Penerbit
BAGIAN SATU
TUJUAN .............................................................................................. 4
BAGIAN DUA
ADA APA DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ........... 8
BAGIAN TIGA
TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ................. 40
BAGIAN EMPAT
KONSELING UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ......... 45
BAGIAN LIMA
RINGKASAN ...................................................................................... 80
BAGIAN ENAM
KATA KATA PENTING..................................................................... 82
BAGIAN TUJUH
PERTANYAAN –PERTANYAAN ..................................................... 83
BAGIAN DELAPAN
KASUS – KASUS PENDEK ............................................................... 85
A. Terapi Okupasi
Terapi okupasi umumnya menekankan pada kemampuan motorik
halus, selain itu terapi okupasi juga bertujuan untuk membantu
seseorang agar dapat melakukan kegiatan keseharian, aktifitas
produktifitas dan pemanfaatan waktu luang. Terapi okupasi terpusat
pada pendekatan sensori atau motorik atau kombinasinya untuk
memperbaiki kemampuan anak untuk merasakan sentuhan, rasa, bunyi,
dan gerakan. Terapi juga meliputi permainan dan keterampilan sosial,
melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah.
Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami
kesulitan belajar, hambatan motorik (cedera, stroke, traumatic brain
injury), autisme, sensory processing disorders, celebral palsy, down
syndrome, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), genetic
disorders, aspenger syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan wicara,
gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP), Pervasive Developmental
Disorder (PDD), dan keterlambatan tumbuh kembang lainnya.
E. Terapi Perilaku
Terapi perilaku berupaya untuk melakukan perubahan pada anak
autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang
berkekurangan (belum ada) ditambahkan.Terapi perilaku yang dikenal
di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan
oleh O.Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles
(UCLA). Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada
pemberian reinforcement positif setiap kali anak berenspons benar
sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishmnet)
G. Fisioterapi
Fisioterapi merupakan salah satu jenis layanan terapi fisik yang
menitik beratkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan
fungsi alat gerak/ fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti
H. Terapi Musik
Terapi musik adalah salah satu bentuk terapi yang bertujuan
meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang
terdiri dari melodi, ritme, harmoni, tmbre, bentuk dan gaya yang
diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental.
Layanan terapi ini diperuntukkan bagi semua ketunaan yang ada
serta pada gangguan perkembangan anak seperti autisme, ADHD,
Down Syndrom, dst.
C. Hubungan Psikolog-Klien
Psikolog mengendalian proses konseling dan Psikolog
bertanggung jawab atas hasil konseling tersebut. Yang menjadi
perhatian utama psikolog behavioral adalah perilaku yang tampak,
dengan alasan ini banyak asumsi yang berkembang tentang pola
hubungan psikolog-klien lebih manupulatif- mekanistik, namun
seperti dituturkan Rosjidan (1988:243) salah satu aspek yang
essensial dalam terapi behavioral adalah proses penciptaan hubungan
Pribadi yang baik. Untuk melihat hubungan psikolog-klien dalam
seting konseling behavioral dapat kita perhatikan dari proses
konseling behavioral. Proses konseling behavioral yaitu sebuah
proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah
interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Jika kita
perhatikan lebih lanjut, pendekatan dalam konseling behavioral lebih
cenderung direktif, karena dalam pelaksanaannya psikologlah yang
lebih banyak berperan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa hubungan psikolog –klien :
a. Merumuskan masalah yang dialami oleh klien dan psikolog dapat
membantu menentukan apakah psikolog dapat membantu
pemecahan masalah klien atau tidak.
F. Syarat Psikolog :
1) Psikolog harus memahami bagaimana keadaan klien sekarang
dan hambatan-hambatannya dalam beradaptasi dengan
lingkungan. Oleh karena itu tugas psikolog adalah mendorong
klien untuk melihat kenyataan yang ada pada diri klien serta
mau mencoba menghadapinya.
2) Psikolog sejak awal konseling sudah mengarahkan tujan agar
klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-
hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat menyesuaikan
diri.
3) Pada saat klien menyalahkan diri sendiri, merasa bodoh,
menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dan
mengungkapkan berbagai kelemahannya, maka psikolog
tugasnya adalah membuat perasaan klien bangkit, bersemangat
dan mau menghadapi keadaan yang sebenarnya sehingga
potensinya dapat berkembang secara optimal
2. PENDEKATAN PSIKOANALISA
Teori psikoanalisa sebagai suatu teori tentang pribadi dengan
semua teori-teori lain dalam bidang psikologi, baik dari segi cara yang
digunakannya dalam mengumpulkan data-datanya, ataupun dari segi
proses data tersebut. Teori ini berdiri atas asumsi-asumsi yang diterima
oleh orang-orang yang menganutnya.Teori-teori psikodinamik juga
memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman awal masa kanak-
kanak. Dalam pandangan ini, benih-benih dari gangguan-gangguan
G. Syarat-Syarat psikolog
Psikolog psikoanalisis harus memiliki kemampuan dalam
bidang:
1. Pengetahuan :tentang struktur kepribadian
2. Sikap :mampu menerima klien apa adanya, yaitu
orang yang sakit dan memerlukan penyembuhan.
3. Keterampilan :memiliki kemampuan dan terampil
mengungkapkan kehidupan bawah sadar klien dengan
menggunakan teknik tertentu.
H. Karakteristik Konseling
Karakteristik konseling dalam pendekatan psikoanalisis melalui
beberapa tahap konseling, diantaranya:
1. Tahap membina hubungan baik selama proses konseling
2. Tahap krisis bagai klien, yaitu kesukaran bagi klien dalam
mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi
(pemindahan)
J. Penerapan Aplikasi
Ada beberapa penerapan aplikasi dalam pendekatan konseling
psiokoanalisis ,diantaranya :
1. ”Manusia adalah Makhluk yang Memiliki Kebutuhan dan
Keinginan”.
Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan,
dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-
kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian
psikolog dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman
kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli,
sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif.
2. “Kecemasan”yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai
wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu
supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih,
memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu
mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola
aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu
memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial,
dalam masyarakat.
3. Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat
ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan bijaksana.
Karena setiap manusia selalu hidup dalam kecemasan,
kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak
dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan lain-lain
4. Bimbingan merupakan wadah dalam rangka mengatasi
kecemasan.
5. Pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia.
Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam
beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini
1. Keterlambatan perkembangan
Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang anak
berkembang melalui tahapan tertentu.Sekalipun irama atau kecepatan
perkembangan setiap anak berbeda-beda, namun muncul kecenderungan
bahwa pada anak berkebutuhan khusus beresiko terhadap munculnya
kelambatan atau penyimpangan perkembangan sesuai dengan umur dan
milestone perkembangan, sehingga harus tetap diwaspadai. Sebab,
akibat kelainan, kecacatan, atau kondisi-kondisi terntentu yang tidak
menguntungkan dan menjadikannya anak berkebutuhan khusus, dapat
berpengaruh atau menghambat perkembangan kemampuan, prestasi, dan
atau fungsinya, dapat menjadikan anak memerlukan waktu yang lebih
lama dalam belajar menguasai keterampilan tertentu dibandingkan
dengan anak-anak normal pada umumnya, atau menjadikan datangnya
kematangan belajar menjadi terlambat.
Secara umum, kelambatan perkembangan lebih menekankan
kepada dimensi tahapan perkembangan, sedangkan hambatan
perkembangan lebih fokus kepada terjadinya kesulitan, kegagalan,
rintangan, atau gangguan dalam satu atau lebih aspek perkembangan.
Adanya hambatan dalam aspek perkembangan tertentu dapat berdampak
kepada kelambatan perkembangan yang tertentu pula, dengan kata lain
kelambatan perkembangan tertentu hakekatnya merupakan manifestasi
adanya hambatan dalam satu atau lebih aspek perkembangan.
Hambatan perkembangan pada anak berkebutuhan khusus dapat
terjadi apabila dalam keseluruhan atau sebagian interaksi antara anak
berkebutuhan khusus dengan lingkungan, lingkungan kurang mampu
menyediakan struktur kemudahan, kesempatan atau peluang, stimulasi
atau dorongan, dan keteladanan bagi berkembangnya fitrah, potensi,
atau kompentensi pribadi anak berkebutuhan khusus secara positif,
fungsional, serta bermakna bagi perkembangan optimal anak. Kondisi
ini pada umumnya ditandai dengan adanya gaps, discrepancy, disparity,
discordance, disharmony, atau imbalance antara kemampuan anak
dengan tuntutan lingkung
Az-Zahrani, Musfir bin Said. 2000. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Boeree, C.George, 2004.Personality Theories, Yogyakarta.
Caplin, J.P, 1999. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Pratiwi, Ratih Putri dan Afin Murtiningsih. 2013. Kiat Sukses Mengasuh
Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Wiyani, Novan Ardy. 2014. Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta.Ar-Ruzz Media.