Narasumber 1
Nama : Surani
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SD
******************************************************************************
Golongan : A8
Kesadaran : Komposimentis
Mood : Marah
Gejala fisik : Susah tidur, sering memukul anaknya, mudah marah, kurang lebih dalam
*Hasil wawancara:
Sudah 13 hari di rujuk suaminya ke rumah sakit jiwa, perasaannya tidak masalah dirujuk ke RS
Grhasia namun bingung dengan tindakan suaminya tersebut, beliau merasa yang sakit adalah
adiknya tetapi yang dibawa ke rumah sakit jiwa justru beliau sendiri dan kurang lebih dalam 1
minggu ada peningkatan gejala. Ibu Surani tidak mudah untuk menangkap beberapa pertanyaan
dari kami, terkadang beliau menjawab tidak sesuai dengan porsi pertanyaan yang diajukan, dan
beliau selalu bercerita tentang masa lalunya mengenai orang-orang yang kurang ia sukai, beliau
juga selalu memberikan balasan jawaban dengan bernyanyi, sedangkan hobi Ibu Rani sendiri
ialah memasak. Ibu Surani menganggap dirinya lebih muda dari yang lain atau bahkan dari
subjek yang ke dua (Ibu Wiji).
Narasumber 2
Usia : 45 tahun
Status : Menikah
******************************************************************************
Golongan : A4
Gejala fisik : Bingung, ketakutan, menangis terus, susah mandi, dalam 2 hari ada
peningkatan gejala
*Hasil wawancara:
Sudah 23 hari dirujuk keluarganya ke rumah sakit jiwa dikarenakan halusinasi, sudah 12 tahun
merasakan halusinasi, yang setiap saatnya dirasakan ialah sering takut, merasa ada gangguan
aneh-aneh tetapi tidak sering dialami, pernah suatu saat ketakutan karena akan ditangkap polisi
sehingga dengan tidak sengaja beliau masuk ke dalam sumur. Dalam 2 hari ada peningkatan
gejala halusinasi.
Ibu Wiji dapat menangkap beberapa pertanyaan yang kami ajukan dan menjawabnya sesuai
dengan porsinya, bahkan beliau dapat bercerita mengenai apa yang dirasakan. Beliau bercerita
bahwa dulunya saat keluarga mengantarkan ke RSJ mereka menangis dan merasa kasian pada
dirinya, saat keluarga menjenguk hal-hal yang biasa dilakukan ialah diajak untuk bercerita.
Beliau juga mengingat bahwa sudah 6x dirujuk ke RSJ Grhasia, dan saat diperbolehkan pulang
ke rumah pun keluarga dapat menerima kondisi Ibu Wiji, akan tetapi terkadang beliau
menunjukkan peningkatan gejala, oleh sebab itu keluarga merujukkan Ibu Wiji ke RSJ kembali.
Namun Ibu Wiji merasa tidak nyaman berada di RS Jiwa dan lebih senang berada di lingkungan
keluarganya. Namun sekarang Ibu Wiji sudah mulai rutin untuk minum obat. Ibu Wiji juga
bercerita bahwa sebelum sakit ia adalah sosok yang pendiam, dan sampai kami dipertemukan
kemarin memang terlihat bahwa Ibu Wiji memang seorang yang pendiam, dan agak berbeda
dengan pasien-pasien yang lain.
Selanjutnya, Ibu Wiji bercerita bahwa terdapat 14 pasien di bangsal Wisma Drupadi yang terdiri
dari yang paling tua 1, yang tidak dapat melakukan apapun 1, dan sisanya berjumlah 12 orang
sudah mandiri.
Tak lupa Ibu Wiji memberitahu kami mengenai rutinitasnya sehari-hari, kegiatannya dimulai dari
sholat subuh, bersih-bersih tempat tidur, mandi pagi (terkadang juga membantu memandikan
pasien yang lebih berumur darinya atau yang tidak bisa melakukan aktivitas mandi sendiri),
kemudian dilanjutkan dengan menata kursi makan, menyiapkan minum dan makanan untuk
sarapan, berdoa untuk mengawali hari, senam pagi, main-main hingga menjelang siang, ke
rehabilitasi, hingga kembali ke bangsal lagi untuk makan siang, kemudian tidur siang hingga
pukul 4 sore, bangun dan mandi sore, sholat maghrib, sholat isya dan kemudian makan malam
dan segera beristirahat kembali.
Sedangkan aktivitas yang biasanya dilakukan setelah masa rehabilitasi ialah para pasien
diajarkan untuk menjahit, menganyam, memasak, menukang, dan lain sebagainya. Dan keuskaan
Ibu Wiji sendiri ialah menjahit.