Anda di halaman 1dari 15

"Undang-Undang RI Tentang Guru Dan Kebijakan Sertifikasi"

MAKALAH
Disusun Untuk Memnuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Guru yang Dibina
Oleh

(Rasidi, M. Pd. I.)

Oleh

RISKIYATUL FADILAH (20381062074)

JAMILATUL HANASAH (20381062070)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
IAIN MADURA

DESEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Undang-
Undang RI Tentang Kebijakan Sertifikasi Guru ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
      Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa saran yang membangun.
       Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pamekasan, 5 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………. i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………….. 1


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………… 1
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Analisis Undang-Undang Seritifikasi Guru……………………………….. 3


B. Kebijakan Sertifikasi Guru………………………………………………… 6
C. Hakikat Sertifikasi Guru ………………………………………………….. 7
D. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Guru …………………………………….. 8
E. Syarat dan Persiapan Sertifikasi Guru ……………………………………. 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………….. 11
B. Saran-Saran ……………………………………………………………….. 11

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… 12


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa
guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional harus
memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV), menguasai
kompetensi (pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian), memiliki sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga
profesional tersebut dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Lebih lanjut Undang-Undang Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru tersebut mendefinisikan bahwa profesional adalah pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Diharapkan agar guru sebagai tenaga profesional dapat berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Dengan terlaksananya sertifikasi guru, diharapkan akan berdampak pada
meningkatnya mutu pembelajaran dan mutu pendidikan secara berkelanjutan.

B.     Rumusan Masalah


1.      Analisis Undang-Undang Guru
2. Kebijakan Sertifikasi Guru
3. Hakikat Sertifikasi Guru
4. Tujuan Sertifikasi Guru
5. Syarat-Syarat Sertifikasi Guru
C.    Tujuan Penulisan
1.      Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu.
2.      Untuk mengetahui dan menjelaskan pengertian, tujuan, manfaat, prosedur dan makna serta pro
dan kontra kebijakan sertifikasi guru.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    ANALISIS UNDANG-UNDANG SERTIFIKASI GURU


Dasar kebijakan atau dasar hukum dari sertifikasi guru yang pertama terdapat dalam
UUD 1945 Bab XA Pasal 28C ayat 1 dan 2, yang berbunyi: Setiap orang berhak
mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. **) Setiap orang
berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. **) Dalam pasal di atas, memang tidak
dijelaskan mengenai sertifikasi. Namun pasal tersebut menjelaskan tentang hak seseorang,
termasuk didalamnya hak seorang guru, yaitu peningkatan kesejahteraan hidupnya dengan
memperoleh gaji yang layak.
Perjuangan hak seorang guru tersebut nampaknya terjawab dengan adanya sertifikasi
pendidik, namun guru harus memenuhi kualifikasi dan persyaratan tertentu. Hal ini diatur dalam
UU RI No. 20 Th. 2003 Tentang SISDIKNAS Bab XI Pasal 42 ayat 1, yang berbunyi:
Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasisesuai dengan jenjang kewenangan
mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional. Pasal ini diperkuat dengan UU RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan
Dosen Bab IV Pasal 8, yang berbunyi: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Pasal tersebut diperkuat lagi dengan keterangan yang terdapat dalam
Permendiknas No. 16 Th.2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Guru, yang berbunyi Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi
guru yang berlaku secara nasional. Tanpa memenuhi persyaratan tersebut, maka guru dapat
dikatakan tidak layak untuk menjadi seorang guru atau pendidik.
Setelah guru memenuhi persyaratan tersebut, maka guru akan memperoleh keuntungan-
keuntungan tertentu, yaitu meningkatnya kesejahteraan yang diatur oleh  UU RI No. 20 Th.
2003 Tentang SISDIKNAS Bab XI Pasal 43 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: Promosi dan
penghargaan bagi pendidik dan tenaga kependidikan dilakukan berdasarkan latar belakang
pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan. Sertifikasi
pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi. Pasal di atas selain menjelaskan mengenai penghargaan bagi
pendidik atau guru, juga menjelaskan mengenai pelaksanaan sertifikasi yang dilakukan oleh
LPTK. Ini diperkuat dengan UU RI No. 14 Th. 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab IV Pasal
11 ayat 1-3, yang berbunyi: Sertifikat pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan
kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi
dan ditetapkan oleh Pemerintah. Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan,
dan akuntabel.
Kebijakan penguatan tentang apa itu sertifikasi diperkuat lagi dalam UU RI No. 14 Th.
2005 Tentang Guru dan Dosen Bab I Pasal 1 ayat 11 – 12, yang berbunyi: Sertifikasi adalah
proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti
formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional.
Kebijakan di atas diperkuat dan diperjelas oleh Peraturan Menteri Nasional No. 18 Tahun
2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan Pasal 1 ayat 1-3 dan pasal 2 ayat 1, yang
berbunyi: Sertifikasi bagi guru dalam jabatan  adalah proses pemberian sertifikat pendidik
untuk guru dalam jabatan. Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh
guru dalam jabatan yang telah memiliki kualifikasi akademik sarjana (S1) atau diploma empat
(D-IV). Sertifikasi bagi guru dalam jabatan  sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga
kependidikan yang  terakreditasi dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Pasal 2.
Sertifikasi bagi guru dalam jabatan  dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh
sertifikat pendidik.
Keterangan mengenai peserta sertifikasi diperinci sebagai berikut: 1) Sertifikasi melalui jalur
pendidikan diorientasikan bagi guru yunior yang berprestasi dan mengajar pada pendidikan dasar
(SD dan SMP). 2) Peserta diusulkan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. 3) Seleksi peserta
terdiri atas seleksi administratif dan seleksi akademik. Seleksi administratif dilakukan oleh dinas
pendidikan Kabupaten/Kota sedangkan seleksi akademik dilakukan oleh LPTK difasilitasi oleh
Ditjen Dikti.
Persyaratan peserta sertifikasi melalui jalur pendidikan adalah sebagai berikut: 1)
Memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) dari program
studi yang terakreditasi. 2) Mengajar di sekolah umum di bawah binaan Departemen Pendidikan
Nasional. 3) Guru PNS yang mengajar pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah atau guru yang diperbantukan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh masyarakat. 4) Guru bukan PNS, yaitu guru tetap yayasan (GTY) atau guru yang mengajar
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah. 5) Memiliki Nomor Unik
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). 6) Guru SD yang meliputi guru kelas dan guru
Pendidikan Jasmani. Guru kelas diutamakan yang memiliki latar belakang pendidikan S1 PGSD
atau S1 kependidikan lainnya, sedangkan guru Pendidikan Jasmani diutamakan yang memiliki
latar belakang S1 keolahragaan. 7) Guru SMP (bidang studi PKn, Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris, Matematika, IPA, IPS, Kesenian, Pendidikan Jasmani, dan guru bimbingan konseling)
diutamakan yang mengajar sesuai dengan latar belakang pendidikannya. 8) Memiliki masa kerja
sebagai guru minimal 5 tahun dengan usia maksimal 40 tahun pada saat mendaftar. 9) Memiliki
prestasi akademik/non akademik dan karya pengembangan profesi di tingkat kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun
organisasi/lembaga. 10) Bersedia mengikuti pendidikan selama 2 semester dan meninggalkan
tugas mengajar. 11) Disetujui oleh dinas pendidikan kabupaten/kota dengan pertimbangan proses
pembelajaran di sekolah tidak terganggu
Sedangkan Kunandar merinci, penentuan calon guru peserta sertifikasi dalam jabatan
menggunakan sistem rangking bukan berdasarkan seleksi melalui tes (setelah memenuhi
persyaratan S1/D4) ialah sebagai berikut:
1.         Masa kerja/pengalaman mengajar, dihitung sejak guru yang bersangkutan diangkat diangkat
menjadi PNS sebagai guru, hingga yang bersangkutan dinominasikan sebagai calon peserta
sertifikasi guru melalui SK Penetapan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Bagi guru PNS
yang sebelumnya pernah menjadi guru tetap yayasan (non-PNS), masa kerja dihitung sejak yang
bersangkutan pertama kali diangkat dan bertugas menjadi guru pada suatu satuan pendidikan.
2.         Usia, yang dihitung adalah usia kronologis, diperinci sampai dengan bulan.
3.         Pangkat/golongan, adalah pangkat/golongan guru PNS yang diusulkan untuk di sertifikasi.
4.         Beban jam mengajar, dihitung berdasarkan jumlah jam mengajar
per minggu.
5.         Jabatan/tugas tambahan yang dijadikan kriteria dalam penyusunan urutan daftar guru calon
peserta sertifikasi adalah jabatan atau tugas tambahan yang disandang oleh guru yang diusulkan
untuk disertifikasi, seperti jabatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program/jurusan,
kepala bengkel, dan lain-lain.
6.         Prestasi kerja, yang dijadikan kriteria dalam penyusunan urutan daftar guru calon peserta
sertifikasi ialah prestasi yang pernah diraih guru yang dinominasikan untuk di sertifikasi, seperti
guru teladan (berprestasi), disiplin, dedikasi dan loyalitas, pembimbing teman sejawat,
pembimbing siswa, sampai mendapatkan penghargaan baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota,
propinsi, nasional, maupun internasional.
Sedangkan mengenai gaji atau kesejahteraan yang dibayarkan kepada guru yang diatur
dalam Permendiknas No.11 Tahun 2008 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan, pasal
6 ayat 1, yang berbunyi: Guru yang diangkat oleh Pemerintah, pemerintah  daerah, atau badan
hukum penyelenggara pendidikan yang menjadi peserta sertifikasi pada tahun berjalan dan
telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi   guru dari Departemen Pendidikan 
Nasional pada tahun berjalan, dan melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24
(dua puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu, berhak atas tunjangan profesi pendidik
sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan terhitung mulai bulan Januari pada tahun
berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik.  Jadi guru yang sudah mengikuti sertifikasi
mendapatkan tunjangan sebesar 1x gaji pokok, namun guru tersebut harus melaksanakan beban
kerja sebesar 24 jam tatap muka dalam satu minggu sebagai konsekuensi dari
keprofesionalisasiannya.

B.     KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU

Sertifikasi pada mulanya hanya dikenal dalam dunia industri barang. Pada saat ini,
sertifikasi sudah menembus industri jasa dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang
pendidikan nasional. Saat ini kita mendengar berbagai istilah yang sering digunakan dalam
kegiatan sertifikasi, satu diantaranya adalah Sertifikat ISO 9001. Istilah ini dipakai dalam dunia
jasa dan industri yang menyatakan bahwa pemilik dan hasil produksi perusahan, jasa atau
industri tersebut sangat kredibel dan memiliki standar mutu yang dapat diandalkan.
Kebijakan sertifikasi dalam dunia pendidikan nasional dilaksanakan berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 18 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Pelaksanaan program ini bertujuan untuk menjamin mutu para
guru sehingga profesionalisasi guru dapat berjalan dengan baik khususnya berkaitan dengan
bagaimana melaksanakan tugas pembelajaran yang unggul. Mulyasa (2006:17) menyatakan
“Pada hakikatnya sertifikasi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan professional
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya serta tujuan
pendidikan nasional pada umumnya sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.
Menurut Mulyasa (2006:191), sertifikasi guru merupakan salah satu pekerjaan yang harus
dilakukan pemerintah terkait dengan amanat Undang-Undang Guru dan Dosen. Melalui standard
sertifikasi diharapkan dapat dipilah dan dipilih guru-guru professional yang berhak dan tidak
berhak menerima tunjangan profesi sebagai wujud apresiasi pemerintah terhadap kadar
professional seorang guru.

C.     HAKIKAT SERTIFIKASI GURU


Sertifikasi guru adalah sebuah upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan
peningkatan kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran
dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteran guru
berupa tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang telah memiliki sertifikat
pendidik.
Perlunya ada sertifikat pendidik bagi guru dan dosen, bukan saja untuk memenuhi
persyaratan sebuah profesi yang menuntut adanya kualifikasi minimum dan sertifikasi, juga
dimaksudkan agar guru dan dosen dapat diberi tunjangan profesi oleh Negara. Tunjangan profesi
itu diperlukan sebagai syarat mutlak sebuah profesi agar penyandang profesi dapat hidup layak
dan memadai, apalagi hingga saat ini guru dan dosen masih tergolong kelompok yang
berpengahasilan rendah yang harus dibantu meningkatkan kesejahteraan melalui undang-
undang.
Berdasarkan kepentingan tersebut, maka dalam Undang- Undang Guru dan Dosen
dengan tegas dirumuskan pada pasal 16, bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi guru
yang diangkat oleh pemerintah dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
yang memiliki sertifikat pendidik yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok yang
diangkat oleh pemerintah pada tingkatan masa kerja dan kualifikasi yang sama.
Tunjangan profesi ini dialokasikan dalam APBN dan APBD. Subtansi yang sama bagi
dosen diatur dalam pasal 53 UUGD. Dengan demikian maka diskriminasi antara guru dan dosen
yang berstatus PNS dan non PNS tidak akan terjadi lagi.
Sertifikasi pendidik bagi guru diatur dalam pasal 11 ayat (2) dan (3) Undang- undang
Guru dan Dosen yang menyebutkan bahwa sertifikat pendidik diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga pendidikan yang telah terakreditasi yang
ditetapkan oleh pemerintah dan dilaksanakan secara transparan, objektif dan akuntabel. Setiap
orang yang memiliki sertifikat pendidik itu memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat
menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu
Agar sertifikat pendidik dapat diperoleh oleh guru yang berstatus PNS dan Non PNS
tanpa banyak hambatan, maka pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran,
termasuk untuk meningkatkan kualifikasi akademik selain tunjangan profesi, bagi guru yang
memiliki sertifikat pendidik, dan yang belum tersertifikasi akan disediakan oleh Negara
tunjangan fungsional atau tunjangan sejenis kepada guru, baik yang berstatus PNS maupun Non
PNS.
Tunjangan yang dimaksud ini dialokasikan dalam APBN dan atau APBD,sehingga tidak
ada keraguan bahwa tunjangan ini tidak akan dilaksanakan oleh pemerintah

D. TUJUAN DAN MANFAAT SERTIFIKASI GURU


Secara umum tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan mutu dan menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dan meningkatkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetensi
yang ditentukan. Secara khusus program ini bertujuan sebagai berikut.1[2]
1. Meningkatkan kompetensi guru dalam bidang ilmunya.
2. Memantapkan kemampuan mengajar guru.
3. Menentukan kelayakan kompetensi seseorang sebagai agen pembelajaran.
4. Sebagai persyaratan untuk memasuki atau memangku jabatan professional sebagai pendidik.
5. Mengembangkan kompetensi guru secara holistik sehingga mampu bertindak secara
profesional.

1[2] Ibid h. 7-8


6. Meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan penelitian dan kegiatan ilmiah lain, serta
memanfaaatkan teknologi komunikasi informasi untuk kepentingan pembelajaran dan perluasan
wawasan.
Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diperikan sebagai berikut.
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra
profesi guru.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional.
3. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna
layanan pendidikan.
4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan
eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
5.  Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.

E Syarat dan Persiapan Sertifikasi Guru

1. Syarat dan Persiapan Sertifikasi Guru PNS

Bagi PNS bisa mengikuti sertifikasi guru melalui jalur PPG. Ada beberapa syarat yang
harus dipersiapkan dalam hal ini antara lain:

1. Persyaratan umum:

Persyaratan umum yang harus dipenuhi sebelum mengajukan sertifikasi bagi guru adalah:

 Memiliki kualifikasi jenjang akademik S1 atau D4


 Memiliki jabatan sebagai PNS
 Sudah memiliki NUPTK (Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
 Sudah terdaftar di Data Pokok Pendidikan Kemdikbud
 Berusia maksimal 58 tahun
 Bebas dari NAPZA
 Memiliki kelakuan baik
 Sehat secara jasmani dan rohani

2. Persyaratan Dokumen

Persyaratan dokumen sertifikasi guru antara lain sebagai berikut:

 Ijazah yang sudah dilegalisir oleh Perguruan Tinggi


 Fotocopy SK pengangkatan yang pertama bagi PNS dan SK untuk 5 tahun terakhir (yang
terbaru). SK ini dilegalisir oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten, Kota atau Provinsi
 Surat izin mengikuti PPG yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang
 Surat keterangan bebas NAPZA yang dikeluarkan oleh BNN atau pejabat berwenang
lainnya
 Surat Keterangan Sehat dari rumah sakit atau dokter
 Surat berkelakuan baik yang dikeluarkan oleh pihak kepolisian

2. Syarat dan Persiapan Sertifikasi Guru Non PNS

Apa saja syarat sertifikasi guru non PNS? Bagi guru yang berstatus non PNS dan ingin
mengajukan sertifikasi maka diperlukan beberapa persyaratan sebagai berikut:

 Guru belum memiliki sertifikat pendidik dan masih tercatat aktif sebagai guru yang
mengajar di sekolah yang dinaungi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Khusus
bagi guru agama akan dinaungi oleh Kemenag.
 Sudah memiliki NUPTK seperti persyaratan untuk guru yang berstatus PNS
 Sudah berstatus sebagai guru sebelum ditetapkannya UUGD pada 30 Desember 2005.
Bagi yang berstatus guru setelah waktu tersebut bisa mengikuti sertifikasi melalui
Pendidikan dan Pelatihan Guru (PPG)
 Melampirkan SK Honorer yang ditandatangani oleh kepala daerah setempat. Bisa juga
menggunakan SK guru yang sudah ditandatangani kepala yayasan.
 Guru yang mengajukan sertifikasi tersebut berusia di bawah 60 tahun
 Melampirkan surat keterangan sehat jasmani dan rohani yang dikeluarkan oleh dokter
atau rumah sakit
 Jenjang pendidikan guru yang mengajukan sertifikasi minimal DIV atau S1 dan berasal
dari perguruan tinggi yang sudah terakreditasi.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru. Sertifikat
pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru.
Secara umum tujuan sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan mutu dan menentukan
kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dan meningkatkan kompetensi peserta agar mencapai standar kompetensi
yang ditentukan.
Adapun manfaat ujian sertifikasi guru dapat diperikan sebagai berikut.
1. Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang tidak kompeten, yang dapat merusak citra
profesi guru.
2. Melindungi masyarakat dari praktik-praktik pendidikan yang tidak berkualitas dan profesional.
3. Menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK , dan kontrol mutu dan jumlah guru bagi pengguna
layanan pendidikan.
4. Menjaga lembaga penyelenggara pendidikan (LPTK) dari keinginan internal dan tekanan
eksternal yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang berlaku.
5. Memperoleh tujangan profesi bagi guru yang lulus ujian sertifikasi.

B.     Saran-saran
Kami menyadari bahwasannya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak
luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Swt, sehingga
dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang konstruktif akan senantiasa kami harapkan dalam upaya evaluasi diri.
DAFTAR PUSTAKA

Mukhlis, Mansur, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, Jakarta: Bumi


Aksara, 2007

Maisah dan Yamin, Martinis, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: Gaung persada, 2010

Rosda, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: 2007.


http://akta4-20.blogspot.com/2009/06/pro-kontra-sertifikasi-guru.html

Anda mungkin juga menyukai