Anda di halaman 1dari 10

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SUSKA RIAU SEMESTER GENAP TAHUN


AKADEMIK
2019/ 2020

Nama : Hari Amantra Pratama


NIM : 11910111088
Mata Kuliah : Profesi dan Etika Keguruan
Prodi : PAI/ II D

1. Apa yang dimaksud dengan sertifikasi guru.


2. Sebutkan dasar kebijakan sertifikasi guru.
3. Kemukakan persyaratan guru yang dibenarkan mengikuti sertifikasi
guru.
4. Apa saja tahapan dan proses dalam sertifikasi guru.
5. Kemukakan pendapat anda apakah kelulusan sertifikasi bisa menjamin
keprofesionalan seorang guru.

Jawaban
1. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada
guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi
standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak
untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.
Adapun beberapa ahli mengemukakan pengertian sertifikasi guru, antara
lain:

1.Shoimin (2013:81)
Pengertian sertifikasi menurut Shoimin adalah suatu proses pemberina
serfitkat pendidik kepada guru. Sertifikat pendidikan yang diberikan
kepada guru yang sudah memenutih standar profesional guru. Guru
profesional adalah syarat wajib untuk menciptakan sistem dan praktik
pendidikan yang berkualitas.

2. UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen


Pengertian sertifikasi menurut UU RI No.14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen adalah suatu proses pemberian sertifikat untuk guru dan
dosen

3. Masnur Muslich (2007:2)


Pengertian sertifikasi menurut Masnur Muslich adalah proses
pemberian sertifikat pendidikan untuk guru yang sudah memenuhi
persyaratan tertentu, berupa kualifikasi akademik, kompetensi, sehat
jasmani dan rohani, dan juga mempunyai kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang diiringi dengna
meningkatnya kesejahteraan yang layak.

4. Martinus Yamin (2006:2)


Pengertian sertifikasi menurut Martinus Yamin adalah pemberian
sertifikas pendidik kepada guru dan dosen atau bukti formal sebagai
pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga
profesional.

5. Mulyasa (2007:34)
Pengertian sertifikasi menurut Mulyasa adalah prose uji kompetensi
yang dibuat untuk mengungkapkan penguasaan komptensi seseorang
sebagai landasan pemberian sertifikat pendidik.

6. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)


Pengertian sertifikasi menurut KBBI adalah tanda atau surat
keterangan (pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang yang berwenang
yang bisa digunakan sebagai bukti pemilikan atau suatu kejadian.

2. Dasar utama pelaksanaan sertifikasi adalah Undang-Undang Nomor 14


Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan tanggal 30
Desember 2005. Pasal yang menyatakannya adalah Pasal 8: guru wajib
memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. Pasal lainnya adalah Pasal 11, ayat (1)
menyebutkan bahwa sertifikat pendidik sebagaimana dalam pasal 8
diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.
Landasan hukum lainnya adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam
Jabatan yang ditetapkan pada tanggal 4 Mei 2007.

Landasan atau dasar hukum dari sertifikasi guru adalah sebagai berikut:
 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
 Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
 Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.16 Tahun 2006 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik
 Fatwa Hukum Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
No.I.UM.01.02-253
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 Tahun 2007 tentang
Setifikasi untuk Guru dalam Jabatan.
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.40 Tahun 2007 tentang
Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan melalui Jalur Pendidikan.
 Keputusan Mendiknas No.057/O/2007 Tahun 2007 tentang
Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam
Jabatan
 Keputusan Mendiknas No.122/P/2007 Tahun 2007 tentang
Penetapan Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam
Jabatan melalui Jalur Pendidikan
3. Persyaratan ujian sertifikasi dibedakan menjadi dua, yaitu persyaratan
akademik dan nonakademik. Adapun persyaratan akademik adalah
sebagai berikut:
• Bagi guru TK/RA , kualifikasi akademik minimum D4/S1, latar
belakang pendidikan tinggi di bidang PAUD, Sarjana Kependidikan
lainnya, dan Sarjana Psikologi.
• Bagi guru SD/MI kualifikasi akademik minimum D4/S1 latar
belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan
lain, atau psikologi.
• Bagi guru SMP/MTs dan SMA/MA/SMK, kualifikasi akademik
minimal D4/S1 latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan.
• Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam bidang akademik,
dapat diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari
kepala sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala
cabang dinas dan kepala dinas pendidikan.
Persyaratan nonakademik untuk ujian sertifikasi dapat didentifikasi
sebagai berikut:
• Umur guru maksimal 56 tahun pada saat mengikuti ujian sertifikasi.
• Prioritas keikutsertaan dalam ujian sertifikasi bagi guru didasarkan
pada jabatan fungsional, masa kerja, dan pangkat/golongan.
• Bagi guru yang memiliki prestasi istimewa dalam nonakademik,
dapat diusulkan mengikuti ujian sertifikasi berdasarkan rekomendasi dari
kepala sekolah, dewan guru, dan diketahui serta disahkan oleh kepala
cabang dinas dan kepala dinas pendidikan.
• Jumlah guru yang dapat mengikuti ujian sertifikasi di tiap wilayah
ditentukan oleh Ditjen PMPTK berdasarkan prioritas kebutuhan.

4. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 5


tahun 2012, guru dalam jabatan yang telah memenuhi persyaratan dapat
mengikuti sertifikasi melalui pelaksanaan sebagai berikut

a. Pemberian Sertifikat Pendidik secara Langsung (Pola PSPL) 


Sertifikasi guru pola PSPL didahului dengan verifikasi dokumen. Peserta
sertifikasi guru pola PSPL sebagai berikut:
1. Guru yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari
perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau
bidang studi yang relevan dengan mata pelajaran atau rumpun
mata pelajaran yang diampunya dengan golongan paling rendah
IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan
golongan IV/b.
2. Guru kelas yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3
dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau
bidang studi yang relevan dengan tugas yang diampunya dengan
golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/b. 
3. Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang sudah memiliki
kualifikasi akademik S-2 atau S-3 dari perguruan tinggi
terakreditasi dalam bidang kependidikan atau bidang studi yang
relevan dengan tugas bimbingan dan konseling dengan golongan
paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit kumulatif
setara dengan golongan IV/b.
4. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas pada satuan
pendidikan yang sudah memiliki kualifikasi akademik S-2 atau S-3
dari perguruan tinggi terakreditasi dalam bidang kependidikan atau
bidang studi yang relevan dengan tugas kepengawasan dengan
golongan paling rendah IV/b atau yang memenuhi angka kredit
kumulatif setara dengan golongan IV/b; atau. 
5. Guru yang sudah mempunyai golongan paling rendah IV/c, atau
yang memenuhi angka kredit kumulatif setara dengan golongan
IV/c (melalui in passing).
b. Penilaian Portofolio (Pola PF) 
Sertifikasi guru pola PF dilakukan melalui penilaian dan verifikasi
terhadap kumpulan berkas yang mencerminkan kompetensi guru.
Komponen penilaian portofolio mencakup: (1) kualifikasi akademik, (2)
pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6)
prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan
dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan
dan sosial, dan (10) penghargaan yang relevan dengan bidang
pendidikan.

Peserta Sertifikasi pola Portofolio adalah guru dan guru yang diangkat
dalam jabatan pengawas satuan pendidikan yang telah memenuhi
persyaratan akademik dan administrasi serta memiliki prestasi dan
kesiapan diri. Sementara itu, bagi guru yang telah memenuhi persyaratan
akademik dan administrasi namun tidak memiliki kesiapan diri untuk
mengikuti sertifikasi melalui pola PF, dibolehkan mengikuti sertifikasi
pola PLPG setelah lulus Uji Kompetensi Awal (UKA).
c. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) 
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) merupakan pola sertifikasi
dalam bentuk pelatihan yang diselenggarakan oleh Rayon LPTK untuk
memfasilitasi terpenuhinya standar kompetensi guru peserta sertifikasi.
Beban belajar PLPG sebanyak 90 jam pembelajaran selama 10 hari dan
dilaksanakan dalam bentuk perkuliahan dan workshop menggunakan
pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan (PAIKEM). Perkuliahan dilaksanakan untuk penguatan
materi bidang studi, model-model pembelajaran, dan karya ilmiah.

Workshop dilaksanakan untuk mengembangkan, mengemas perangkat


pembelajaran dan penulisan karya ilmiah. Pada akhir PLPG dilaksanakan
uji kompetensi. Peserta sertifikasi pola PLPG adalah guru yang bertugas
sebagai guru kelas, guru mata pelajaran, guru bimbingan dan konseling
atau konselor, serta guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan
pendidikan yang memilih: (1) sertifikasi pola PLPG, (2) pola PF yang
berstatus tidak mencapai passing grade penilaian portofolio atau tidak
lulus verifikasi portofolio (TLVPF), dan (3) PSPL tetapi berstatus tidak
memenuhi persyaratan (TMP) yang lulus UKA.

5. Sertifikasi merupakan sarana atau instrumen untuk mencapai suatu


tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Perlu ada kesadaran dan pemahaman
dari semua fihak bahwa sertifikasi adalah sarana untuk menuju kualitas.
Kesadaran dan pemahaman ini akan melahirkan aktivitas yang benar,
bahwa apapun yang dilakukan adalah untuk mencapai kualitas. Kalau
seorang guru kembali masuk kampus untuk meningkatkan kualifikasinya,
maka belajar kembali ini bertujuan untuk mendapatkan tambahan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan, sehingga mendapatkan ijazah S-1. Ijazah
S-1 bukan tujuan yang harus dicapai dengan segala cara, termasuk cara
yang tidak benar melainkan konsekuensi dari telah belajar dan telah
mendapatkan tambahan ilmu dan ketrampilan baru. Demikian pula kalau
guru mengikuti sertifikasi, tujuan utama bukan untuk mendapatkan
tunjangan profesi, melainkan untuk dapat menunjukkan bahwa yang
bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam
standar kompetensi guru. Tunjangan profesi adalah konsekuensi logis
yang menyertai adanya kemampuan yang dimaksud. Dengan menyadari
hal ini maka guru tidak akan mencari jalan lain guna memperoleh
sertifikat profesi kecuali mempersiapkan diri dengan belajar yang benar
untuk menghadapi sertifikasi. Berdasarkan hal tersebut, maka sertifikasi
akan membawa dampak positif, yaitu meningkatnya kualitas guru.

Anda mungkin juga menyukai