Anda di halaman 1dari 68

Teori-teori

psikologi sosial
a. Teori behaviorisme
1. Teori Stimulus-Respon (JB Watson)
2. Teori Kondisioning (EL Thorndike)
3. Teori Operant Conditioning (BF Skinner)

 Perilaku individu sebagai respon dari stimulus (faktor


luar/lingkungan)
ISTILAH-ISTILAH &
PENGERTIAN-PENGERTIAN :

1.Rangsangan (Stimulus), adalah :


Peristiwa yang terjadi di luar maupun
di dalam diri kita yang memungkinkan
timbulnya tingkah laku individu.

Stimulus Respons
Stimulus
Stimulus
 Menurut Skinner terdapat 3 fungsi
rangsangan, yaitu :

a. Fungsi Pembangkit (elicitation),yaitu :


Rangsang yang langsung menimbulkan
tingkah laku balas.

Contoh :
Ketika melihat buah ranum dan segar,
membuat air liur Anda menetes tidak
tertahankan.
b.Fungsi Diskriminasi(discrimination),yaitu:
Tingkah laku balas yang tidak akan segera
terjadi karena rangsang hanya sebagai
penanda akan datangnya pembangkit.

Contoh :
Suara tok…tok…tok tukang bakso adalah
rangsang pertanda yang akan disusul oleh
rangsang makanan bakso
c. Fungsi Penguat (reinforcement), yaitu :
Untuk memperkuat atau memperlemah
tingkah laku balas.

Contoh :
Apabila Anda rajin masuk kuliah tentu
akan mendapat banyak pujian yang
mengalir dari teman, dosen, dan orang tua.
Saat Anda mendapatkan pujian, hal itu
merupakan penguat yang membuat Anda
semakin rajin masuk kuliah.
2. Dorongan (drive), yaitu :
Semacam energi (daya) yang mengarahkan
individu kepada pilihan tingkah laku. Pilihan-
pilihan tingkah laku ini ditimbulkan oleh
adanya kebutuhan (need).
Menurut Dollard & Miller (1950) serta Hull,
terdapat 2 jenis dorongan pada manusia,yaitu:
1. Dorongan Primer adalah dorongan bawaan.
Seperti : lapar, haus, seks, dan sebagainya.
2. Dorongan Sekunder adalah dorongan yang
bersifat sosial yang dipelajari.
Seperti : dorongan untuk mendapatkan upah,
pujian, atau sejenis makanan tertentu.
3. Penyamarataan (generalization) dan
Diskriminasi (discrimination)
a. Penyamarataan, adalah :
Suatu proses dimana sebuah rangsang
menimbulkan balas yang pernah dipelajari
dari rangsang lain yang serupa atau hampir
sama.
Contoh :
Seorang anak menyebut perempuan kepada
orang-orang yang mempunyai ciri-ciri
seperti ibunya, dan anak itu dapat pujian.
b. Diskriminasi, adalah :
Timbulnya tingkah laku balas yang berbeda
pada rangsangan yang berbeda-beda
pula.
Contoh :
Seorang anak memanggil mama kepada
ibunya dan pujian, kemudian memanggil
mama kepada kakak perempuan dan tante-
nya dan mendapat celaan. Anak itu kemu-
dian sadar bahwa hanya boleh memanggil
mama kepada ibunya saja.

hurriyati_dwi@yahoo.com
Derivatif dari teori behaviorisme
• Teori Mediational Stimulus – Response ( C.C.
Hull)
o S-r-s-R
o r-s media perantara

• Teori Proses Belajar Sosial (A. Bandura)


o Faktor kesadaran (kognitif) adalah penting.
Sumber perilaku dapat bersumber internal
maupun eksternal
Derivatif dari teori behaviorisme

• Teori Proses Pengganti (A.Bandura & RH Walters)


o Perilaku tiruan (imitasi) adalah suatu bentuk asosiasi antara
Rangsang dengan Rangsang lainnya.
o Reinforcement bukan syarat penting dalam proses belajar
sosial, tapi sebagai proses modelling

• Teori Belajar Sosial (J.Dollard & NE Miller)


o Perilaku manusia dipelajari, maka untuk memahami perilaku
sosial dan proses belajar sosial harus memahami prinsip-
prinsip psikologi belajar.
Teori Belajar Sosial dan Tiruan

• 3 Mekanisme tiruan
1. Tingkah laku sama (same behavior)
2 orang bertingkah laku sama terhadap isyarat yang
sama
2. Tingkah laku tergantung (matched dependent behavior)
Terjadi dalam hubungan antara 2 pihak dimana yang satu
lebih daripada yang lain. Pihak yang lain akan
menyesuaikan dan tergantung dengan pihak pertama.
3. Tingkah laku salinan (copying)
Si peniru bertingkah laku atas dasar isyarat model.
b. Psikologi gestalt
• M.Wertheimer; W. Köhler; K. Koffka
• Interaksi manusia-lingkungan disebut lapangan perseptual
• Gejala (phenomena) merupakan suatu totalitas.
(keseluruhan)
• Dalam phenomena terdapat dua hal yaitu : objek dan arti
• Objek meruapak sesuatu yang dapat dideskripsikan setelah
ditangkap oleh indera dan bisa diartikan
Wertheimer
• Phi phenomena : bergeraknya objek statis menjadi gerakan
dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat sehingga
dapat diinterpretasikan oleh manusia.
• 3 hukum :
1. Law of proximity
2. Law of closure
3. Law of equivalence
Kofka
• Teori belajar :
1. Memory traces / jejak memory
2. Perjalanan waktu berpengaruh pada memory traces
3. Latihan yang terus menerus bisa memperkuat memory traces
Field Theory (K.Lewin)
• Perilaku adalah fungsi dari Personal-Lingkungan
B=f(P,E)

• Konsep teorinya ada:


o Lapangan kehidupan (dunia fenomenal)
o Perilaku & Lokomasi
o Daya (Force) merupakan vektor ke valensi
o Ketegangan/tension

• Karena adanya ketegangan menyebabkan konflik


• Konflik :
1. mendekat-mendekat (approach-approach)
2. Mendekat-menjauh (approach-avoidance)
3. Menjauh-menjauh (avoidance-avoidance)
Derivatif teori lapangan
• Teori Hubungan Interpersonal (F.Heider)
o Lebih menekan proses persepsi

• Teori Lapangan tentang Kekuasaan (D.Cartwright)


o Social power adalah masalah penting dalam analisis perilaku
sosial

• Teori tentang Kekuasaan Sosial (JRP French)


o Proses pengaruh-mempengaruhi dalam kelompok melibatkan
tiga pola relasi dalam kelompok:
• Hubungan kekuasaan antaranggota kelompok
• Pola komunikasi dalam kelompok
• Hubungan antarpendapat dalam kelompok
c. Psikologi kognitif
• Konsep penting dalam psikologi kognitif:
o Kognisi
o Rangsang
o Respon
o Arti (meaning)

• Perkembangan teori:
o Teori Konsistensi Kognitif (Krech & Crutchfield, 1948)
o Teori Cognitive Imbalance (Heider, 1946)
o Teori Asymetry (TM Newcomb, 1953)
o Teori Keselarasan (CE Osgood & PH Tannenbaum, 1955)
o Teori Dissonance (L.Festinger, 1957)
o Teori Atribusi (H.H. Kelley, 1970)
Teori Fasilitasi Sosial
• Robert Zajonc (1965) meneliti fasilitasi sosial.
• Hasil penelitiannya :
- Kehadiran orang lain meningkatkan performa pada tugas
motorik sederhana yang sudah dikuasai benar.
- Tugas yang rumit dan sulit yang membutuhkan
ketrampilan atau kemampuan tingkat tinggi atau jika
pelaku meragukan keberhasilannya, kehadiran orang lain
akan menambah kegugupan dan hasilnya justru menurun.
• Mengapa orang terfasilitasi oleh kehadiran orang lain ?
- adanya penilaian (apprehension) orang lain (Cottrell)
- adanya perhatian terpecah (distraction) (Sanders, Baron &
Moore)
- munculnya arousal karena kehadiran orang lain (Zajonc)

• Faktor yang mempengaruhi fasilitasi sosial :


1. Faktor kedekatan atau keakraban
2. Sexism
3. Musik yang agresif
SOCIAL LOAFING THEORY

• Ringelmann (Kravitz & Martin, 1986) menemukan


bahwa tukang dalam proyek bangunan lebih giat bekerja
kalau bekerja sendiri-sendiri.
• Ingham dkk (1974): peserta tarik tambang yang
diberitahu kalau menarik sendirian menarik tambang 18
% lebih kuat.
• Latane, William & Harkins (1979) : partisipan dalam
eksperimen tepuk tangan yang diberitahu kalau dia
sendirian bertepuk dan berteriak lebih keras.
Yang mempengaruhi pemalasan sosial
1. Faktor rasional, afektif dan normatif
2. Ketidakjelasan tugas dan faktor intrinsik yang rendah
3. Orang menjadi malas kalau yang lain malas (sucker
effects)
4. Pengambilalihan peran
5. Kultur individualisme
6. Kultur individualisme tidak mempengaruhi pemalasan
sosial jika ada pembagian tanggung jawab.
7. Makin tidak ada spesifikasi pekerjaan makin tinggi
pemalasan sosial.
8. Pemalasan sosial lebih mungkin terjadi kalau tidak ada
hadiah/insentif.
Teori Konsistensi Kognitif
• berpangkal pada sebuah proposisi umum bahwa kognisi
(pengetahuan, kesadaran) yang tidak konsisten dengan kognisi
lain menimbulkan keadaan psikologis yang tidak menyenangkan
dan keadaan ini mendorong orang untuk bertingkah laku agar
tercapai konsistensi antarkognisi-kognisi tersebut yang akan
menimbulkan keadaan yang menyenangkan.

• Hubungan tidak konsisten :


ketidakseimbangan kognitif (cognitive imbalance – Heider),
asimetri (Newcomb), ketidakselarasan (Osgood dan
Tannenbaum), disonansi (Festinger)
• Contoh keadaan yang inkonsisten adalah apabila kita melihat
seorang presiden sedang nongkrong di warung di tepi jalan.

• Menghilangkan inkonsistensi :
o melihat orang itu sekali lagi untuk menyakinkan bahwa dia
sesungguhnya bukan presiden tapi orang yang mirip
presiden, atau
o mengubah stuktur kognitif kita dengan menyatakan bahwa
presiden adalah manusia juga yang sekali-kali ingin santai
makan di warung.
Teori Keseimbangan (Balance Theory)
• Dikemukakan Heider
• Didasarkan pada pandangan Gestalt
• Teori ini berpangkal pada perasaan yang ada pada seseorang
(P) terhadap orang lain (O) dan hal lain (X) yang ada
kaitannya dengan O. (X bisa benda mati bisa orang lain).
• P, O dan X membentuk satu kesatuan atau unit. Jika unit itu
mempunyai sifat yang sama di semua seginya maka
timbullah keadaan yang seimbang dan tidak ada dorongan
untuk berubah.
• Jika P, O, X tidak bisa berjalan bersama maka akan muncul
ketegangan dan muncul dorongan untuk berubah agar
tercapai keseimbangan.
P

O X
Contoh
Pada hubungan dua pihak
• P dan X suami-istri yang saling mencintai maka terjadilah
hubungan seimbang di antara keduanya.
• Apabila P sebagai suami X sudah tidak mencintai X lagi maka
terjadilah hubungan tidak seimbang.
Pada hubungan tiga pihak
• P menikahi X yang seorang janda beranak satu O. P menyukai X
dan dia juga menyukai O maka terjadilah hubungan seimbang.
• Apabila P kemudian tidak menyukai X (hubungan negatif) dan
O lagi (hubungan negatif) tetapi X mencintai O anaknya
(hubungan positif) maka hubungan tetap seimbang karena ada
dua hubungan negatif dan satu positif.
• Apabila P tidak menyukai X lagi tetapi ia masih menyukai O
maka terjadilah hubungan tidak seimbang.
Teori Disonansi Kognitif
• Antara elemen-elemen kognitif mungkin terjadi hubungan-
hubungan yang tidak pas (nonfitting relations) yang
menimbulkan kejanggalan (disonansi) kognitif.
• Disonansi kognitif menimbulkan desakan untuk mengurangi
disonansi tersebut dan menghindari peningkatannya.
• Hasil dari desakan itu terwujud dalam perubahan pada kognisi,
perubahan pda tingkah laku dan menghadapkan diri pada
beberapa informasi dan pendapat baru yang sudah diseleksi
terlebih dahulu.
• Disonansi didefinisikan sebagai berikut : dua elemen dikatakan
ada dalam hubungan yang disonan jika (dengan hanya
memperhatikan kedua elemen itu saja) terjadi suatu
penyangkalan dari satu elemen dan diikuti oleh atau mengikuti
suatu elemen lain.
• Contoh : jika seseorang berdiri di lapangan pada saat hujan
maka seharusnya ia basah kuyub.
• Tetapi kalau orang itu berdiri di bawah hujan dan tidak basah
maka terjadilah suatu disonansi.
• Sebaliknya konsonan adalah keadaan saat terjadi hubungan
yang relevan antara dua elemen dan hubungan itu tidak
disonan. Misalnya orang berdiri di bawah hujan dan basah
kuyub.
Sumber disonansi
1. Inkonsistensi logis.
Contoh : keyakinan bahwa air membeku dalam suhu O0C secara logis
tidak konsisten dengan keyakinan bahwa es balok tidak akan mencair alam
suhu 400C.
2. Nilai-nilai budaya (cultural mores). Kebudayaan seringkali menentukan
apa yang disonan dan apa yang konsonan.
Contoh : makan dengan tangan di pesta resmi di Eropa akan menimbulkan
disonansi tetapi makan dengan tangan di warung tegal dirasakan sebagai
konsonan.
3. Pendapat umum. Disonansi dapat tejadi karena suatu pendapat yang dianut
orang banyak dipaksakan kepada pendapat seseorang. Misalnya : seorang
remaja yang senang menyanyi keroncong. Hal ini menimbulkan disonansi
karena pendapat umum percaya lagu keroncong adalah lagunya orang tua.
4. Pengalaman masa lalu.
Contoh : berdiri di hujan tetapi tidak basah. Keadaan disonan ini tidak
sesuai dengan pangalaman masa lalu.
Konsekuensi Disonansi
1. Pengurangan disonansi melalui tiga kemungkinan :
a) Mengubah elemen tingkah laku.
Misalnya seorang gadis membeli baju baru yang mahal.
Ketika baju ini dipakainya seorang temannya mengatakan
baju itu “norak”. Untuk menghilangkan disonansi gadis ini
bisa menjual lagi baju itu atau menghadiahkan baju kepada
orang lain.
b) Mengubah elemen kognitif lingkungan
Misalnya gadis tadi menyakinkan temannya bahwa baju
tersebut tidak norak dan justru sedang jadi mode.
c) Menambah elemen kognitif baru
Misalnya mencari pendapat teman lain yang mendukung
pendapatnya bahwa baju itu tidak norak.
2. Penghindaran disonansi
Adanya disonansi selalu menimbulkan dorongan untuk
menghindari disonansi tersebut.
Dalam hubungan ini caranya adalah dengan menambah
informasi-informasi baru yang diharapkan dapat menambah
dukungan terhadap pendapat orang yang bersangkutan atau
menambah perbendaharaan elemen kognitif dalam diri
orang yang bersangkutan. Penambahan elemen baru ini
harus sangat selektif yaitu hanya mencarinya pada ornag-
orang yang diperkirakan dapat memberi dukungan dan
menghindari orang-orang yang pandangannya berbeda.
Teori Atribusi (Attribution Theory)
• Teori ini dikembangkan oleh Kelley (1967).

• Proses atribusi didefinisikan oleh Kelly sebagai poses


mempersepsikan sifat-sifat disposisional (yang sudah ada)
pada satuan-satuan dalam suatu lingkungan.

• Contoh : X senang menonton acara TV tertentu (misal empat


mata), maka ada dua kemungkinan : ia bisa menyatakan
bahwa acara itulah yang memang menyenangkan (atribusi
eksternal) atau bisa menyatakan bahwa dirinyalah yang sedang
dalam keadaan senang sehingga ia menyukai program tv
tersebut (atribusi internal).
Kriteria menentukan atribusi
1. Distinksi atau diferensiasi.
Dalam contoh di atas X menyukai acara empat mata yang
sedang ditontonnya tetapi kurang menyukai acara tv lain.
2. Konsistensi dalam waktu.
X akan tetap menyukai acara tv itu lagi kalau ia menontonnya
lagi di lain waktu.
3. Konsistensi dalam cara.
X akan tetap menukai acara tv itu tidak hanya kalau ia
menonton di rumah tetapi juga bila dia menonton di tempat
lain misalnya di rumah temannya.
4. Konsensus.
Ternyata bukan hanya X saja yang menyukai acara itu tetapi
juga orang lain.
Teori tingkat informasi (Level of
Information Theory)
• Tingkat informasi menyangkut pengetahuan seseorang tentang
kenyataan-kenyataan yang terjadi di lingkungan di sekitarnya.
Jika tingkat informasi seseorang tinggi maka ia akan mampu
membuat atribusi yang berbeda dari yang lain tetapi tidak
berubah-ubah.

• Atribusi akan tidak stabil bila orang yang bersangkutan kurang


mendapatkan dukungan sosial, kurang mempunyai informasi
di waktu yang lampau, pandangannya sering tidak dibenarkan
atau sering mendapatkan pengalaman yang menurunkan
kepercayaan dirinya.
Teori Inferensi Korespondensi
• Teori ini dikembangkan oleh Jones dan Davis (Sarwono, 1995)
dari teori Heider (teori lapangan – field theory) dan teori
kognitif.
• Teori ini pada dasarnya berusaha menerangkan keimpulan
yang ditarik oleh seorang pengamat (perceiver) dari
pengamatannya atas perilaku tertentu dari orang lain.
• Dengan kata lain pengamat melakukan peramalan (inference)
terhadap niat (intension) orang lain dari perilaku orang lain
tersebut.
• Tesis utama dari teori ini adalah perkiraan tentang intensi
suatu perbuatan tertentu bisa ditarik dengan
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan lain yang
dapat dilakukan si pelaku.
• Misalnya : A dan B bekerja sama. Ternyata kita amati
bahwa A selalu mengatur, mengontrol dan mengkritik
pekerjaan B.
• Kalau A berada dalam keadaan di mana ia bisa menentukan
sendiri perbuatan-perbuatan yang akan dilakukannya, maka
perbuatan A atas B akan kita perkirakan didasari oleh niat
mendominasi. Kepada A bisa kita berikan disposisi : A
orang yang dominan.
• Tetapi kalau A melakukan perbuatannya pada B atas dasar
perintah dari orang lain jadi ia sendiri tidak punya pilihan
lain maka kita tidak akan memperkirakan A sebagai orang
yang dominan.
Teori Perbandingan Sosial (Social
Comparison Theory)
• Teori ini dirumuskan oleh Festinger (Sarwono, 1995).
• Pada dasarnya teori ini berpendapat bahwa proses saling
mempengaruhi dan perilaku saling bersaing dalam interaksi
sosial ditimbulkan oleh adanya kebutuhan untuk menilai diri
sendiri (self evaluation) dan kebutuhan ini dapat dipenuhi
dengan membandingkan diri dengan orang lain.
• Ada dua hal yang diperbandingkan dalam hubungan ini,
yaitu :
1. Pendapat (opinion)
2. Kemampuan (ability)
Perbedaan perbandingan
1. Dalam perbandingan kemampuan terdapat dorongan searah
menuju kepada keadaan yang lebih baik atau kemampuan yang
lebih tinggi.
Sebagai contoh : A hanya mampu mengangkat barbel seberat 70
kg, sedangkan B mampu mengangkat 100 kg. Dalam
membandingkan dirinya dengan B, A merasa harus meningkatkan
kemampuannya (misalnya latihan lebih keras lagi) agar ia bisa
mendekati kemampuan B. Baik A dan B tidak memikirkan
kemungkinan B menurunkan kemampuannya agar mendekati A.
Dalam perbandingan antar pendapat, jika pendapat A berbeda
dari B, bisa saja A mengubah pendapatnya mendekati pendapat B
atau B mengubah pendapatnya mendekati pendapat A atau
keduanya saling mendekati.
• Perubahan pendapat relatif lebih mudah terjadi daripada
perubahan kemampuan.
• Menurut Festinger setiap orang punya dorongan untuk menilai pendapat
dan kemampuannya sendiri dengan cara membandingkannya dengan
pendapat atau kemampuan orang lain. Dengan cara ini orang bisa
mengetahui bahwa pendapatnya benar atau tidak dan seberapa jauh
kemampuan yang dimilikinya.

• Akan tetapi dalam menilai kemampuan ada dua situasi.


1. Situasi pertama adalah dimana kemampuan orang dinilai berdasarkan
ukuran yang objektif misalnya kemampuan mengangkat barbel seperti
contoh di atas.
2. Situasi kedua adalah situasi dimana kemampuan dinilai berdasarkan
pendapat. Misalnya X dan Y sama-sama pelukis. Mana di antara mereka
berdua yang lebih bagus lukisannya dinilai berdasarkan pendapat orang-
orang lain tentang lukisan mereka. Jadi yang dinilai bukan kemampuan
melukis melainkan pendapat tentang kemampuan melukis.
Self Control Theory
• Thompson mengemukakan bahwa self control adalah
keyakinan bahwa seseorang dapat mencapai hasil-hasil yang
diinginkan lewat tindakannya sendiri.
• Rodin mengungkapkan self control adalah perasaan bahwa
seseorang dapat membuat keputusan dan mengambil tindakan
yang efektif untuk menghasilkan akibat yang diinginkan dan
menghindari akibat yang tidak diinginkan.
• Kazdin mengemukakan bahwa  self control biasanya mengacu
pada tingkah laku bahwa seseorang secara sengaja dilakukan
untuk mendapatkan hasil pemilihan diri.
• Dalam Ensiklopedi psikologi, self control merupakan
kemampuan untuk menangguhkan kesenangan naluriah
langsung dan keputusan untuk memperoleh tujuan masa depan
yang biasanya dinilai secara sosial
• Menurut Calhoun dan Acocella self control merupakan
pengaruh seseorang terhadap, dan pengaturan tentang,
fisiknya, tingkah laku dan proses-proses psikologisnya
Locus of Control
• Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali
dikemukakan oleh Rotter pada tahun 1966, seorang ahli teori
pembelajaran sosial.
• Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian
(personality), yang didefinisikan sebagai keyakinan individu
terhadap mampu tidaknya mengontrol nasib (destiny) sendiri.
• Individu yang memiliki keyakinan bahwa nasib atau
peristiwa-peristiwa dalam kehidupannya berada dibawah
kontrol dirinya, dikatakan individu tersebut memiliki internal
locus of control.
• Sementara individu yang memiliki keyakinan bahwa
lingkunganlah yang mempunyai kontrol terhadap nasib atau
peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya
dikatakan individu tersebut memiliki external locus of
Self Management Theory
• Jawwad (2003) menyatakan bahwa pada dasarnya self-management
adalah pengendalian diri (pikiran, ucapan, dan perilaku) yang
mengakibatkan penghindaran individu terhadap hal yang tidak
sesuai dan peningkatan perbuatan yang sesuai.
• Self-management dapat didefinisikan sebagai proses perubahan
kapasitas individu baik itu kognitif dan fisik individu agar mencapai
tujuan yang telah dicanangkan.
• Nalagawa-Kogan mendefinisikan self-management sebagai suatu
perlakuan yang diberikan untuk memberikan hasil yang spesifik,
perlakuan tersebut dikombinasikan dengan teknik biologis,
psikologis dan intervensi sosial, dengan proses regulasi dari hasil
yang telah dicanangkan sebelumnya.
e. Teori psikodinamika
1. Psikoanalisis (Sigmund Freud)
2. Psikologi Individual (Alfred Adler)
3. Psikologi Analitik (Carl Gustav Jung)
• Proses mental-psikologis (kesadaran-ketidaksadarn) sangat
menentukan perilaku individu dan bahkan perilaku sosial-
individu. Ketidaksadaran dapat karena mekanisme pertahanan
ego (S.Freud) atau karena kompensasi inferioritas-superioritas
(Adler), atau karena personal-kolektif/arkhetipus (Jung).
Derivatif dari teori psikodinamika
 Psychoanalytic Social Theory (Karen Horney)
 Psikologi Perempuan berbeda dengan Psikologi Laki-laki
 Konflik pribadi tidak terjadi secara internal, tetapi merupakan produk berbagai
determinan budaya dan industrialisasi

• Humanistic Psychoanalysis (Erich Fromm)


 Kombinasi psikoanalisis dengan nuansa filsafat eksistensialisme
 Manusia modern sebagai manusia yang kesepian dan terasing dengan diri
sendiri dan lingkungan. Karena merasa sepi dan terasing, manusia melakukan
pelarian (ego-defence mechanism)

• Teori Psikodinamika dari Fungsi Kelompok (W.R.Bion)


 kelompok sebagai versi makrokosmos individu
 kelompok memiliki kebutuhan/motif (Id), tujuan dan mekanisme kelompok
(Ego), serta keterbatasan-keterbatasan/norma (Super Ego)
• Teori Perkembangan Kelompok (W.G. Bennis dan H.A. Shepard)
 Ada 2 tahap perkembangan kelompok:
Tahap Otoritas
Tahap Pribadi

• Teori Fundamental Interpersonal Relations Orientations = FIRO (W.Schultz)


 Ada 3 dimensi Perilaku AntarPribadi:
Tipe kontrol
Tipe inklusi
Tipe afeksi

• Teori Psikoanalisis dari Sikap Sosial (I. Sarnoff)


 Sikap berdasarkan mekanisme pertahanan ego
F. Teori perspektif
sosiologis
• Simbolik-Interaksionis (H.Blumer; GH Mead)
• Teori Peran (BJ Biddle & EJ Thomas)
o Peran sebagai serangkaian perilaku/fungsi-fungsi yang
dikaitkan dengan posisi khusus dalam suatu hubungan
sosial tertentu
o Peran meliputi: Harapan, Norma, Performance, dan
Penilaian/Sanksi
Tipe Peran
• Ralph Linton membedakan peran menjadi dua yaitu ascribed
dan achieve roles.
• Ascribed role adalah peran yang dibawa sejak lahir tanpa
adanya usaha untuk memperolehnya, misalnya sex role.
• Achieve roles adalah peran yang diperoleh setelah adanya
suatu usaha atau prestasi, misalnya peran dalam pekerjaan.
• Peran yang multiple akan memfasilitasi penyesuaian dalam
masyarakat karena ia mampu bertindak sesuai dengan
perannya.
• Peran yang multiple di satu sisi menguntungkan tetapi di sisi
lain kurnag menguntungkan misalnya kesulitan untuk
mengakomodasi berbagai peran yang diharapkan.
• Orang dengan multiple peran biasanya mengalami role strain
dan role-conflict.
Role Conflict
• Ada dua yaitu interrole conflict dan intrarole conflict.
• Interrole conflict terjadi ketika peran yang dimiliki seseoang
terpecah secara tidak kompatibel.
• Intrarole conflict terjadi ketika adanya harapan yang
kontradiktif atas peran tersebut.
Teori Teori Teori Teori Teori
Peran Lapangan Reinforce- Kognitif Symbolic
ment Interaction
-ist

Tokoh Mead, Kurt Lewin Homans Festinger GH Mead


Sarbin Barker Bandura Heider

Konsep Role Lapangan Stimulus- Struktur Self


Utama Kehidupan Respon Berpikir Alih Peran
Penjelasan peran atau interaksi Respon Formasi & Rangkaian
Perilaku aturan individu baru dan perubahan proses yg
dng exchange sikap & terjadi dlm
lingkungan belief interaksi
Asumsi ttg Berperilaku Individu & Hedonist Berperilaku Actor self
Manusia sesuai lingkungan tergantung atas dasar monitoring
harapan & sbg holistik reinforce- pikirannya & role
peran ment taking dlm
berinteraksi
Perubahan Harapan & Merubah Mengendali Inkonsisten Merubah
Perilaku peran lapangan kan reinfor- si kognitif standard
diubah kehidupan cement orang dlm
self respect
g. Psikologi humanistik
• Teori Dinamik Holistik (AH Maslow)
o Hierarchy of Needs

• Logotherapy (Viktor Frankl)


• Psikologi Eksistensial (Rollo Reese May)
Misi
psikologi sosial
1. Psikologi sosial sebagai
produk ilmu pengetahuan
• Studi ilmiah tentang individu (-individu) dalam situasi sosial
• Strategi untuk mencapai sebagai ilmu pengetahuan,
memerlukan pendekatan (kuantitatif-kualitatif)
2. Psikologi sosial sebagai
produk ilmu sosial
• Psikologi sosial sebagai teori yang multidisipliner bahkan
interdisipliner
• Psikologi sosial sebagai hasil interaksi ilmu-ilmu sosial
(sosiologi-antropologi-ekonomi)
• Psikologi sosial berkembang dipengaruhi oleh ilmu fisika-
biologi
3. Psikologi sosial sebagai
produk usaha kemanusiaan
• Psikologi sosial berkomitmen terhadap permasalahan personal
maupun sosial, sehingga tercapai kehidupan dunia yang lebih
baik
• Psikologi sosial mengembangkan individu agar berkembang
dan teraktualisasi diri
• Psikologi sosial mengarahkan perkembangan sosial bahkan
moral individu-sosial
4. Psikologi sosial sebagai produk
penggalangan kekuasaan
• Psikologi sosial diberi porsi yang besar untuk mandiri,
setingkat psikologi perkembangan – teori kepribadian
• Muncul psikologi sosial sebagai ilmu psikologi dasar
dan juga sebagai ilmu psikologi terapan (basic science
– applicative science)
5. Psikologi sosial sebagai
suatu upaya pragmatis
• Psikologi sosial dipergunakan untuk kepentingan-kepentingan
praktis (misal: kepentingan komersial)
• Psikologi sosial dapat sebagai pegangan para konsultan
maupun pekerja sosial
6. Psikologi sosial sebagai upaya
pembangunan/konstruksi sosial
• Konstruksi maupun rekonstruksi sosial memerlukan
sentuhan psikologi sosial
• Prinsip-prinsip psikologi sosial digunakan untuk
pemberdayaan masyarakat
7. Psikologi sosial sebagai
upaya post-modernisme
• Perkembangan psikologi sosial mendorong munculnya studi
maupun gerakan-gerakan masyarakat

Anda mungkin juga menyukai