Anda di halaman 1dari 7

NAMA KELOMPOK :

 Jihan Faiq Sa'dani (17320267)


 Faiza Hasna (17320250)
 Ranti Ambarsari (17320262)
 Primasta Ramadhanti (17320299)
 Fetriana Chairunnisyah (17320301)

-PSIKOLOGI ABNORMAL DEWASA-

1. Jelaskan tugas-tugas Psikolog di RSJ!


a) Anamnesis atau medical history
Informasi yang dikumpulkan oleh dokter dengan melakukan pertanyaan-pertanyaan
spesifik yang berhubungan dengan keadaan pasien.
- Auto Anamnesis : Cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien
- Allo Anamnesis : Cerita mengenai penyakit tidak disampaikan oleh pasien yang
bersangkutan, melalui bantuan dari orang lain. Biasanya dijumpai pada pasien tuna
wicara, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau pada anak-
anak kecil.
b) Diagnosis
Identifikasi mengenai sesuatu atau hasil dari evaluasi dan itu mencerminkan temuan.
Evaluasi disini berarti upaya yang dilakukan untuk menegakkan atau mengetahui
jenis penyakit yang diderita oleh seseorang atau masalah kesehatan yang dialami oleh
masyarakat.
c) Intervensi Psikologis
Upaya untuk merubah perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Salah satu intervensi
psikologis ialah dalam konteks hubungan professional antara psikolog dan pasien
adalah psikoterapi.
d) Hasil Pemeriksaan Psikologis
Psikolog memberikan hasil pemeriksaan mengenai kondisi mental seseorang atau
pasien dan aspek-aspek psikologis lainnya.
e) Rujukan
Psikolog berhak merujukan atau tidak untuk memberikan perawatan khusus kepada
pasiennya, dilihat dari tingkat gejala yang didapat.
f) Psikolog dengan Sp.KJ
Psikolog membantu Sp.KJ (Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikiatri) untuk membuat
keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan.

2. Buatlah observasi tentang:


a. Lingkungan RSJ
RS Jiwa Grhasia Pakem, Yogyakarta, beralamat di Jl. Kaliurang KM. 17 Yogyakarta.
Terdapat beberapa Wisma yang diberi nama-nama wayang, dari beberapa Wisma yang
ada kami mendapatkan Wisma Drupadi yaitu berisikan pasien lansia berjenis kelamin
perempuan. Di RS Jiwa Grhasia sendiri memiliki lingkungan yang bersih dan terawat,
fasilitas yang ada pun sangat memadai dan sesuai dengan kebutuhan pasien, penempatan
furniture dan alat-alatnya pun rapi, tidak ada sampah berserakan, lantai tidak licin dan
tidak berbau, terdapat banyak tempat sampah yang disediakan, suasana RS Jiwa Grhasia
tampak asri sebab di dukung beberapa tanaman, pepohonan dan rerumputan yang
menghiasinya.
b. Kondisi & perilaku pasien di bangsal
Kondisi pasien di bangsal sangat baik, mereka tidak ada yang marah-marah, cemas,
ataupun ketakutan, mereka dalam keadaan yang kondusif dan bisa diajak untuk bertegur
sapa, perilaku pasien di bangsal pun sangat ramah dan menyenangkan, mereka tidak takut
ataupun canggung untuk bertemu kami, bahkan saat kami datang mereka tidak segan
untuk mengajak kami bersalaman, menanyakan asal kami dari kampus mana, dan mereka
sangat menyambut kami dengan senang hati. Ada juga pasien yang menyambut kami
dengan lagu-lagu yang dinyanyikannya sepanjang proses wawancara, dan ada pula yang
sering tertawa sehingga membuat suasana tidak tegang dan yang pasti membuat suasana
menjadi lucu dan menyenangkan. Saat akan duduk pun mereka mengambilkan kami kursi
serta menatanya dengan rapi kemudian mempersilahkan kami duduk dengan baik.
c. Perilaku perawat di bangsal
Perawat yang berada di bangsal sangat ramah dan menyambut kedatangan kami dengan
senang hati. Perawat-perawat tersebut terlihat sangat siap dan baik dalam membantu
pasien melakukan hal yang tidak dapat pasien lakukan. Perawat juga sigap untuk
membangungkan dan mengingatkan pasiennya untuk sholat, mengingatkan waktu makan,
mengajarkan mandi yang teratur dan bersih, dan mengajak bercengkrama dengan
menciptakan suasana yang menyenangkan untuk pasien.
ANALISIS PASIEN RS JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

Narasumber 1

Nama : Surani

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Bantul, Yogyakarta

Usia : 50 tahun 9 bulan

Status : Menikah ( 3 anak )

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak bekerja / Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir : SD

******************************************************************************

Golongan : A8

Alasan dirujuk : Mengamuk

Tingkat Kecerdasan : Cukup

Proses Berpikir : Dereistik

Kesadaran : Komposimentis

Sikap & Tingkah Laku : Agresif

Isi Berpikir :Waham curiga (Paranoid)

Hubungan sosial : Hubungan sosial dengan keluarga kurang baik

Gangguan Persepsi : Halusinasi dengar dan halusinasi penglihatan

Mood : Marah
Gejala fisik : Susah tidur, sering memukul anaknya, mudah marah, kurang lebih dalam

1 minggu ada peningkatan gejala

*Hasil wawancara:

Sudah 13 hari di rujuk suaminya ke rumah sakit jiwa, perasaannya tidak masalah dirujuk ke RS
Grhasia namun bingung dengan tindakan suaminya tersebut, beliau merasa yang sakit adalah
adiknya tetapi yang dibawa ke rumah sakit jiwa justru beliau sendiri dan kurang lebih dalam 1
minggu ada peningkatan gejala. Ibu Surani tidak mudah untuk menangkap beberapa pertanyaan
dari kami, terkadang beliau menjawab tidak sesuai dengan porsi pertanyaan yang diajukan, dan
beliau selalu bercerita tentang masa lalunya mengenai orang-orang yang kurang ia sukai, beliau
juga selalu memberikan balasan jawaban dengan bernyanyi, sedangkan hobi Ibu Rani sendiri
ialah memasak. Ibu Surani menganggap dirinya lebih muda dari yang lain atau bahkan dari
subjek yang ke dua (Ibu Wiji).

Narasumber 2

Nama : Wiji Lestari

Jenis Kelamin : Perempuan

Asal : Bantul, Yogyakarta

Usia : 45 tahun

Status : Menikah

Pekerjaan : Tidak Bekerja/ Ibu Rumah Tangga

******************************************************************************

Golongan : A4

Alasan dirujuk : Halusinasi

Sikap & Tingkah Laku : Merasa takut

Isi Berpikir : Berhalusinasi macam-macam


Gangguan Persepsi : Halusinasi dengar (sering merasa ada suara-suara)

Gejala fisik : Bingung, ketakutan, menangis terus, susah mandi, dalam 2 hari ada

peningkatan gejala

*Hasil wawancara:

Sudah 23 hari dirujuk keluarganya ke rumah sakit jiwa dikarenakan halusinasi, sudah 12 tahun
merasakan halusinasi, yang setiap saatnya dirasakan ialah sering takut, merasa ada gangguan
aneh-aneh tetapi tidak sering dialami, pernah suatu saat ketakutan karena akan ditangkap polisi
sehingga dengan tidak sengaja beliau masuk ke dalam sumur. Dalam 2 hari ada peningkatan
gejala halusinasi.

Ibu Wiji dapat menangkap beberapa pertanyaan yang kami ajukan dan menjawabnya sesuai
dengan porsinya, bahkan beliau dapat bercerita mengenai apa yang dirasakan. Beliau bercerita
bahwa dulunya saat keluarga mengantarkan ke RSJ mereka menangis dan merasa kasian pada
dirinya, saat keluarga menjenguk hal-hal yang biasa dilakukan ialah diajak untuk bercerita.
Beliau juga mengingat bahwa sudah 6x dirujuk ke RSJ Grhasia, dan saat diperbolehkan pulang
ke rumah pun keluarga dapat menerima kondisi Ibu Wiji, akan tetapi terkadang beliau
menunjukkan peningkatan gejala, oleh sebab itu keluarga merujukkan Ibu Wiji ke RSJ kembali.
Namun Ibu Wiji merasa tidak nyaman berada di RS Jiwa dan lebih senang berada di lingkungan
keluarganya. Namun sekarang Ibu Wiji sudah mulai rutin untuk minum obat. Ibu Wiji juga
bercerita bahwa sebelum sakit ia adalah sosok yang pendiam, dan sampai kami dipertemukan
kemarin memang terlihat bahwa Ibu Wiji memang seorang yang pendiam, dan agak berbeda
dengan pasien-pasien yang lain.

Selanjutnya, Ibu Wiji bercerita bahwa terdapat 14 pasien di bangsal Wisma Drupadi yang terdiri
dari yang paling tua 1, yang tidak dapat melakukan apapun 1, dan sisanya berjumlah 12 orang
sudah mandiri.

Tak lupa Ibu Wiji memberitahu kami mengenai rutinitasnya sehari-hari, kegiatannya dimulai dari
sholat subuh, bersih-bersih tempat tidur, mandi pagi (terkadang juga membantu memandikan
pasien yang lebih berumur darinya atau yang tidak bisa melakukan aktivitas mandi sendiri),
kemudian dilanjutkan dengan menata kursi makan, menyiapkan minum dan makanan untuk
sarapan, berdoa untuk mengawali hari, senam pagi, main-main hingga menjelang siang, ke
rehabilitasi, hingga kembali ke bangsal lagi untuk makan siang, kemudian tidur siang hingga
pukul 4 sore, bangun dan mandi sore, sholat maghrib, sholat isya dan kemudian makan malam
dan segera beristirahat kembali.

Sedangkan aktivitas yang biasanya dilakukan setelah masa rehabilitasi ialah para pasien
diajarkan untuk menjahit, menganyam, memasak, menukang, dan lain sebagainya. Dan keuskaan
Ibu Wiji sendiri ialah menjahit.

Anda mungkin juga menyukai