Anda di halaman 1dari 23

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Asniar Khumas, S.Psi., M.

Si

Rahmat Permadi, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Laporan Kegiatan

Turun Lapangan ke Panti Jompo

“ Observasi Penuaan dan Gangguan Psikologis serta Neurokognitif ”

Oleh :

Mel Priskila

1771041025

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

MAKASSAR

2018
A. Latar belakang

Neurokognitif adalah sebuah bidang akademis yang mempelajari


secara ilmiah substrat biologis dibalik kognisi dengan fokus khusus pada
substrat syaraf dari proses mental (Gazzaniga, 2002).

Neurokognitif membahas pertanyaan bagaimana fungsi


psikologis/kognitif dihasilkan oleh otak, ilmu ini mempelajari mengenai
kognisi dengan penekanan pada fungsi-fungsi otak, ilmu ini berupaya
untuk melokalisir bagian-bagian otak sesuai dengan funsinya dalam
kognitif. Dalam neurokognitif juga memiliki beberapa penyakit seperti
Demensia ataupun Alzheimer.

Demensia adalah kondisi di mana kemampuan otak seseorang


mengalami kemunduran, dimana seseorang akan ditandai dengan lupa
akan sesuatu, keliru, adanya perubahan kepribadian dan emosi naik turun
yang labil. Direktur Alzheimer Asia Pasifik, Dy Surhaya memperkirakan
sebanyak 1,2 juta orang Indonesia terkena Demensia. Surhaya mengatakan
tiap 3 detik sebanyak 1 orang yang terkena Demensia (ODD).

Di Indonesia sendiri rata-rata masyarakat dengan usia tingkat lanjut


berkisar 10% dengan rentan usia 60 tahun, seiring dengan peningkatan
jumlah penduduk usia lanjut, peningkatan jumlah penduduk usia lanjut
dengan penyakit degenerative seperti demensia juga terjadi. Sebanyak 60-
70% merupakan Alzheimer. Alzheimer merupakan ciri-ciri atau gelaja
dari Demensia itu sendiri. Demensia Alzheimer (pikun) merupakan
penyakit degenerative dimana terjadinya penurunan fungsi otak yang
memengaruhi emosi, daya ingat, pengambilan keputusan, perilaku dan
fungsi otak lainnya hingga mengganggu aktifitas sehari-hari.

Maka dari itu tugas ini dibuat untuk mengetahui masalah-masalah


dalam hal kognitif yang dialami oleh masyarakat usia lanjut dengan
melakukan turlap dibeberapa panti jompo.
B. Identitas Responden
a. Biodata Responden :

(Subjek Pertama)
Nama : Jaintan
TTL : 1932
Usia : 86 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Pakatto
Suku Bangsa : Gowa-Makassar
Lama dipanti : 20 Tahun
Tanggal masuk : 1998
Pekerjaan sebelum masuk panti : Petani
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Status Menikah : Sudah Menikah
Nama Panti : Panti Sosial Tresna Werdha
Gau Mabaji GOWA

(Subjek Kedua)
Nama : Mariama
TTL : 1 Juli 1944
Usia : 74 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Asal : Bantaeng
Suku Bangsa : Makassar
Lama dipanti : 14 Tahun
Tanggal Masuk : 20 September 2004
Pekerjaan sebelum masuk panti : Tidak Bekerja
Anak ke : Tunggal
Status Menikah : Tidak Menikah
Nama Panti : Panti Sosial Tresna Werdha
Gau Mabaji GOWA

(Subjek Ketiga)
Nama : Sherly
TTL : 1958
Usia : 60 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : China-Makassar
Lama di Panti : 3 Bulan
Tanggal Masuk : 21 Agustus 2018
Pekerjaan Sebelum Masuk Panti : Swasta
Anak ke : 7 dari 9 bersaudara
Status Menikah : Cerai Hidup
Nama Panti : Panti Werdha Theodora

b. Riwayat Keberadaan di Panti

(Subjek Pertama)
Jaintan pertama kali dibawa pada tahun 1998 dipanti sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji GOWA oleha anaknya sendiri, alasannya
cukup sederhana karena anaknya yang berjumlah 4 orang sudah
mulai sibuk dan tidak dapat mengurus sang ibu, sebenarnya Oma
Jaintan ini lumayan mandiri tetapi anak-anaknya merasa tidak bisa
membiarkan orang tuanya mengurus diri sendiri maka dibawalah
ke panti agar ada orang yang mengurus oma Jaintan menggantikan
peran anaknya dan oma Jaintan pun juga setuju dengan keputusan
anak-anaknya.

(Subjek Kedua)
Mariama, seorang perempuan lanjut usia yang tidak menikah dan
tidak memiliki keturunan dan merupakan anak tunggal, alasan
dibawa ke panti karena memiliki cacat bawaan yaitu kaki kiri
pincang dan tidak ada keluarga yang ingin mengurusnya, maka
dibawalah Oma Mariyama ini kepanti sosial Tresna Werdha Gau
Mabaji GOWA untuk diurus oleh pengurus dan perawat yang ada
dipanti.

(Subjek Ketiga)
Sherly ialah oma yang merupakan penghuni baru di Panti Werdha
Teodora, dia masuk pada pertengahan Agustus dan baru sekitar 3
bulanan berada di panti tersebut, awalnya oma Sherly ini tinggal di
Amerika, dan telah bercerai dengan mantan suaminya pada tahun
2015. Akhirnya keluarga memutuskan agar oma Sherly pulang ke
Indonesia karena semua keluarganya telah menetap balik ke
Indonesia yang sebelumnya pernah pindah dan menetap di
Amerika. Sesampai di Indonesia oma Sherly merasa tidak enak
untuk membuat kelurganya kerepotan hanya untuk mengurusnya
sehingga ia meminta bantuan keluarganya untuk mencarikan
tempat baginya, maka ditemukanlah Panti tersebut dan oma Sherly
pun memutuskan untuk tinggal disana.

c. Kondisi Fisik

(Subjek Pertama)
Oma Jaintan, waktu perkunjugan saya kesana dia terlihat duduk
didepan asrama dan terlihat dalam keadaan baik saja, tidak terlihat
memiliki luka ataupun kecacatan fisik lainnya kecuali duduknya
yang sedikit membungkuk tetapi semuanya terlihat baik, oma juga
bahkan terlihat tersenyum. Oma Jaintan memiliki penyakit yang
tidak tampak pada fisiknya yaitu Diabetes Meletus (DM), Rematik
(Pada saat bergerak, oma Jaintan sedikit memiliki sakit pada
punggungnya) dan Hipotensi. Oma Jaintan terlihat pendengarannya
sedikit menurun tetapi terlihat normal-normal saja karena faktor
usia tetapi penglihatannya cukup baik.

(Subjek Kedua)
Oma Mariama, pertama kali saya melihatnya oma Mariyama
terlihat tertidur dengan melipat badan kearah kanan. Oma
Mariyama akhirnya dibangunkan oleh suster perawat oma lalu
mulai berbincang-bincang, awalnya terlihat lesu, ketika ditanya
oma akhirnya bercerita dengan suara yang tidak terlihat lemas tapi
tetap sambil berbaring, oma menagatakan kalau dia dipukuli oleh
salah satu oma yang seasrama dengan dia. Alasannya karena oma
Mariama harus mati saja, kata oma yang memukulinya. Oma
Mariama memiliki sakit pada pinggangnya akibat pukulan dari
oma yang seasrama dengan oma Mariama. Oma Ranti ialah oma
yang memukuli oma Mariama, oma Ranti juga merupakan mantan
pasien skizofrenia kata salah satu perawat dipanti tersebut. Oma
Mariama juga memiliki perlihatan serta pendengaran yang sudah
kurang bagus lagi, terkadang perkataan harus diulang dengan keras
dan arah penglihatannya terkadang tidak menatap kami serta
kadang dia menyipitkan mata ketika melihat kearah saya.

(Subjek Ketiga)
Oma Sherly, waktu kami datang ke panti Werdha Teodora oma
sherly kelihatan sangat fit dan sehat bugar seperti masih berusia 40
tahunan. Terlihat ketika kami berbicara oma Sherly kelihatan
sangat rama dan dia juga bercerita bahwa dia senang waktu pergi
minum kopi disiang hari dan kadang-kadang pergi keluar jalan-
jalan dan pergi karaoke bersama teman-teman SMAnya.
Penglihatan oma Sherly sangat baik serta pendengarannya juga
baik. Penuturan katanya juga sangat bagus bercampur Indonesia
Inggris.

d. Kondisi Psikologis

(Subjek Pertama)
Saat menanyakan bagaimana perasaan oma Jaintan, dia merasa
cukup senang berada dipanti karena anak-anaknya kadang datang
mengunjungi dirinya jadi seolah tidak merasa ditinggalkan oleh
keluarga dan tidak merasa dibuang oleh keluarga. Oma Jaintan
tidak terlau merasa deprsi hanya kadang kerasa sedikit kesepian
dan sedih.

(Subjek Kedua)
Saat bercakap dengan oma Mariama, dia merasa senang dipanti
tersebut meski sangat-sangat jarang dikunjungi keluarga. Oma
Mariama hanya bergaul sendirian, sangat jarang berinteraksi
dengan oma-oma yang lainnya yang ada di panti tersebut. Sisa
harinya hanya dihabiskan untuk tidur dikamar, meski kadang
merasa dikecewakan oleh keluarga karena dia memiliki kecacatan
fisik tetapi dia merasa rumahnya adalah panti tersebut dan panti itu
yang membuat sedikit kecewanya diobati.

(Subjek Ketiga)
Oma Sherly pernah mengalami depresi dimasa kecil yaitu oma
Sherly merasakan bahwa dirinya dianak tirikan oleh orang tuanya
sendiri, oma mengatakan bahwa orangtuanya memberikan
perhatian yang lebih yang tidak sama dibanding dengan saudara-
saudaranya yang lain dan oma Sherly juga sering mendapatkan
abuse verbatim atau kata-kata yang tidak baik dari orangtuanya
seperti “kamu tidak lebih baik dari saudaramu, lihat abi lebih baik
dari kamu dan meninggalkan luka batin. Oma Sherly juga kembali
mengalami depresi ketika bercerai dengan suaminya pada usia 57
tahun dikarenakan “Someone else” kata oma Sherly sehingga
terkadang oma merasa perlu menyendiri dan menangis tanpa
dikatahui orang lain. Saat oma diajak cerita mengenai bagaimana
denagan keadaannya sekarang oma mengakatakn bahwa oma
Sherly sudah menerima keadaannya yang terjadi dan oma
mengatakan tidak baik bila menyimpan dendam dan luka masa
lalu.

C. Tinjauan Pustaka dan Pembahasan

Kognitif adalah kemampuan berpikir dan memberikan rasional,termasuk


proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan
(Stuart&Sundeen,1995).

Tertulis dalam jurnal penelitian oleh (Ria Maria Theresa dan Indang
Trihandini, 2013) “Hubungan Antara Fungsi Kognitif Dengan Tingkat
Kemandirian Dan Kualitas Hidup Warga Usia Lanjut” yang mengatakan
bahwa fungsi kognitif pada warga usia lanjut adalah kombinasi dari
berbagai ketrampilan meliputi : atensi/perhatian, belajar, memori, bicara
dan bahasa, ketrampilan motorik halus, visuospasial, dan fungsi eksekutif.
Fungsi eksekutif sering digunakan untuk menjelaskan mengenai perilaku
sampai menunjukkan pada level tertinggi dari kemampuan kognitif
seseorang sehingga seseorang dapat memakainya dengan sukses untuk
mengatur perilakunya. Kemampuan ini berhubungan dengan cortex
frontalis dan memandu perilaku yang kompleks setiap saat mulai dari
perencanaan, pengambil keputusan dan memonitor diri sendiri terhadap
pertimbangan, keputusan dan pengendalian impuls.

Atensi/Perhatian
Atensi adalah kemampuan pemusatan pemikiran terhadap objek
atau pikiran seperti mampu memusatkan perhatian atau fokus terhadap
sesuatu selama beberapa saat. Pada pemusatan perhatian akan terjadi
penyeleksian informasi penting melalui panca indera misalnya teralihnya
perhatian saat mendengar suara benda jatuh. Orang dengan gangguan
atensi akan mengalami kesulitan dalam pemusatan perhatian dan
konsentrasi. Kemampuan ini kemungkinan dapat menurun dengan
bertambahnya usia, tergantung individu dan tingkat kesulitan terhadap
beberapa tugas yang dikerjakan pada waktu bersamaan contoh menerima
telepon pada saat mengerjakan perkerjaan lain.

Memori
Memori adalah proses memperoleh, menyimpan, mempertahankan
dan kemudian mengambil informasi kembali. Memori merupakan salah
satu kemampuan kognitif nyata, merupakan suatu gambaran refleksi
pikiran, pengalaman, dan perilaku seseorang sehingga penting dalam
proses kognitif karena selalu digunakan dalam setiap aspek kehidupan.
Masalah gangguan memori paling sering dilaporkan dibandingkan
kemampuan mental lain karena dianggap merupakan hal penting dalam
kehidupan. Aktivasi area korteks dan subkorteks penting dalam fungsi
memori, hipokampus merupakan struktur subkorteks yang bertanggung
jawab terhadap encoding memori baru dan memanggil informasi tersebut
kembali. Pada demensia Alzheimer terjadi kehilangan memori karena
kerusakan pada hipokampus. Bertambahnya usianya akan menyebabkan
terjadi gangguan memori yang berdampak terhadap gangguan
menjalankan fungsi aktivitas harian sama seperti pasien demensi
alzheimer.

Memori terbagi menjadi: (1) memori jangka pendek: memori segera dan
memori kerja, memiliki kapasitas penyimpanan dan pemrosesan yang
terbatas, dan (2) memori jangka panjang, yang meliputi (a) memori
eksplisit (memori deklaratif) adalah pengambilan pengalaman-pengalaman
sadar dan menggunakan isyarat berupa rekognisi dan tugas-tugas recall.
Memori ini disimpan di korteks serebral. Semantik (fakta): memori
mengenai kata, konsep, peraturan dan ide abstrak. Memori ini penting
dalam berbahasa. Episodik (peristiwa): sistem memori neurokognitif,
tempat seseorang mengingat peristiwa mengenai pengalaman pada masa
lampau. Memori ini rentan terhadap perubahan dan tidak memiliki struktur
seperti memori semantic, dan (b) memori implisit (memori prosedural)
adalah memori yang berkaitan dengan ketrampilan motorik seperti
menulis, berenang, mengendarai sepeda, dll. Memori yang digunakan
prosedural ini disimpan di serebelum.

Visuospasial
Kemampuan visuospasial berhubungan dengan pemahaman konsep
representasi visual dan hubungan spasial dalam belajar dan melakukan
tugas. Lobus parietalis terlibat dalam analisis spasial, termasuk analisis
lokasi dan hubungan spasial. Pada demensia Alzheimer, gangguan
visuospatial dapat menyebabkan individu menjadi bingung atau hilang di
lingkungan yang sudah dikenalnya, dan gangguan dalam mengenali
seseorang yang sudah dikenalnya. Pada saat mengemudi seseorang dengan
defisit visuospasial dapat mengalami kecelakaan karena kegagalan dalam
pengukuran ruang, representasi visual dan hubungan spasial. Tes yang
digunakan adalah Mini Mental State Examination (MMSE) responden
diminta untuk menggambar persegi lima saling bersentuhan.

Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif adalah kemampuan kognitif tertinggi pada
seseorang dalam merencanakan, memulai, merangkai, mengawasi dan
menahan untuk mencapai tujuan yang dikendalikan dengan perilaku.
Fungsi eksekutif meliputi organisasi, perhatian, pengambilan keputusan,
perencanaan, urut-urutan, pemecahan masalah, tindakan, control diri, dan
mengatur diri sendiri. Kerusakan pada fungsi eksekutif perilaku khususnya
melibatkan aspek dari fungsi. (Lezak, 2004). Kekurangan tersebu
berhubungan dengan kerusakan korteks prefrontal, yang berhubungan
dengan kortikal dan subkortikal struktur otak

Dalam jurnal penelitian oleh (Ria Maria Theresa dan Indang Trihandini,
2013) “Hubungan Antara Fungsi Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian
Dan Kualitas Hidup Warga Usia Lanjut” mengatakan bahwa apabila
masyarakat usia lanjut tidak bisa menjalankan fungsinya lagi maka akan
mengalami berbagai macam masalah psikologis dan penurunan
kemampuan untuk mandiri.

Dalam jurnal itu saya melihat hal itu terjadi pada oma Mariama, dimana
dia tidak lagi menjalankan fungsinya seperti tidak mandi sendiri lagi,
perawatnya mengatakan bahwa dia dimandikan. Terlihat penurunan
fungsinya menurun dimana oma Mariama tidak mampu lagi untuk buang
air kecil di kamar mandi, oma Mariama sering buang air kecil dilantai
kamarnya padahal telah dipakaikan popok tetapi oma tidak pernah mau
buang air kecil selain dilantai kamarnya. Terlihat terjadi penurunan
kemampuan kognitif pada oma Mariama mengenai tempat yang benar
untuk buang air kecil.

Tertulis juga dalam jurnal penelitian oleh (Ria Maria Theresa dan Indang
Trihandini, 2013) “Hubungan Antara Fungsi Kognitif Dengan Tingkat
Kemandirian Dan Kualitas Hidup Warga Usia Lanjut” yang mengatakan
bahwa di Indonesia, masyarakat usia lanjut mengalami beban yang cukup
besar dalam pembayaran pensiun, perawatan kesehatan fisik dan kejiwaan
lanjut usia, pengaturan tempat tinggal dan lain-lain. Pada usia lanjut sering
dijumpai berbagai gangguan atau penurunan fungsi tubuh, mengalami
perubahan baik secara biologis, psikologis maupun sosial dan salah
satunya adalah penurunan fungsi kognitif yang sering disebut dengan
demensia. Penurunan fungsi kognitif tersebut sering mengganggu
kehidupan sehari-hari sehingga memerlukan bantuan dalam mencapai
ketentraman, rasa nyaman dan aman, perhatian dan kasih sayang dari
orang- orang yang setiap hari dekat dengannya.

Sedangkan dalam review jurnal (Gallo, Schmidt dan Libon, 2008) oleh
Nurlaela Widyarini “Gejala Perilaku dan Psikologis, Gambaran
Neurokognitif dan Keberfungsian Secara Mandiri Pada Demensia
Ringan” mengatakan bahwa mengenai peformasi neurokognitif dan
functional independence ialah sebagai tambahan hendaya kognitif,
penurunan dalam kemandirian fungsional (functional independence)
dibutuhkan dalam penegakan diagnosis demensia (AmericanPsychiatric
Association, 2000). Secara umum penurunan dalam aktivitas sehari-hari
(instrumental activities of daily living/IADL) yang menunjukkan perilaku
bertujuan tingkat tinggi (higher-level instrumental activities) dimana
kemandirian seringkali menurun dalam aktivitas sehari-hari (activities of
daily living/ADL misalnya keterampilan untuk merawat keadaan fisik),
kemandirian dan laporan perawat terkait dengan kemandirian dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari bermanfaat dalam asesmen klinis pada
pasien dengan demensia ringan. Peneliti juga menemukan hal menarik
dalam aspek neurokognitif seperti hendaya dalamkontrol eksekutif
(executive control) atau memori, sebagaimana penurunan dalam
keberfungisan secara mandiri pada pasien demensia. Studi lain juga
menunjukkan tingkat keparahan menjelaskan hendaya dalam
keberfungsian secara mandiri.

Dalam hal itu adalah benar, beberapa perawat yang saya wawancarai
mengenai oma-oma yang ada dipanti sosial Tresna Werdha Gau Mabaji
GOWA mengenai perawatan mereka dan rata-rata mereka menjawab
bahwa oma-oma disana rata-rata tidak terlalu mandiri, ada yang
dimandikan, di temani buang air kecil ataupun besar dan diurus
makanannya. Dengan kata lain bahwa masyarakat usia lanjut memiliki
masalah dalam penurunan kognitif sehingga mengganggu fungsi yang
seharusnya.

Oma Sherly adalah oma paling sehat yang pernah saya lihat selama
berkunjung ke panti, dan dari penampilannya tidak terlihat oma memiliki
gangguan neurokognitif. Oma Sherly hanya memiliki masalah psikologis
akibat luka batin masa kecil dan perceraian akibat adanya sseorang yang
lain.
D. Daftar Pustaka

Nurlaela Widyarini. 2014. Review Jurnal : Gejala Perilaku dan Psikologis,


Gambaran Neurokognitif dan Keberfungsian Secara Mandiri Pada
Demensia Ringan (Gallo, Schmidt dan Libin, 2008). Makalah.

Kemal Al Fajar. 2017. Perbedaan Alzheimer dan Demensia.


Https://www.google.co.id/amp/s/hellosehat.com/hidup-sehat/tips-
sehat/perbedaan-alzheimer-dan-demensia-pikun/amp/ (Diakses pada 4
Desember)

Ria Maria Theresa dan Indang Trihandini. 2013. Hubungan Antara Fungsi
Kognitif Dengan Tingkat Kemandirian dan Kualitas Hidup Warga Usia
lanjut. Jurnal Program Studi Profesi Dokter. 24(3) :139-141

Magda Bhinnety. 2008. Sruktur dan Proses Memori. Jurnal Buletin


Psikologi. 16(2) :74-75

Davidson, Gerald S., dkk. 2010. Psikologi Abnormal (edisi 9). Jakarta :
RajaGrafindo Persada.

Stuart, Gw. And Sundeen S.J. 1995. Perbandingan Delirium, Depresi dan
Demensia. St.Louis : Mosby Year Book
Lampiran

Panti Werdha Theodora

Suasana di halaman depan Panti Werdha Theodora


suasana Lorong panti Werdha
Theodora.
Oma Sherly, didalam panti

Sesi foto habis wawancara bareng oma Sherly


Dari Kiri : Marwah Fakhruddin, Laura Dwi Ningrum, Oma Sherly, Mel Priskila
(aku) dan Muammar Arfah Rasyid.
Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji GOWA

Foto di jalan utama menuju asrama para oma-oma


Dari kiri : Muh. Fais A YH, Muh. Anshary, Kak Pute, Megawati (didepan baju
merah), Mel priskila (aku pakai masker dibelakang mega), Muamar Arfah R,
Muh. Ramat, Letisa B. Parura, Muh. Yusrifal dan (paling depan dengan wajah
setengah) Muh. Asran.

KELAS D

Bersama Oma Mariama pas lagi kasih hadiah buat oma di panti sosial Tresna
Werdha Gau Mabaji GOWA

Pas lagi sesi wawancara bersama oma ditemani kakak perawat, soalnya oma pakai
Bahasa adat, saya kurang mengerti jadi kakak perawatnya bantuin terjemahin
Nama kakak perawatnya Auria, jago Bahasa daerah kakak Aurianya. Oma gak
bisa bangun soalnya habis baru bangun jadi masih setengah sadar omanya. Jadi
fotonya begini saja.
Bersama oma Jaintan pasca wawancara, omanya rama banget

Ini bersama oma Barlian, yang wawancarai oma ini bukan aku tapi teman sekelas
Namanya Muammar Arfah Rasyid
Ini omanya fix gaul banget, kakak perawatnya kak Rina bilang oma Barlian itu
paling semangat bergaya kalau diajak foto bareng.
Ini foto bareng sekelas KELAS D di panti Werdha Theodora

Ini di panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji GOWA


SEMANGAT BUAT SEMUA OMA-OMA DIPANTI WERDHA THEODORA
DAN PANTI TRESNA WERDHA GAU MABAJI GOWA……

Anda mungkin juga menyukai