Hubungan antara endokrinologi, emosi dan perilaku emosi
Endokrinologi Endokrinologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari sistem endokrin. Sistem endokrin merupakan suatu sistem dimana hormon-hormon diproduksi dan diatur oleh organ dan kelenjar. Organ-organ yang termasuk dalam sistem endokrin, penyakit dan gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada kelenjar dan organ endokrin dapat mempengaruhi fungsi metabolisme tubuh secara keseluruhan. Endokrinologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku atau aktivitas psikis yang berkaitan atau terjadi karena perubahan pada sistem endokrin. Emosi Suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi. Perilaku Emosi Perilaku emosi adalah tindakan yang bersifat tingkah laku lengkap, dan kombinasi dengan tanggapan jasmani lain yaitu suara, postur, gestur, pergerakan otot, dan tanggapan fisiologis lainnya. Misalnya guratan ekspresi emosi yang ditunjukan oleh raut wajah seseorang adalah bagian dari emosi. PEMBAHASAN Sistem Endokrin Berhubungan dengan Emosi Akibat emosional secara psikologi, dapat terjadi kecemasan akibat terus menerus mempersepsikan akan adanya ancaman atau bahkan depresi dari kelenjar otak yang berhubungan dengan sistem endokrin, dimana orang yang bersangkutan cenderung mengisolasi diri dan menarik diri dari lingkungan sosialnya. Hubungan antara kadar gula darah dengan pengendalian emosi. Kekuatan hubungan berifat sedang dan memiliki arah negatif (- 0.715), artinya hubungannya bersifat terbalik yaitu bila kadar gula darah tinggi maka pengendalian emosi akan rendah, sebaliknya bila kadar gula darah rendah maka pengendalian emosi akan tinggi. Depresi, perasaan selalu khawatir, lelah, tegang, pikiran kalut dan lain sebagainya termasuk dalam aspek pengendalian emosi. Pengendalian emosi terdiri dari aspek pikiran, rasa, motorik dan fisiologis. Hasil penelitian menunjukkan aspek pikiran memiliki skor tertinggi dan rasa terendah, hal ini menunjukkan walaupun pasien tidak mampu mengendalikan gejolak rasa yang menyertai emosi, namun pasien masih bisa mengendalikan pikirannya seperti masih dapat berpikir rasional, berpikir sehat dan tidak memiliki pikiran kalut.