Anda di halaman 1dari 12

SERTIFIKASI GURU AGAMA ISLAM

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah PENGEMBANGAN PROFESI GURU

Dosen Pengampu

Budi Hartono, M.Pd.

Disusun Oleh :

Dandun Setiawan Fambudi (20.01.00)

Riska Febriani (20.01.0046)

JURUSAN TARBIYAH PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKRIFATUL ILMI (STIT-MI)
BENGKULU SELATAN
T.A 2022
II

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang senantiasa menganugerahkan
nikmat, serta rahman kepada kita, sehingga kita bisa melangsungkan segala
aktifitas hingga saat ini. Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Makalah ini membahas tentang “PENGEMBANGAN PROFESI GURU


yang berjudul SERTIFIKASI GURU PAI”, serta hal hal yang berkaitan
dengannya. Beberapa hambatan dan kesulitan kami hadapi dalam proses
pembuatan, namun kami sadari bahwa semua itu adalah rintangan yang harus
dihadapi demi hasil yang baik. Begitu pula dengan dukungan dan motivasinya
yang diberikan kepada kami. Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi para
pembaca, dan bisa membantu saat dibutuhkan sebagai pendukung mata kuliah
Pengembangan Profesi Guru.

II
III

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Bagaimana sertifikasi bagi guru Pendidikan Agama Islam.....................................


B. Pengaruh sertifikasi guru PAI dalam meningkatkan kinerja..................................

BAB. III PENUTUP..........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di sekolah, guru adalah orang tua kedua bagi anak didik. sebagai
orang tua, guru harus menganggapnya sebagai anak didik, karena anak
didik adalah anak. Orang tua dan anak adalah dua sosok insani yang diikat
oleh tali jiwa. Belaian kasih dan sayang adalah naluri jiwa orang tua yang
sangat diharapkan oleh anak, sama halnya belaian kasih dan sayang
seorang guru kepada anak didiknya.
Ketika guru hadir bersama-sama anak didik di sekolah, di dalam
jiwanya seharusnya sudah tertanam niat untuk mendidik anak didik agar
menjadi orang yang berilmu pengetahuan, mempunyai sikap dan watak
yang baik, yang cakap dan terampil, bersusila dan berakhlak mulia.
Kebaikan seorang guru tercermin dari kepribadiannya dalam bersikap dan
berbuat, tidak saja ketika di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Guru
memang harus menyadari bahwa dirinya adalah figur yang diteladani oleh
semua pihak, terutama oleh anak didiknya di sekolah.
Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai peran untuk membentuk
kepribadian anak didik lebih dipentingkan. Anak didik yang berilmu dan
berketerampilan belum tentu berakhlak mulia. Namun demikian, bukan
berarti orang yang berilmu dan berketerampilan tidak diharapkan, tetapi
yang sangat diperlukan tentu saja adalah orang yang berilmu dan
berketerampilan, serta yang berakhlak mulia. Pembinaan anak didik
mengacu pada tiga aspek di atas, yakni anak didik yang berakhlak mulia,
cakap, dan terampil.
B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sertifikasi bagi guru Pendidikan Agama Islam ?
b. Bagaimana pengaruh sertifikasi bagi guru PAI dalam meningkatkan
kinerja ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sertifikasi Bagi Guru Pendidikan Agama Islam
Sertifikasi guru adalah proses pemerolehan sertifikat pendidik oleh
seseorang yang telah bertugas sebagai guru pada satuan pendidikan yang
ada dalam binaan Departemen Agama (Profesionalisme & Agama, 2009).
Sertifikat pendidik merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak untuk
menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Sertifikasi
guru bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan, meningkatkan
martabat guru, dan meningkatkan profesionalisme guru.
Salah satu upaya yang diamanatkan oleh PP No. 19/2005 dan UU No.
14/2005 dalam menjadikan jabatan guru sebagai jabatan profesional untuk
meningkatkan citra guru adalah pendidikan profesi yang memungkinkan
guru menguasai kompetensi utuh sehingga diharapkan dapat memberikan
kontribusi kepada peningkatan kualitas pendidikan. Kepemilikan
kompetensi ini akan ditandai dengan pemerolehan (Subijanto, 2017).
Sertifikat pendidik yang selanjutnya akan diikuti oleh penghargaan berupa
tunjangan profesi.
Ketentuan ini berlaku bagi semua guru, termasuk bagi guru MI dan
guru PAI di sekolah. Menurut PP No. 19/2005, Pasal 29 ayat (2) bahwa
seorang guru (MI atau PAI) minimal harus mempunyai kualifikasi
akademik sarjana (S-1) atau D-IV serta sertifikat profesi untuk guru MI
atau PAI. Sehubungan dengan persyaratan ini, perlu segera dirancang
program pendidikan seperti yang diamanatkan oleh UU No. 14 tahun 2005

2
3

dalam bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi akademik


maupun pengelolaan.
Jumlah dan persebaran serta heterogenitas latar belakang guru di
lingkungan Departemen Agama yang bertugas di MI, MTs, MA yang
berjumlah 524.543 orang, maka keadaan guru pada MI adalah paling
kompleks diantara guru-guru yang ada, sehingga memerlukan penanganan
ekstra. Data perkembangan jumlah guru tahun 2007 menunjukkan bahwa
guru MI dan PAI yang masih berpendidikan SLTA, D-1, D-2 dan D-3
berjumlah 449.041 orang. jumlah guru ini tersebar di seluruh pelosok
tanah air, mulai dari kota besar, sampai ke daerah yang paling terpencil,
dengan latar belakang yang sangat bervariasi, mengindikasikan betapa
kompleksnya pekerjaan yang harus digarap untuk memenuhi amanat
Undang-undang di mana dalam waktu 10 tahun menargetkan semua
pendidik harus memenuhi kualifikasi akademik minimal S-1.
Guru MI dan PAI dituntut untuk segera meningkatkan kualifikasinya
agar mampu berkarya secara profesional. Berkaitan dengan masih
banyaknya guru MI dan PAI yang belum memiliki kualifikasi seperti yang
dituntut oleh peraturan perundang-undangan diperlukan prakarsa yang
inovatif dan efisien untuk memberikan layanan pendidikan yang
memungkinkan tidak mengganggu pelaksanan tugas-tugas keseharian
masing-masing guru.
Dengan adanya peran guru Pendidikan Agama Islam yang pro aktif
terhadap siswa, hal ini membuat anak didik termotivasi untuk belajar,
karena guru mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap anak
didiknya. motivasi belajar adalah dorongan untuk berbuat merubah
tingkah laku dengan pengalaman dan latihan.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik professional.
Seorang sarjana (S1) atau diploma empat (D4), menguasai kompetensi,
4

memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki


kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Riyadi &
Info, n.d.).
Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya untuk peningkatan mutu
dan kesejahteraan guru, berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran
guru sebagai agen pembelajaran. Dengan terlaksananya sertifikasi guru,
diharapkan akan berdampak pada meningkatnya mutu pembelajaran dan
mutu pendidikan secara berkelanjutan. Pelaksanaan sertifikasi guru telah
ditunggu-tunggu oleh para guru, dan menjadi topik pembicaraan utama
setelah rencana pelaksanaan tahun 2006 tidak jadi dilaksanakan karena
peraturan pemerintah sebagai landasan hukum belum ditetapkan. Dengan
diterbitkannya Peraturan Mendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang
Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan, maka sertifikasi guru sudah
mempunyai landasan hukum untuk segera dilaksanakan secara bertahap
dimulai pada tahun 2007 (Simatupang, 2018).
Tahap awal pelaksanaan sertifikasi dimulai dengan pemberian kuota
kepada Kabupaten/Kota, pembentukan panitia pelaksanaan sertifikasi guru
di tingkat propinsi dan kabupaten/kota, dan penetapan peserta oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota. Agar seluruh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota mempunyai pemahaman yang sama tentang kriteria dan
proses penetapan peserta sertifikasi guru, maka perlu disusun Pedoman
Penetapan Peserta dan Pelaksanaan Sertifikasi Guru dalam Jabatan.
Pedoman ini disusun sesuai amanat dalam Peraturan Mendiknas pasal 4
ayat (3) yang dinyatakan bahwa penentuan peserta sertifikasi berpedoman
pada criteria yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal PMPTK.
Engkoswara, dalam “Menuju Indonesia Modern”, mengemukakan,
guru adalah seorang tenaga pendidik yang bekerja menyampaikan ilmu
pengetahuan (kognitif), mengembangkan sikap kepribadian (afektif), serta
memberikan bekal keterampilan (psikomotor) kepada peserta didik, dalam
ruang lingkup organisasi pendidikan di tingkat sekolah. Guru juga
merupakan “ujung tombak” kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas
5

atau sebagai orang yang mengemban dan mengembangkan berbagai


bentuk pemikiran, yang terkandung dalam kurikulum pendidikan serta
berbagai aturan atau pedoman yang berkaitan dengan KBM di sekolah.
Dengan demikian diperlukan komprehensivitas diri pada para guru antara
lain : pemikiran, kemampuan, disiplin kerja yang diperlukan agar
mencapai hasil yang maksimal menuju tercapainya tujuan pendidikan.
Dengan adanya sertifikasi guru diharapkan mampu menciptakan guru
yang professional, berkompeten, berkualitas dalam mengajar. Guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik.
Kewajiban ini tanpa kecuali, juga berlaku bagi RA dan madrasah.
Ketentuan ini dimaksudkan sebagai mekanisme dan upaya untuk
meningkatkan martabat profesi guru di masyarakat, sekaligus
meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kapasitas dan kualitas
sumber daya manusianya.
Sehubungan dengan pelaksanaan sertifikasi bagi guru, memicu para
guru yang belum memiliki kualifikasi S1 (strata satu) untuk berusaha
melanjutkan studi lanjut ke Perguruan Tinggi guna memperoleh gelar
sarjana sebagai salah satu syarat kualifikasi akademik dan sekaligus
meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru. Atas dasar itulah
maka penulis mengadakan penelitian tentang "Makna Sertifikasi Bagi
Guru Pendidikan Agama Islam".
B. Pengaruh Sertifikasi Guru PAI dalam Meningkatkan Kinerja
Program sertifikasi guru yang digelar pemerintah dalam bingkai
sertifikat profesi pendidik sejak awal sebenarnya didedikasikan untuk
melahirkan guru-guru yang kompeten dan profesional. Sekaligus guru
yang telah mendapat sertifikat itu secara otomatis juga akan mendapat
tambahan kesejahteraan sebesar satu kali gaji pokok (Himran & Alam,
2020).
Sebagai bentuk jawaban konkrit dari pemerintah guna memenuhi
desakan untuk meningkatan mutu pendidikan dan sekaligus peningkatan
kesejahteraan bagi guru yang selama ini dirasa teramat rendah. Hal itu
6

pula didasarkan atas asumsi bahwa persoalan peningkatan mutu


pendidikan tentu bertolak pada mutu guru. Tanpa adanya peningkatan dari
mutu guru itu sendiri jelas kualitas pendidikan di tanah air saat ini tidak
akan banyak berubah.
Bila ditelusuri lebih jauh pula, dalam perjalanan program sertifikasi
selama ini, pemerintah sebenarnya telah lebih menunjukkan ketidak-
profesionalnya. Sejak awal telah banyak celah yang menunjukkan
kelemahan program sertifikasi ini. Sebab banyak prosedur yang dibuat
pemerintah yang pada akhirnya juga dilangkai sendiri. Diantaranya ialah
mengenai ketentuan lulus atau tidaknya para guru peserta uji sertifikasi
(Samarinda, 2022).
Kerja keras para guru untuk mendapatkan sertifikasi profesi pendidik
seharusnya pada akhirnya memang berujung pada dua kenyataan, antara
lulus dan tidak lulus. Hal ini untuk memilah mana guru yang memang
benar-benar kompeten dan profesional dan mana yang tidak memiliki
kompetensi, kepribadian dan profesionalitas sebagaimana yang
diharapkan.
Namun, sebenarnya pada akhirnya tidak ada kategori tidak lulus dalam
program sertifikasi ini. Sebab ujung-ujungnya, semua guru tetap akan
mendapat sertifikasi itu. Di satu sisi pemerintah sudah menetapkan alat
ukur kompetensi guru melalui portopolio (Fazilla & Marisa, 2016).
Sementara di sisi lain, peraturan yang dibuat juga sangat membuka
peluang terjadinya pelemahan terhadap kualitas uji kompetensi pendidik
tersebut.
Sebab dalam aturan tentang sertifikasi, bila portopolio yang disusun
guru tidak memenuhi standar dan dinyatakan tidak lulus, masih ada
peluang besar untuk lulus sertifikasi dengan mengikuti Diklat Profesi
Guru. Padahal Diklat Profesi sendiri terhitung singkat dan mudah. Seakan-
akan hanya dalam waktu 30 jam Diklat Profesi dianggap cukup untuk
melahirkan SDM tenaga pendidik yang kompeten dan professional .
7

Dengan adanya sertifikasi maka secara tidak langsung dapat


mempengaruhi kinerja guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Sebagaimana tujuan dari sertifikasi guru untuk menentukan kelayakan
guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, meningkatkan proses dan mutu
hasil pendidikan, meningkatkan martabat guru, dan meningkatkan
profesionalisme guru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sertifikasi
merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai suatu tujuan, bukan
tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan pemahaman dari semua pihak
bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas. Kesadaran dan
pemahamannya ini akan melahirkan aktivitas yang benar, bahwa apapun
yang dilakukan adalah untuk mencapai kualitas. Kalau guru kembali
masuk kampus untuk meningkatkan kualifikasinya, maka belajar kembali
ini bertujuan untuk mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan dan
keterampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-1.
Demikian pula, kalau guru mengikuti sertifikasi, tujuan utama bukan
untuk mendapatkan tunjangan profesi, melainkan untuk dapat
menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi
sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Sehingga akan
mempengaruhi adanya kinerja karyawan.
B. Penutup
Demikianlah makalah yang dapat disampaikan, apabaila ada
kekurangan dan kesalahan kami minta maaf, serta dengan senang hati
kami menerima saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata
semoga bermanfaat dan menambah khazanah bagi kita semua. Amin.

8
DAFTAR PUSTAKA

Fazilla, S., & Marisa, R. (2016). Pengembangan Kemampuan Guru Dalam


Melakukan Penilaian Portofolio Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian
Pendidikan, 15(3). https://doi.org/10.17509/jpp.v15i3.1416
Himran, M. F. A., & Alam, H. V. (2020). Dampak Tunjangan Profesi Terhadap
Motivasi Kerja Guru SMA di Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo. Aksara:
Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 5(3), 199.
https://doi.org/10.37905/aksara.5.3.199-206.2019
Profesionalisme, D., & Agama, G. (2009). SERTIFIKASI GURU Telaah
Urgensinya Terhadap Kompetensi. XXXIII(1), 138–153.
Riyadi, T., & Info, A. (n.d.). Jurnal Aksioma Ad-Diniyyah : The Indonesian
Journal Of Islamic Studies DAMPAK SERTIFIKASI TERHADAP
KOMPETENSI PEDAGODIK GURU ( STUDI PEMETAAN ( PK ) GPAI
ON-LINE TINGKAT SMA / SMK WILAYAH SERANG TIMUR STAI La
Tansa Mashiro Keywords Teacher Certification ,. 8(1).
Samarinda, D. I. K. (2022). STUDI TENTANG SERTIFIKASI GURU DALAM
DAN KESEJAHTERAAN GURU. 10(3), 618–629.
Simatupang, R. (2018). Pengaruh Pelaksanaan Sertifikasi Guru Terhadap Minat
Studi Lanjut Mahasiswa Program Peningkatan Kualifikasi Semester Ii Di
Stakpn Tarutung Tahun Akademik 2016/2017. Jurnal Teologi Cultivation,
2(1), 48–61. https://doi.org/10.46965/jtc.v2i1.180
Subijanto. (2017). 196488-None-Bd5D9749.Pdf.

Anda mungkin juga menyukai