1
S = stimulus (rangsangan); R = Respons (perilaku, aktivitas) dan
O=organisme (individu/manusia).
Karena stimulus datang dari lingkungan (W = world) dan R juga ditujukan
kepadanya, maka mekanisme terjadi dan berlangsungnya dapat
dilengkapkan seperti tampak dalam bagan berikut ini:
W>S>O>R>W
Yang dimaksud dengan lingkungan (W = world) di sini dapat dibagi ke
dalam dua jenis yaitu :
- Lingkungan objektif (umgebung= segala sesuatu yang ada di sekitar
individu dan secara potensial dapat melahirkan S)
- Lingkungan efektif (umwelt= segala sesuatu yang aktual merangsang
organisme karena sesuai dengan pribadinya sehingga menimbulkan
kesadaran tertentu pada diri organisme dan ia meresponsnya).
2. Aliran Holistik atau Humanis
Holistik atau humanisme memandang bahwa perilaku itu bertujuan, yang
berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari dalam diri individu
merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku, meskipun tanpa
ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik atau humanisme
menjelaskan mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how
(bagaimana), dan why (mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan
(goals/incentives/purpose) apa yang hendak dicapai dengan perilaku itu. How
(bagaimana) menunjukkan kepada jenis dan bentuk cara mencapai tujuan
(goals/incentives/pupose), yakni perilakunya itu sendiri. Sedangkan why
(mengapa) menunjukkan kepada motivasi yang menggerakan terjadinya dan
berlangsungnya perilaku (how), baik bersumber dari diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsk) maupun yang bersumber dari luar individu (motivasi
ekstrinsik)
2
Stimulus (rangsangan) berupa lingkungan, manusia, benda dan hal lain yang
bisa memotivasi organisme tersebut. Pada gambar di atas, stimulus yang diberikan
pada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima
maka proses berhenti disini. Tetapi bila stimulus tersebut diterima oleh organisme
berarti stimulus tersebut efektif dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah itu
organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak
demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap). Akhirnya dengan adanya dukungan
dan dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari
individu berupa respon. Respon inilah yang disebut dengan perilaku individu. Skiner
kemudian membedakan adanya dua jenis respon yaitu:
1. Respondent respon atau reflexsive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu yang dapat menimbulkan respon
– respon yang relatif tetap. Misalnya makanan yang lezat menimbulkan
keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, bagitu
juga respon yang mencakup perilaku emosional.
2. Operant respon atau instrumental respon, yaitu respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu yang
dapat memperkuat respon. Misalnya pemberian penghargaan terhadap
pegawai yang berprestasi dapat menjadikan pegawai tersebut terpacu untuk
lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Di atas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus
(rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun
bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Ini dipengaruhi oleh dua variabel
seperti yang dikemukakan oleh Gibson, Ivancevich dan Donnely:
1. Variabel (Karakteristik) Individu, terdiri dari beberapa faktor, yaitu:
Faktor Fisiologis yaitu kemampuan dan keterampilan phisik yang dimiliki
manusia, seperti kemampuan fisik dan kemampuan mental.
Faktor Psikologis yaitu tanggapan psikologis individu yang bersangkutan,
seperti: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, pengalaman, motivasi.
Faktor Demografi, terdiri dari: umur, jenis kelamin, dan etnis.
2. Variabel Lingkungan, terdiri dari beberapa faktor yaitu:
3
Lingkungan kerja (di dalam organisasi kerja), terdiri dari: kebijakan dan
aturan organisasi, kepemimpinan, struktur organisasi, desain pekerjaan, dan
system kompensasi.
Lingkungan non kerja (di luar organisasi kerja), terdiri dari: keluarga,
masyarakat (sosial) dan budaya, dan pendidikan atau sekolah.
Pembentukan perilaku adalah secara sistematis menegaskan setiap urutan langkah
yang menggerakkan seorang individu lebih dekat terhadap respons yang diharapkan.
Terdapat empat cara pembentukan perilaku:
1. Penguatan positif: jika suatu respon diikuti dengan sesuatu yang
menyenangkan, misalnya pujian.
2. Penguatan negatif: jika suatu respon diikuti oleh dihentikannya atau ditarik
kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan, misalnya berpura-pura bekerja
lebih rajin saat pengawas berkeliling.
3. Hukuman: mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha
untuk menyingkirkan perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya : Penskorsan
4. Pemusnahan: menyingkirkan penguatan apa saja yang mempetahankan
perilaku. Misalnya tidak mengabaikan masukan dari bawahan akan
menghilangkan keinginan mereka untuk menyumbangkan pendapat.
3. Motivasi Individu
Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan
mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji & Singgih-
Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan
daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan
belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar
dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang
dalam suatu aktivitas.
McClelland (dalam Sukadji dan Singgih-Salim, 2001) mengemukakan bahwa
manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh motif. Ada 3
kelompok motif yang dikemukakan olehnya, yaitu :
Motif untuk berhubungan dengan orang lain (Affiliation Motive), yaitu motif
yang mengarahkan tingkah laku seseorang untuk berhubungan dengan orang
4
lain. Yang menjadi tujuan adalah suasana akrab dan harmonis. Ciri-ciri orang
dengan motif afiliasi tinggi adalah : senang berada di dalam suasana akrab,
risau bila harus berpisah dengan sahabat, berusaha diterima kelompok, dalam
bekerja atau belajar melihat dengan siapa ia bekerja atau belajar.
Motif untuk berkuasa (Power Motive), yaitu motif yang menyebabkan
sieseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan
dengan orang lain dan cenderung bertingkah laku otoriter.
Motif untuk berprestasi, yaitu motif yang mendorong seseorang untuk
mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik
yang berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu atau prestasi orang
lain. Yang terpenting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu
prestasi tertentu.
5
(7) tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan
yang dilakukan; dan
(8) arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
6
id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan – ego pada akhirnya
akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan
tempat.
3. Komponen terakhir untuk mengembangkan kepribadian adalah superego.
7
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat
diamati langsung, berupa tindakan nyata. Contoh: mengerjakan ulangan,
membaca buku pelajaran.
4. Teori X dan Y
Dalam perkembangannya dengan kepemimpinan, terdapat beberapa teori
motivasi yang muncul dan berkembang seperti teori hierarki kebutuhan Maslow, teori
X dan Y Douglas McGregor, teori motivasi Higiene, teori kebutuhan McClelland,
teori harapan Victor Vroom, Teori Keadilan dan motivasi dan Reinforcement Theory.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjelaskan kesesuaian antara gaya kepemimpinan
dengan perilaku individu, oleh karena itu dipilihlah teori X dau Y yang berkaitan
dengan perilaku yang dimiliki pegawai/ karyawan dalam organisasi tersebut.
Teori X dan Teori Y merupakan salah satu teori motivasi manusia yang
diciptakan dan dibangun oleh Douglas McGregorpada 1960-an (www.wapedi.mobi).
McGregor adalah psikolog sosial yang terkenal dengan teorinya tersebut McGregor
menjelaskan bahwa para manajer/pemimpin organisasi perusahaan memiliki dua jenis
pandangan terhadap para pegawai/karyawan yaitu teori X atau teori Y.
Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas
yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan
perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi
(www.organisasi.com). Oleh karena itu, teori X memberikan petuah manajer harus
memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas yang jelas, dan menetapkan imbalan
atau hukuman.
Proposisi utama teori X, yaitu:
1. Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha
produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan ekonomi
berakhir;
2. Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha mereka,
memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan memodifikasi
perilaku mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi; dan
8
3. Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan resisten-
untuk kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk, dihargai,
dihukum, dan dikendalikan. Kegiatan mereka harus diarahkan.
9
Ini adalah tanggung jawab manajemen untuk memungkinkan orang untuk
mengenali dan mengembangkan karakteristik manusia ini untuk diri mereka
sendiri.
4. Tugas pokok manajemen adalah untuk mengatur kondisi organisasi dan
metode operasi agar orang dapat mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri
dengan mengarahkan usaha mereka ke arah tujuan-tujuan organisasi.
‘Theory X’ ‘Theory Y’
10
management
staff
staff
oritarian, repressive style. Tight control, no development. Produces limited, depressed culture.
Theory Y - liberating and developmental. Control, achievement and continuous improvement achieved by enabling,
staff
11
12. Tanpa kenal ampun atas kesalahan bawahan;
13. Kurang mempercayai bawahan;
14. Kurang mendorong semangat kerja bawahan;
15. Kurang mawas diri;
16. Selalu tertutup;
17. Suka mengancam;
18. Kurang menghiraukan usulan bawahan;
19. Ada rasa bangga bila bawahannya takut;
20. Tidak suka bawahan pandai dan berkembang;
21. Kurang memiliki rasa kekeluargaan;
22. Sering marah-marah; dan
23. Senang sanjungan.
12
tentang tugas serta tanggung jawab bawahannya. Berikut ciri-ciri gaya kepemimpinan
demokratis:
1. Pendapatnya terfokus pada hasil musyawarah;
2. Tenggang rasa;
3. Memberi kesempatan pengembangan karier bawahan;
4. Selalu menerima kritik bawahan;
5. Menciptakan suasana kekeluargaan;
6. Mengetahui kekurangan dan kelebihan bawahan;
7. Komunikatif dengan bawahan;
8. Partisipasif dengan bawahan;
9. Tanggap terhadap situasi;
10. Kurang mementingkan diri sendiri;
11. Mawas diri;
12. Tidak bersikap menggurui;
13. Senang bawahan kreatif;
14. Menerima usulan atau pendapat bawahan;
15. Lapang dada;
16. Terbuka;
17. Mendorong bawahan untuk mencapai hasil yang baik;
18. Tidak sombong;
19. Menghargai pendapat bawahan;
20. Mau membirnbing bawahan;
21. Mau bekerja sama dengan bawahan;
22. Tidak mudah putus asa;
23. Tujuannya dipahami bawahan;
24. Percaya pada bawahan;
25. Tidak berjarak dengan bawahan;
26. Adil dan bijaksana;
27. Suka rapat (musyawarah);
28. Mau mendelegasikan tugas kepada bawahan;
29. Pemaaf pada bawahan; dan
30. Selalu mendahulukan hal-hal yang penting
13
Berdasarkan ciri-ciri kepemimpinan demokratis tersebut, maka akan sesuai
dengan pegawai yang diasumsikan memiliki perilaku teori Y. Selain gaya
kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan partisipatif juga sesuai dengan
pegawai berperilaku teori Y ini. Gaya kepemimpinan partisipatif yaitu pemimpin yang
menghendaki para bawahannya untuk berpartisipasi dalam mengambil keputusan.
Pemimpin cenderung mendorong para bawahannya untuk ikut serta dalam
pengambilan keputusan ini.
Teori X melihat pegawai dari segi pesimitik, sehingga pemimpin akan
memimpin dengan gaya otoriter dan sentralistik, cenderung mengubah kondisi kerja
dan mengefektifkan penggunaan reward & punishment untuk meningkatkan
produktivitas karyawan. Sedangkan teori Y melihat pegawai dari segi optimistik,
sehingga pemimpin akan memimpin dengan gaya demokratis dan partisipatif,
cenderung melakukan pendekatan humanistik kepada mereka, menantang mereka
untuk lebih berprestasi, mendorong pertumbuhan pribadi, dan mendorong kinerja.
Namun bukan berarti pemimpin akan menghilangkan pengawasan pada mereka.
Pemimpin memang menghendaki para pegawai memberikan saran dan masukan
dalam pengambilan keputusan, namun tetap pemimpinlah yang akan menjaga
kekuasaan untuk melaksanakan keputusan tersebut.
14