Anda di halaman 1dari 40

Isi Kandungan

1.Pengenalan

2. Teori Pembelajaran Sosial Bandura

Teori Pemodelan ( Modeling )

UnsurUtama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)

. Ciri ciri Teori Pemodelan Bandura

3. Elemen kepimpinan dan kerohanian boleh dibangunkan di sekolah.

4. Model sekolah yang mampu menyediakan persekitaran pembelajaran dan pengajaran kondusif

kepada pelajar.

5.Teori Kontruktivisme

6.Rancangan Pengajaran Harian


1.0 Pengenalan

Albert Bandura

Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Disember


1925. Masa kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan di sana.
Semasa di University of British Columbia, beliau menaiki bas awal kerana terpaksa berebut
dengan pelajar jurusan lain memandangkan kelas pengenalan psikologii adalah satu -satunya
kelas yang paling awal diadakan di universiti tersebut.

Kemudian, beliau melanjutkn pelajaran ke Universiti Iowa dan di sini beliau banyak dipengaruhi
oleh Kenneth Spence, seorang pakar psikologii pembelajaran yang terkenal pada ketika itu.

Pada tahun 1949, beliau mendapat pendidikan di Universiti British Columbia dalam jurusan
psikologi4. Dia memperoleh gelaran Master didalam bidang psikologii pada tahun 1951 dan
setahun kemudian ia juga meraih gelaran doktor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program
kedoktorannya dalam bidang psikologii klinik pada tahun 1952. Setahun setelah lulus, ia bekerja
di Standford University. Beliau banyak terpengaruh dengan pendekatan teori pembelajaran untuk
meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. .

Beliau kemudiannya mengahwini Virginia Varns, seorang guru di kolej kejururawatan dan
seterusnya pindah di Iowa Kansas selepas menamatkan pengajiannya. Selain itu, dalam tahun
1952, selepas mendapat gelaran ph.D, Albert Bandura telah menamatkan praktikum di Wichita
Guidance Centre dan seterusnya dilantik sebagai tenaga pengajar di Universiti Stanford. Pada
tahun 1964, Albert Bandura telah dilantik sebagai profesor dan Seterusnya menerima anugerah
American Psychological Association untuk Distinguished Scientific Contribution, pada tahun
1980 .
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh
keluarga dengan tingkah laku sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mula
meneliti tentang agresi pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang
pertama mendapat gelaran doktor sebagai pekerja di makmalnya. Bagi pendapat Bandura,
walaupun prinsip bela jar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku,
prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh
paradigma behaviorisme.

Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Sosial Learning Theory), salah
satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari
pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua APA pada tahun
1974 dan pernah dianugerahi penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1972.

Semasa bertugas sebagai tenaga pengajar, Beliau sangat disayangi oleh pelajar-pelajarnya kerana
sikap beliau yang ambil berat dan sanggup memberi bantuan maklumat yang mereka perlukan.
(KAERULASTRA, 2010)

2.0 Teori Pembelajaran Sosial Bandura

Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik)1.Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori
ini menerima sebagian besar dari prinsip prinsip teori teori belajar perilaku, tetapi
memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat isyarat perubahan perilaku, dan
pada proses proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan
menggunakan penjelasan penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan penjelasan
kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar
social manusia itu tidak didorong oleh kekuatan kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipengaruhi oleh stimulus stimulus lingkungan.

Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan lingkungan yang dihadapkan pada
seseorang secara kebetulan ; lingkungan lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh
orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh
(Kard,S,1997:14) bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling),
dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui


pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar
melihat temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian
meniru melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini
merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran
melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan penguatan
positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang memperhatikan model itu
mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat tersebut dan mengharapkan
mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model
tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan
seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).

Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social


berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada
tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup
untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori teori sebelumnya
kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang
memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan orang lain.
Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar meniru tingkah laku
tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model bagi dirinya.

Teori Pemodelan ( Modeling )

Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam
laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses
pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan social learning
pembelajaran social . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah
memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita tidak
menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui peniruan
maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan guru
memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak anak untuk
menirukan tingkah laku membaca.

Dua puluh tahun berikutnya , Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah
melakukan eksperimen pada anak anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil
eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlakuhanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus
menerus. Proses belajar semacam ini disebut "observationallearning" atau pembelajaran melalui
pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial diperbaiki
memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan perilaku tanpa
mempertimbangan aspek mental seseorang.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan
lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran
peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap
perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu
besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini
diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam video.
Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi yang dilakukan oleh
orang yang mereka tonton dalam video.

Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung.
Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertas dan pelajar meniru
secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-anak
meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh perilaku
di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu guru
mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak
dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam
situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini timbul apabila
seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak melihat temannya
melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh
karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.

Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada
abad ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang
mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak
hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui
pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah
lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak
tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan
menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
UnsurUtama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)

Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari
tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu :
perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.

1) Perhatian ('Attention')
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya.
Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang
dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru
tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri.
Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka "Sosial Learning & Personality
Development"menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran
dapat dipelajari.

2) Mengingat ('Retention')
Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini
membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau
diingini.Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari
proses belajar.

3) Reproduksi gerak ('Reproduction')

Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan
kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku. Contohnya,
mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model dan menyimpan
informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang diamatinya. Praktek
lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.

4) MotivasiMotivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak
individu untuk terus melakukan sesuatu.

Jadi subjek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

Ciri ciri teori Pemodelan Bandura

1.Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan

2.Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain lain

3.Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4.Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif

5.Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal
balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif

Eksperimen Albert Bandura

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak anak
meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Eksperimen Pemodelan Bandura :

Jenis jenis Peniruan (modelling)

1.Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura.


Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang
memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu
dilakukan.Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh :
Meniru gaya penyanyi yang disukai.

2.Peniruan Tak Langsung


Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh :
Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.

3.Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu
peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara
mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4.Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.

Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5.Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.

Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

Teori Kognitif dan Persekitaran

(Aliju, 2010)"Teori Pembelajaran


Sosial" yang telah diperkenalkan oleh Albert Bandura (1977). Di dalam teori ini menekankan
tentang aspek interaksi antara manusia dengan persekitarannya. Terdapat bebrapa faktor yang
mempengaruhi tingkah laku anti sosial pelajar remaja, iaitu kelakuan pelajar itu sendiri,
pengaruh persekitaran dan interaksi kognitif. Namun menurut Bandura (1977) latihan
pemerhatian atau modeling adalah amat penting dalam pembentukan tingkah laku agresif. Teori
pembelajaran sosial yang diaplikasikan oleh Bandura (1973) juga merumuskan bahawa perkara
utama yang sering dipelajari oleh kanak-kanak dan remaja ialah melalui pemerhatian terhadap
tingkah laku orang lain, khususnya orang yang signifikan dengan mereka. Menurut Mahmood
(2001), tingkah laku agresif dipelajari daripada persekitaran sosial seperti interaksi dengan
keluarga, rakan sebaya, media massa dan konsep kendiri individu. Oleh kerana manusia
dipengaruhi oleh persekitaran mereka, maka remaja akan memilih salah satu daripada pengaruh
persekitaran mereka untuk ditauladani. Jika tingkah laku negatif ditunjukan oleh ibu bapa, maka
remaja akan terikut-ikut kepada tingkah laku ibu bapa tersebut dan jika ia ditunjukan oleh rakan
sebaya remaja, ia juga akan menjadi ikutan remaja. Menurut Bandura (1977), terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi tingkah laku anti sosial pelajar remaja, iaitu kelakuan pelajar itu
sendiri, pengaruh persekitaran dan interaksi kognitif. Pendekatan teori pembelajaran sosial juga
menekankan kepentingan penilaian kognitif dan emosi. Teori ini memperlihatkan pengaruh-
pengaruh sedar dan penentu-penentu sosial ke atas personaliti. Menurut Bandura (1977), latihan
pemerhatian atau modeling adalah amat penting dalam pembentukan tingkah laku agresif. Ibu
bapa merupakan model utama bagi kanak-kanak. Jika ibu bapa menunjukkan tingkah laku devian
yang agresif di hadapan kanak-kanak, maka kanak-kanak akan mudah meniru tingkah laku
tersebut. Begitu juga ibu bapa yang sering bertingkah laku devian akan mewariskan tingkah laku
tersebut kepada anak-anak mereka. Rajah 1: Konsep Determinisme Timbal Balik Dalam Teori
Pembelajaran Sosial. Dalam Teori Pembelajaran Sosial Bandura dan Mischel (1986), mereka
menyatakan ada beberapa perbezaan manusia atau pemboleh ubah individu berinteraksi dengan
sekitaran bagi mempengaruhi tingkah laku mereka pada masa akan datang. Rajah 1: Konsep
Determinisme Timbal Balik Dalam Teori Pembelajaran Sosial. Beberapa angkubah individu
tersebut adalah seperti berikut : i. Kebolehan - apa yang terupaya atau boleh dilakukan oleh
seseorang itu seperti kecerdasan, kebolehan fizikal dan lain-lain. ii. Strategi pengkodan - cara
bagaimana manusia memilih dan menumpukan perhatian kepada rangsangan luaran,
mengkodkan dan membentuk kategori-kategori yang bermakna bagi dirinya. iii. Apa yang
diharapkan - hasil daripada sesuatu tingkah laku yang dipaparkan oleh individu berkenaan. iv.
Nilai subjektif - adakah sesuatu tingkah laku itu lebih bermakna bagi seseorang berbanding
dengan individu yang lain. v. Sistem pengendalian - apakah cara yang sesuai boleh digunakan
oleh seseorang dan perancangan untuk mencapai matlamat. B = Tingkah laku P = Kognitif,
persepsi dan peristiwa dalaman yang mempengaruhi. E = Alam sekitaran luaran B E Teori
Kekecewaan-Agressif Teori seterusnya yang membincangkan tentang perkembangan tingkah
laku negatif remaja ini adalah Teori Kekecewaan-Agressif oleh Sigmund Freud (1950). Teori
KekecewaanAgressif ini menyatakan bahawa tingkah laku devian agresif ialah salah satu tindak
balas semula jadi terhadap kekecewaan yang dialami oleh manusia. Menurut Sigmund Freud
(1950) melalui teori psikoanalisisnya, menyatakan bahawa setiap manusia secara semula jadinya
menginginkan keseronokan dan cuba mengelak kesakitan. Apabila kedua-dua keinginan itu tidak
dapat diperolehi oleh manusia, manusia akan bertindak agresif. Setiap individu mempunyai
kecenderungan secara semula jadi atas faktor biologi menjadi agresif bila kecewa. Kenyataan ini
disokong melalui hipotesis kekecewaan-agresif yang menyatakan bahawa tingkah laku agresif
adalah disebabkan kekecewaan. Pernyataan ini telah disokong oleh Kenneth dan Moyer (1961)
yang telah mengemukakan hipotesis kekecewaanagresif. Durkheim (1987) berpendapat perasaan
kecewa yang dialami oleh pelajar merupakan satu faktor penyebab kepada perlakuan
gengsterisme di sekolah. Penyelidik ini berpendapat tekanan yang dialami oleh pelajar untuk
mencapai gred yang baik dalam peperiksaan dan tindakan disiplin yang keras membangkitkan
perasaan kecewa dan seterusnya perlakuan gengsterisme berlaku di sekolah. Berdasarkan teori
psikoanalisis, Kenneth dan Moyer (1961) telah mengemukakan hipotesis kekecewaan-agresif.
Menurut teori kekecewaan-agresif, tingkah laku agresif adalah disebabkan oleh kekecewaan.
Setiap individu mempunyai kecenderungan secara semula jadi atas faktor biologi menjadi agresif
bila kecewa. Teori Ajukan Sosial Selain daripada teori-teori di atas, terdapat teori lain yang dapat
menerangkan tentang peranan ibu bapa dan rakan sebaya dalam perkembangan tingkah laku
delikuen remaja. Teori tersebut adalah Teori Ajukan Sosial yang telah diperkenalkan oleh
Moffitt (1993). Teori Ajukan Sosial ini menerangkan mengapa seseorang itu mula terlibat
dengan kumpulan rakan sebaya devian semasa remaja. Menurut Moffitt (1993), wujud jurang
kematangan semasa seseorang itu mencapai tahap keremajaan, keadaan ini terjadi apabila
seseorang itu telah mencapai tahap kematangan bilologikal namun masih mempunyai tahap
pemikiran sama seperti kanak-kanak. Oleh kerana, seseorang itu mencapai tahap kematangan
biologi seawal umur 10 tahun namun masih tidak mempunyai panduan yang betul untuk diguna
semasa zaman dewasa, oleh itu seseorang remaja terpaksa untuk mencari jalan lain sebagai
tututan status kedewasaan mereka. Dalam keadaan ini, remaja akan tertarik dengan rakan sebaya
dan kumpulan rakan sebaya lain yang sama seperti remaja tersebut iaitu berada di dalam proses
mencari tingkah laku kedewasaan dan mencapai status untuk menjadi dewasa. Kajian lain
menyasarkan bahawa interaksi antara ibu bapa dan anak serta penolakan rakan sebaya
merupakan faktor perantara dalam pembangunan tingkah laku negatif remaja. Dishion et al.
(1994), menggunakan model tekanan dan pertemuan untuk menerangkan perkembangan tingkah
laku negatif. Dalam model ini, ketidak sejajaran penguatan daripada ibu bapa kepada anak
mereka merupakan punca tekanan dan tingkah laku anti sosial. Tingkah laku ini kemudiannya
terbawabawa kepada keadaan lain seperti hubungan dengan rakan sebaya. Tingkah laku anti-
sosial ini menyebabkan kepada keadaan dimana remaja menghadapi masalah penolakan daripada
rakan sebaya. Kegagalan dalam pemilihan rakan sebaya tersebut pula, menyebabkan remaja
terpaksa bertukar kepada tingkah laku negatif dan sterusnya bergaul dengan rakan sebaya yang
negatif. Dalam keadaan lain, bagi mentafsirkan tentang teori ajukan sosial, model ini
menerangkan bahawa remaja akan mencari kumpulan rakan sebaya yang negatif apabila mereka
gagal dalam pengalaman pertama mereka dengan kumpulan rakan sebaya yang normal.
Penolakan daripada rakan sebaya menyebabkan keperluan sosial remaja tidak dapat dipenuhi,
yang mana remaja kemudiannya memilih kumpulan rakan sebaya yang lain untuk berkongsi
tingkah laku aggresif mereka. Teori Ajukan Sosial Sebagai Model Kajian Daripada teori-teori
berkaitan dengan tingkah laku negatif yang telah diterangkan di atas. Pengkaji telah memilih
Teori Ajukan Sosial yang telah diperkenalkan oleh Moffitt (1993) sebagai model untuk mengkaji
faktor-faktor yang mempengaruhi masalah tingkah laku negatif dikalangan remaja sekolah. Teori
ini sangat sesuai digunakan, kerana teori ini melihat tingkah laku negatif sebagai tingkah laku
yang dipelajari dan bukannya satu tingkah laku yang wujud secara semula jadi dalam diri
individu. Teori ini menunjukan proses bagaimana bermulanya masalah tingkah laku negatif
seseorang remaja itu. Menurut teori ini seseorang remaja itu akan mencapai tahap kematangan
biologi seawal umur 10 tahun Moffit (1993), tetapi pada peringkat umur ini remaja tersebut tidak
masih tidak mengenali cara hidup dan sikap yang sesuai dengan mereka. Dalam keadaan
ini,orang yang paling penting dalam menentukan kehidupan remaja aalah ibu bapa remaja itu
sendiri. Penguatan daripada ibu bapa kepada anak mereka merupakan punca tekanan dan tingkah
laku anti sosial. Tingkah laku ini kemudiannya terbawa-bawa kepada keadaan lain seperti
hubungan dengan rakan sebaya. Apabila remaja yang tidak mendapat penguatan yang
secukupnya daripada ibu bapa, mereka mungkin gagal dalam pergaulan dengan rakan sebaya
yang seterusnya terpaksa mencari rakan sebaya yang negatif. Pada keadaan tersebut bermulalah
masalah tingkah laku negatif. Perkembangan tingkah laku negatif dan penglibatan dengan
kumpulan rakan sebaya negatif boleh difahami melalui rangka kerja yang diperkenalkan oleh
Bronfenbrenner (1979). Menurut teori yang diperkenalkan oleh beliau, seseorang individu
bergaul dengan berbagai sistem dalam kehidupan harian. Mikrosistem seperti rumah dan
sekolah, merupakan perkara yang kanak-kanak akan terlibat secara terus. Tingkah laku yang
dipelajari daripada salah satu mikrosistem akan terbawa-bawa kepada mikrosistem yang lain.
Dalam keadaan ini, tingkah laku yang dipelajari dari rumah, dalam konteks hubungan ibu bapa
dan anak, akan terbawa-bawa ke sekolah dan digunakan dalam menjalankan hubungan dengan
rakan sebaya. Manakala faktor penolakan daripada rakan sebaya akan menyebabkan kepada
penglibatan dengan rakan sebaya yang negatif. Kesan daripada persekitaran rumah merupakan
faktor utama di dalam kajian tentang kanak-kanak dan remaja, iaitu sebagai penyebab mereka
cenderung untuk bergaul dengan sistem lain dalam kehidupan mereka (Jackson & Fondacaro,
1999). Penggunaan Teori Ajukan Sosial diyakini sesuai oleh penyelidik kerana teori ini
mengambil kira peranan kognitif dalam pembentukan tingkah laku seseorang remaja. Teori
Ajukan Sosial merupakan gabungan teori pengukuhan (rangsangan dan tindak balas) dan teori
kognitif. Teori Ajukan Sosial menjelaskan bahawa tingkah laku manusia akibat daripada
pengaruh interaksi antara kognitif, persekitaran dan perlakuan manusia lain.

Elemen kepimpinan dan kerohanian boleh dibangunkan di sekolah.

Seperti yang digariskan dalam Model Ekonomi Baru RMKe-10, negara kita berusaha untuk
berubah daripada negara berpendapatan pertengahan ke arah negara berpendapatan tinggi.
Perubahan ini perlu digerakkan oleh mereka yang berbakat, khususnya pemimpin dan pekerja
yang berpengetahuan disamping input lain seperti tenaga kerja dan modal. Dalam keadaan
persaingan pada peringkat global negara kita memerlukan warganegara yang berbakat,
kompetatif dan sistem pendidikan yang berdaya saing.

Sistem pendidikan negara kita pada masa kini banyak menekankan Kemahiran Berfikir Atas
Tinggi iaitu KBAT dan juga pembelajaran abad ke-21. Fenomena ini adalah untuk memupuk dan
melahirkan pelajar yang seimbang dalam pelbagai aspek seperti jasmani, emosi, rohani, intelek
dan juga sosial (JERIS). Menurut Laporan Program Pentaksiran Pelajar Antarabangsa (PISA)
2015, negara Malaysia menunjukkan peningkatan sebanyak 33 mata kepada 431 mata bagi
Literasi Bacaan. Secara keseluruhannya, negara kita memperbaiki kedudukan bagi ketiga-tiga
aspek, iaitu Literasi Matematik, Literasi Saintifik dan Literasi Bacaan.

Bagi menjamin peningkatan kualiti dalam kalangan pelajar di negara kita, elemen kepimpinan
dan kerohanian harus dibangunkan di sekolah. Pada asasnya, kejayaan seseorang pelajar adalah
bergantung kepada guru melalui penyemaian aspek kepimpinan, kerohanian, ilmu dan
sebagainya. Menurut George R. Terry kepimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri
seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar dalam hubungan
tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manakala kerohanian bermaksud ciri murid yang
kelima dalam PPPM ialah memiliki etika dan kerohanian tinggi. Pendidikan Islam dan
Pendidikan Moral dalam coraknya yang transformatif mampu membangun nilai etika dan
kerohanian supaya ia menjadi benteng kekuatan menghadapi cabaran alaf 21.

Pengetahuan dan kemahiran tanpa etika sifatnya mekanistik. Faktor etika dan kerohanian
menjadikan ilmu dan kemahiran lebih terpedoman, murid dan pelajar lebih manusiawi. Asas
inilah bakal membentuk watak dan sahsiah supaya murid dan pelajar berilmu memiliki kualiti
amanah dan amal yang tinggi.

Pemupukan nilai etika dan kerohanian dalam diri setiap murid sebagai persiapan mendepani
cabaran yang akan ditempuh dalam kehidupan dewasa, agar mereka boleh menyelesaikan konflik
secara harmoni, bijak membuat pertimbangan, berpegang kepada prinsip ketika berada dalam
situasi yang kritikal dan berani melakukan sesuatu yang betul.

Pendidikan agama di kalangan pelajar Islam harus mampu membentuk sikap tauhidik di
kalangan murid dan pelajar supaya asas ini sifatnya merentasi dalam pengajaran aqidah, ibadah,
syariah dan akhlak. Nilai Paling Utama (Supreme Values) yang tauhidik wajib menjadi landasan
membina tasawwur Islami supaya fikrah murid dan pelajar terbina secara sepadu.

Malaysia menunjukkan peningkatan sebanyak 33 mata kepada 431 mata bagi Literasi Bacaan
dalam laporan Program Pentaksiran Pelajar Antarabangsa (PISA) 2015 berbanding hanya 398
mata pada PISA 2012. Timbalan Ketua Pengarah Pendidikan (Pembangunan Profesionalisme
Keguruan), Datuk Dr Amin Senin, berkata pencapaian bagi domain Literasi Bacaan itu lebih
baik berbanding dua domain lagi, iaitu Literasi Matematik dan Literasi Saintifik. Katanya, bagi
Literasi Matematik Malaysia meraih penambahan 25 mata daripada 421 mata pada PISA 2012,
manakala Literasi Saintifik meningkat 23 mata daripada 420 mata (PISA 2012). "Dalam
penilaian terkini, negara kita memperbaiki kedudukan bagi ketiga-tiga aspek, iaitu Literasi
Matematik, Literasi Saintifik dan Literasi Bacaan, dengan Literasi Bacaan menunjukkan
pencapaian paling memberangsangkan. "Berdasarkan laporan yang dikeluarkan itu, Malaysia
semakin menghampiri purata skor negara Pertubuhan Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi
(OECD)," katanya ketika mengumumkan hasil laporan PISA 2015, petang tadi. Pengumuman
bagi Laporan PISA2015 diadakan serentak di semua 72 negara yang mengambil bahagian
dengan negara jiran, Singapura mengungguli senarai terbabit, selain negara Asia seperti China,
Jepun dan Korea Selatan terus berada dalam senarai 10 negara dengan pencapaian terbaik.
Sampel PISA 2015 bagi peringkat Malaysia terdiri daripada 9,660 pelajar Tingkatan Tiga dan
Empat, 230 pentadbir dan 5,750 guru daripada 230 sekolah.

Justeru itu kerajaan menerusi KPM telah merangka suatu tranformasi dalam sistem
pendidikan bagi membolehkan aspirasi negara ke arah negara berpendapatan tinggi dapat
direalisasikan. Aspirasi untuk menjayakan tranformasi sistem pendidikan terdiri daripada dua
aspek, iaitu aspirasi keseluruhan sistem pendidikan dan aspirasi setiap murid.

ASPIRASI SISTEM PENDIDIKAN

Terdapat lima hasil yang ingin dicapai dalam Pelan Pembangunan Pendidikan, iaitu; akses,
kualiti, ekuiti, perpaduan dan kecekapan. Lima aspirasii ini muncul daripada laporan pendidikan
yang pernah dikeluarkan sebelum ini tetapi kandungannya masih relevan iaitu Laporan Razak
(1956), Laporan Jawatankuasa Kabinet (1979) dan PIPP (2006-2010).

Sekolah adalah barisan hadapan dan peringkat operasi dalam melaksanakan tanggungjawab
memastikan lima aspirasi sistem pendidikan dapat dicapai.

1. Akses Kepada Kejayaan

Sekolah mempunyai peranan untuk memastikan setiap murid di sekolah mendapat akses yang
sama kepada pendidikan berkualiti, tanpa mengira taraf ekonomi, kaum atau latar belakang
murid bagi membolehkan murid mencapai potensi masing-masing.

Prinsip pendidikan untuk semua, perlu dijadikan asas dalam memastikan akses dan enrolmen
setiap lapisan murid dari peringkat prasekolah ke peringkat sekolah menengah dapat dipenuhi.
Bagi tujuan ini pihak sekolah perlu memberi komitmen demi memastikan tiada murid yang
tercicir dan semua murid memenuhi standard minimum iaitu sekurang-kurangnya lulus dalam
mata pelajaran teras iaitu Bahasa Melayu, Bahasa Inggeris, Matematik, Sains, Sejarah dan
Pendidikan Islam atau Pendidikan Moral pada akhir tingkatan 5.

Tujuannya adalah untuk meletakkan negara kita setanding dengan negara maju yang lain di
samping meningkatkan peratusan murid melanjutkan pelajaran pada peringkat universiti, kolej,
politeknik, vokasional dan program latihan kemahiran yang berstruktur.

Beliau juga mempunyai perancangan yang kemas dalam urusan tugas seharian. Beliau
menggunakan buku rekod sebagai panduan untuk merancang pengajaran dan pembelajaran.
Penggunaan sistem diari untuk memastikan tarikh-tarikh penting dan waktu-waktu untuk
mnghadiri mesyuarat, pemantauan dan urusan-urusan rasmi yang lain. Jadual waktu juga
digunakan untuk memastikan kelas-kelas yang diajar berjalan lancar mengikut waktu yang telah
ditetapkan. Cara Mengendalikan Perhimpunan Rasmi Sekolah Perhimpunan rasmi sekolah
diadakan pada setiap pagi Isnin jam 7.30 pagi. Pelajar-pelajar akan berkumpul di dewan besar
sekolah lebih awal, dan beratur mengikut kelas masing-masing seperti yang telah ditetapkan.
Guru Besar dan para guru akan berkumpul di atas pentas. Nyanyian lagu Negaraku, lagu negeri
Johor, Lagu Sekolah dan sebuah lagu patriotik Malaysia Berjaya dinyanyikan beramai-ramai
dengan diiringi muzik yang dirakamkan. Selepas nyanyian, ikrar dibacakan dan diikuti oleh
bacaan doa yang disampaikan oleh wakil pelajar. Selepas itu laporan guru bertugas pada minggu
lepas tentang perkara-perkara yang berkaitan aktiviti, kebersihan dan tindakan yang telah
dilakukan ke atas apa sahaja yang berlaku yang melibatkan persekitaran sekolah. Seterusnya
ucapan Guru Besar yang berupa nasihat, dorongan dan menyampaikan maklumat serta mesej
penting kepada murid-murid dan guru. Hasil dari pemerhatian, murid-murid membawa diari dan
mencatat perkara yang dianggap penting yang disampaikan oleh guru-guru dan Guru Besar
sepanjang perhimpunan berlangsung. Muridmurid juga kelihatan begitu berdisiplin, mendengar
dengan teliti dan berada dalam keadaan senyap. Setelah selesai Guru Besar menyampaikan
ucapannya, guru bertugas mingguan menyampaikan taklimat dan program-program yang akan
diadakan sepanjang minggu. Perhimpunan tamat pukul 8.10 pagi. Apa yang dapat diperhatikan
dalam pengendalian perhimpunan rasmi sekolah sememangnya berjalan lancar dan ianya telah
menjadi budaya di sekolah ini. Cara Mengendalikan Mesyuarat Hasil daripada pemerhatian turut
serta, dapat dilihat perjalanan mesyuarat guru dan staf sekolah. Sepanjang sesi mesyuarat dengan
yang bermula jam 12.45 tengahari dan tamat 2.30 petang, pada peringkat 30 minit awal,
mesyuarat dikendalikan oleh GPK 1 dan GPK HEM. Di sini jelas Guru Besar telah memberikan
penurunan kuasa (empowerment) dan delegating kepada pembantu-pembantunya, sementara
beliau meninjau dan membuat pemantauan di sekitar sekolah. Semasa mesyuarat berjalan semua
murid berada dalam kelas, tiada pelajar berkeliaran. Beliau telahpun mengarahkan guru-guru
menyediakan tugasan-tugasan tertentu untuk dilakukan oleh murid-murid dengan pengawasan
pengawas kerana mesyuarat yang diadakan pada hari itu, telah diberitahu sehari lebih awal iaitu
dengan merujuk kepada surat edaran dan takwim sekolah. Dalam mesyuarat tersebut, dapat
diperhatikan ia dijalankan dengan begitu baik dan teratur. Guru-guru menepati waktu, dan
mereka bersama-sama bertukar-tukar idea dan fikiran, mendengar dengan teliti arahan dan
saranan daripada Guru Besar dan guru-guru penolong kanan. Guru Besar juga menegaskan
tentang pentingnya semangat kerja berpasukan agar kecemerlangan prestasi akademik dan juga
ko-kurikulum dapat terus dipertingkatkan. Cara Berinteraksi Dengan Guru-guru Dan Kakitangan
Bawahan Hasil daripada pemerhatian, pengetua tidak mempunyai batasan tertentu dalam
menjalinkan interaksi dengan guru-guru dan kakitangannya. Beliau dapat mengenali semua
subordinat dan pada keadaan-keadaan tertentu beliau kelihatan begitu mesra dengan pekerja
bawahannya. Apa yang dapat dilihat ialah boleh dikatakan guru-guru, kakitangan pejabat,
muridmurid mudah berurusan dengan Guru Besar. Mereka akan datang menemui Guru Besar
dan begitu juga Guru Besar akan menemui guru-guru atau kakitangannya jika memerlukan
sesuatu penjelasan, menyampaikan pandangan atau memberi pendapat. Cara Menyampaikan
Mesej Dan Maklumat Terkini Melalui pemerhatian, mesej dan maklumat-maklumat terkini
disampaikan melalui beberapa cara. Cara penyampaian dilakukan mengikut situasi dan keperluan
sama ada perlu disegerakan atau boleh diberitahu melalui orang lain mengikut kepentingan
sesuatu maklumat tersebut. Biasanya maklumat akan disalurkan melalui guru-guru penolong
kanan, ketua-ketua panitia, guru disiplin, kaunselor sekolah dan sebagainya. Maklumat-
maklumat seperti kemasukan murid ke asrama penuh dilekatkan di papan kenyataan, begitu juga
dengan maklumat-maklumat yang berkaitan dengan perkembangan sekolah seperti rencana-
rencana yang dikeluarkan dalam akhbar dilekatkan di sudut-sudut tertentu di sekitar sekolah.
Selain itu, maklumat-maklumat mengenai peperiksaan diberitahu kepada murid-murid dalam
perhimpunan dan surat makluman kepada ibu bapa. Pekeliling jabatan dan kementerian
pendidikan pula ditampalkan di papan kenyataan. Selain itu maklumat-maklumat juga
disampaikan semasa mesyuarat khususnya yang menyentuh tentang dasar-dasar dan polisi
sekolah selaras dengan matlamat sekolah dan Falsafah Pendidikan Negara. Mengatasi Masalah-
masalah Pentadbiran Hasil daripada pemerhatian, pemerhatian turut serta dan perbualan dengan
Guru Besar, setakat ini beliau belum lagi menghadapi masalah yang besar dalam pentadbiran
kerana guruguru penolong kanan, guru-guru dan kakitangan pejabat dapat memahami tugas dan
peranan masing-masing. Masing-masing mempunyai bidang tugas yang telah ditentukan dan
mereka dapat menjalankannya dengan berkesan. Sekolah ini telahpun mengamalkan
pendekatanpendekatan kualiti dalam semua bidang tugas. Antaranya semua maklumat-maklumat
yang berkaitan dengan pelajar, guru-guru dan kakitangan disimpan dalam fail khas dengan
penggunaan soft-ware dalam komputer dan juga direkodkan. Begitu juga dengan maklumat
kewangan. Buku tunai kerajaan dan wang suwa diuruskan oleh kerani kewangan yang
berpengalaman. Peranan Guru Besar adalah memastikan segala urusan yang melibatkan
pentadbiran dilakukan dengan sempurna dan mengikut prosedur yang betul. Oleh itu Guru Besar
lebih banyak menggunakan pendekatan demokratik, iaitu beliau akan berbincang, bertukar-tukar
fikiran dan pendapat serta memberikan idea-idea yang difikirkan perlu untuk memastikan segala
urusan dan tugas dapat dijalankan dengan sempurna. Pemerhatian Pengajaran Dan Pembelajaran.
Hasil daripada pemerhatain dan penyertaan turut serta dalam proses pengajaranpembelajaran
Guru Besar kelas tahun 6 A, dalam matapelajaran sivik dan kewarganegaraan, dapat diperhatikan
beberapa perkara yang menarik telah dipraktikkan oleh Guru Besar. Hubungan Guru Besar
Dengan Murid : Guru Besar dapat menjalinkan hubungan yang mesra dengan murid-murid.
Beliau menggunakan pendekatan soal jawab, lakonan, penjelasan dan menggunakan kertas
edaran untuk menilai pemahaman murid. Murid juga menggunakan buku teks sebagai rujukan.
Hasil pemerhatian, murid-murid sangat berminat dan memberi kerjasama dengan baik serta
mengambil bahagian yang aktif dalam proses pengajaran dan pembelajaran secara aktif. Guru
Besar juga dapat mengenali semua nama murid dan dapat menyebut nama mereka ketika
menyoal. Hubungan Murid Dengan Murid. : Hubungan sesama murid juga diperhatikan baik dan
mesra. Mereka saling membantu dan bekerjasama. Antara yang dapat diperhatikan ialah mereka
berbincang mengikut kumpulan untuk mendapatkan jawapan yang betul terhadap soalansoalan
yang dikemukakan oleh Guru Besar. Tahap kerjasama dan saling bantu-membantu adalah tinggi.
Penglibatan Pelajar : Secara keseluruhan dapat diperhatikan, penglibatan pelajar dalam
pembelajaran adalah aktif dan mereka melakukan aktiviti lakonan dengan menghayati melalui
dialog yang dikemukakan. Mereka tidak merasa segan atau malu-malu, bahkan dalam keadaan
ceria yang diselang selikan dengan deraian ketawa pelajar apabila terdapat babak seperti
berdehem atau ketawa. Pelajar-pelajar didapati menunjukkan minat yang tinggi terhadap
pembelajaran. Kesemua mereka memberi tumpuan kerana tiada pelajar yang membuat aktiviti
lain. Mereka kelihatan seronok dan puas dengan apa yang diteima pada masa itu. Pelajar-pelajar
juga mempunyai peluang untuk menjawab soalansoalan terbuka, misalnya guru besar
menanyakan konsep-konsep dan penggunaan istilah seperti negeri-negeri selat, mengapa ia
dikenali sebagai Syarikat Hindia Timur Inggeris. Pelajar dapat menjelaskan dengan menyatakan
pelayaran itu melalui lautan Hindi. Hasil daripada pemerhatian, semua pelajar berpeluang
mengemukakan soalan-soalan yang kurang difahami. Masa Pengajaran Dan Pembelajaran :
Pengagihan masa sememangnya telah dirancang dan dapat menepati waktu (dua waktu 60
minit). Pengajaran bermula dengan mengenalkan pelajar dengan konsep-konsep dan istilah
sebelum berkembang kepada isi-isi pelajaran. Tingkahlaku yang diperlihatkan ialah pelajar
memberi respon yang baik dan aktif. Misalnya aktiviti mengemukakan soalan, meminta
penjelasan lanjut dan memberi jawapan ketika disoal. Selain itu murid-murid juga diberi kerja
rumah sebagai aktiviti pengayaan terhadap tajuk yang dipelajari. Apa yang menarik ialah waktu
pembelajaran tamat, sebaik sahaja mereka mengucapkan salam dan terima kasih, semua murid
bersalaman sambil mencium tangan Guru Besar. Keadaan seperti ini jarang dilihat di sekolah-
seolah lain. Menurut Guru Besar, bersalaman dengan guru selepas tamat sesuatu sessi
pembelajaran, telah menjadi budaya di sekolah ini.

Model sekolah yang mampu menyediakan persekitaran pembelajaran dan pengajaran kondusif
kepada pelajar.

Sekolah Berprestasi Tinggi (SBT) (High Performance School) di Malaysia ditakrifkan


sebagai sekolah yang mempunyai etos, watak, identiti tersendiri dan unik serta menyerlah dalam
semua aspek pendidikan. Sekolah ini mempunyai tradisi budaya kerja yang sangat tinggi dan
cemerlang dengan modal insan nasional yang berkembang secara holistik dan berterusan serta
mampu berdaya saing di persada antarabangsa dan menjadi sekolah pilihan utama.

Hasrat untuk mengenal pasti dan mewujudkan Sekolah Berprestasi Tinggi (SBT) telah
diumumkan oleh Perdana Menteridalam ucapannya di Majlis Perhimpunan bersama Anggota
Pentadbiran dan Penjawat Awam serta Syarikat Berkaitan Kerajaan (GLC) di Pusat Konvensyen
Antarabangsa Putrajaya (PICC) pada 27 Julai 2009.

Struktur Organisasi sekolah


Kementerian Pelajaran Malaysia (KPM) telah menyediakan pelan tindakan untuk mengenal pasti
100 SBT menjelang 2012. Usaha ini sejajar dengan hasrat "1 Malaysia: Rakyat Didahulukan,
Pencapaian Diutamakan".

Pada 9 September 2009, KPM mengambil keputusan untuk mengiktiraf 100 buah sekolah yang
terdiri daripada sekolah kerajaan dan sekolah bantuan kerajaan menjadi SBT serta menubuhkan
Sektor SBT di Bahagian Pengurusan Sekolah Berasrama Penuh dan Sekolah Kluster (BPSBPSK)
supaya pengurusan SBT dapat dilaksanakan dengan efisien.

Sebanyak 20 buah sekolah telah diumumkan sebagai SBT Kohort 1 oleh Menteri Pelajaran pada
25 Januari 2010 dan majlis pengiktirafannya telah diadakan di Sekolah Menengah Kebangsaan
Aminuddin Baki, Kuala Lumpur pada 29 Januari 2010. Pada 18 Februari 2011, sebanyak 23
buah sekolah pula telah diumumkan sebagai SBT Kohort 2 oleh Timbalan Perdana Menteri
Malaysia merangkap Menteri Pelajaran Malaysia, Tan Sri Muhyiddin Yassin di Sekolah
Kebangsaan Ulu Lubai, Limbang, Sarawak. Pada 4 Februari 2012 pula, Timbalan Perdana
Menteri mengumumkan lagi senarai 14 buah sekolah sebagai SBT Kohort 3 dalam satu majlis
pengiktirafan SBT di Putrajaya. Seterusnya pada 28 Disember 2012, 25 buah sekolah lagi diberi
taraf SBT, menjadikan jumlah kesemuanya 91 buah.

Abad Ke 21

Pada abad ke-21 ini, negara kita menghadapi isu dan cabaran dalaman serta luaran akibat
daripada kesan globalisasi, liberalisasi dan perkembangan Teknologi Maklumat dan
Komunikasi (Informatian and Communications Technology). Antara cabaran negara adalah
untuk membangunkan satu sistem ekonomi yang berasaskan pengetahuan atau K-ekonomi bagi
menghadapi persaingan dengan negara lain. K-ekonomi ini memerlukan sokongan padu daripada
sektor pendidikan untuk melahirkan rakyat Malaysia yang berpengetahuan tinggi dalam pelbagai
bidang.

Sehubungan itu, Kementerian Pendidikan Malaysia (KPM) telah merangka Pelan Pembangunan
Pendidikan Malaysia 2013 2025 (PPPM) bagi menyediakan murid menghadapi cabaran
pendidikan abad ke-21. Antara fokus PPPM ialah enam (6) aspirasi murid iaitu pengetahuan,
kemahiran berfikir, kemahiran memimpin, kemahiran dwibahasa, etika dan kerohanian dan
identiti nasional. Ini adalah sejajar dengan Falsafah Pendidikan Kebangsaan yang menjadi
pegangan pelaksanaan sistem pendidikan di negara kita.

RASIONAL

Keperluan kepada Pembelajaran Abad Ke-21 merupakan salah satu tuntutan untuk menjayakan
PPPM. Sehubungan itu, satu program yang komprehensif akan dilaksana oleh Jabatan
Pendidikan Negeri Johor bagi memastikan warga pendidik negeri Johor dapat melahirkan
generasi muda yang mampu bersaing dan menangani cabaran di peringkat global. Kertas kerja
ini disediakan sebagai cadangan mencadangkan untuk melaksanakan Pembelajaran Abad ke-21
di sekolah-sekolah negeri Johor .

MATLAMAT

Program Pembelajaran Abad Ke-21 dilaksanakann untuk melahirkan murid yang mampu
bersaing dan dapat menangani cabaran di peringkat global.

OBJEKTIF
Membangunkan persekitaran bilik darjah abad ke-21
Meningkatkan kemahiran guru menggunakan pedagogi abad ke-21
Memberi kemahiran pembelajaran abad ke-21 kepada murid-murid
Membudayakan amalan Komuniti Pembelajaran Profesional (PLC) sebagai strategi pelaksanaan
Pembelajaran Abad Ke-21 di sekolah

PEMBELAJARAN ABAD KE-21

Menurut Martha Hampson dan rakannya dari Innovation Unit, United Kingdom, terdapat
sepuluh (10) idea yang praktikal boleh digunakan oleh pengurus sekolah untuk melaksanakan
pembelajaran abad ke-21 iaitu:
Pengajaran terbuka ;
Menghabiskan sukatan pelajaran dalam masa yang ditetapkan merupakan masalah utama
semua guru di sekolah. Sama ada murid memperoleh kemahiran tertentu atau sebaliknya
menjadi perkara kedua. Dalam pembelajaran abad ke-21, pembelajaran secara individu atau
kumpulan perlu dirancang secara fleksibel dan tidak terlalu rigid. Murid hendaklah diberi
peluang dan masa yang mencukupi untuk menyelesaikan tugasan yang diberi dan seterusnya
mencapai objektif yang ditetapkan oleh guru. Guru pula perlu menyokong dan memantau
sepanjang proses pembelajaran.
Pemikiran terbuka di luar kelas;
Menjadi kebiasaan setiap bilik darjah, murid akan duduk dalam barisan di meja masing-
masing mengadap guru. Susunan sebegini dibuat bagi menyenangkan guru menyampaikan
maklumat secara berkesan kepada sekumpulan murid. Keadaan ini sesuai apabila guru
merupakan sumber utama kepada murid. Namun, keperluan kemahiran abad ke-21 seperti
penyelesaian masalah secara kolaboratif, teknologi maklumat, literasi maklumat dan ekonomi,
memerlukan kaedah pengajaran yang baru. Peranan guru bukan lagi sebagai penyampai
maklumat tetapi membimbing, berbincang, dan mentaksir perkembangan seseorang murid dan
seterusnya memberi sokongan. Oleh itu, konsep sesebuah bilik darjah lebih kepada bilik sumber
di mana maklumat senang diakses dan mempamerkan hasil-hasil kerja murid. Susunan meja dan
kerusi bilik darjah perlu sesuai untuk aktiviti berkumpulan seperti perbincangan, eksperimen
dan kajian.
persendirian;
Selalunya kita menganggap murid yang memerlukan perhatian khusus ialah murid
berkeperluan khas (special educational needs) seperti murid masalah pembelajaran (slow
learners). Hakikatnya semua murid sebenarnya memerlukan perhatian khusus kerana
mempunyai keupayaan pelbagai. Walau bagaimanapun, guru menghadapi kekangan masa untuk
menangani keperluan murid secara induvidu. Dalam pembelajaran abad ke-21, pembelajaran
berasaskan projek (project-based learning) memberi peluang dan tanggungjawab kepada murid
melaksanakan projek mengikut minat, kreativiti dan kemahiran masing-masing.
Menceburi murid dalam teknologi;
Teknologi telah mengubah cara kita mengakses maklumat. Apa lagi bagi generasi muda yang
lahir dalam era teknologi yang canggih. Generasi sekarang secara semula jadi merupakan
seorang penyiasat, penyelidik dan juga pengumpul maklumat. Kemahiran-kemahiran ini
sepatutnya digunakan oleh guru dalam merancang pembelajaran kendiri (Self-access Learning),
pembelajaran berasaskan inquiri (Inquiry-based Learning) dan kerja secara kolaboratif (Peer
Collaboration). Hasil kerja murid boleh dijadikan sebagai showcases terbaik apabila projek
yang dihasil melibatkan audio, teks, imejan dan video.
Project;
Penyediaan sesuatu projek melibatkan tiga (3) langkah penting iaitu proses penyediaan draf
(lebih dari sekali), perbincangan/sumbangsaran/kritikan dan persembahan/pameran. Ketiga-
tiga proses ini adalah kritikal kerana akan menghasilkan kualiti kerja yang sangat tinggi oleh
murid dan juga guru. Projek sebegini akan memberi pengalaman kepada murid bekerja dalam
kumpulan, mengurus masa dan membuat persembahan/pameran kepada rakan lain/guru/ibu bapa
atau pihak luar.
Peluang;
Murid perlu diberi peluang terlibat secara aktif menjadi mentor dan pembimbing kepada
rakan sebaya. Kaedah yang digunakan ini akan lebih relevan dan dapat meningkatkan
pengetahuan, kemahiran berkomunikasi dan jati diri murid tersebut.
membantu;
Guru sebenarnya sangat ghairah untuk mendapat sebanyak mungkin ilmu bagi meningkatkan
pengetahuan mereka dalam bidang pendidikan. Untuk itu, platform yang sesuai perlu disediakan
kepada guru-guru sama ada di peringkat sekolah, daerah atau jabatan. Pembelajaran melalui
kajian perlu menjadi amalan dalam kalangan guru untuk inovasi dan juga peningkatan dalam
kualiti pengajaran serta pencapaian murid.

Mengukur masalah;
Keupayaan untuk menyimpan maklumat dan fakta menjadi kurang relevan dalam era digital
sekarang. Sebaliknya, kemahiran berfikir aras tinggi (KBAT), memperoleh, menganalisis dan
menyusun maklumat adalah lebih penting. Begitu juga dengan kemahiran bekerja dalam
kumpulan, mengguna ikhtiar, menyelesai masalah dan kreatif. Semua kemahiran ini sangat
diperlukan dalam abad ke-21. Oleh itu, pentaksiran yang dilaksana oleh guru juga perlu berfokus
kepada kemahiran-kemahiran tersebut
Berkerjasama bersama keluarga
Terdapat hubungan yang signifikan antara penglibatan ibu bapa dengan pencapaian
murid. Penglibatan ibu bapa dan komuniti di sekolah merupakan perkongsian akauntabiliti dalam
pencapaian dan pembangunan murid-murid. Sebagai contoh, Mayfield Primary School di
London memberi peluang kepada ibu bapa selama 30 minit untuk belajar bersama dengan anak-
anak mereka waktu persekolahan. Terdapat sekolah yang melibatkan ibu bapa dalam penyediaan
projek oleh anak-anak mereka seperti membuat persembahan atau pameran. Jaringan sosial
seperti Facebook perlu diwujudkan sebagai platform untuk perbincangan dan menyampaikan
maklumat terkini kepada ibu bapa tentang program yang dijalankan di sekolah.
Kekuatan murid
Murid merupakan rakan kongsi yang berpotensi dalam pembelajaran. Melibatkan murid
dalam beberapa pengurusan pendidikan (terutama isu yang melibatkan murid) sebenarnya
melatih mereka bertanggungjawab, berminat dan menjadi warga negara yang aktif apabila
dewasa kelak. Jika ini dilaksanakan, bermakna sekolah telah berjaya mewujudkan budaya di
mana semua warga sekolah dilibatkan dalam pendidikan dan pembelajaran.

Kemahiran pembelajaran dan pembelajaran (PdP) yang terdapat dalam abad ke-21 ialah:
i. Kemahiran pembelajaran dan inovasi (Learning and innovation skills)
ii. Kemahiran maklumat, media dan teknologi (Information, media and technology skills)
iii. Kemahiran hidup dan kerjaya (Life and career skills)
Elemen-elemen yang terkandung dalam kemahiran abad ke-21 ialah:
i. Kreativiti dan Inovasi (Creativity and Innovation)
ii. Pemikiran kritis dan Penyelesaian Masalah (Critical Thinking and Problem Solving)
iii. Komunikasi dan Kolaborasi (Communication and Collaboration)
iv. Literasi Maklumat (Information Literacy)
v. Literasi Media (Media Literacy)
vi. Literasi Teknologi, Maklumat dan Komunikasi (TMK) (ICT (Information, Communications
and Technology Literacy)
vii. Fleksibiliti dan mempunyai keupayaan menyesuaikan diri (Flexibility and Adaptability)
viii. Berinisiatif dan Mempunyai Haluan Diri (Initiative and Self-Direction)
ix. Kemahiran Sosial dan Antara-Budaya (Social and Cross-Cultural Skills)
x. Produktiviti dan Akauntabiliti (Productivity and Accountability)
xi. Kepimpinan dan Tanggungjawab (Leadership and Responsibility)
Guru-guru abad ke-21 perlu mempunyai ciri-ciri guru berikut:
i. Menguasai subjek (Kandungan Kurikulum)
ii. Mahir dan berketerampilan dalam pedagogi
iii. Mengesan perkembangan murid-murid dan menyokong mereka
iv. Memahami psikologi pembelajaran (Cognitive Psychology)
v. Memiliki kemahiran kaunseling
vi. Menggunakan teknologi terkini
Manakala ciri-ciri murid yang diharapkan hasil pembelajaran abad ke-21 ialah:
i. Berupaya membuat hubung-kait
ii. Bijak menyoal
iii. Yakin berkomunikasi
iv. Mengambil risiko
v. Dahagakan ilmu
vi. Ingin tahu
vii. Menjana idea
viii. Fleksibel
ix. Tidak berputus asa
x. Mendengar dan membuat refleksi
xi. Berkemahiran kritis
xii. Menguasai kemahiran literasi
xiii. Berani mencuba
xiv. Mampu berfikir sendiri
xv. Membuat inisiatif
xvi. Mampu bekerja dengan orang lain
xvii. Membuat perubahan
xviii. Berintegriti
xix. Berkeperibadian tinggi
BILIK DARJAH ABAD KE-21

Konsep bilik darjah abad ke-21 yang akan dibangunkan ialah:


i. Mentransformasikan bilik darjah dengan ruang pembelajaran kreatif hasil usaha murid supaya
menarik dan bermakna.
ii. Suasana atau iklim bilik darjah dapat merangsang murid untuk bersaing, belajar secara
koperatif dan memperoleh kemahiran kolaboratif.

Prasarana / Fizikal bilik darjah abad ke-21 yang dicadangkan ialah:


Bilik darjah sebagai bilik sumber
i. Murid duduk dalam kumpulan (4 6 orang).
ii. Jika boleh, bilik darjah dilengkapi komputer yang dirangkaikan (2 atau 3 unit) Instant
Access / Interactive/ dilengkapi LCD dan / atau direct projector / Papan putih /soft board.
iii. Hasil kerja murid dipamerkan.

Bilik darjah berasaskan mata pelajaran (Subject-based Classroom - SBC)


i. Murid duduk dalam kumpulan (4 6 orang).
ii. Mata pelajaran yang dicadangkan ialah mata pelajaran teras atau kritikal
iii. Jika boleh, dilengkapi komputer yang dirangkaikan ( 2 atau 3 unit) Instant Access/
Interactive / dilengkapi LCD dan / atau direct projector / Papan putih / soft board.
iv. Hasil kerja murid dipamerkan.
v. SBC ini juga sesuai dilaksanakan oleh sekolah kurang murid (SKM) / kelas yang mempunyai
murid melebihi 25 orang / mempunyai banyak kelas kosong
vi. Bilik darjah terbuka (Outdoor Classroom)
vii. Lorong bermaklumat
viii. Ruang santai
KOMUNITI PEMBELAJARAN PROFESIONAL (PLC)

Pemilihan PLC sebagai asas pelaksanaan Pembelajaran Abad Ke-21 merupakan usaha
komprehensif Jabatan Pendidikan Negeri Johor untuk memantapkan penyampaian pendidikan
bagi meningkatkan pencapaian murid. PLC merangkumi aktiviti-aktiviti kolaboratif peringkat
sekolah dan juga pihak sekolah dengan komuniti luar. PLC menyediakan peluang berlakunya
aktiviti perkongsian ilmu, kepakaran dan partnership.
Secara amnya, PLC merujuk kepada usaha para pendidik yang komited bekerja secara
kolaboratif serta berterusan untuk membuat inkuiri atau kajian tindakan bagi mencapai prestasi
yang lebih baik untuk murid-murid mereka (DuFour, Eaker & Mary, 2006)
Terdapat tiga (3) Prinsip asas PLC yang perlu diberi keutamaan iaitu memastikan
pembelajaran murid, berlakunya budaya kolaboratif dan berfokuskan kepada pencapaiaan.
Beberapa strategi PLC perlu dibangunkan dan dirancang oleh sekolah bagi memastikan
Pembelajaran Abad Ke-21 dapat dilaksanakan dengan berkesan. Antara strategi pembangunan
PLC yang dicadang dilaksanakan pada peringkat sekolah atau kluster PLC ialah:
i. Jejak Pembelajaran (Learning Walks)
ii. Bimbingan Rakan Sebaya Guru atau Pembimbing Instruksi
iii. (Peer Coaching / Instructional Coaches)
iv. Belajar Menggunakan Rancangan Pengajaran Harian (Lesson Study)
v. Sesi Perkongsian Guru (Teacher Sharing Sessions)
vi. Perkongsian amalan terbaik (Best practises)
vii. Pengajaran secara kolaboratif (Collaborative Teaching)
viii. Sistem Sokongan Rakan Sekerja (Buddy Support System)
ix. Coaching Partnership
x. Cross visits
Kemudahan kemudahan yang disediakan di sekolah berprestasi tinggi
Kemudahan kemudahan seperti makmal sains ,makmal komputer,kantin,dan lain-lain lagi amat
diperlukan untuk perkembangan masa kini.
1. Pejabat Pengetua - Terletak disebuah bangunan yang dikenali sebagai
UFO. Bilik ini dilengkapi juga ruang untuk bermesyuarat dan galeri sejarah.
2. Bilik Guru - Seluas 5 buah bilik darjah menempatkan hampir kesemua guru
dengan kemudahan perabot, tempat rehat/ tempat solat, sebuah televisyen 29 dan
pendingin hawa. Para guru juga dibekalkan dengan 6 buah komputer untuk melancarkanP
& P guru di dalam kelas.
3. Pusat Sumber - Mengandungi perpustakaan seluas 3 buah bilik darjah dan
berhawa dingin. Mengandungi pelbagai bahan bacaan yang berjumlah 2500 naskah buku
fiksyen dan bukan fiksyen , majalah , akhbar. Boleh menempatkan 40 orang murid.Bilik
APD dilengkapi dengan 2 buah peti TV 20 , 0verhead projektor, kemudahan
menggunakan LCD, perakam video. Boleh memuatkan seramai 40 orang.
4. Bilik Gerakan - Berhawa dingin. Digunakan untuk mengadakan perjumpaan
rasmi dengan tetamu sekolah juga untuk mesyuarat warga sekolah.Terdapat 6 buah
pembesar suara , dan kemudahan menggunakan LCD. Boleh memuatkan seramai 80
orang dalam satu masa.
5. Bilik Ketua Bidang - Berperanan sebagai bilik perbincangan antara panitia.
Menempatkan kemudahan perabot untuk 4 orang ketua bidang, berhawa dingin, dan 2
buah komputer.
6. Bilik maklumat / kualiti - Terletak di dalam bilik yang terdapat di dalam bilik
Ketua Bidang. Menempatkan semua fail dan dokumen penting berkaitan pentadbiran dan
pengurusan.
7. Dataran Kejat - Perhimpunan rasmi sekolah dan aktiviti-aktiviti yang melibatkan
bilangan pelajar / tetamu yang ramai akan diadakan di sini.
8. Dewan Sekolah - Terletak bersebelahan kantin yang boleh menempatkan 500
orang .Digunakan semasa perhimpunan Hari Guru ,pertandingan kokurikulum akademik
seperti pantun dan bahas , program pemurnian akademik dan pendaftaran pelajar
tingkatan 4 dan Minggu suaikenal.
9. Surau An-Nur - Digunakan sejak 2002. Boleh menampung seramai 200 orang.
Berfungsi sebagai pusat Islam untuk aktiviti pelajar Islam.
10. Bilik kimpalan - Digunakan oleh pelajar terutamanya oleh pelajar kejenteraan
ladang. Mempunyai kemudahan memateri alat-alat kepingan zink. Terdapat juga
kimpalan gas.
11. Gelanggang bola tampar, takraw dan bola jaring - Digunakan sebagai tempat
riadah, latihan dan pertandingan.
12. Taman Herba - Dibina sejak 1998. Mengandungi 60 jenis herba tradisional.
13. Kawasan Riadah - Terdapat di kawasan persekitaran sekolah dan asrama. Setiap
sudut riadah menyediakan sebuah meja batu dan 6 buah tempat duduk.
14. Bilik darjah dan makmal - 18 buah bilik darjah , 2 makmal fizik, 2 buah
makmal kimia, 1 makmal biologi , 1 makmal sains am, 1 makmal agroteknologi.
15. Pondok Pengawal - Dilengkapi surau mini yang telah dinaiktaraf untuk
keselesaan pengawal.
16. Koperasi sekolah - Memberi kemudahan kepada warga sekolah khususnya
pelajar-pelajar untuk membeli keperluan persekolahan. Setiap orang murid sekolah ini
diwajibkan menjadi ahli koperasi sekolah.
17. Tapak Semaian - Kemudahan amali pelajar Hortikultur Hiasan dan Landskap.
Dilengkapi renjisan kabus untuk tujuan penyiraman.Struktur penting yang disediakan
ialah kotak semaian dan kawasan pembiakan tumbuhan.
18. Bilik SPBT - Bilik operasi Skim Pinjaman Buku Teks.
19. Rumah Hidroponik - Kemudahan amali bagi mata pelajaran tanaman.
Dilengkapi dengan rak-rak kayu dan takung hidroponik.
20. Makmal komputer - Sebuah makmal komputer yang menempatkan sebanyak 20
buah komputer untuk kegunaan pelajar agroteknologi dan ahli kelab komputer.
21. Sanggar Ilmu - Anjung di hadapan dataran kejat. Dilengkapi dengan kabinet
ilmu, info persatuan, untuk murid belajar dalam suasana yang lebih santai.
22. Dewan makan asrama - Terdapat 2 dewan makan. Dewan makan Aspuri boleh
memuatkan 300 orang pelajar manakala dewan makan Aspura boleh menempatkan 100
orang.
23. Kantin Sekolah - Kegunaan guru dan murid sekolah ini membeli makanan.
24. Bangsal ayam penelur - Mempunyai keluasan 15 x 12. Boleh menempatkan
100 ekor ayam penelur.
25. Bas SMTDLM - Memudahkan pelajar-pelajar membuat aktiviti di luar kawasan
sekolah sambil menjimatkan kos pengangkutan . Boleh memuatkan 44 orang penumpang.
26. Van SMTDLM - Boleh memuatkan 7 orang penumpang bagi memudahkan
pelajar-pelajar ke klinik dan aktiviti luar sambil menjimatkan kos pengangkutan.
27. Bilik air/ tandas guru / murid - Kemudahan asas yang dijaga kebersihannya.
28. Bilik percetakan - Menempatkan 2 mesin riso.
29. Kuaters guru - 2 buah kuarters guru. Ketua warden menghuni salah sebuah
kuarters guru.
30. Pejabat sekolah - Perjawatan: 1 Ketua Pembantu Pentadbir2 Pembantu
Pentadbir1 Pembantu Tadbir Rendah5 Pembantu Am Pejabat2 Pemandu2 Juruteknik3
Penyelia Asrama3 Pembantu Makmal2 PRA
31. Bangunan kejuruteraan - Bangunan 3 tingkat ini merupakan bengkel
pembelajaran yang menempatkan bengkel kejuruteraan mekanikal di tingkat bawah,
bengkel kejuruteraan Awam di tingkat dua yang mepunyai makmal Autocad untuk
pelajar kejuruteraan Awam, dan di tingkat tiga terdapat bengkel kejuruteraan
elektrik.Bengkel Lukisan kejuruteraan juga terdapat di sebelah bengkel Autocad di
tingkat dua.
32. Bilik SALC - Bilik yang baru diwujudkan bertujuan memudahkan pelajar menilai
tahap penguasaan Bahasa Inggeris sendiri. Waktu penggunaan adalah pada waktu rehat
dan mata pelajaran Bahasa Inggeris.
33. Bilik Matematik - Bilik yang berfungsi untuk memudahkan guru-guru matematik
menjalankan aktiviti p & p berasaskan pembelajaran kontekstual. Terdapat kemudahan
ABM seperti TV, OHP projektor , meja berbentuk trapizam, meja heksagon, meja segi
empat sama.
34. Bilik Kaunseling - Bilik Bimbingan dan kaunseling menempatkan dua buah bilik
bagi kegunaan dua orang kaunselor iaitu seorang kaunselor lelaki dan seorang kaunselor
perempuan.Kaunselor menjalankan sesi kaunseling dan bimbingan kerjaya kepada pelajar
di bilik ini.
35. Pusat Akses - Pusat Akses mengandungi 10 buah komputer yang boleh
digunakan oleh semua warga SMTDLM. Pusat ini menyediakan kemudahan internet
yang boleh digunakan untuk tujuan murid dan guru mengaksesmaklumat yang diperlukan
di dalam P&P.
36. Stor Pusat - Stor Pusat menjadi tempat menyimpan barang-barang atau peralatan
yang digunakan oleh pejabat dan guru-guru. Segala pembelian barangan akan
ditempatkan di bilik ini. Terdapat sebuah komputer dengan seorang pembantu stor yang
akan memudahkan urusan pengeluaran dan pembelian barang dari bilik ini.
37. Pejabat Penyelia Asrama - Pejabat ini merupakan pusat untuk menguruskan
perkara yang berkaitan dengan asrama.
38. Traktor - Terdapat 5 buah traktor untuk memudahkan kerja-kerja di ladang.
39. Bajak - Terdapat 2 buah pembajak yang juga dilengkapi dengan alat jengkaut
untuk membantu aktiviti p & p pelajar-pelajar pertanian.
40. Bilik Sakit - Terdapat dua bilik iaitu 1 untuk bilik sakit murid lelaki dan 1 untuk
bilik sakit perempuan. Dilengkapi dengan tandas, katil dan penghawa dingin.
Teori Kontruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan
mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan
gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan
pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan
dan menjadi lebih dinamis. Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum
seperti:

1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.


2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling
memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara
aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah
ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini
berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau
sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman
pelajar untuk menarik minat pelajar.

Rancangan Pengajaran Harian Sains Tahun 6

Mata pelajaran: Sains

Kelas: Tahun 6 Vairam

Tarikh: 12 Julai 2017

Masa: 11.35 pagi 12.35 tgh (60 minit)

Bilangan murid: 25 orang

Bidang pelajaran: Daya dan Gerakan


Objektif pembelajaran: Menganalisis konsep daya

Hasil pembelajaran: Di akhir sesi pembelajaran ini, murid dapat:

A. Menguasai isi kandungan

a. Menjelaskan dengan contoh kesan daya geseran dalam kehidupan harian

b. Menyatakan kebaikan dan keburukan daya geseran dalam kehidupan

c. Membuat kesimpulan kesan jenis permukaan ke atas gerakan objek

B. Membina kemahiran saintifik, berfikir dan strategi berfikir

a. mereka bentuk dan menjalankan eksperimen dalam kumpulan untuk menentukan


kesan jenis permukaan ke atas gerakan objek

C. Mengamalkan sikap saintifik dan nilai murni

a. melibatkan diri secara aktif dalam menjalankan eksperimen berdasarkan prosedur


yang dipersetujui dalam kumpulan

b. menghargai masa dengan menjalankan eksperimen dengan pantas dan sentiasa

menumpu kepada menjalankan tugasan tersebut

Konsep/prinsip/hukum/teori:

Daya geseran

a. menghakis permukaan

b. memperlahankan gerakan

c. membantu gerakan

d. dipengaruhi oleh jenis permukaan (kasar dan licin)

Bahan, peralatan dan bahan sumber:

Blok kayu 5 unit


Kacang hijau Beberapa biji

Minyak masak 1 botol

Beg plastik 5 unit

Kertas pasir 5 unit

Kereta mainan 5 unit

Surat khabar lama 5 helai

Pembaris 5 batang

Gelang getah 5 unit

Nota di slaid PowerPoint

Langkah berjaga-jaga:

Elakkan minyak dan kacang hijau jatuh ke lantai kerana jika terpijak boleh menyebabkan jatuh.

Pengetahuan sedia ada:

Murid telah mempelajari daya wujud apabila ada tolakan dan tarikan dan daya boleh mengubah
bentuk dan arah gerakan. Murid juga mungkin mempunyai miskonsepsi bahawa daya dipunyai
oleh sesuatu benda.

Fasa Isi Kandungan Aktiviti Pengajaran dan Nota


Pembelajaran
Aktiviti Guru Aktiviti
Murid
Permulaan/ Daya wujud akibat Buat kaitan Murid
Mencungkil interaksi yang dengan memberi Strategi/
idea melibatkan tolakan dan pengetahuan respon Teknik:
(5 min) tarikan dan boleh sedia ada pelajar Penyoalan seluruh
mengubah bentuk dan dengan menyoal kelas menggunakan
arah gerakan Cungkil idea Kartun Konsep
murid tentang
kesan daya selain
mengubah bentuk
dan arah gerakan.
Menstruktur/ Daya geseran Mengutarakan Murid Strategi/
Menstruktur a.menghakis satu persoalan membuat Teknik:
semula permukaan utama: hipotesis, beri Aktiviti inkuiri dalam
(40 min) b. memperlahankan Apakah kesan cadangan reka kumpulan
gerakan daya geseran ke bentuk
c.membantu gerakan atas objek? eksperimen, Sikap saintifik dan nilai
d. dipengaruhi oleh Tanya hipotesis, menyatakan murni:
jenis permukaan (kasar reka bentuk pembolehubah. Penglibatan aktif
dan licin) eksperimen dan Murid Menghargai masa
pembolehubah menjalankan
terlibat. eksperimen
bagi menjawab
Debriefing persoalan.
Taksir kefahaman
secara lisan Aktviti
Murid yang telah pemulihan:
menguasai maju Mendengar
ke fasa aplikasi, penerangan
manakala murid guru dalam
yang tidak, kumpulan kecil
dikumpul dalam
satu kumpulan
dan diberi
penerangan
kumpulan kecil
Aplikasi 1. Kesan tayar botak Tunjukkan Pelajar Strategi:
Idea ketika di jalan raya masalah di slaid menyelesaikan Perbincangan
(10 min) 2. Penggunaan roda (rujuk lampiran 1) masalah dalam kumpulan diikuti
bagi mengurangkan kumpulan persembahan
geseran Pelajar Sumber pengajaran:
membentangka slaid PP
n dapatan
Penutup Daya geseran Taksir kefahaman Pelajar Strategi:
(5 min) a.menghakis pelajar dengan berbincang Penyoalan keseluruhan
permukaan memberi kuiz dalam kelas
b. memperlahankan pendek. kumpulan
gerakan Tingkatkan untuk Sumber pengajaran:
c.membantu gerakan keterujaan dengan menjawab kuiz slaid PP
d. dipengaruhi oleh mengadakan dan membuat
jenis permukaan (kasar pertandingan kesimpulan
dan licin) antara kumpulan pelajaran
Tunjukkan dengan
ringkasan idea menyatakan
utama di slaid. idea utama
Beri tugasan serta
membaca untuk mengaitkannya
tajuk seterusnya dengan idea
iaitu pengawetan asal.
makanan dan 4
soalan menyelesai
masalah dalam
buku latihan.
Rumusan

Secara umumnya ,Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik)1.Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert
Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip prinsip teori teori belajar
perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat isyarat perubahan
perilaku, dan pada proses proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan
menggunakan penjelasan penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan penjelasan
kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar
social manusia itu tidak didorong oleh kekuatan kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipengaruhi oleh stimulus stimulus lingkungan.
Rujukan

Aliju, A. Y. (2010). http://eprints.utm.my/10389/1/29.9_Teori-Teori_Tingkah_Laku_Negatif.pdf.


Retrieved 2017, from http://eprints.utm.my/10389/1/29.9_Teori-
Teori_Tingkah_Laku_Negatif.pdf: http://eprints.utm.my/10389/1/29.9_Teori-
Teori_Tingkah_Laku_Negatif.pdf

cyberspot, A. (2013, jun 23). alam belajar. Retrieved Julai 22, 2017, from alam belajar:
http://mabjip.blogspot.my/

KAERULASTRA. (2010, august 10). http://kaerulashraf90.blogspot.my/2010/08/biodata-tokoh-albert-


bandura.html. Retrieved julai 21, 2017, from
http://kaerulashraf90.blogspot.my/2010/08/biodata-tokoh-albert-bandura.html:
http://kaerulashraf90.blogspot.my/2010/08/biodata-tokoh-albert-bandura.html

lantern, g. (2010). kepimpinan dan kerohanian. Retrieved 2017, from kepimpinan sosial:
kepimpinan+dan+kerohanian+berdasarkan+teori+pembelajaran+sosial+di+sekolah&oq=kepimpi
nan+da&aqs=chrome.0.69i59j0j69i57j69i60j0l2.6730j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

subramaniam, M. (2012). teori pembelajaran bandura. Retrieved 2017, from teori pembelajaran
bandura: http://wadahserumpun.blogspot.my/p/mageswari-ap-subramanian.html

Anda mungkin juga menyukai