NIM : 17.04.14.7050
M.K : MSKP II
Deskripsi Kasus
Biodata Klien
Nama Lengkap : MN (inisial)
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Umur : 20 tahun
Hoby : Bermain Musik
Status : Mahasiswi
Tetala : Pekanbaru, 13 Maret – 2000
Jumlah saudara : 4 bersaudara
Anak ke/ dari : pertama dari 4 bersaudara
Warga Negara : Indonesia
Tempat Tinggal : Asrama
Luka batin adalah luka yang terjadi pada lapisan batin yang terdalam akibat suatu tekanan
yang terjadi secara luar biasa berat atau terjadi secara terus menerus. Batin yang terluka akan
menimbulkan kesedihan yang mendalam, perasaan tidak menentu, kemarahan, emosi tidak
terkendali, kejengkelan, hidup tidak terarah, sesekali timbul keinginan mengakhiri hidup yang
terasa pahit.
Luka batin adalah semacam trauma yang dirasa amat sangat menyakitkan yang terjadi
dari suatu peristiwa tidak menyenangkan yang kita alami pada masa lalu. Jika, dibiarkan maka
akan menjadi kerak dan berdampak terhadap kehidupan kita. Dampak dari luka batin yang
dialami di masa kecil ini akan membentuk kepribadian kita saat dewasa, seperti apa diri kita dan
bagaiamana kita melihat dunia. Akan banyak reaksi-reaksi yang timbul akibat dari luka batin,
sehingga membuat seseorang menjadi penakut, merasa terabaikan, dan memandang semua yang
berada di sekitarnya terasa menyakitkan.
Saat dewasa pun mereka akan merasakan ketakutan akan kesendirian, terisolasi dan
merasa tidak terlindungi dan ada rasa takut ditolak.Saat masa kecilnya ia ditolak dalam
pergaulan. Entah itu karena penampilannya, tingkah lakunya, latar belakang keluarganya, atau
bisa juga karena cara berkomunikasinya yang tidak sesuai dengan lingkungan. Atau justru ada
penolakan dari keluarganya sendiri. Rasa sakit ini tumbuh karena merasa tidak dicintai, tidak
dianggap dan tidak disayangi. Dampak saat dewasa akan terlihat menjadi pemalu, menarik diri
dari pergaulan dan sedikit sulit dipahami. Begitulah juga yang dirasakan oleh klien saya pada
saat ini yang dimana merasakan lukan batin akibat penekanan dari orang tuanya.
MN adalah seorang yang terlahir dari keluarga berkecukupan. Dan saat ini MN
merupakan seorang mahasiswi Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Tarutung semester IV.
Dia anak pertama dari empat bersaudara. Dia mengaku mempunyai masalah pribadi yaitu belum
bisa menerima keberadaannya saat ini yaitu sebagai mahasiswi IAKN Tarutung.
Pada keseharian MN di dalam kamar, ia kebanyakan diam dan tidak mau bercerita
dengan satu kamarnya baik itu dalam keadaan bermasalah ataupun berbagi cerita tentang
kehidupannya seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang pada umumnya. Begitu juga pada
saat dia di kampus, dia besikap biasa saja terhadap teman satu kampus bahkan satu kelasnya.
MN tidak terlalu peduli dengan lingkungan sekitar tempat ia tinggal. Karena bagi dia hidupnya
itu ia hanya dia dan orang lain itu tidak terlalu penting bagi dia.
Semangat hidup yang ia miliki selama ia di Tarutung ini sangat rendah. Hal ini dapat
peneliti ketahui dari kesehariannya MN yang dimana pada pagi hari sewaktu mau beribadah ia
selalu dibangunkan oleh satu kamarnya, dan ketika ia dibangunkan tidak pernah ada respon yang
baik yang ia berikan. Pastinya ia selalu mengeluarkan kata-kata masih mengantuk, malas dan
bahkan MN seringkali tidak beribadah. Begitu juga setelah selesai ibadah MN langsung tertidur
lagi, padahal masih banyak yang mau dikerjakan seperti kebersihan kamar, cuci piring,
kebersihan pekarangan dan lain sebagainya. Ia tidak pernah melakukan pekerjaan itu sehingga
teman satu kamarnya pun menjadi ilfil dengan sikap MN yang selalu bersikap tidak mau tahu.
Pada saat berangkat ke kampus pun begitu, MN selalu terlambat berangkat dari asrma
sehingga dosen terkadang tidak mengizinkan dia masuk kedalam kelas. Sepulang kampus MN
pasti langsung menuju asrama dan sesampainya di kamar ia langsung menuju tempat tidur dan
tertidur. Dalam hal mengerjakan tugas kampus, MN keseringan tidak mengerjakannya. Maka
tidak heran lagi apabila nilai yang ia peroleh selama kuliahnya rendah.
ANALISA KASUS
Luka Batin adalah luka yang terjadi pada lapisan batin yang terdalam akibat suatu tekanan
yang terjadi secara luar biasa berat atau terjadi secara terus menerus. Batin yang terluka akan
menimbulkan kesedihan yang mendalam, perasaan tidak menentu, kemarahan, emosi tidak
terkendali, kejengkelan, hidup tidak terarah, sesekali timbul keinginan mengakhiri hidup yang
terasa pahit. Bagi seseorang yang terluka batinnya semua hal menjadi kelam kelabu, tidak ada
warna warni dalam kehidupannya.
Begitu pula dengan kasus yang saya pilih adalah seorang mahasiswi yang mengalami luka
batin akibat kekerasan atau tekanan dari orang tua yang dimana orang tuanya tersebut memaksa
MN untuk kuliah dengan jurusan yang tidak di inginkannya . Latar belakang yang membuat saya
tertarik untuk mengangkat kasus ini ialah karena saya melihat banyak perubahan yang terjadi
dalam pribadi MN tersebut diantaranya adalah dimana MN memiliki sikap apatis terhadap orang
dan lingkungan sekitarnya sehingga berdampak buruk dalam kehidupannya. Dampak buruk
tersebut adalah MN tidak memiliki teman dekat untuk bercerita. MN juga kehilangan arah
hidupnya.
Dalam analisi ini terjadi perubahan dalam diri seseorang baik dalam sikap, mental dan
kesehatan dipengaruhi oleh banyak hal dalam kasus ini. Demikian pula dalam kasus ini ada
banyak aspek-aspek yang mempengaruhinya. Aspek-aspek itu adalah diantaranya sebagai
berikut:
1. Fisik
Pada faktor biologis/fisik, seseorang yang mengalami stress ditandai dengan mudah lelah
atau lesu, sering mual, muntah-muntah, gemetaran, kejang-kejang, sakit atau pegal-pegal di
daerah pundak, susah bernapas, sering berdebar atau tekanan darah tinggi, sakit pencernaan,
penglihatan kabur, kehausan (yang tidak wajar), gigi gemeretak, merasa sakit di bagian tubuh
tertentu, sering buang air kecil, sakit kepala, dan sebagainya. 1 Begitu pula yang dialami oleh MN
yang dimana ia kelihatan pucat seperti orang sakit dan ia seringkali merasa lelah dan lesu seperti
tidak berdaya akibat tekanan dari orangtuanya. Hal ini dapat peneliti ketahui melalui melihat
aktivitas MN dalam kesehariannya dimana MN apabilah bepergian baik itu ke kampus maupun
ketempat yang lain MN berjalan seperti orang yang kehilangan arah tujuan hidupnya. Matanya
juga seperti orang yang berpenyakitan padahal MN sama sekali tidak memiliki penyakit selain
luka batin yang ia rasakan saat ini.
2. Sosial
Manusia adalah makhluk sosial dimana manusia itu mempunyai sifat saling ketergantungan
antara yang satu dengan yang lainnya dan tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari orang
1
Dr. Kusmawati Hatta, M.Pd, TRAUMA DAN PEMULIHANNYA Sebuah Kajian Berdasarkan Kasus Pasca Konflik dan
Tsunami, (Banda Aceh: DAKWAH AR-RANIRY PRESS, 2016. Hal. 17
lain. Demikian juga dalam keluarga sangat diharapkan terbentuknya keluarga yang saling
menguatkan dan dapat memberikan dampak positif antar sesama anggota keluarga. Sehubungan
dengan hal tersebut. Singgih D. Gunarsa dan Y.D. Gunarsa mengemukakan bahwa: karakter
manusia sangat ditentukan oleh lingkungan dimana dia hidup dan berinteraksi setiap harinya.
Interaksi dengan lingkungan fisik (rumah), lingkungan fisik sekeliling rumah bisa dirasakan
nyaman atau tidak nyaman serta lingkungan geografi dalam arti yang lebih luas yang bisa
berpengaruh terhadap pembentukan dan perkembangan perangai seseorang.2
Dalam aspek ini, konseli mengalami masalah sosial yang dimana konseli menjadi anak yang
murung dan tidak mau berbaur baik itu teman kampus maupun teman satu kamarnya. Hal ini
terbukti dari kesehariannya yang dimana ketika ia pergi ke kampus dan bertemu dengan teman
dikampus ia bersikap apatis atau tidak mau tahu tentang lingkungan sekitarnya. Dan sepulang
dari kampus ia langsung berbaring ke tempat tidur dan tidak mau berbicara dengan satu
kamarnya kecuali ia sangat membutuhkan pertolongan. Akibat dari sikapnya yang apatis atau
sikap tidak mau tahu akhirnya MN tidak memiliki teman dekat, dan bahkan orang-orang
disekitarnya menjauhi dia. Apabila ada kegiatan yang dilakukan baik di kampus ataupun di
asrama ia sama sekali tidak tertarik bahkan ia seringkali tidak mengikuti kegiatan tersebut karena
bagi dia itu semua tidak penting apalagi kegiatan tersebut di ikuti oleh banyak orang.
3. Psikis
Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang
adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma & pola
kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal & intersosial yang memuaskan
(Kartono, 1989). Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah
mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjuk-kan kecerdasan, berperilaku
dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini,
individu yang sehat mental dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya
gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental.
2
Singgih D Gunarsa dan Y Singgih D Gunarsa, Psikologi Praktis: Anak Remaja dan Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1999). Hal. 216-217
Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif,
seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat
serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006). Akan tetapi, hal ini tidak terjadi
kepada MN yang terjadi adalah kebalikan dari pengertian diatas yang dimana MN bersikap
apatis dengan orang-orang disekitarnya sehingga ia tidak dapat diterima oleh mereka (teman
dekat dan lingkungan sekitarnya). MN juga tidak memiliki sikap hidup yang bahagia serta tidak
bisa menyesuaikan atau menerima keberadaan sekarang.
Padahal dalam aspek psikis ini seseorang harus mampu menyesuaikan diri terhadap berbagai
tuntutan perkembangan sesuai usianya, baik tuntutan dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya
sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah, sekolah, dan lingkungan dan
masyarakat, serta teman sebaya. Karena Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi mental yang
sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan produktif, sebagai bagian
yang utuh dan kualitas hidup seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.
Stres biasanya disebabkan karena banyaknya tekanan dari luar dan dalam diri seseorang.
Stres bisa muncul dalam situasi tertentu, misalnya saat anak kurang tidur, akibat pola asuh orang
tua, tekanan dari pergaulan dan lain sebagainya. Sama halnya dengan orang dewasa, stres pada
anak bisa saja membuat mereka semakin bersemangat untuk menghadapi tantangan, namun di
lain sisi, stres justru bisa mematahkan semangat mereka. Begitu pula yang dialami oleh MN yang
dimana ia kehilangan semangat hidup akibat tekanan dari orang tuannya yang memaksa ia kuliah
di kampus agama, padahal cita-cita dan impian MN sejak kecil ia ingin menjadi perawat supaya
ia bisa merawat kedua orangtuanya kelak. Akan tetapi, impiannya tidak bisa terwujudkan karena
orang tuanya tidak menyetujuinya.
Depresi adalah sebuah penyakit mental ditandai dengan kelainan mood yang
mempengaruhi perasaan, cara berpikir, dan berperilaku sehingga membuat anak Anda memiliki
berbagai masalah emosional dan fisik. Orang yang depresi akan menghabiskan energinya karena
merasakan sedih berkepanjangan dan merasa tidak mampu melihat kesenangan seperti yang
sebelumnya. Itu sebabnya, energi mereka akan habis untuk melawan dirinya sendiri. Dalam
beberapa kasus, depresi muncul tanpa didahului dengan stres. Dalam hal ini MN juga mengalami
depresi akibat tekanan dari orang tuanya sehingga itu mempengaruhi cara ia berpikir. MN
mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada orang bisa mengerti keadannya dan memahami
perasaan yang ia rasakan saat ini. Hal ini dapat terbukti dari hasil percakapan antara peneliti
dengan konseli. MN mengatakan bahwa “percuma saya hidup kak, tidak pernah ada yang
memperhatikan saya dan peduli dengan perasaan saya”. Sehingga peneliti dapat menyimpulkan
bahwa MN telah mengalami kehilangan arah hidup akibat tekanan dari orang tuanya. Dan untuk
itu MN harus didampingi supaya ia tidak terpuruk dengan masalah yang ia hadapi.
4. Spiritual
Spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai
inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam
pemikiran dan perilaku serta dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, orang lain, alam, dan
Tuhan (Dossey & Guazetta,2000).
Dalam aspek spiritual ini saya mendapat pengakuan dari MN yang mengatakan bahwa Tuhan
itu tidak pernah hadir dalam kehidupannya dan Tuhan itu tidak adil. MN mengatakan ini karena
ia dulunya sering beribadah dan melayani Tuhan akan tetapi hasil yang ia dapat adalah ketika ia
bergumul mengenai cita-cita yang ingin ia capai Tuhan tidak ada. Tuhan tidak menjawab doa-
doanya. Hal inilah yang membuat MN menjauh dari Tuhan dan malas untuk beribadah dan
melayani. Sehingga MN kehilangan arah dan semangat hidup.
Dari penjelasan itulah saya memberi pemahaman kepada MN bahwa apapun masalah yang
kita hadapi saat ini atau mendatang, seberapa berat pun masalah yang kita hadapi, kita tidak
boleh menyalahkan Tuhan. Karena Tuhan tidak pernah memberikan ujian melebih batas
kemampuan kita. Dan mungkin saja Tuhan sedang menguji kita saat ini. Tuhan ingin mengetahui
apakah kita tetap bertahan atau berpaling dari dia.
Setelah MN mendengarkan apa yang saya katakan pada saat itu, MN tersadar dan mengakui
bahwa masalah yang ia alami saat ini adalah ujian bagi dia supaya ia tetap bertahan dan
berpengharapan kepada Tuhan. Maka dari itu, MN berjanji kepada dirinya supaya ia tetap
menyerahkan segala perkara yang ia hadapi hanya kepada Tuhan saja.
INTERPRETASI
1. Aspek Spiritual
Dalam aspek spiritual ini saya mendapat pengakuan dari MN yang mengatakan bahwa Tuhan
itu tidak pernah hadir dalam kehidupannya dan Tuhan itu tidak adil. MN mengatakan ini karena
ia dulunya sering beribadah dan melayani Tuhan akan tetapi hasil yang ia dapat adalah ketika ia
bergumul mengenai cita-cita yang ingin ia capai Tuhan tidak ada. Tuhan tidak menjawab doa-
doanya. Hal inilah yang membuat MN menjauh dari Tuhan dan malas untuk beribadah dan
melayani. Sehingga MN kehilangan arah dan semangat hidup. Maka dari itu saya memberikan
kepada konseli bahwa bahwa kehidupan itu tidak selalu berjalan mulus. Kadang kita menghadapi
tantangan dan badai hidup yang dapat menggoyahkan iman kita. Tetapi semua itu dapat menjadi
sebuah jalan agar kita semakin berakar dan bertumbuh dalam Tuhan. Dan masalah yang ia
hadapi saat ini itu sangat kecil dibandingkan Tuhannya.
Dalam nats Alkitab juga dikatakan bahwa: Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah
pencobaan-pencobaan yang biasa yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan
karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampui kekuatanmu. Pada waktu kamu
dicobai Ia akan akan memberikan kepadamu jalan keluar sehingga kamu dapat menanggungnya.
Hal ini membuat PS bangkit lagi dari keterpurukannya dan ia membuat komitmen bahwa ia akan
tetap setia, berserah dan taat terhadap perintah dan jalannya Tuhan (1 Korintus 10:13).
Allah adalah pribadi yang paling mengenal kita. Bahkan, Dia tahu bagian-bagian dari diri
kita yang kita pun belum tahu. Dia adalah Allah yang adil dan tidak memberikan beban
melampaui batas kemampuan kita. Karena itu, jangan pernah berpikir bahwa masalah kita tidak
akan bisa terselesaikan. Mungkin kita belum bisa melihat benang merahnya saat ini, namun
Allah jelas mampu karena Ia yang punya rencana dan segala hal yang berada di bawah kendali-
Nya. Jangan pernah berpikir bahwa Dia diam saja dan tidak mendengarkan segala doa-doamu.
Percayalah bahwa Ia bekerja dalam hidupmu. Apabila kita selalu setia dan bersandar kepada-
Nya, kita akan merasakan buah yang manis di akhirnya.
Dalam Filipi 4:13 mengatakan bahwa “segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang
memberikan kekuatan kepadaku”. Untuk itu kita sebagai manusia apabila kita berharap kepada
manusia, ada kemungkinan kita akan kecewa karena manusia juga memiliki kelemahan. Bahkan,
perasaan manusia berubah sewaktu-waktu. Jadi, jangan gantungkan harapan kita pada pribadi
yang lemah, melainkan kepada Allah yang selalu setia dan selalu mengasihi kita. Pribadi-Nya
tidak pernah berubah. Dia kuat dan perkasa dan akan senantiasa memberikan energi-Nya kepada
kita yang meminta.
2. Aspek Fisik
Dalam aspek ini, MN seringkali merasa lelah dan lesu seperti tidak berdaya akibat tekanan
dari orangtuanya. Hal ini terlihat dari aktivitas sehari-hari MN yang dimana dalam
kesehariannya apabilah bepergian baik itu ke kampus maupun ketempat yang lain MN berjalan
seperti orang yang kehilangan arah tujuan hidupnya. Matanya juga seperti orang yang
berpenyakitan padahal MN sama sekali tidak memiliki penyakit selain luka batin yang ia rasakan
saat ini.
Padahal "Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di
dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu
sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: karena itu muliakanlah Allah
dengan tubuhmu!" (1 Korintus 6:19-20). Jadi, jelas tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Ini saja
sudah bisa menjadi alasan yang cukup bagi kita untuk memedulikan tubuh kita! Akankah tubuh
kita yang adalah bait Roh Kudus ini kita isi atau kita "hiasi" dengan minyak atau lemak dan
"sampah-sampah" yang kotor? Tentunya tidak! Apalagi, diri kita bukanlah milik kita sendiri lagi;
kita telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar, sehingga kita memunyai tanggung jawab
untuk memuliakan Allah dengan tubuh kita yang sehat ini.
Jika Tuhan ingin menggunakan kita dalam tugas-Nya, maka kita harus menjadi sehat dan
energik dalam melaksanakan kehendak-Nya. Ini adalah tanda hormat kita kepada-Nya. "Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Roma 12:1). Jadi jelas, tubuh kitalah yang
diminta untuk dipersembahkan kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan
berkenan, bukan semata-mata roh dan jiwa. Jika kita benar-benar mengasihi Tuhan dengan
sepenuh hati, pikiran, jiwa, dan kekuatan kita, kita pasti akan mempersembahkan kepada-Nya
sesuatu yang terbaik, termasuk tubuh kita sehingga kita akan menjaga agar tubuh kita tetap fit
untuk pekerjaan-Nya. Ini adalah tanda hormat dan kasih kita kepada-Nya.
3. Aspek Psikis
Dalam aspek ini MN memiliki sikap apatis dengan orang-orang yang ada disekitarnya dan ia
juga tidak memiliki sikap hidup yang bahagia serta tidak bisa menyesuaikan diri atau menerima
keberadaannya sekarang. Sehingga ia mengalami stres dan depresi akibat ia tidak dapat
menghadapi masalahnya saat ini.
Padahal hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah
mengeringkan tulang (Amsal 17:22). Stres di luar tidak perlu menjadi stres di dalam. Ada dalam
Alkitab,Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai
sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus
Yesus (Filipi 4:6-7).
Jika kita percaya bahwa Tuhan di dalam kita, memimpin dan membimbing kita karena kita
meminta-Nya, maka kita seharusnya mempunyai kepercayaan diri bahwa Dialah yang
mengarahkan hidup kita. Anda dan saya harus memilih untuk percaya dalam janji-Nya, bukan
pendapat orang lain atau bahkan pikiran dan perasaan kita sendiri. Kita hanya perlu mempelajari
firman-Nya sehingga kita sepakat dengan apa yang dikatakan-Nya dan melihat diri kita sendiri
sebagaimana Dia melihat kita.
Mungkin Anda mempunyai hal-hal negatif yang tersimpan dalam pikiran Anda seperti yang
dulu, tapi Tuhan bisa mengubah semuanya itu. Dalam Yohanes 14:24 kita diperintahkan untuk
memintah kepada Tuhan hal-hal yang Dia telah janjikan kepada kita. Jika Anda dan saya merasa
tidak layak, kita tidak mungkin memintanya dengan iman atau dengan percaya diri bahwa kita
akan menerima apa yang kita minta. Mengapa? Karena keraguan terhadap diri sendiri akan selalu
menghalangi kita untuk menerima yang terbaik dari Tuhan. Namun dengan memilih untuk
sepakat dengan firman-Nya dan mempunyai kepercayaan diri di dalam Kristus, kita dapat
menerima anugerah Tuhan yang terbaik dalam hidup kita. Jika Anda mau menikmati yang
terbaik itu, mulailah membuat keputusan untuk melawan ketakutan dan mempercayai Dia.
4. Aspek Sosial
Dalam aspek ini, konseli mengalami masalah sosial yang dimana konseli menjadi anak yang
murung dan tidak mau berbaur dengan satu kamarnya. Padahal dalam dunia ini kita tidak bisa
hidup seorang diri saja karena kita merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan batuan
orang dan tidak dapat hidup sendiri untuk itu kita dituntut untuk menjalin persabahatan kepada
semua orang. Persahabatan tidak terjadi bila hanya seorang diri. Persahabatan bisa terjadi jika
kita berinteraksi dengan orang lain. Dan ketika seseorang bersahabat dengan orang lain, maka
ada yang mengoreksi, mengingatkan kita ketika melakukan kesalahan. Dan bukan sahabat yang
senang ketika kita senang, tetapi juga sahabat yang selalu ada ketika kita menghadapi
kesusahaan. Sahabat sejati akan menghibur dan mendengarkan curahan hati kita ketika kita
mengalami persoalan. Seperti yang tertulis dalam Amsal 17:17 berkata bahwa: “Seorang sahabat
menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
AKSI PASTORAL
Begitu juga halnya dalam memperbaiki hubungan dengan lingkungan sekitarnya seorang
konselor memberikan penjelasan kepada konseli bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang
dimana tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Untuk itu konseli
diminta supaya tidak mengasingkan diri terhadap lingkungan sekitarnya dan diminta untuk
membangun hubungan yang baik dengan lingkungan sekitarnya dengan cara mau berbagi cerita
dengan teman sekamar dan teman sekelasnya yang saat ini ia jauhi. Dan konseli juga diminta
untuk tidak mengundurkan diri dari organisasi yang ia jalani. Karena perjuangan yang ia hadapi
pada saat masuk kedalam organisasi tersebut sangatlah rumit maka dari itu tidak mungkin
dengan mudahnya meninggalkan organisasi tersebut.
Adapun tindakan lanjut sikap yang di berikan seorang konselor adalah sebagai berikut: