian yang mendapat pengakuan dari lembaga/ paniti
penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik (
juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau
12
non pendidikan ). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan,
surat keterangan, atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia
penyelenggara.
Karya Pengembangan Profesi, yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya
upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen
ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi,
nasional, artikel yang dimuat dalam media jurnal/ majalah/ surat kabar,
menjadi reviwer buku, penulis soal ebtanas/ UN, modul/buku cetak lokal (
kabupaten atau kota) yang minimal mencakup materi pembelajaran satu
semester, media/ alat pembelajaran, laporan penelitian dan karya seni. Bukti
fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang.
Keikut Sertaan Dalam Forum Ilmiah, yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah
yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, internasional baik sebagai pemakalah
maupun sebagai peserta, bukti fisik yang dilampirkan dalam komponen ini
berupa makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara sumber dan sertifikat/
piagam bagi peserta.
Pengalaman Organisasi Di Bidang Pendidikan Dan Sosial, yaitu pengalaman
guru menjadi pengurus dan bukan hanya sebagai anggota di suatu organisasi
pendidikan dan sosial. Pengurus organisasi dibidang pendidikan antara lain
pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua jurusan, kepala LAB,
kepala bengkel ketua studio, ketua asosiasi guru bidang studi asosiasi profesi
dan Pembina kegiatan ekstra kurikuler ( pramuka, KIR, PMR, Mading, dll ).
Sedangkan pengurus dibidang social antara lain ketua RW/RT, ketua LMD,
dan Pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat
keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang.
Penghargaan Yang Relevan Dengan Bidang Pendidikan, yaitu penghargaan
yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam
melaksanakan tugas danmemenuhi criteria kuantitatif ( lama waktu, hasil,
lokasi/geografi ), kualitatif (komitmen, etos kerja ) dan relevansi ( dalam
bidang/ rumpun bidang )baik pada tingkat kepribadian/ kota, provinsi,
nasional maupun internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa foto kopi
sertifikat, piagam atau surat keterangan.
Komponen-kompone portofolio sertiikat guru dalam jabatan
sebagaimana dijelaskan diatas, harus menjadi acuan bagi guru dalam
menyusun portofolionya dan sudah dapat dihitung sendiri berapa besar nilai
yang diperoleh berdasarkan bukti fisik yang kita miliki dengan mengacu pada
rubrik penilaian yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi dan
Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional Tahun 2007, dengan demikian bagi guru yang belum
mencapai standar minimal angka yang disyaratkan untuk lulus yaitu 850 ( 57
% dari perkiraan skor maksimum ) seharusnya berupaya untuk melakukan
aktifitas yang dapat memperoleh nilai seperti yang disyaratken dengan
memperhatikan komponen mana yang kurang dan komponen mana yang
belum ada nilai sama sekali.
13
Guru yang memenuhi penilaian portofolio dinyatakan lulus dan mendapat
sertifikasi pendidik, sedangkan guru yang tidak lulus dapat (1) melakukan
kegiatan untuk melengkapi portofolio agar mencapai nilai lulus, atau (2)
mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri dengan
evaluasi/ penilaian sesuai persyaratan yang telah ditentukan oleh perguruan
tinggi penyelenggara sertifikasi. Guru yang lulus pendidikan dan pelatihan
profesi guru mendapat sertifikat pendidik.
2.6.2 PLPG[14]
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan pola sertifikasi
dalam bentuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon LPTK untuk
memfasilitasi terpenuhinya standar kompetensi guru peserta sertifikasi.
Perkuliahan dilaksanakan untuk penguatan materi bidang studi, model-
model pembelajaran, dan karya ilmiah. Workshop dilaksanakan untuk
mengembangkan, mengemas perangkat pembelajaran dan penulisan karya
ilmiah. Pada akhir PLPG dilaksanakan uji kompetensi. Biasanya dilaksanakan
dalam 10 hari.
Peserta PLPG terdiri atas guru dengan :
Pola portofolio yang bertatus MPLPG, atau tidak lulus verifikasi portofolio,
Sertifikasi pola PLPG, dan
Peserta yang tidak lulus/tidak menyelesaikan sertifikasi/PLPG tahun
sebelumnya
Tujuan PLPG adalah :
Meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru
Memantapkan penguasaan dan kemampuan guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2006 dan 2013
Menentukan kelulusan guru peserta sertifikasi
Tata cara PLPG :
Peserta PLPG hanya memiliki kesempatan dua kali pemanggilan.
Peserta yang tidak dapat memenuhi pada panggilan pertama dengan
alasan yang dapat dipertanggung-jawabkan, akan dipanggil lagi pada
PLPG tahap berikutnya selama rombel mata pelajaran yang relevan masih
tersedia (sesuai RAB).
Peserta yang tidak memenuhi 2 kali panggilan dan tidak ada alasan yang
bisa dipertanggungjawabkan dianggap mengundurkan diri, dan diberi
kesempatan untuk mengikuti sertifikasi tahun berikutnya.
Penyelenggaraan PLPG :
PLPG dilaksanakan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam
jabatan yang telah ditetapkan Pemerintah dan didukung oleh Perguruan
Tinggi yang memiliki program studi relevan dengan bidang studi/mata
pelajaran guru peserta PLPG.
14. Mulyasa. 2008 . Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru . Bandung : Remaja Rosdakarya. Hlm 50-53
14
PLPG diselenggarakan selama 10 hari dengan bobot 90 Jam Pembelajaran
(JP), dengan alokasi 32 JP teori dan 58 JP praktik (untuk SD, SMP,
SMA/SMK). PAUD/TK/RA, dan BK/Konselor tidak ada perubahan alokasi
waktu. Satu JP setara dengan 50 menit.
Lokasi pelaksanaan PLPG dapat di wilayah Rayon LPTK penyelenggara
dan/atau dipusatkan di kabupaten/kota sekitar tempat guru berasal.
Penentuan tempat pelaksanaan PLPG harus memperhatikan kelayakan
(representatif dan kondusif) untuk proses pembelajaran dengan
memperhatikan beberapa hal sebagai berikut.
Kecukupan dan kelayakan ruangan.
Rasio jumlah peserta dengan luas ruang belajar.
Rasio jumlah peserta dengan ruang peerteaching.
Kecukupan dan kelayakan mebeler.
Kecukupan dan kelayakan alat bantu/media pembelajaran yang memadai.
2.6.3 SG PPG[15]
Syarat SG PPG :
• Guru di bawah pembinaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang belum memiliki sertifikat pendidik.
• Memiliki Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK).
• Memiliki kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV) dari
perguruan tinggi yang memiliki program studi yang terakreditasi atau
minimal memiliki ijin penyelenggaraan.
• Memiliki status sebagai guru tetap dibuktikan dengan Surat Keputusan
sebagai Guru PNS/Guru Tetap (GT)/guru tetap yayasan (GTY) pada
yayasan yang sama. Khusus bagi GTY melampirkan Akte Notaris pendirian
Yayasan dari Kementerian Hukum dan HAM.
• Masih aktif mengajar dibuktikan dengan memiliki SK pembagian tugas
mengajar dari kepala sekolah 2 tahun terakhir.
• Memenuhi skor minimal UKG yang ditetapkan oleh Konsorsium Sertifikasi
Guru (KSG).
• Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter pemerintah.
15. Martinis Yamin & Maisah . 2010. STANDARISASI KINERJA GURU . Jakarta : Gaung Persada. Hlm 170.
16. M artinis Yamin & Maisah . 2010. STANDARISASI KINERJA GURU . Jakarta : Gaung Persada.
15
Dengan tujuan, Menghasilkan guru yang memiliki kemampuan
mewujudkan fungsi pendidikan nasional , yaitu mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan memiliki
kemampuan mewujudkan tujuan bangsa serta tujuan pendidikan nasional.
Syarat Calon Peserta Program PPG :
• S-1 Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan profesi yang
akan ditempuh;
• S-1 Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan profesi
yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
• S-1/ D-IV Non Kependidikan yang sesuai dengan program pendidikan
profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
• S-1/ D-IV Non Kependidikan yang serumpun dengan program pendidikan
profesi yang akan ditempuh, dengan menempuh matrikulasi;
• S-1 Psikologi untuk program PPG pada PAUD atau SD, dengan menempuh
matrikulasi.
Martinis Yamin & Maisah . 2010. STANDARISASI KINERJA GURU . Jakarta : Gaung Persada.
16
(2) Melakukan rekrutmen calon peserta ujian sertifikasi sesuai dengan
persyaratan yang telah ditetapkan, baik persyaratan administratif, akademik,
maupun persyaratan lain.
(3) Memilih dan menetapkan peserta ujian sertifikasi sesuai dengan
persyaratan, kapasitas, dan kebutuhan.
(4) Mengumumkan calon peserta ujian sertifikasi yang memenuhi syarat
untuk setiap wilayah.
(5) Melaksanakan tes tulis bagi peserta ujian sertifikasi di wilayah yang
ditentukan
(6) Melaksanakan pengadministrasian hasil ujian sertifikasi secara terpusat,
dan menentukan kelulusan peserta dengan ketuntasan minimal yang telah
ditentukan.
(7) Mengumumkan kelulusan hasil tes uji tulis sertifikasi secara terpusat
melalui media elektronik dan cetak.
(8) Memberikan bahan (IPKG I, IPKG II, instrumen Self-appraisal da
portofolio, format penilaian atasan, dan format penilaian siswa) kepada
peserta yang dinyatakan lulus tes tulis untuk persiapan uji kinerja.
(9) Melaksanakan tes kinerja dalam bentuk real teaching ditempat yang
telah ditentukan.
(10) Mengadministrasikan hasil uji kinerja, dan mentukan kelulusannya
berdasarkan akumulasi penialian dari uji kinerja, self-appraisal, portofolio
dengan ketuntasan minimal yang telah ditentukan.
(11) Memberikan sertifikat kepada peserta uji sertifikasi yang dinyatakan
lulus.
Prosedur atau kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru, baik
untuk lulusan S1 kependidikan maupun lulusan non kependidikan dapat di
jelaskan sebagai beriku :
Lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukn
kompetensi mengajar ( PKM ). Oleh karena itu, mereka hanya memerlukan
uji kompetensi yang di laksanakan oleh kependidikan tinggi yang memiliki
PPTK terakreditasi dan di tunjuk oleh Dikjen Dikti.Depdiknas.
Lulusan program sarjana non kependidikan harus terlebih dahulu mengikuti
proses pembentukan kompetensi mengajar ( PKM ) pada perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan (PPTK) secara
terstruktur. Setelah di nyataka lulus dalam pembentukan kompetensi
mengajar, baru lulusan S1 non kependidikan boleh mengikuti uji sertifikat.
Sedangkan lulusan sarjana kependidikan tentu sudah mengalami proses
17
pembentukan kompetensi mengajar ( PKM ), tetapi tetap wajib mengikuti uji
kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi.
Program peyelenggaraan PKM di persyaratkan adanya status lembaga LPTK
yang terakreditasi. (Depdiknas,2004)
Peserta uji kompetensi yang telah di nyatakan lulus, baik yang berasal dari
lulusan program sarjana pendidikan maupun non pendidikan di berikan
sertifikasi kompetensi sebagai bukti yang bersangkuta memiliki wewenang
utnuk melakukan peraktik dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu.
Peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan
tugas dalam interval (10-15) tahun sebagai bentuk kegiatan penyegaran dan
pemutakhiran kemabali sesuai dengan tuntutan kemajuan IPTEK serta
persyaratan dunia kerja.
Prinsip uji kompetensi guru di selenggarakan secara komperehensif,
terbuka, kooperatif, bertahap dan mutakhir (Depdiknas, 2004).
Komperhensif maksudnya adalah bahwa penyelenggaraan uji kompetensi
perlu di lakukan secara utuh, mencakup ranah dan standar yang berlaku pada
masing-masing studi. Terbuka adalah uji kompetensi yang di selenggarakan
dengan fleksibilitas pilihan profesi, materi uji, proses dan waktu pelaksanaan
ujuan. Kooperatif adalah terbukanya kerjasama, baik antara lembaga
penyelenggara uji kompetensi dan lembaga yang melakuka pembentukan
kemampuan antara lembaga uji kompetensi dan lembaga lain yang
mempunyai fasilitas untuk uji kerja terkait. Bertahap adalah bahwa peserta
menempuh uji kompetensi secara baian demi bagian sesuai dengan
kesiapannya. Mutakhir adalah bahwa peserta yang telah mendapat sertifikasi
kompetensi harus mengikuti uji kompetensi baru apabila tidak melaksanakan
tugas dalam bidannya selama minimal 10 tahun atau adanya tuntutan kinerja
baru sesuai perkembangan IPTEK, seni dan tuntutan dunia kerja.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sertifikasi guru adalah suatu proses pemberian pengakuan kepada
guru yang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi
yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Sertifikasi guru dilakukan
sebagai upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan
kesejahteraan guru. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang memilki
sertifikasi pendidik.
Sertifikasi guru berprinsip pada pelaksanaan yang objektif, transparan
akuntabel, terencana, sistematis,sesuai peraturan dan perundang-undangan,
dan berujung pada peningkatan guru dan kesejahteraan guru. Sertifikasi guru
bertujuan untuk meningkatkan mutu dan menentukan kelayakkan guru
dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan kompetensi peserta agar
mencapai kompetensi yang ditentukan.Persyaratan ujian sertifikasi
dibedakan menjadi dua, yaitu persyaratan akademik dan nonakademik.
3.2 SARAN
Sertifikasi guru dalam proses pelaksanaannya sudah sangat baik untuk
meningkatkan kualitas guru pendidik di Indonesia. Dalam pelaksanaannya
juga sudah cukup baik. tapi, ada beberapa hal yang harus digaris bawahi
mengenai sertifikasi guru yang terdapat pada daerah jauh diluar kota atau
perbatasan. Banyak guru yang belum memiliki sertifikasi, sehingga tujuan
dari meningkatkan pendidikan bagi Indonesia belum berkerja secara
menyeluruh. Apalagi kita ketahui bahwa untuk mengikuti sertifikasi
diperlukan beberapa persyaratan yang dalam kenyataannya guru di daerah
perbatasan masih kurang dalam syarat namun dibutuhkan disana.
19
DAFTAR PUSTAKA
iv