Anda di halaman 1dari 18

TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

TEORI-TEORI DALAM PSIKOLOGI SOSIAL

1. TEORI GENETIK

Teori ini menekankan kualitas pembawaan sejak lahir


atas tingkah laku sosial. Bahwa "manusia adalah binatang sosial" menjadi inti dan teori
genetik dan sekaligus menjadi dasar asumsinya, bahwa komponen-komponen dari tingkah
laku sosial dihubungkan dengan atau mempunyai akar pada penyebab genetik yang tidak
dipelajari. Misalnya Konrad Lorenz (dalam Dayakisni, 2006:14), seorang ahli etiologi, yang
mempelajari gejala sosial pada binatang. Lorenz berpendapat bahwa tingkah laku agresi
adalah perwujudan dan insting agresi yang dibawa sejak lahir dan berasal dan kebutuhan
untuk melindungi diri. Ahli yang lainnya William Mc Douglas (dalam Dayakisni, 2006:14)
juga mendasarkan pada konsep-konsep genetik pada tingkah laku sosial. Douglas
berpendapat bahwa banyak sifat dan tingkah laku spesifik dapat dijelaskan dalam istilah
insting, tingkah laku yang memiliki tujuan langsung yang tidak dipelajari. Douglas
menuliskan seperangkat insting yang diperkirakan medasari sejumlah tingkah laku. Misalnya
apabila seorang ibu melindungi anaknya maka hal tersebut dinamakan tingkah laku "parental
insting" (insting orang tua) sedangkan jika dikenakan kepada orang yang berhungan dengan
orang-orang lainnya maka hal tersebut dianggap karena adanya "insting untuk berkumpul".
Namun sebagian ahli psikologi sosial menolak pendapat bahwa resting merupakan
mekanisme penjelasan tingkah laku manusia karena tasting diangap tidak dapat menjelaskan
alasan dibalik tingkah laku dan tidak dapat memberikan prediksi yang akurat atas tingkah
laku individu di masa yang akan datang. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam teori genetik
mengabaikan peranan faktor situasional dan lingkungan dalam menelaah tingkah laku sosial.
Oleh karenanya teori ini kurang populer untuk dipakai dalam mengkaji fenomena-fenomena
psikologi sosial.

2. TEORI STIMULUS RESPONS


Prinsip teori ini menyatakan bahwa:
"Kalau stimulus memberikan akibat yang positif atau memberi reward maka respons
terhadap stimulus tersebut akan diulangi pada kesempatan lain dimana stimulus yang sama
timbul. Sebaliknya apabila respons memberikan akibat yang negatif (hukuman dan
sebagainya) hubungan antara stimulus - respons tersebut akan dihindari pada kesempatan
lain".
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam teori ini adalah stimulus, respons, dorongan,
reinforcementlfaktor penguat. Stimulus adalah peristiwa yang terjadi baik di luar maupun di
dalam tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya suatu perubahan tingkah laku. Respons
adalah perubahan yang disebabkan oleh adanya

stimulus.

Menurut Keller & Schoenfeld (Wibowo,1988:127) stimulus mempunyai 3 (tiga) fungsi


yaitu:
a. Pembangkitan: stimulus yang membangkitkan, adalah stimulus yang langsung memberikan
suatu respons. Misalnya makanan langsung menimbulkan air liur orang yang melihatnya pada
saat lapar terutama.

b. Diskriminasi: stimulus yang diskriminatif, adalah stimulus yang tidak langsung


menimbulkan respons tetapi hanya merupakan pertanda adanya stimulus pembangkit.
Misalnya mendengar ada tukang siomay lewat. Saat barn mendengar belum ada reaksi
apapun dan diri orang tersebut, barulah setelah melihat sang penjual menyajikan sepiring di
depannya keluarlah air liurnya.

c. Reinforcement: adalah stimulus yang menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif
pada terbentuknya respons. Reinforcement positif adalah stimulus yang jika diberikan akan
memperkuat tingkah laku respons. Misalnya seorang anak yang menolong orang lain
kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka ia akan cenderung mengulangi tingkah laku
menolongnya di kemudian hari. Reinforcement negatif adalah stimulus yang jika tidak
diberikan atau dihentikan pem-beriannya, akan memperkuat terjadinya respons. Misalnya
seorang anak yang kegemukan dan gelalu diejek oleh temannya, tidak lagi diejek oleh
temannya manakala dia berprestasi di kelas/menjadi juara kelas. Maka ia akan mengulangi
dan meningkatkan prestasi akademiknya tersebut.
Dorongan adalah suatu kekuatan dalam din seseorang yang jika telah mencapai kekuatan
yang maksimum akan menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu. Menurut Dollard &
Miller (dalam Wibowo, 1988:1.27) terdapat 2 (dua) macam dorongan pada manusia yaitu
dorongan primer dan dorongan sekunder. Dorongan primer adalah dorongan bawaan seperti
lapar, haus, sakit dan seks. Dorongan sekunder adalah dorongan yang bersifat sosial dan
dipelajari misalnya dorongan untuk mendapat upah, pujian, perhatian dan sebagainya.

3. TEORI KOGNITIF
Pokok pikiran dalam pendekatan kognitif adalah bahwa perilaku individu tergantung pada
caranya mengamati situasi sosial. Secara spontan dan otomatis orang akan
mengorganisasikan persepsi, pikiran dan keyakinannya tentang situasi sosial ke dalam bentuk
yang sederhana dan bermakna., seperti yang mereka lakukan terhadap objek. Bagaimanapun
rancunya situasi orang akan mengadakan pengaturan dan pengorganisasian ini (persepsi dan
pengartian lingkungan) akan mempengaruhi perilaku individu dalam situasi sosial.

Terdapat beberapa prinsip dasar dalam teori ini yaitu (Sears., 1985:17-18):
a. Individu cenderung mengelompokkan dan mengkategorikan objek secara spontan. Individu
tidak melihat objek secara tersendiri melainkan sebagai bagian dari sekelompok benda atau
hal-hal lain di sekitarnya. Oleh karenanya individu cenderung mengelompokkan objek ini
dengan beberapa prinsip sederhana misalnya karena kesamaan, kedekatan atau pengalaman
masa lalu.
b. Individu dapat memperhatikan objek dengan mengamati sesuatu sesuatu sebagai hal yang
menyolok (figure) dan yang lain sebagai latar belakang (ground). Biasanya rangsangan yang
bergerak, berwama, bersuara, unik, dekat, merupakan figure. Sedangkan rangsangan yang
lembut, tidak menarik, tidak bergerak, tidak bersuara, umum, jauh, merupakan ground.

Teori kognitif mempunyai tekanan yang berbeda dengan teori belajar yaitu:
a. Teori kognitif memusatkan din pada interpretasi dan organisasi perseptual mengenai
keadaan seseorang, bukan keadaan masa lalu.
b. Teori kognitif mencari sebab-sebab perilaku pada persepsi atau interpretasi individu
terhadap situasi dan tidak pada realita situasinya. Interpretasi individu terhadap situasi
merupakan hal yang lebih penting daripada bagaimana sebenarnya situasi itu.
4. TEORI BELAJAR SOSIAL (SOCIAL LEARNING THEORY)
Pokok pemikiran dalam pendekatan belajar adalah bahwa perilaku individu ditentukan oleh
apa yang telah dipelajari sebelumnya. Dalam situasi tertentu seseorang mempelajari perilaku
tertentu sebagai kebiasaan dan bila menghadapi situasi itu kembali oarang tersebut akan
cenderung untuk berperilaku sesuai dengan kebiasaannya itu. Pendekatan dengan belajar
populer di tahun 1920-an dan merupakan dasar Behaviorisme.
Dalam kehidupan manusia ada 2 (dua) pengertian belajar yaitu belajar secara fisik misalnya
belajar menari, naik sepeda dan lain-lain, dan belajar psikis yaitu mempelajari perannya dan
peran orang lain dalam konteks sosial. Menurut Dollard & Miller ada 4 (empat) prinsip dalam
belajar yaitu dorongan, isyarat, respons dan reward. Pengertian dorongan dan respons sudah
dijelaskan sebelumnya. Reward sebenarnya sama dengan reinforcement yaitu stimulus yang
menetapkan perlu diulangi atau tidak suatu respons pada kesempatan lain. Isyarat adalah
stimulus yang menentukan kapan dan dimana suatu respOns akan timbul dan respons apa
yang akan timbul. Isyarat bisa disamakan dengan stimulus diskriminatif. Mekanisme belajar
dapat dibagi dalam tiga mekanisme umum (Sears, dkk., 1985:13-14) yaitu:
a. Asosiasi (Classical Conditioning) yaitu kita belajar berperilaku dengan mengasosiasikan
kata-kata, suara-suara, warna-warna dan sebagainya atau fenomena yang terjadi disekitar
kita. Misalnya mengasosiasikan kata "Tsunami" dengan hal-hal atau bencana yang
mengerikan.
b. Reinforcement, yaitu orang belajar menampilkan perilaku tertentu karena perilaku itu
disertai dengan sesuatu yang menyenangkan dan dapat memuaskan kebutuhan (atau mereka
belajar menghindari perilaku yang disertai akibat-akibat yang tidak menyenangkan).
Misalnya seorang mahasiswa yang belajar untuk tidak menentang profesor pengajarnya di
kelas karena ketika hal tersebut dilakukan sang profesor selalu mengerutkan dahi, marah dan
membentaknya kembali.

c. Imitasi adalah proses dimana orang


mempelajari sikap dan perilaku sosial dengan meniru sikap dan perilaku yang menjadi model.
Misalnya anak-anak yang menirukan hal-hal yang dilakukan oleh orang tuanya atau orang
dewasa di sekitarnya. Cara yang penting dalam belajar sosial adalah tingkah laku imitasi.
Dollard & Miller (dalam Wibowo,1988:I.28-I.29) menyatakan terdapat 3 (tiga) mekanisme
imitasi:
a. Tingkah Laku Sama
Terjadi bila 2 (dua) atau lebih orang memberikan respon karena terstimulus oleh isyarat yang
sama. Misalnya sesama penumpang angkutan umum dengan jurusan yang sama, tidak lantas
perbuatan ini dianggap sebagai tiruan.
b. Tingkah Laku Tergantung
Timbul dalam hubungan antara dua pihak dengan keadaan pihak yang satu adalah lebih
pandai, lebih tua atau lebih mampu dari pihak lain. Maka pihak lain akan menyesuaikan
tingkah lakunya dan akan tergantung pada pihak pertama. Misalnya seorang kakak yang
menjemput dan membawakan tas ayahnya pada saat sang ayah pulang kerja maka ia akan
diberikan sebatang coklat. Dia menganggap deru mobil sang ayah di halaman pada sore hari
adalah isyarat sang ayah datang dan biasanya akan memberinya coldat, maka ia berlari
menghamhirinya. Bagi adiknya yang pada saat itu barn melihat kejadian tersebut, gerak lari
kakaknyalah yang merupakan isyarat baginya sehingga ia meniru (imitasi) tingkah laku
kakaknya di lain kesempatan karena dengan begitu ia akan mendapat reward sebatang coklat
dan ayahnya.
c. Tingkah Laku Salinan (Copying)
Persamaan antara tingkah laku tergantung dengan tingkah laku salinan adalah keduanya
sama-sama menggunakan isyarat dan tingkah laku model (orang yang ditiru). Perbedaannya
terletak pada jika dalam tingkah laku tergantung seseorang merespons hanya terhadap isyarat
dari model, sedangkan dalam copying orang yang bersangkutan akan merespons tingkah laku
yang menunjukkan kesamaan dan perbedaan antara responnya dengan respons si model
(orang yang ditiru). Misalnya A biasanya akan memperlambat laju mobilnya jika lampu
kuning menyala. Suatu hari pada saat lampu kuning menyala ia melihat B pengendara mobil
lainnya yang justru mempercepat laju kendaraannya dan ia terhindar dari lampu merah. Maka
pada kesempatan lain, jika ada lampu kuning menyala A akan mempercepat laju
kendaraannya.
Terdapat beberapa ciri khusus dalam pendekatan belajar yaitu (Sears., 1985:14):
a. Sebab-sebab perilaku diduga terletak terutama pada pengalaman belajar individu di masa
lampau. Para ahli teori belajar mengaitkan diri pada pengalaman masa lalu dan kurang
memperdulikan seluk beluk situasi yang sedang terjadi.
b. Pendekatan belajar cenderung menempatkan penyebab perilaku terutama pada lingkungan
eksternal dan tidak pada pengartian subjektif individu terhadap apa yang terjadi. Pendekatan
ini menekankan kejadian eksternal yang telah diasosiasikan dengan stimulus atau
reinforcement yang telah dikaitkan dengan timbulnya tanggapan atau model peran yang
pernah diternui. Semua ini bersifat eksternal bagi individu. Sebagai sebab-sebab terjadinya
perilaku pendekatan belajar tidak menekankan keadaan subjektif misalnya persepsi terhadap
situasi dan emosi.
c. Biasanya diarahkan untuk menjelaskan perilaku yang nyata dan bukan pada keadaan
subjektif atau psikologis.

5. TEORI PSIKOANALISA
Tokoh dan teori ini adalah Freud. Alasan teori ini dipakai untuk menelaah tingkah laku sosial
adalah adanya pendapat dan Freud bahwa terdapat pertentangan yang mendasar antara
pemuasan keinginan-keinginan dan kebutuhan-kebutuhan individual dengan kesiapan
masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhan tersebut. Menurut teori ini pula
perkembangan individu menuju kedewasaan adalah melalui serangkaian tahapan yaitu tahap
oral, anal, phallic dan genital. (dalam Wibowo, 1.14-1.15) Secara singkat dapat diuraikan
sebagai berikut:
a. Tahap Oral: Bayi barn lahir s/d 1 atau 1,5 tahun. Pengalamannya hanya kenikmatan,
kesakitan dan perubahan-perubahan ketegangan.
b. Tahap Anal: Berlangsung dari usia 1 atau 1,5 tahun 4 tahun. Perkembangan ego
ditandai dengan kemampuan untuk menguasai obyek, mengantisipasi hal-hal yang terjadi
dengan imaginasi; sadar dan
toleransi terhadap kecemasan; perkembangan kemampuan berbicara dan berpikir; tumbuhnya
kemampuan untuk menunda respons.
c. Tahap Phallic: Mulai terjadi setelah usia 3 4 tahun. Perkembangan yang penting adalah
meningkatnya minat pada seks (dalam keluarga berupa kompleks oedipus, jika anak laki-laki
dengan ayahnya dan anak perempuan dengan ibunya; serta dalam dirinya berupa fantasi-
fantasi tertentu), proses pertunibuhan super ego, serta makin banyak menggunakan
mekanisme pertahanan diri. Ditandai dengan meningkatnya keinginan untuk bermasturbasi;
meningkatnya keinginan untuk bersentuhan tubuh dengan anggota keluarga yang berlawanan
jenis; meningkatnya kecenderungan ekshibisionis (menunjukkan alat kelamin kepada orang
lain).
d. Tahap Laten: Merupakan masa konsolidasi dalam perkembangan, menyesuaikan did
dengan lingkungan di luar keluarga. Hasrat seksual kepada orang tua disublimasikan menjadi
rasa menghormati dan menghargai. Merupakan masa persiapan untuk remaja (pubertas).
e. Tahap Genital: Secara psikologis ditandai dengan ciri-ciri antara lain hasrat untuk mandiri,
lebih menghargai aturan-aturan dari teman sebaya, pemberontakan melawan orang tua,
pikiran-pikiran bingung dan lain-lain.
Menurut konsep Freud ada 3 (tiga) sistem yang membentuk struktur kepribadian:

a. Id adalah cumber energi psikis, merupakan sub


sistem dan kepribadian. Id seringkali dilukiskan sebagai pengharapan-pengharapan yang
berasal dari insting-insting psikologi yang dipunyai setiap orang sejak lahir. Id adalah sesuatu
yang tidak disadari maka semua ketidaksadaran berlaku bagi id misalnya amoral, tidak
terpengaruh oleh waktu, tidak mempedulikan realitas, bekerja atas dasar kesenangan, tidak
terbelenggu moral, etik, alasan dan logika. Id secara tetap merupakan upaya untuk
mendapatkan kesenangan, penghargaan dan pemuasan. Upaya ini secara pokok diwujudkan
lewat libido dan agresi (dalam Gerungan, 2004). Libido mengarah pada hubungannya dengan
keinginan seksual, kesenangan-kesenangan termasuk di dalamnya kehangatan, makanan dan
kenyamanan (comfortable). Agresi mendorong Id ke arah kerusakan termasuk diantaranya
keinginan perang, berkelahi, berkuasa dan semua tindakan-tindakan yang bersifat merusak.
Walaupun demikian Id tetap diakui sebagai kekuatan yang mendorong sepanjang kehidupan
ini dan merupakan sumber yang amat penting dari daya berpikir dan upaya bertindak. Id pada
akhirnya hams dihubungkan dengan realitas yang tidak bisa diabaikan begitu saja, oleh
karena itu sebagai penghubung timbul sistem "ego".
b. Ego berfungsi untuk menghadapi realitas dan menerjemahkan untuk id. Ego beroperasi
berdasarkan proses berpikir. Ego merupakan sumber rasa sadar. Ia mewakili loglka dan yang
dihubungkan dengan prinsip-prinsip realitas. Ego merupakan sub sistem yang berfungsi
ganda yaitu melayani dan sekaligus mengendalikan dua sistem lainnya (Id dan Super-Ego)
dengan cara berinteraksi dengan dunia luar atau lingkungan luar (external environment). Ego
dapat mengembangkan suatu fasilitas penalaran untuk menimbang dan belajar guna
menyesuaikan dan bertindak sesuai dengan lingkungannya. Namun pada gilirannya situasi
konflik antara Id dan Ego tidak dapat dihindarkan, dimana di satu pihak Id menuntut
dipenuhinya kesenangan dengan cepat dan di pihak lain Ego berusaha menekan, menolak
atau menundanya untuk mencarikan waktu dan tempat yang lebih sesuai untuk memenuhi
kesenangan tersebut. Agar Ego dapat mengatasi konflik dengan Id maka is banyak mendapat
bantuan dari Super-Ego.
c. Super-Ego: adalah sistem moral dan kepribadian atau kekuatan moral dari personalitas.
Sistem ini berisi norma-norma budaya, nilai-nilai sosial dan tata cara yang sudah diserap ke
dalam jiwa. Super ego berprinsip mencari kesempurnaan. Ia adalah sumber norma yang
memungkinkan Ego memutuskan apakah sesuatu benar atau salah. Teori psikoanalisa juga
memperkenalkan konsep ketidaksadaran sebagai bagian kepribadian, dimana terletak
keinginan-keinginan, impuls-impuls dan konflik-konflik yang dapat mempunyai pengaruh
langsung terhadap tingkah laku. Pada dasarnya tingkah laku individu dipengaruhi atau
dimotivasi oleh determinan kesadaran maupun ketidaksadaran (Dayakisni, 2006:19). Contoh
dalam proses-proses ketidaksadaran misal-nya tingkah laku agresi dipandang sebagai suatu
manifestasi pembawa-an sejak lahir, yaitu yang disebut sebagai insting mati dalam ketidak-
sadaran.

6. TEORI PERAN
Pengertian Peran (Role) biasanya didefinisikan sebagai serangkaian tingkah laku atau fungsi-
fungsi yang dikaitkan dengan posisi khusus dalam hubungan tertentu. Menurut Bidle &
Thomas (Wibowo, 1988:1.21) ada 4 (empat) istilah tentang perilaku dalam kaitannya dengan
peran:
a. Harapan (expectation).
b. Norma (norm).
c. Wujud Perilaku (performance).
d. Penilaian (evaluation) dan Sanksi (sanction).
Dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
a. Harapan tentang Peran, adalah harapan-harapan orang lain pada umumnya tentang
perilaku-perilaku yang pantas yang seyogyanya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai
peran tertentu.
Contoh harapan dari masyarakat umum terhadap public servant yang bersih dan bebas KKN.

b. Norma, merupakan salah satu bentuk harapan. Menurut Secord & Backman (Wibowo,
1988:L21-L22) jenis jenisharapan adalah:
Harapan yang bersifat meramalkan (predicted role expectation) yaitu harapan tentang suatu
perilaku yang akan terjadi.
Harapan Normatif (prescribed role expectation) adalah keharusan-keharusan yang
menyertai suatu peran. Ada 2 jenis yaitu pertama harapan yang terselubung (covert) adalah
harapan-harapan yang ada tanpa harus diucapkan misalnya dokter hams menyembuhkan
pasiennya. Kedua yaitu harapan terbuka (overt) adalah harapan- harapan yang diucapkan
(role demand). Misalnya orang tua yang meminta agar anaknya rajin belajar dan bertanggung
jawab atas tugas-tugasnya.

c. Wujud Perilaku dalam Peran Peran diwujudkan dalam perilaku nyata, bukan sekedar
harapan. Misalnya peran ayah adalah mendisiplinkan anaknya, maka ada ayah yang
menggunakan hukuman-hukuman fisik sedangkan ayah lainnya hanya memberi nasehat raja.
Kapan peran perlu ditunjukkan/ menjadi penting? Perwujudan peran bisa bermacam-macam.
Misalnya pendapat Sarbin (dalam Wibowo, 1988:1.23) dimana perwujudan peran terdiri dan
tingkatan intensitas dan yang terendah sampai yang tertinggi. Contoh seorang pemain musik
di kafe yang menjadi tugasnya setiap malam maka karena terlalu biasa ia bisa bermusik
sambil mengobrol dengan temannya. Sementara ada seorang pianis yang hams menggelar
konser tunggalnya maka ia akan mempersiapkan din dan performanya dengan penuh
konsentrasi. Goffman (dalam Wibowo, 1988:1.23) meninjau dan sudut lain yaitu dari
permukaan (front), yaitu untuk menunjukkan perilaku-perilaku tertentu yang diekspresikan
secara khusus agar orang mengetahui secara jelas peran si pelaku. Contoh seorang profesor
akan memajang rak penuh buku-buku ilmiah di ruang tamu, sehingga tamunya akan
mendapat kesan tentang apa dan bagaimana peran profesor tersebut. Inilah yang dimaksud
dengan "front". Namun ada juga hal yang disukai profesor misalnya tetapi tidak ditunjukkan
yaitu kegemarannya membaca komik dimana komik-komik tersebut disimpannya dengan rapi
di kamar pribadinya.

d. Penilaian dan Sanksi.


Menurut Biddle & Thomas (dalam Wibowo, 1988:1.24) penilaian peran adalah pemberian
kesan positif atau negatif yang didasarkan pada harapan masyarakat terhadap peran
dimaksud. Sanksi adalah usaha orang untuk mempertahankan suatu nilai positif atau agar
perwujudan peran diubah sedemikian rupa sehingga yang tadinya dinilai negatif menjadi
positif. Menurut Merton & Kitt (dalam Wibowo, 1988:1.25) setiap orang memerlukan
kelompok rujukan (reference group) tertentu yang mempunyai fungsi, pertama fungsi
normatif, dimana kelompok mendesakkan suatu standar tertentu bagi perilaku dan keyakinan
atau kepercayaan anggotanya. Terlepas benar atau salahnya standar itu, kelompok
mempunyai cukup kekuatan atas individu sehingga individu mau tidak mau mengikuti
standar tersebut. Misalnya aturan-aturan yang dibuat orang tua hams diikuti anaknya karena
anak adalah anggota keluarga. Jika norma ini diserap (diinternalisasikan) maka terbentuklah
nilai dalam diri individu itu yang selanjutnya menjadi pedoman bagi tingkah laku dan
kepercayaannya. Kedua adalah fungsi komparatif /perbandingan dimana kelompok hanya
dijadikan alat pembanding bagi individu untuk mengetahui apakah perilaku atau
kepercayaannya sudah benar atau masih salah. Perbandingan ini bisa dilakukan dengan
melibatkan diri atu tidak terhadap kelompok tersebut. Kelompok hanya dijadikan alat untuk
tujuan informatif saja

7 Teori Dasar yang Ada Dalam Psikologi Sosial


Lina Kato 05.23.00 Psikologi Sosial

7 Teori Dasar yang Ada Dalam Psikologi Sosial - Pada awal 1900an, ada tiga perspektif teori utama
yang dikembangkan dan merupakan peletak dasar pada psikologi sosial kontemporer. Yang pertama
teori psikoanalisis. Teori ini mengatakan bahwa perilaku dimotixasi dari dalam oleh dorongan dan
impuls internal yang kuat seperti seksualitas dan agresi. Para toeiritsi piskoanalisis berusaha
memahami kekuatan batin baik itu kesadaran maupun bawah sadar yang memberi kekuatan dan
mempengaruhi perilaku.

Teori kedua adalah behaviorism yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov, B.F. Skinner dan rekan-
rekannya. Teori ini lebih fokus pada perilaku hewan dan manusia yang dapat diamati, tidak tertarik
pada pemikiran dan perasaan subyektif, lebih memilih mempelajarihal-hal yang dapat dilihat dan
diukur secara langsung. Behavioris berpendapat bahwa perilaku saat ini adalah hasil proses belajar
masa lalu dan meneliti cara lingkungan membentuk perilaku.
Teori ketiga adalah Gestalt Psychology dikembangkan oleh Wolfgang Kohler, Kurt Koffka, Kurt Lewin
dan psikolog Eropa lain yang berimigrasi ke Amerika pada 1930an. Fokus mereka adalah cara pada
cara individu memandang dan memahami obyek, kejadian dan orang. Menurut mereka, orang
memahami situasi atau kejadian bukan sebagai sesuatu yang tersusun dari elemen diskrit tetapi
sebagai keseluruhan yang dinamis.

image source: mhs.blog.ui.ac.id

Dalam perkembangan disiplin psikologi sosial, terdapat banyak teori yang bertujuan menjelaskan
gejala-gejala psikologis perilaku sosial manusia. Banyaknya teori psikologi sosial menggambarkan
bahwa terdapat banyak perspektif yang berbeda-beda untuk menjelaskan suatu perilaku yang
sebenarnya kurang lebih sama.

1. TEORI BELAJAR SOSIAL


Para pakar teori belajar sosial seperti Albert Bandura mengemukakan bahwa perilaku sosial individu
dipelajari dengan melakukannya dan secara langsung mengalami konsekuensi-konsekuensi dari
perilaku sosial itu. Proses belajar sosial terhadap suatu perilaku sosial akan semakin dikuatkan
apabila kita secara sadar memahami konsekuensi-konsekuensi dari suatu perilaku. Selain itu individu
juga mempelajari perilaku baru melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain (observational
learning). Perilaku model uyang akan ditiru akan disimpan secara simbolik dalam ingatan peniru.
Perilaku insividu sebagai akibat dari belajar sosial terhadap perilaku model akan cederung muncul
apabila calon peniru berpikiran bahwa perilaku yang akan dimunculkannya akan mendapat ganjaran
seperti yang diterima oleh model.

2. TEORI LAPANGAN
Pendiri teori lapangan (field theory) adalah Kurt Lewin (1890-1947). Pemikiran teori lapangan
berbasis pada konsep lapangan atau ruang hidup. Menurutnya segenap peristiwa perilku seperti
bermimpi, berkeinginan atau bertindak merupaka fungsi dari ruang hidupnya. Dengan formula b
(behavior), p (person), dan e (environment) dijelaskan bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari
interaksi karakteristik kepribadian individu dan lingkungannya. Dalam hal ini lingkungan sebagai
ruang hidup tidak dapat dipisahkan dari kesatuan dengan kepribadian manusia. Ruang hidup terdiiri
atas peristiwa-peristiwa di masa lalu, sekarang dan masa depan.

Penekanan pada keterkaitan antara individu dengan lingkungan memberi sumbangan yang cukup
besar dalam perkembangan disiplin psikologi secara umum dan psikologi sosial secara khusus,
dimana pada periode sebelumnya lebih memfokuskan diri pada ciri-ciri individu sebagai penyebab
perilaku manusia seperti insting, intelegensia, hereditas yang relatif terpisah dari situasi tempat
individu hidup.

Menurut Taylor (2009) Kurt Lewin mengaplikasikan gagasan gestalt ke psikologi sosial. Lewin
menekankan pentingnya bagaimana individu memahami lingkungan sosial. Perilaku dipengaruhi
oleh karakteristik personal individu (seperti kemampuan, kepribadian, disposisi genetik) terhadap
pemahamannya tentang lingkungan sosial

3. TEORI KOGNITIF
Gagasan inti dalam perspektif kognitif adalah pertama, bahwa orang cenderung secara sponta
mengelompokkan dan mengkategorikan obyek. Kedua, orang mudah memandang sesuatu sebagai
hmenonjol (tokoh) dan memandang beberapa hal lain sebagai sesuatu yang kurang menonjol
(*latar belakang). Biasanya stimuli yang penuh warna, berisik unik dianggap menonjol sedangkan
stimuli yang jauh, sepi, umum, datar dan lemah sebagai latar belakang. Perhatian kita kepada
cheerleader biasanya bukan karena jumlah tapi lebih karena mereka banyak bergerak, melambaikan
tangan, mengenakan baju warna warni.

Pendekatan kognitif berbeda dengan dengan pendektan belajar dalam dua hal, pertsms, pendekatan
kognitif lebih berfokus pada persepsi saat ini daripada pengalaman masa lalu. Kedua, pendekatan
kognitif lebih memerhatikan arti penting persepsi atau interpretasi seseorang terhadap situasi,
bukan pada realitas obyektif dari situasi.

4. TEORI PERTUKARAN SOSIAL


Salah satu tokoh teori pertukaran sosial adalah George Homan. Menurut teori pertukaran sosial,
individu memasuki dan mempertahankan suatu hubungan sosial dengan orang lain karena ia merasa
mendapat banyak keuntungan-keuntungan berupa ganjaran dari hubungan itu. Teori pertukaran
sosial menggambarkan kehidupan manusia sebagai suatu perjuangan sosial yang membutuhkan
kerja sama dengan orang-orang lain. Kerja sama dengan orang lain dibutuhkan untuk dapat
memuaskan kebutuhan masing-masing individu. Pemuasan kebutuhan secara adil hanya dapat
timbul apabila terjadi proses ketertimbalikan (recipocity) antar individu dan menghasilkan saling
ketergantungan antar mereka. Semakin menguntungkan suatu hubungan bagi kedua belah pihak
maka semakin terperiliharalah hubungan itu dalam waktu relatif panjang.

5. TEORI PERAN
Teori peran memberi penelaahan terhadap perilaku sosial dengan penekanan pada konteks status,
fungsi dan posisi sosial yang terdapat dalam masyarakat. Peran adalah sekumpulan norma yang
mengatur individu-individu berada dalam suatu posisi atau fungsi sosial tertentu memiliki keharusan
untuk berperilaku tertentu. Perilaku sosial seseorang dalam sebuah kelompok merupakan hasil
aktualisasi dari peran tertentu.

Peran terdiri atas harapan-harapan yang melekat pada ciri-ciri perilaku tertentu yang seharusnya
dilaksanakan oleh sesorang yang menduduki posisi atau status sosial tertentu dalam masyarakat.
Setiap peran memiliki tugas-tugas tertentu yang harus dilaksanakan oleh pengemban pesan. Salah
seorang tokoh teori peran yang terkenal adalah B.J Biddle.

6. TEORI GENETIK
Teori ini menekankan kualitas pembawaansejak lahir atas tingkah laku sosial. Dengan asumsi dasar
komponen dari tingkah lakusosial berhubungan atau mempunyai akar pada penyebab genetik yang
tidakdipelajari..Beberapa tokoh teori ini adalah Konrad Lorenz, WilliamMcDougal.

Menurut Lorenz :tingkah laku agresi adalah perwujudan dari instink agresi yang dibawa sejak lahir
danberasal dari kebutuhan untuk melindungi diri.Sedangkan McDougle: mengatakan bahwa banyak
tingkahspesifik dapat dijelaskan dalam istilah instink dimana ada ,tingkah laku memiliki tujuan
langsung yang tidak dipelajari.Misalnya ibu melindungi anaknya maka diamenjelaskan tingkah laku
tersebut sebagaiparental instink.Kebutuhan untuk berinteraksi dgn org lain disebut sebagai insting
berkumpul

Sekarang ini sebagian ahli psikologi sosialmenolak pendapat teori instink sebagaipenjelasan tingkah
laku sosial.Sebab: teori instink tidak dapatmenjelaskan alasan dibalik tingkah laku dan tidak dapat
memberikan prediktor yang akurat atas tingkah laku yang akan datang.

7. TEORI PSIKOANALISA
Psikoanalisis pertama kali dikemukakan oleh Sigmund Freud, memang teori yang kontroversual.
Teori freud memang sulit dipahami. Sebab yang pertama adalah karena konsepnya berubah-ubah
(berkembang) terus.Kedua karena psikoanalisis hanya berfungsi sebagai teori, tetapi sekaligus juga
teknik terapi dan teknik analisis kepribadian manusia. Ketiga, freud sendiri tidak banyak menulis
tentang psikologi kelompok

Teori ini menekankan bahwa orang bergerak melewati suatu tahapan (stage) yg pasti selama tahun-
tahun awal perkembangan yang berhubungan dengan sumber-sumber kesenangan seksual (sexual
pleasure) yaitu tahap oral, anal, phalik dan genital.

Dasar teori psikoanalisa adalah :

Tingkah laku orang dewasa merupakan refleksipengalaman masa kecilnya.


Tingkah laku org dewasa merupakan refleksi pengalaman masa kecilnya.

Misalnya dalam memahami perilaku agresifitas, tingkah laku agresi dipandang sebagai manifestasi
pembawaan sejak lahir. Sedangkan prasangka pada orang lain, dipandang sebagai konflik individu
pada masa kecil dengan orang tuanya yang otoriter yang kemudian direfleksikan dalam ketidak
sukaannya pada orang-orang dewasa yang tidak mirip dengan dirinya

Individu bergerak melalui suatu tahapan yang pastiselama tahun-tahun awal perkembangannya
yangbersumber kesenangan seksual. Tahapan ini ditandaidengan tahap oral, anal, phalik dan
genital.Teori ini juga memperkenalkan konsep ketidaksadaransebagai bagian kepribadian, dimana
terletak keinginan-keinginan, impuls-impuls dan konflik-konflik yang dapatmempunyai pengaruh
langsung pada tingkah laku.

Teori psikoanalisa telah mengarahkankerja para ahli psikologi sosial padasejumlah topik tentang
tingkah laku soisalyang diselidiki dalam arti prosesketidaksadaran, misalnya perilaku
agresidipandang sebagai suatu manifestasi dariinstink mati, prasangka kelompokminoritas
dipandang sebagai konflikindividu pada masa kecil dengan orangtuannya yang kaku.

Teori Psikoanalisis Tentang Sikap Sosial

Teori ini diajukan oleh Sarnoff, materi teori ini menyangkut sikap (attitude) yang diterangkan
berdasarkan mekanisme pertahanan ego. Menurut Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) diantara
berbagai sikap yang ditunjukan oleh manusia, ada yang fungsinya mempertahankan ego dari
ancaman bahaya, baik yang dating dari luat maupun dari dalam diri sendiri.

Terdapat konsep-konsep dasar yang dipaparkan oleh Sarnoff dalam Sarwono (1984:173) antara
lain:

a. Motif
Adalah suatu rangsang yang menimbulkan ketegangan (tension), dan ketegangan itu mendorong
orang yang bersangkutan untuk meredakannya.

b. Konflik
Jika ada dua motif yang bekerja pada satu saat yang sama maka akan timbullah konflik. Batasan ini
didasarkan pada pra anggapan yang dikemukakan Sarnoff bahwa setiap individu hanya dapat
melayani (meredakan) satu motif pada satu saat, jika konflik ini tidak dipecahkan maka konflik
tersebut bisa berlarut-larut dan individu yang bersangkutan bisa jadi korban motif-motifnya sendiri
yang saling bertentangan.

c. Pertahanan Ego (ego defense)


Jika individu menghadapi rangsang atau situasi yang berbahaya maka ego akan terancam. Ancaman
bahaya ini akan menimbulkan motif takut pada inidividu yang bersangkutan. Kalau motif takut sudah
tidak dapat ditolerir lebih lanjut dan orang yang bersangkutan tidak dapat melepaskan diri dari objek
yang ditakuti itu maka ia akan mempertahankan egonya. Respon mempertahankan atau melindungo
ego ini disebut pertahanan ego.

d. Sikap (attitude)
Sikap berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan oleh motif-motif tertentu. fungsi
sikap ini dapat dilakukan dalam kesadaran yang penuh dan bisa pula berupa bagian dari suatu proses
yang tidak disadari.

Pengaruh psikoanalisa terhadap psikologisosial relatif lebih sedikit jika dibandingkandengan teori
lainnya.dengan alasan teori psikoanalisa memprediksi tingkah laku berdasarkan proses-proses
ketidaksadaran yg sulit diobservasi, sehingga sulit diuji secara ilmiah untuk membuktikan
keabsahannya. Teori psikoanalisa hanya dapat menggambarkan fakta tetapi tidak dpt dipakai sbgai
prediktor tingkah laku.

Contoh Soal-Soal Tes Intelegensi Umum dalam, Tes


Kompetensi Dasar, Untuk Pengadaan CPNS
Salam Dapodik News. Test Kompetensi Dasar adalah test untuk mengukur kemampuan dasar yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan sesorang jika dia bekerja atau memangku jabatan sebagai
PNS. Materi Tes Kompetensi Dasar sebagaimana diatur dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian
Negara (BKN) Nomor 9 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri
Sipil.

Baca Juga : Ini Dia Kisi Kisi Materi Tes Pengadaan CPNS, Tes Kompetensi Dasar dan Tes Kompetensi
Bidang

Materi test kompetensi dasar (TKD) dintaranya adalah:

Tes Intelegensi Umum (TIU)

dimana Tes Intelegensi Umum (TIU) dimaksudkan untuk menilai:

1. Kemampuan verbal yaitu kemampuan menyampaikan informasi secara lisan maupun tulis;
2. Kemampuan numerik yaitu kemampuan melakukan operasi perhitungan angka dan melihat
hubungan diantara angka angka;
3. Kemampuan berpikir logis yaitu kemampuan melakukan penalaran secara runtut dan
sistematis;dan
4. Kemampuan berpikir analitis yaitu kemampuan mengurai suatu permasalahan secara
sistematik.

Berikut ini adalah contoh soal Tes Intelegensi Umum:


A. Kemampuan verbal

Kemampuan menyampaikan informasi secara lisan maupun tulis.

Korelasi Kata

Contoh soal : Mobil Bensin = Pelari - ........


a. Makanan b. Sepatu c. Kaos d. Lintasan

Sinonim

Contoh :Baku = ..........

a. Perkiraan b. Standar c. Umum d. Normal e. Asli

Antonim

Contoh : Kendala =

a. Kekerasan b. Pendukung c. Manifestasi d. Bimbingan e. Gejala

Pengelompokkan Kata

Contoh : a. Membelah b. Memotong c. Membagi d. Memecah e. Memukul

Jawabannya: memukul, semua jawaban menunjukkan membagi menjadi 2, kecuali memukul.

B. Kemampuan Numerik

Kemampuan Numerik adalah Kemampuan melakukan operasi perhitungan angka dan melihat
hubungan diantara angka-angka.

Irama Bilangan

Contoh :

4,5,6,7,8.. angka selanjutnya adalah ....... Jawaban : 9, 10, 11 dst

13, 15, 18, .angka selanjutnya adalah ..... Jawaban : 22, 27, 33 dst

Deret Angka Huruf

Contoh :

4,9,16,25, 36 . angka selanjutnya adalah ....... Jawaban : 49

15,15,14,12,9,5,angka selanjutnya ..... Jawaban : 0

Seri Huruf

Contoh :

a,b,c,f,e,d,g,h,i,l,k,j,m,.seri selanjutnya adalah ....Jawaban : n,o Keterangan Jawaban : Pola 1=


abc (urut) ; Pola 2= fed (terbalik)

a, x, z, e, x,z,i, x,z,m, x, z, .Seri selanjutnya adalah .......Jawaban : q,x Keterangan Jawaban : Pola 1=
a,e,i,m dst. Dari huruf satu ke huruf selanjutnya abjad a, (bcd), e, (fgh),i, (jkl), m, (nop), q, dst Pola 2=
xz,xz,xz, dst pola 2 diselipkan pada pola 1 Berhitung Cepat Contoh :

699 : 66 x 3 = Jawaban = 31,8


87576 + 8997 = . Jawaban = 96573 Kuantitatif

Contoh :

1. +4x = 10, maka x =..

Jawaban:

+ 4x = 10

4x = 10

4x = 9

x=9:4

x= 19/2 : 8/2

x = 9/8

2. Hitung (x-1) (x-1), jika x = 1 !

Jawab:

= (x-1)(x-1)

=X

- 2x + 1

= (1)

- 2 (1) +1

=12+1

=0

Aritmatika Sederhana

Contoh :

Mr. Baron berumur 8 kali dari umur anaknya. Sedangkan Mrs. Yulia 6 kali umur si anak. Mereka
menikah 10 tahun yang lalu. Umur berapa Mr. Baron menikah, bila waktu menikah perbandingan
umur Mr. Baron dan Mrs. Yulia adalah 3

berbanding 2?

Jawaban :
Waktu menikah, Mr. Baron 3 x, Mrs. Yulia 2 x, 10 tahun kemudian, si ayah 3x+10, Mrs. Yulia 2x + 10.
Kini, umur Mr. Baron = 8y=3x+10, Mrs. Yulia = 6y = 2x + 10, x = 2y, maka, y = 5 umur maka Mr. Baron
40 tahun, dan Mrs. Yulia 30 tahun.

C. Kemampuan Teknikal

Kemampuan teknikal, ditujukan untuk mengukur dan mengevaluasi kemampuan kuantitatif dan
logika analisis dalam bidang teknik secara umum.

Contoh :

1. Kecepatan mobil Adri 90 km per jam. Jarak Bogor-Jakarta 60 km. Jika Adri berangkat dari Bogor
pukul 10, pukul berapa Adri akan tiba di Jakarta?

a. 11.30

b. 11.00

c. 10.30

d. 10.40

2. Sebuah pesawat terbang menempuh jarak 3 km dalam waktu 15 detik. Berapa kecepatan pesawat
terbang tersebut ?

a. 440 km/jam

b. 520 km/jam

c. 600 km/jam

d. 720 km/jam

D. Kemampuan berfikir logis

Kemampuan melakukan penalaran secara runtut dan sistematis dan ditujukan untuk mengukur dan
mengevaluasi kemampuan berfikir logis, yaitu mencari kebenaran sesuai dengan fakta serta
silogisme. Dalam hal ini sesuai dengan informasi yang ada/diberikan.

Contoh :

1. Semua wisatawan selalu mengunjungi kota yang memiliki kesenian daerah. Kota Yogyakarta
memiliki banyak kesenian daerah. Jadi : ......

a. Hanya beberapa wisatawan mengunjungi Kota Yogyakarta

b. Sebagian wisatawan tidak mengunjungi Kota Yogyakarta

c. Semua yang mengunjungi Kota Yogyakarta adalah wisatawan.

d. Semua wisatawan selalu mengunjungi Kota Yogyakarta


2. Semua guru adalah pegawai negeri; Sebagian guru adalah penulis. Manakah yang tak cocok
dengan pernyataan di atas?

a. Sebagian penulis adalah pegawai negeri

b. Sebagian pegawai negeri adalah guru

c. Sebagian penulis adalah guru

d. Semua penulis adalah pegawai negeri

E. Kemampuan berfikir analitis

Kemampuan mengurai suatu permasalahan secara sistematik serta ditujukan untuk mengukur
kemampuan membaca, mencerna, menganalisis, dan menarik kesimpulan logis dan metodis
terhadap informasi yang diberikan.

Contoh :

1. Lazimnya, entrepreneur dipandang sebagai seorang individu yang memiliki dan menjalankan
usaha kecil. Namun , sekedar memiliki dan menjalankan usaha kecil atau usaha besar sekalipun tidak
menjadikan seseorang sebagai entrepreneur. Jika seseorang adalah entrepreneur sejati, maka ada
produk baru yang ia ciptakan dan ada cara baru yang ia ciptakan untuk menjalankan usahanya. Dari
pernyataan berikut, manakah kesimpulan terbaik dari paragraf di atas?

a. Seorang pemilik perusahan besar bisa merupakan seorang entrepreneur

b. Seorang yang membangun sebuah perusahaan dapat dianggap seorang entrepreneur.

c. Entrepreneur tidak memiliki dan menjalankan usaha kecil.

d. Entrepreneur adalah investor.

2. Dalam satu kelas ada sejumlah anak yang menyukai olahraga. Lisa menyukai olahraga bola Volley
dan tidak menyukai atletik, Dino menyukai olahraga bola basket dan volley. Perdi menyukai semua
olahraga kecuali volley. Susi menyukai olahraga tanpa bola. Sedangkan Gino menyukai olahraga
dengan bola. Mereka yang menyukai olahraga volley adalah...

a. Dino, Gina, dan Lisa

b. Susi, Gino, dan Dino

c. Pardi, Gino, dan Lisa

d. Dino, Susi, dan Lisa

Baca Juga : Cara Melakukan VerVal Peserta Didik Untuk Memperoleh NISN

Sekian dan Terima Kasih Semoga bermanfaat!!!


Tag: #CPNS, #TIU, #TKD

Previous
Materi Pengelolaan Keuangan Sekolah dalam Diklat Calon Kepala Sekolah

Next
Cara Melakukan VerVal Peserta Didik Untuk Memperoleh NISN

Penting dibaca:

Contoh Soal-Soal Tes Intelegensi Umum dalam, Tes Kompetensi Dasar, Untuk Pengadaan
CPNS
Tahapan dan Tata Cara Melakukan Pengusulan Tambahan Formasi PNS

Informasi Terbaru
Sponsor
Advertisements

Diva Network Of Education Toko Buku Adm - Diva Pendidikan Template by Kang Mousir Proudly powered by Blogger Katakan Tuhan Itu Esa

Anda mungkin juga menyukai