Anda di halaman 1dari 7

SKALA MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA BARU DI UNIVERSITAS

SEMARANG

Disusun Oleh :

Advenia Tifany Manduapessy

F.111.19.0029

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SEMARANG

2021
BAB I

INDENTIFIKASI TUJUAN UKUR

MOTIVASI BELAJAR

A. Pengertian Motivasi Belajar


Menurut Mc.Donald (dalam Djamarah, 2008: 148) motivasi belajar
adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi siswa yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan
energi dalam diri siswa itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan
fisik.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan
gairah belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik.
Adapun pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018: 75) adalah
“Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Uno (2017: 23), mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan
perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur
yang mendukung.
Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas,
Penulis dapat simpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang
timbul baik dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu
menimbulkan semangat dan kegairahan belajar serta memberikan arah pada
kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.
B. Aspek Motivasi Belajar
Sedangkan aspek motivasi belajar menurut Frandsen (dalam Cahyani,
dkk, 2020: 127-128) yaitu :
1. Memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap hal baru. Oleh karena itu, selalu
terdorong untuk belajar, demi mengejar cita-citanya.
2. Kreatif, peserta didik terus berpikir dan menciptakan sesuatu yang baru,
sehingga membuat dirinya berbeda dengan yang lainnya.
3. Menginginkan simpati dari orangtua, guru dan teman-temannya. Sebagai
manusia biasa, kita menginginkan suatu pujian sebagai bentuk penghargaan
terhadap apa yang telah kita lakukan maupun kita capai.
4. Memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru. Tidak menutup
kemungkinan, ketika kegagalan menghampiri kita, pasti ada rasa kecewa, tetapi
bukan berarti membuat kita putus asa dan menyerah, melainkan harus terus
berjuang demi menjemput kesuksesan kita.
5. Merasa aman ketika telah menguasai materi pelajaran.
6. Memberlakukan ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar. Setiap
dari kita pasti telah mengetahui dan percaya bahwa ketika melakukan hal yang
baik, akan mendapatkan hasil yang baik pula, begitupun sebaliknya. Dengan
memiliki pemikiran seperti ini, akan memicu peserta didik untuk terus semangat
dalam belajar.
Aspek motivasi belajar menurut Pintrich dan Groot (dalam Chairina
dan Hari, 2019: 647) yaitu :
a. Value Component (Komponen Nilai). Komponen nilai menyangkut
persepsi siswa tentang alasan mengapa dia terlibat dalam pembelajaran,
seperti alasan tantangan, rasa ingin tahu, penguasaan (intrinsic goal
orientation), nilai, penghargaan, kinerja, evaluasi oleh orang lain, dan
kompetisi (extrinsic goal orientation), dan seberapa menarik, seberapa
penting, dan seberapa berguna tugas tersebut dikerjakan (task value).
b. Expentancy Component (Komponen Harapan). Komponen harapan ini
mengacu pada keyakinan siswa bahwa upaya mereka untuk belajar
akan menghasilkan hasil yang positif
Aspek motivasi belajar menurut Chernis dan Goleman (2001: 88
motivasi belajar terbagi dalam empat aspek, yaitu:
a. Dorongan mencapai sesuatuSuatu kondisi yang mana individu berjuang
terhadap sesuatu untuk meningkatkan dan memenuhi standart atau kriteria
yang ingin dicapaidalam belajar.
b. Komitmen Salah satu aspek yang cukup penting dalam proses belajar ini,
adanyakomitmen di kelas. Siswa yang memiliki komitmen dalam belajar,
mengerjakan tugas pribadi dan kelompoknya tentunya mampu
menyeimbangkan tugas yang harus di dahulukan terlebih dahulu. Siswa
yang memiliki komitmen juga merupakan siswa yang merasa bahwa Ia
memiliki tugas dan kewajiban sebagai seorang siswa, harus belajar.
Tidakhanya itu, dengan kelompoknya juga, siswa yang memiliki komitmen
memiliki kesadaran untuk mengerjakan tugas bersama-sama.
c. Inisiatif Kesiapan untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas peluang
atau kesempatan yang ada. Inisiatif merupakan salah satu proses siswa
dapat dilihat kemampuannya, apabila siswa tersebut memiliki
pemikirandari dalam diri untuk melakukan tugas dengan disuruh orang tua
atausiswa sudah memiliki pemahaman untuk menyelesaikan tugaspekerjaan
rumah tanpa di suruh orang tua. Siswa yang memiliki inisiatif,merupakan
siswa yang sudah memiliki pemikiran dan pemahaman sendiri dan
melakukan sesuatu berdasarkan kesempatan yang ada. Ketika siswa
menyelesaikan tugas, belajar untuk ujian, maka siswa memiliki kesempatan
untuk memperluas pengetahuan serta dapat menyelesaikan hallain yang
lebih bermanfaat lagi.
d. Optimis Suatu sikap yang gigih dalam mengejar tujuan tanpa perduli
adanya kegagalan dan kemunduran. Siswa yang memiliki sikap optimis,
tidak akan menyerah ketika belajar ulangan, meskipun mendapat nilai
yang jelek, tetapi siswa yang memiliki rasa optimis tentunya akan terus
belajar giat untuk mendapat nilai yang lebih baik. Optimis merupakan
sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa, agar siswa belajar bahwa
kegagalan dalam belajar bukanlah suatu akhir belajar dan bukan berarti
siswa itu merupakan siswa yang “bodoh”.
Dari pernyataan tersebut dapat penulis simpulkan bahwa motivasi
sangat erat sekali hubungannya dengan kegiatan belajar. Karena adanya
kemauan serta aspek penting lainnya untuk berjuang demi mewujudkan
keinginan dan mencapai harapan-harapan setiap individu. Sehingga aspek
yang terpenting yakni niat, komitmen, inisiatif, dan optimis
C. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan,
artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis
siswa. Menurut Syamsu Yusuf (dalam Rima Rahmawati 2016: 17), motivasi
belajar dapat timbul karena beberapa faktor, yaitu:
A. Faktor internal
1) Faktor fisik
Faktor fisik merupakan faktor yang mempengaruhi dari tubuh dan
penampilan individu. Faktor fisik meliputi nutrisi (gizi), kesehatan dan
fungsi-fungsi fisik terutama panca indera.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis merupakan faktor intrinsik yang berhubungan dengan aspek-
aspek yang mendorong atau menghambat aktifitas belajar pada siswa. Faktor ini
menyangkut kondisi rohani siswa.
B. Faktor eksternal
1) Faktor sosial
Merupakan faktor yang berasal dari manusia disekitar lingkungan siswa.
Meliputi guru, teman sebaya, orang tua, tetangga dan lain sebagainya,
2) Faktor non sosial
Faktor non sosial merupakan faktor yang berasal dari kondisi fisik
disekitar siswa. Meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu
(pagi, siang atau malam), tempat (sepi, bising atau kualitas sekolah tempat
siswa belajar), dan fasilitas belajar.
Adapun menurut Dimyati dan Mudjiono (2015: 97), unsur yang
mempengaruhi motivasi belajar yaitu:
a. Cita-cita dan aspirasi siswa. Cita-cita akan memperkuat motivasi belajar
intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab tercapainya suatu cita-cita akan
mewujudkan aktualisasi diri.
b. Kemampuan siswa. Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan
kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan
bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan
tugas-tugas perkembangan.
c. Kondisi siswa. Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani
mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar
atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang
siswa yang sehat, kenyang dan gembira akan memusatkan perhatian pada
penjelasan pelajaran. Dengan demikian, kondisi jasmani dan rohani siswa
berpengaruh pada motivasi belajar.
d. Kondisi lingkungan siswa. Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam,
lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan.
Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan
sekitar. Bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, perkelahian antar siswa
akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya, kampus sekolah yang
indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar.
Dengan lingkungan yang aman, tentram, tertib dan indah, maka semangat
dan motivasi belajar mudah diperkuat.
e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran. Lingkungan belajar
dan pergaulan siswa mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang
berupa televisi dan film semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan
tersebut mendinamiskan motivasi belajar.Guru profesional diharapkan
mampu memanfaatkan sumber belajar di sekitar sekolah untuk memotivasi
belajar siswa.
f. Upaya guru membelajarkan siswa. Adalah upaya guru dalam mempersiapkan
diri untuk membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara
menyampaikan materi, menarik perhatian siswa dan mengevaluasi hasil belajar
siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang
menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar
sehingga motivasi siswa menjadi lemah atau kurang.
Menurut Sri Hapsari (2005: 74) faktor yang mempengaruhi motivasi
intrinsik pada umumnya terkait dengan faktor intelegensi dan bakat dalam diri
siswa. Sri Esti berpendapat, bahwa motivasi intrinsik dipengaruhi oleh
faktor pribadi seperti kepuasan.
Berdasarkan pemaparan pendapat para ahli diatas, penulis dapat
simpulkan bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
siswa. Bahwa faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa
itu sendiri seperti kondisi jasmani dan rohani siswa, kemampuan siswa dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor ekstrinsik yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar siswa diantaranya kondisi lingkungan sekolah, keluarga, guru, fasilitas
belajar, dan pergaulan.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.


Jakarta: Rineka Cipta.
Abidin, M. Zainal. “Pengaruh Motivasi Belajar dan Disiplin Belajar terhadap
Prestasi Belajar Siswa kelas VII di MTsN Mojoroto Kediri”. Skripsi tidak
diterbitkan. Kediri: STAIN Kediri, 2010.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Azwar, Saifudin. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2009.

Anda mungkin juga menyukai