Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Pengakuan dan penghargaan profesi keguruan


Mata kuliah : Etika dan profesi pendidikan
Dosen pengampu : Dr. Nurhuda, M. Pd

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8;


DEVI ARYANI (206910360)
DESTINUR (206910174)
NURHALIZA(206910101)

2D

UNIVERSITAS ISLAM RIAU


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna
memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Profesi yang berjudul “Pengakuan dan
Penghargaan Profesi Keguruan

Shalawat beriring salam tak lupa pula kita hantarkan kepangkuan Nabi
Muhammad SAW Yang telah membawa risalah islam dan merubah peradaban
manusia dari jaman jahiliyah menuju ke peradaban yang islamiah.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta


menambah wawasan tentang “Pengakuan dan Penghargaan Profesi Keguruan”.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada rekan-rekan dan semua pihak yang
telah membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan


sarannya yang bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih
baik lagi. Kami menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.
Karena kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah SWT. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para penulis pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Pekan baru, 23 februari 2021

penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3
2.1 Pengertian Profesi Keguruan ......................................................................3
2.2 Kedudukan dan Peranan Guru....................................................................5

2.3 Guru Profesional..................................................................................................7


2.4 Pengakuan Guru....................................................................................................9
2.5 Penghargaan guru...................................................................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................13
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pengakuan dan penghargaan kedudukan guru sebagai tenaga pendidik
profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang kemudian disebut dengan
guru sertifikasi. Untuk menjadi guru sertifikasi harus melalui uji kompetensi. Uji
kompetensi yang dirancang untuk mengungkapkan penguasaan kompetensi
seorang guru sebagai pendidik profesional. Sedangkan untuk proses uji
kompetensi disebut dengan sertifikasi (Mulyasa 2009:34). Undang-Undang No 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa profesi adalah pekerjaan
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Undang-
Undang tersebut merupakan kebijakan pemerintah dalam upaya meningkatkan
kualitas guru sebagai tenaga profesional dan agen pembelajaran yang dapat
meningkatkan martabat dan peran guru serta mutu pendidikan nasional (UU No
14 tahun 2005)

Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk


memperoleh sertifikat pendidik dengan penilaian portofolio. Penilaian portofolio
yaitu; penilaian yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen
portofolio yang mencakup pencapaian prestasi, pengalaman kerja atau pendidikan
dan pelatihan yang telah diikuti sebelumnya. Bagi mereka yang lulus penilaian
portofolio langsung mendapatkan sertifikat pendidik profesional. Sementara bagi
guru yang belum lulus portofolio diharuskan mengikuti pendidikan dan pelatihan
profesi guru (PLPG) yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi penyelenggara
sertifikasi guru. PLPG adalah pendidikan dan pelatihan profesi guru yang
dilaksanakan sekurang-kurangnya selama 9 hari dengan bobot jam pertemuan 90
jam dengan alokasi 30 jam teori dan 60 jam praktik membuat perangkat

iv
pembelajaran dan praktik mengajar atau praktik layanan bimbingan konseling
(Permendiknas No 18 tahun 2007).

Adapun tujuan sertifikasi guru sebagai pendidik profesional menurut (Payong


2011:76) adalah untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Selanjutnya dikatakan bahwa sertifikasi guru dilakukan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, untuk meningkatkan martabat
guru dan meningkatkan profesionalisme guru (Payong 2011:76). Dengan
demikian sertifikasi guru sebagai pendidik professional diharapkan akan
berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran di kelas dan mutu pendidikan
nasional secara berkelanjutan.

Meningkatnya mutu pendidikan nasional dan mutu pembelajaran di kelas akan


dicapai apabila guru-guru profesional menerapkan kompetensi pedagogik dalam
proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas. Proses belajar mengajar di kelas
akan sangat mempengaruhi kualitas hasil pendidikan bagi peserta didik. Oleh
karena itu kompetensi pedagogik guru akan sangat menentukan bagi peningkatan
kualitas pendidikan secara nasionaL

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Pengertian Profesi Keguruan?
2. Apa itu Guru Profesional?
3. Apa itu Kedudukan dan Peranan Guru?
4. Apa itu Pengakuan Guru?
5. Ap aitu Penghargaan Guru?
1.3 Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa itu Pengertian Profesi Keguruan
2. Untuk mengetahui Apa itu Guru Profesional
3. Untuk Mengetahui Apa itu Kedudukan dan Peranan Guru
4. Untuk Mengetahi Apa itu Pengakuan Guru
5. Untuk Mengetahui Apaitu Penghargaan Guru

v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Profesi Keguruan
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disingkat KBBI (Tim Penyusun
Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1997) memaknai profesi
sebagai pekerjaan yang yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.Sementara itu,
istilah profesional (kata sifat) diartikan sebagai sesuatu yangbersangkutan dengan
profesi. Dari kedua pengertian ini, kita dapatmengatakan bahwa sebuah profesi
memerlukan persyaratan khusus bagi orang yang melakukannya, sedangkan orang
yang menggeluti sebuah profesi dapat disebut sebagai seorang profesional.
Dengan pengertian ini, pekerjaan yang disebut profesi hanya mungkin dikerjakan
oleh orang yang menguasai persyaratan tersebut.

Dengan perkataan lain, tidak sembarang orang dapat mengerjakan


pekerjaan yang disebut profesi. Berdasarkan pengertiansederhana tersebut, tidak
sembarang pekerjaan dapat disebut profesi dantidak sembarang orang dapat
disebut seorang profesional. Selanjutnya, profesionalisme (kata benda) dimaknai
sebagai mutu, kualitas, atau tindak tanduk yang mencerminkan ciri suatu profesi
atau orang yang professional.Sejalan dengan pengertian profesi,untuk menjadi
guru, seseorang harus memiliki keahlian tertentu yang berkaitan dengan menjadi
guru.

Kata kedua yang perlu kita kaji adalah keguruan yang berasal dari
kata guru. Analog dengan makna imbuhan ke-an, seperti dalam kata kesiswaan
dan kebinekaan, yang keduanya bermakna berkaitan dengan siswa atau bineka
(perbedaan), keguruan dapat kita maknai sebagai hal yang berkaitandengan
menjadi guru. Sehubungan dengan itu, ilmu keguruan berarti ilmu yang berkaitan
dengan menjadi guru. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi
keguruan dapat dimaknai sebagai ilmu yang mencakup berbagai hal atau aspek

vi
yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai guru yang profesional. Sejalan dengan
pengertian tersebut, mata kuliah Profesi Keguruan akan mengajak Anda menekuni
berbagai aspek yang harus dikuasai agar mampu menjalani pekerjaan sebagai guru
yang profesional. Dengan perkataan lain, mata kuliah Profesi Keguruan
merupakan payung dari semua mata kuliah yang berkaitan dengan keguruan atau
menjadi guru, di samping merupakan mata kuliah yang secara lugas menyajikan
karakteristik sebuah profesi serta kemampuan atau kompetensi utuh yang wajib
dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi guru profesional.

Profesi guru jelas bukan profesi yang berkelas dengan gaji besar, bukan
pula suatu profesi yang enak dan mengasyikkan. Anehnya, berdasarkan Hasil
jajak pendapat Kompas, 19-20 November 2008, memperlihatkan, bagian terbesar
responden (29,5 persen) secara mengejutkan menempatkan profesi guru sebagai
pilihan pertama profesi yang dicita-citakan. Jumlah tersebut lebih besar
dibandingkan cita-cita untuk menjadi dokter atau bidan yang menempati tempat
favorit kedua. Dilihat dalam kategori jenis kelamin, perempuan tampak lebih
berminat bekerja dalam profesi pendidik ini ketimbang laki- laki. Proporsi
responden perempuan yang berminat menjadi guru dua kali lipat lebih besar
daripada pria. Namun, ada yang berbeda dari alasan yang dikemukakan. Berlainan
dengan asumsi umum bahwa mencari pekerjaan didorong karena motivasi
mencari penghasilan, responden yang bercita-cita menjadi guru ternyata lebih
banyak didasari alasan nonmateri. Kebanyakan responden mengaku minatnya
menjadi guru karena menyukai keilmuan yang dipelajari, status yang diperoleh,
dan aspek empati lainnya. Hanya 3,3 persen saja responden yang bercita-cita
menjadi guru karena faktor gaji dan penghasilan.

Status guru sebagai profesi, penuh beban moral dan sosial yang menuntut
hidupnya sesuai dengan apa yang diajarkan dan sesuai dengan apa yang
diucapkan, baik itu dalam relasi sosialnya di sekolah maupun di luar sekolah.
Maka dari itu, profesi guru perlu adanya pengakuan dan penghargaan dari segala
apa yang telah dikorbankan dan diusahakan untuk mencerdaskan anak bangsa.
Adalah suatu keniscayaan ketika tidak ada suatu konsekuensi yang logis terhadap

vii
pekerjaan yang diusahakan dengan keterampilan khusus, serta beban tanggung
jawab yang tidak berat. Ungkapan guru sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa”
adalah ungkapan yang kurang patut disematkan mengingat semua jasa dan
pengorbanannya.

2.2 Kedudukan dan peranan guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang
pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Peranan guru di
sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai pengajar,
pendidik, dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai
pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai
guru ia harus menunjukkan kelakuan yang layak bagi guru menurut harapan
masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual, dan sosial
lebih tinggi daripada yang dituntut dari orang dewasa lainnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, sebenarnya guru memiliki peranan yang


unik dan sangat kompleks di dalam proses belajar mengajar, dalam usahanya
untuk mengantarkan siswa/anak didik ke taraf yang dicita-citakan. Sementara itu,
merujuk kepada Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
guru diartikan sebagai pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa, peran utama
guru yang diamanatkan dalam konstitusi antara lain: mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Sedangkan James W. Brown, dalam Sardiman, mengemukakan, bahwa peranan
guru antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencana,
dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan
siswa. Adapun Oemar Hamalik berpendapat, bahwa peran guru dalam pendidikan
sangat luas, meliputi: guru sebagai pengajar, sebagai pembimbing, sebagai

viii
ilmuwan, sebagai pribadi, sebagai penghubung, sebagai modernisator, dan sebagai
pembangun

Peran guru tersebut, terkait erat dengan tujuan pendidikan terhadap anak
didik sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial. Dalam konteks ini,
Donal P. Kauchak, dalam Dede Rosyada, menyebutnya dengan pendidikan yang
menghasilkan outcome dengan level tertinggi, yang memiliki tiga kemampuan,
yaitu kemampuan menyelesaikan masalah, berpikir kritis, dan mampu melakukan
penyelesaian masalah berbasis data melalui penelitian inquiry.

Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan tugas, serta tanggung


jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat inilah yang akan
membedakan antara guru dengan manusia-manusia lain pada umumnya. Dalam
Sardiman ada 4 (empat) syarat untuk menjadi guru ideal, yaitu

1. Persyaratan administratif

Syarat-syarat administratif ini antara lain meliputi: soal kewarganegaraan


(warga negara Indonesia), umur (sekurang-kurangnya 18 tahun), berkelakuan
baik, dan mengajukan permohonan. Di samping itu masih ada syarat-syarat lain
yang telah ditentukan sesuai dengan kebijakan yang ada.
2.   Persyaratan teknis
Dalam persyaratan teknis ini ada yang bersifat formal, yakni harus
berijazah pendidikan guru. Hal ini mempunyai konotasi bahwa seseorang yang
memiliki ijazah pendidikan guru itu dinilai sudah mampu mengajar. Kemudian
syarat-syarat yang lain adalah menguasai cara dan teknik mengajar, terampil
mendesain program pengajaran, serta memiliki motivasi dan cita-cita memajukan
pendidikan/pengajaran.
3.   Persyaratan psikis
Yang berkaitan dengan kelompok persyaratan psikis, antara lain: sehat
rohani, dewasa dalam berpikir dan bertindak, mampu mengendalikan emosi,
sabar, ramah, sopan, memiliki jiwa kepemimpinan, konsekuen dan berani
bertanggung jawab, berani berkorban, dan memiliki jiwa pengabdian. Di samping

ix
itu, guru juga dituntut untuk bersifat pragmatis dan realistis, tetapi juga memiliki
pandangan yang mendasar dan filosofis. Guru juga harus mematuhi norma dan
nulai yang berlaku, serta memiliki semangat membangun.
4.   Persyaratan fisik
Persyaratan fisik ini antara lain meliputi: sehat jasmani, tidak memiliki
cacat tubuh yang mungkin mengganggu pekerjaannya, tidak memiliki gejala
penyakit yang menular. Dalam persyaratan fisik ini juga menyangkut kerapian dan
kebersihan, termasuk bagaimana cara berpakaian. Sebab bagaimana pun juga,
guru akan selalu dilihat/diamati dan bahkan dinilai oleh para siswa/anak didiknya.
Berdasarkan persyaratan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
bahwa, sebagai suatu profesi yang khusus, guru menempati kedudukan dan
memiliki peran yang khusus dan tersendiri, baik di lingkungan sekolah, maupun
di lingkungan masyarakat. Sementara itu, kedudukan guru di tengah masyarakat
dapat berbeda-beda, perbedaan ini sangat dibatasi oleh ruang dan waktu, hal ini
sangat tergantung pada masyarakat dalam menempatkan posisi guru. Di negara
kita, Indonesia, keberhasilan pendidikan anak didik di tingkat sekolah, oleh
masyarakat selalu dialamatkan kepada guru, orang yang dijustifikasi masyarakat
sebagai pihak yang paling bertanggung jawab.
Kedudukan dan peran guru sesuai dengan tugas dan tanggung jawab
keprofesiannya, mengharuskan guru memiliki kemampuan profesional, kapasitas
intelektual yang memadai, dan memiliki sifat edukasi sosial (jiwa sosial yang
tinggi), serta harus didukung oleh kematangan kepribadian dalam konteks
kedewasaan berpikir dan bertindak. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam
perspektif Dede Rosyada, secara umum guru harus memenuhi dua kategori,
yaitu capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki kemampuan dalam
bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritis tentang mengajar
yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi, sampai evaluasi, dan memiliki
loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan yang tidak semata
di dalam kelas, tetapi sebelum dan sesudah kelas

2.3 Guru Profesional

x
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
serta memerlukan pendidikan profesi. Senada dengan definisi tersebut, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesional adalah sesuatu yang bersangkutan
dengan profesi yang memerlukan kepandaian dan keterampilan khusus untuk
menjalankannya, serta mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.
Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru profesional
adalah guru yang melaksanakan tugas dan tanggung jawab pendidikan dengan
terampil dan cakap sesuai dengan standar kompetensi tertentu. Seorang
guru/pendidik sesuai dengan peran dan kedudukannya, diharuskan memiliki
persyaratan profesional yang kompleks. Myra Pollack Sadkar dan David Miller
Sadkar, dalam Abdullah Idi, mengatakan, bahwa seorang yang dikatan profesional
adalah orang yang dipandang ahli dalam bidangnya, dimana yang bersangkutan
bisa membuat keputusan dengan independen dan adil. Jika seorang menjadi
profesional, haruslah membuat suatu langkah penawaran kolektif dengan
membangun proses yang baru, institusi yang baru, prosedur yang baru, yang
menggiring pada suatu pemahaman pada apa sesungguhnya yang diinginkan
pendidik: status, dignitas, profesional, dan kompensasi yang logis dari suatu
pekerjaan yang profesional.
Untuk dapat melaksanakan tugas profesionalnya, guru harus memiliki
syarat-syarat kepribadian dan kemampuan teknis keguruan, dalam hal ini dapat
disebut dengan kompetensi. Menurut M. Furqon Hidayatullah, dalam dunia
pendidikan dikenal 10 (sepuluh) kompetensi guru, yaitu:

1. Menguasai landasan-landasan pendidikan.


2. Menguasai bahan pelajaran.
3. Kemampuan mengelola kelas.
4. Kemampuan mengelola program belajar mengajar.
5. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar.
6. Kemampuan menggunakan media/sumber belajar.

xi
7. Menilai hasil belajar.
8. Memahami prinsip-prinsip dan hasil-hasil penelitian untuk keperluan
mengajar.
9. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan.
10. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan.[29]

Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen


pasal 10 ayat (1), kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Hal ini juga dipertegas dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 ayat (1) dan
(3), bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi sebagai agen pembelajaran
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini
meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
profesional, dan kompetensi sosial.
Adapun pengertian empat jenis kompetensi tersebut sebagaimana
tercantum dalam penjelasan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005
adalah sebagai berikut:
1.   Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
2.   Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak
mulia.
3.   Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.

xii
4.   Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
2.4 Pengakuan guru

Secara sosiologis kehadiran suatu profesi dimasyarakat bukan diakui dan


diyakini oleh pengemban profesi itu semata, justru diakui dan dirasakan manfaat
dan kepentingannya oleh masyarakat yang bersangkutan. Untuk berkembangya
peran dan fungsi suatu profesi guru membutuhkan pengakuan dari bidang-bidang
profesi lain yang telah berada di masyarakat. Pengakuan dan penghormatan antar
bidang profesi akan tercipta dan terjamin, jika masing-masing pengemban
berbagai bidang profesi mematuhi kode etiknya. Prinsip dasar saling menghormati
antar bidang profesi itu akan menjadi landasan bagi terwujudnya kerjasama secara
kesejawatan dalam menghadapi dan memecahkan berbagai permasalahan di
masyarakat yang membutuhkan pendekatan secara permasalahan kependidikan,
kesehatan, kesejahteraan, dan sebagainya (Blocher,1987). Untuk terjaminnya
kehadiran, perkembangan dan kemantapan peran dan fungsi suatu profesi
dibutuhkan adanya pengakuan dan perlindungan hukum resmi dari pemerintah
(jurisdiction). 

Melihat begitu besar peran guru dalam pembangunan bangsa Indonesia, hak-
hak guru sebagai pribadi, pemangku profesi keguruan, anggota masyarakat, dan
warga negara mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Berbagai kebijakan
terkait pendidikan dan tenaga pendidikan terus diperbaiki sebagai bukti bentuk
perhatian pemerintah, beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut:
Penetapan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional berdasarkan
Keppres. Nomor 78 tahun 1994.
2.      Peraturan dan ketentuannya secara khusus diatur dalam:
-Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
-Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

xiii
-Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
- Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2005 tentang Standar
Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
-Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 5 tahun 2012 tentang Sertifikasi
bagi Guru dalam Jabatan.
- Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2012 tentang  Perubahan Keempat belas
atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1977 tentang Peraturan Gaji Pegawai
Negeri Sipil.
-Peningkatan kesejahteraan baik berupa peningkatan gaji, khususnya Guru PNS
dan pemberian tunjangan sertifikasi untuk semua guru baik PNS atau non-PNS
(swasta) yang telah memenuhi syarat dan lulus uji sertifikasi.
- Peningkatan jenjang karir terhadap guru, khususnya PNS guru yang lebih baik
dan cepat dari mereka yang bekerja di kantor.
- Upaya Peningkatan keilmuan dan profesionalitas dalam pembelajaran dengan
adanya pemberian pelatihan dan pendidikan (Diklat), seminar, workshop dan
perlombaan untuk guru.
Berdasarkan hal tersebut, dapat dipahami bahwa wujud nyata penghargaan
pemerintah terhadap profesi guru telah dibahas secara khusus dalam peraturan di
atas, termasuk pengakuan pemerintah, diwujudkan melalui sertifikasi guru sebagai
tenaga pendidik profesional.

2.5 Penghargaan Guru
Adanya pengakuan (Recognition) terhadap suatu profesi secara implisit
mengimplikasikan adanya penghargaan baik berarti finansial maupun
mengandung makna status sosial. Penghargaan dan imbalan yang diperoleh tenaga
guru sudah barang tentu sesuai dengan pengakuan terhadap
statusnya. Berdasarkan UU Guru dan Dosen No, 14 Tahun 2005 pasal 14
disebutkan bahwa : 

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak :

xiv
-Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial. 

-Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; 

- Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan


intelektual. 

- Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; 

-Mempereroleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk


menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

- Memiliki kebebasan dalam meberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan,


penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan,kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan; 

-Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; 

-Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi; 

-Memikili kesepatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan; 

-Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi


akademik dan kompetensi, dan/atau 

-Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. 

Walaupun begitu, masih terdapat beberapa ketimpangan terkait kebijakan


yang dikeluarkan oleh pemerintah, maupun oleh masyarakat mengenai pengakuan
dan penghargaan terhadap profesi guru, yaitu:

1. Dalam hal pengaturan yang ada saat ini, pemerintah hanya mengakui
pengabdian guru-guru yang mengabdikan dirinya di sekolah negeri yang dapat
diakui sebagai tenaga honorer untuk diangkat menjadi CPNS. Hal ini tidak
berlaku untuk guru yang mengabdikan diri di sekolah swasta. Padahal,
hakikatnya mereka juga bekerja dalam kaitannya dengan pendidikan bagi
bangsa Indonesia.

xv
2. Dalam hal pengaturan gaji, pemerintah masih mengutamakan pengaturan
terhadap guru-guru yang berstatus PNS saja. Maka, dalam hal ini, perlu ada
peraturan yang jelas dari pemerintah, agar yayasan yang mengelola lembaga
pendidikan dapat memberikan gaji yang sesuai dengan standar kelayakan.
3. Penghargaan masyarakat dalam hal pengakuan terhadap guru sebagai pekerja
profesional masih memerlukan pembimbingan secara intensif, sehingga
masyarakat dapat memahami bahwa guru bukan sekedar pejuang tanpa tanda
jasa, guru adalah pejuang yang perlu mendapat pengakuan secara pasti. Selain
itu, masyarakat juga harus memahami bahwa untuk menyandang status sebagai
guru perlu persyaratan khusus sebagaimana menjadi dokter dan profesi lainnya.
4. Di samping iut, kebanyakan masyarakat masih menganggap bahwa guru adalah
“pahlawan tanpa tanda jasa,” artinya guru bekerja sebagai pengabdi yang tidak
selayaknya menuntut besaran gaji yang diterima. Hal ini merujuk kepada
kemarahan masyarakat manakala guru mendapat gaji banyak.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai suatu profesi yang khusus, guru menempati kedudukan dan


memiliki peran yang khusus dan tersendiri, baik di lingkungan sekolah, maupun
di lingkungan masyarakat. Untuk dapat melakukan peranan dan melaksanakan
tugas, serta tanggung jawabnya, guru memerlukan syarat-syarat tertentu, yaitu:
syarat administratif, teknis, psikis, dan fisik.
Agar memenuhi persyaratan profesional, guru harus memiliki empat
kompetensi, yaitu: kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.

xvi
Kedudukan dan peranan guru yang khusus tersebut, telah mendapatkan
perhatian yang khusus juga oleh pemerintah dan masyarakat. Banyak kebijakan
yang dibuat oleh pemerintah agar tidak terjadi ketimpangan antara tugas dan
kewajiban guru dengan penghasilan dan kesejahteraan guru. Pengakuan
pemerintah kepada guru sebagai tenaga profesional adalah dalam bentuk
sertifikasi guru. Konsekuensi logis bagi guru yang telah mendapatkan sertifikat
tersebut adalah peningkatan penghasilan dan tunjangan sebagaimana aturan yang
telah diatur dalam ketentuan yang berlaku
3.2 Saran
Guru dan calon guru perlu mengetahui apa arti sebuah profesi keguruan,
syarat-syarat untuk menjadi seorang guru yang profesional karena mereka adalah
calon tenaga pengajar yang akan memberikan ilmu mereka kepada anak-anak
bangsa. Seorang guru adalah contoh bagi semua murid-muridnya,karena itu
mereka harus benar-benar mengerti bagaimana arti dari sebuah profesi keguruan
yang mereka lakukan sekarang atau nanti agar mereka tidak salah mengartikan
profesi untuk mengajar tersebut dan agar mereka bisa menyadari pentingnya
menjadi guru yang profesional.
Menjadi seorang guru juga harus memiliki sikap yang profesional di
bidangnya tersebut yakni mengajar. Karena seorang guru akan berdiri sendiri di
depan kelas untuk memberikan ilmu kepada murid-muridnya tanpa bantuan
seorang asisten atau sejenisnya. Jadi segala sikap yang baik dan buruk akan dilihat
oleh para murid, karena seorang guru adalah panutan dari semua murid.

xvii
DAFTAR PUSTAKA

http://henadia.blogspot.com/2016/04/pengakuan-dan-penghargaan-
guru.html?m=1, Diakses pada 12 maret 2021 pukul 10;00

Firmansyah,https://abusyauqitamim.wordpress.com/2012/12/04/pengakuan-dan-
penghargaan-profesi-guru/,Diakses pada 12 amaret 2021 pukul 10:00

xviii

Anda mungkin juga menyukai