Anda di halaman 1dari 90

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan ( KDI )

Erwin Erlangga, Anak Berkebutuhan Khusus, Yayasan Pusat Studi


Pembangunan Daerah, Jakarta: cet. Pertama. 2017
ISBN : 9786 026 069 221
Penulis : Erwin Erlangga, S.Pd. M.Pd.
Desain Sampul : Nugraha Rangga
Tata Letak : Gibran
Cetakan pertama : Februari 2017

Penerbit

Yayasan Pusat Studi Pembangunan Daerah, Jakarta


Jalan Gajah Mada No 20 Bau Bau Jakarta Pusat
Telp. (025) 0402 – 23228

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002


Tentang Hak Cipta
Pasal 72 :
1. Barang siapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1 ) dan ayat (2) dipidana
penjara masing – masing paling singkat 1 ( satu ) bulan dan / denda
paling sedikit Rp 1000. 000 ( satu juta rupiah ), atau pidana penjara
paling lama 7 atau ( tujuh ) tahun dan / atau denda paling banyak Rp.
5000.000.000 ( llima milyar rupiah )
2. Barang siapa dengan siapa menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,a
atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil
pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 ( lima ) tahun /
atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 1


PRAKATA

Dengan mengucap syukur terhadap Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya


selesailah buku mata pelajaran bimbingan dan konseling untuk SMA
dengan judul anak berkebutuhan khusus: terapi atau konseling untuk
memberikan pemahaman kepada anak SMA terkait anak anak yang
memiliki kebutuhan khusus. Tujuannya adalah agar anak dapat memahami,
berempati dan dapat membantu anak anak yang mempunyai kebutuhan
khusus.
Penulis ingin memberikan sedikit sumbangan pemikiran terkait anak
berkebutuhan khusus. Penulis melihat banyak siswa mengganggap bahwa
anak kebutuhan khusus adalah anak yang gila dan sering dijauhi oleh teman
temannya sehingga terjadi pelecehan, diskriminasi, dan perundungan. Anak
harus tahu, bahwa anak berkebutuhan khusus juga manusia yang ciptakan
oleh Tuhan yang mempunyai hak untuk hidup, dihargai dan dimanusiakan
Buku ini dirumuskan dari pengalaman penulis sebagai akademisi dan
praktisi di bidang anak berkebutuhan khusus. Penulis ingin temuan temuan
dalam penelitian dan pengalaman terkait anak berkebutuhan khusus bisa
dijadikan salah satu alternative pengetahuan untuk anak SMA. Guru
Bimbingan dan Konseling wajib memberikan pemahaman kepada anak saat
jam bimbingan dan konseling di sekolah terkait anak berkebutuhan khusus
sehingga pandangan terkait anak berkebutuhan khusus dapat berubah lebih
baik
Semoga dengan adannya buku ini, anak dapat memahami anak yang
berkebutuhan khusus dengan baik dan memperlakukan mereka dengan baik
sehingga tujuan utama dari pendidikan yaitu membentuk karakter disekolah
dapat terlaksana.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 2


DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................... 2

DAFTAR ISI ........................................................................................ 3

BAGIAN SATU
TUJUAN .............................................................................................. 4

BAGIAN DUA
ADA APA DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ........... 8

BAGIAN TIGA
TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ................. 40

BAGIAN EMPAT
KONSELING UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ......... 45

BAGIAN LIMA
RINGKASAN ...................................................................................... 80

BAGIAN ENAM
KATA KATA PENTING..................................................................... 82

BAGIAN TUJUH
PERTANYAAN –PERTANYAAN ..................................................... 83

BAGIAN DELAPAN
KASUS – KASUS PENDEK ............................................................... 85

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 86

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 3


BAGIAN SATU
TUJUAN

Kapan saja, dimana saja, permasalahan yang dihadapi oleh manusia


tidak akan pernah usai, impian atau cita – cita yang tidak terwujud akan
menimbulkan masalah. Masalah di dunia ini banyak macamnya, contohnya
adalah masalah keluarga, masalah pertemanan, masalah ekonomi. Namun
salah satu masalah yang cukup menyita perasaan ketika orang tua
mempunyai anak yang tidak sesuai keinginan atau harapan keluarga.
Kehadiran anak merupakan dambaan bagi setiap suami-istri, karena
anak dianggap mempunyai nilai tersendiri bagi keluarga, bahkan banyak
yang menganggap bahwa keluarga belum lengkap apabila belum memiliki
anak dari pernikahannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Khairuddin
(2002:7) yang menyatakan bahwa dalam keluarga terdapat dua atau lebih
dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
Pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia
sejahtera dan kekal selamanya selain itu juga untuk mendapatkan keturunan
atau anak dan menjaga diri dari yang haram. Kehadiran anak dalam sebuah
keluarga juga dipandang memberi nilai tambah tersendiri, karena anak
dipandang mampu menambah keharmonisan rumah tangga khususnya antar
suami dan istri, keluarga akan lebih hidup dan tenang dengan kehadiran
anak. Bagi beberapa orang yang masih memegang kuat norma dan adat
istiadat, anak dipandang sebagai penerus keluarga, mahkota keluarga bahkan
harta paling berharga karena dianggap sebagai pewaris keluarga.
Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang tua.
Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, secara jasmani maupun
rohani. Harapan tersebut tidak selalu dapat terwujud, sebab hanya ada dua
kemungkinan yang akan terjadi anak terlahir dalam kondisi yang sempurna
dan kondisi kurang sempurna. Kenyataannya menunjukkan bahwa ada
sebagian keluarga yang memiliki anak yang tidak sama dengan anak-anak
lain pada umumnya, seperti halnya tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita
yang sering disebut dengan anak berkebutuhan khusus.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 4


Mangunsong (2009:3) menyatakan bahwa anak berkebutuhan khusus
merupakan anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi
yang penting dari fungsi kemanusiannya. Mereka yang secara fisik,
psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan-tujuan atau
kebutuhan dan potensinya secara maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta,
mempunyai gangguan bicara, cacat tubuh, retardasi mental, gangguan
emosional. Pada saat mengetahui anaknya berbeda dibanding anak-anak
lainnya, seringkali orang tua menunjukkan reaksi emosional tertentu.
Terdapat beberapa reaksi emosional yang biasanya dimunculkan orang tua.
Beberapa reaksi emosional tersebut antara lain shock, penyangkalan dan
merasa tidak percaya, sedih, perasaan terlalu melindungi atau kecemasan,
perasaan menolak keadaan, perasaan tidak mampu dan malu, perasaan
marah, serta perasaan bersalah dan berdosa atas apa yang terjadi pada anak
Mangunsong (2011:163)
Reaksi emosional tersebut merupakan hal yang wajar dirasakan oleh
para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus. Dikatakan wajar
sebagai reaksi awal, yang kemudian orang tua akan tetap berjuang untuk
mengasuh dan membesarkan sang anak dengan segala keterbatasannya.
Penyebab beban mental tidak hanya muncul dari dalam diri orang tua, akan
tetapi penyebabnya juga bersumber dari luar, terutama disebabkan oleh
kemampuan ekonomi yang terbatas, perceraian, dan tekanan dari masyarakat
yang berpandangan kurang tepat mengenai anak berkebutuhan khusus.
Menghadapi kondisi demikian orang tua perlu memiliki sikap optimis,
tangguh, tabah, semangat, bertanggung jawab, dan penuh harapan. Oleh
karena itu orang tua perlu membangun harapan dan menerima anaknya yang
berkebutuhan khusus. Orang tua yang tidak mampu menghadapi sendiri
masalahnya, mereka akan bingung dan menjadi putus asa. Namun tidak
demikian dengan orang tua yang memiliki semangat dan penerimaan tinggi
terhadap anaknya yang berkebutuhan khusus. Mereka akan mencari
informasi yang dibutuhkan tentang anak mereka yang memiliki kekurangan.
Terapi dan konseling merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari program
pendidikan anak berkebutuhan khusus, karena itu peran konseling dan terapi
dalam proses pendidikan anak berkebutuhan khusus disekolah formal
maupun informal memiliki kedudukan yang sama dengan mata pelajaran
lain di kurikulum sekolah luar biasa.
Peningkatan kualitas pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus
terus dilakukan. Diantaranya pemerintah telah mengeluarkan peraturan

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 5


pemerintah No 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan. Peraturan Pemerintah No 17 tahun 2010 pasal 2 menyebutkan
bahwa pendidikan khusus bagi peserta didik berkelainan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik secara optimal sesuai
kemampuannya. Konseling dan terapi diharapkan menjadi layanan yang
mampu mengembangkan potensi secara optimal sesuai kemampuannya.
Pelaksanaan konseling dan terapi harus menunjukkan kualitas yang
baik dengan ditunjang dengan sistem pendukung layanan seperti 1.
Kebijakan sekolah 2. Kerjasama stekholder internal (kepala sekolah,
pendidik dan tenaga kependidikan maupun stekholder eksternal (orang tua
dan lingkungan masyarakat) dan 3. Psikolog dan terapis yang profesional.
Konseling dalam hal ini berfungsi untuk membantu memecahkan masalah
anak berkebutuhan khusus terkait dengan masalah pribadi, belajar, sosial,
karir, dan keluarga. Sedangkan terapi berfungsi membantu anak
berkebutuhan khusus tumbuh dan berkembang sesuai dengan tugas
perkembangan.
Indikator keberhasilan proses belajar anak berkebutuhan khusus
ditandai dengan keikutsertaan dan semangat dari peserta didik selama proses
pembelajaran berlangsung. Dalam rangka mengembangkan potensi peserta
didik secara optimal maka diselenggarakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang bersifat formal, nonformal maupun informal dengan
berbagai jenjang. Namun jika proses pembelajaran tersebut terhambat
karena siswa berkebutuhan khusus mengalami masalah maka perlu diberikan
bantuan oleh psikolog/psikolog.
Program layanan konseling dan terapi sebagai bagian dari sistem
pendidikan anak berkebutuhan khusus perlu mengarahkan layanannya dalam
mengembangkan potensi peserta didik. Psikolog harus memahami jenis
anak berkebutuhan khusus yang dapat di berikan konseling, dan jenis anak
berkebutuhan khusus yang dapat diberikan terapi. Penelitian yang dilakukan
oleh penulis terhadap 100 anak berkebutuhan khusus yang menyimpulkan
bahwa anak yang dapat di berikan konseling adalah anak yang memiliki IQ
diatas 70 sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 70 diberikan layanan
terapi, ini terjadi karena konseling membutuhkan pemahaman dan perilaku
baru. Konseling membutuhan IQ yang memadai dalam menerima bantuan
intervensi dari Psikolog.
Psikolog membantu anak berkebutuhan khusus menemukan “emas”
dalam diri masing masing anak. Emas tersebut adalah potensi yang ada pada

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 6


setiap anak anak berkebutuhan khusus, jika emas yang ada dapat ditemukan
maka semua anak berkebutuhan khusus akan memiliki masa depan yang
cerah sesuai dengan minat dan bakat masing masing. Melalui buku ini
penulis ingin membantu tugas psikolog untuk memberikan intervensi dan
akomodasi yang tepat terhadap anak berkebutuhan khusus sehingga emas
tersebut dapat ditemukan. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
berbeda dari rata-rata anak normal yang memerlukan pelayanan pendidikan
khusus sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga yang
profesional. Singkatnya terapi diperuntukan untuk anak retardasi mental,
tunarungu, tunawicara dan tunagrahita serta konseling diperuntukan untuk
anak slow learner, gifted, ADD, ADHD dan underachiever.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 7


BAGIAN DUA
ADA APA DENGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. PENGERTIAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang
tua. Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, secara
jasmani maupun rohani. Harapan tersebut tidak selalu dapat terwujud,
sebab hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi anak terlahir
dalam kondisi yang sempurna dan kondisi kurang sempurna.
Kenyataannya menunjukkan bahwa ada sebagian keluarga yang
memiliki anak yang tidak sama dengan anak-anak lain pada
umumnya, seperti halnya tunarungu, tunawicara, tunagrahita yang
sering disebut dengan anak berkebutuhan khusus.
Suran dan Misso, 1979 (2009:3) menyatakan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah. Anak yang secara signifikan berbeda
dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiannya.
Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat
dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara
maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan
bicara, cacat tubuh, retradasi mental, gangguan emosional. Juga anak-
anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat
dikategorikan sebagai anak khusus atau anak luar biasa, karena
memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga professional.
Menurut sudut pandang kependidikan, Hallahan dan Kauffan
(2009:3) melihat pengertian bahwa siswa berkebutuhan khusus adalah
“mereka yang memerlukan pendidikan khusus dan pelayanan terkait,
jika mereka menyadari akan potensi penuh kemanusiaan
mereka.”Gearheat (2009:3) mengatakan bahwa “seorang anak
dianggap berkelainan bila memerlukan persyaratan pendidikan yang
berbeda dari rata-rata anak normal dan untuk dapat belajar secara
efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas dan materi khusus.”
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
anak berkebutuhan khusus adalah anak yang menyimpang dari rata-
rata anak normal yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus
sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga yang
profesional..
Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 8
Anak yang terlahir sempurna merupakan harapan semua orang
tua.Orang tua mendambakan memiliki anak yang sehat, secara
jasmani maupun rohani. Harapan tersebut tidak selalu dapat terwujud,
sebab hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi anak terlahir
dalam kondisi yang sempurna dan kondisi kurang sempurna.
Kenyataannya menunjukkan bahwa ada sebagian keluarga yang
memiliki anak yang tidak sama dengan anak-anak lain pada
umumnya, seperti halnya tunarungu, tunawicara, tunagrahita yang
sering disebut dengan anak berkebutuhan khusus.
Suran dan Misso 1979 (2009:3) menyatakan bahwa anak
berkebutuhan khusus adalah anak yang secara signifikan berbeda
dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiannya.
Mereka yang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat
dalam mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan dan potensinya secara
maksimal, meliputi mereka yang tuli, buta, mempunyai gangguan
bicara, cacat tubuh, retradasi mental, gangguan emosional. Juga anak-
anak yang berbakat dengan inteligensi yang tinggi, dapat
dikategorikan sebagai anak khusus atau anak luar biasa, karena
memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga professional.
Menurut sudut pandang kependidikan, Hallahan dan Kauffan
(2009:3) melihat pengertian bahwa siswa berkebutuhan khusus adalah
“mereka yang memerlukan pendidikan khusus dan pelayanan terkait,
jika mereka menyadari akan potensi penuh kemanusiaan
mereka.”Gearheat (2009:3) mengatakan bahwa “seorang anak
dianggap berkelainan bila memerlukan persyaratan pendidikan yang
berbeda dari rata-rata anak normal dan untuk dapat belajar secara
efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas dan materi khusus.”

B. JENIS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


1. Anak Berkebutuhan Khusus Yang Mendapatkan Terapi
a) Tunarungu
(1) Pengertian Tunarungu
Manusia mempunyai lima panca indra, salah satu
panca indra tersebut adalah telinga. Telinga merupakan
salah satu alat indra yang terpenting dalam kehidupan,
tidak berfungsinya telinga secara optimal dapat
menghambat berbagai macam informasi melalui

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 9


pendengaran secara baik. Kondisi ini menyebabkan
sulitnya berkomunikasi dengan orang lain. Kegiatan
komunikasi ini sering terjadi salah persepsi dalam
menangkap pesan yang dikomunikasikan oleh orang
normal, sebaliknya penyampaian pesan yang disampaikan
oleh anak yang mengalami gangguan pendengaran
persepsinya tidak sama oleh orang normal Suharmini,
(2007:2). Anak yang mengalami gangguan pendengaran
dapat dikatakan sebagai anak tunarungu.
Tunarungu dapat diartikan sebagai “keadaan seorang
individu yang mengalami kerusakan pada indera
pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa
menangkap berbagai rangsang suara atau rangsangan lain
melalui pendengaran Suharmini (2007:56). Mangunsong
(2009:82) berpendapat bahwa tunarungu adalah “kondisi
dimana individu tidak mampu mendengar dan hal ini
tampak dalam wicara atau bunyi-bunyian lain, baik dalam
frekuensi dan intensitas. Mangunsong (2009:81)
menambahkan bahwa tunarungu adalah “mereka yang
pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan
pelayanan pendidikan khusus’’. Berdasarkan penjelasan
di atas dapat penulis menyimpulkan bahwa tunarungu
adalah anak yang mengalami kerusakan pada indera
pendengaran, sehingga tidak dapat menangkap informasi
yang diperoleh melalui pendengaran.
(2) Klasifikasi Anak Tunarungu
Karakteristik anak berkebutuhan khusus
beranekaragam disesuaikan dengan ciri yang menonjol,
begitu pula dengan anak tunarungu yang memiliki
beberapa macam jenis kelainan yang sangat bervariasi,
dengan jenis kelainan yang berbeda itu diperlukan sistem
penggolongan atau klasifikasi untuk memudahkan dalam
mempelajari anak tunarungu, sehingga dapat memberikan
pelayanan yang tepat.
Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan
pendengaran Mangunsong (2009:83) adalah:

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 10


Kelompok 1: Hilangnya pendengaran yang ringan
(20-30dB). Orang-orang dengan kehilangan pendengaran
sebesar ini mampu berkomunikasi dengan menggunakan
pendengarannya. Gangguan ini merupakan ambang batas
antara orang yang sulit mendengar dengan orang normal.
Kelompok 2: Hilangnya pendengaran yang marginal
(30-40 dB). Orang-orang dengan gangguan ini sering
mengalami kesulitan untuk mengikuti suatu pembicaraan
pada jarak beberapa meter.Pada kelompok ini, orang-
orang masih bisa menggunakan telinganya untuk
mendengar, namun harus dilatih.
Kelompok 3: Hilangnya pendengaran yang sedang
(40-60 dB). Dengan bantuan alat bantu dengar dan
bantuan mata, orang-orang ini masih bisa belajar
berbicara dengan menggunakan alat-alat pendengaran.
Kelompok 4: Hilangnya pendengaran yang berat (60-
70 dB). Orang-orang ini tidak bisa belajar berbicara tanpa
menggunakan teknik-teknik khusus. Pada gangguan ini
mereka dianggap sebagai tuli secara edukatif.
Kelompok 5: Hilangnya pendengaran yang parah
(>75 dB). Orang-orang dalam kelompok ini tidak bisa
belajar bahasa hanya semata-mata dengan mengandalkan
telinga, meskipun didukung dengan alat bantu dengar
sekalipun. Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis
menyimpulkan bahwa klasifikasi tuna rungu mempunyai
empat tingkat gangguan pendengaran yaitu: hilangnya
pendengaran yang ringan (20-30 dB), hilangnya
pendengaran yang marginal (30-40 dB), hilangnya
pendengaran yang sedang (40-60 dB), hilangnya
pendengaran yang berat (60-70 dB) dan hilangnya
pendengaran yang parah (>75 dB).
(3) Etiologi Anak Tunarungu
Kerusakan pada gangguan pendengaran atau
tunarungu diklasifikasikan menurut etiologi atau
simptom. Etiologi anak tunarungu adalah penyebab
seseorang menjadi tunarungu, ada beberapa sebab yang
menimbulkan kerusakan pada pendengaran sehingga anak

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 11


menjadi tunarungu. Faktor penyebab tunarungu sangat
bervariasi.
Mangunsong (2009:87) faktor penyebab
ketunarunguan dikelompokkan sebagai berikut:
a) Masalah kromosom yang diturunkan
b) Malformasi congenital
c) Infeksi kronis
d) Tulang tengkorak yang retak
e) Dampak mendengar suara yang keras
f) Penyakit virus seperti rubella pada saat kehamilan
orang tua
g) Sifilis congenital
Mangunsong (2009:88) membagi penyebab disfungsi
saraf pendengaran pusat. Penyebab kehilangan peripheral
ada dua yaitu bersifat konduktif dan sensorineural. Secara
Konduktif yaitu disebabkan oleh kerusakan atau
hambatan pada mekanisme konduksi suara. Hal ini dapat
disebabkan oleh kotoran ditelinga, gendang telinga yang
rusak, adanya benda asing di saluran telinga dan otitis
media. Penyebab yang bersifat kondusif ini menyebabkan
tekanan gelombang suara pada telinga dalam menjadi
terhalang.
Secara sensorineural yaitu disebabkan oleh kerusakan
pada kokhlea atau saraf pendengaran yang membawa
suara ke otak (Mangunsong 2009 : 88). Hal ini dapat
disebabkan oleh meningitis, infeksi, obat-obatan, bisul,
luka di kepala, suara keras, keturunan, infeksi virus,
campak, trauma akustik, neuritis serta gangguan lain yang
tidak diketahui penyebabnya.
Cline dan Frederiskon (2009:88) menambahkan
mixed hearing impairment yaitu penyebab ketunarunguan
yang merupakan kombinasi penyebab konduktif dan
sensorineural. Penyebab ketulian karena disfungsi sentral
seringkali didistrorang tuasikan pada kerusakan atau
malfungsi sistem syaraf pusat antara otak bawah dengan
selaput otak. Penyebab ketulian ini sering membuat
kesalahan penderita dalam melakukan interpretasi pada

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 12


apa yang didengar, meskipun sebenarnya bisa mendengar
normal sehingga memungkinkan terjadinya gangguan
belajar Mangunsong (2009: 88).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis dapat
menyimpulkan bahwa faktor penyebab ketunarunguan
adalah masalah kromosom yang diturunkan, malformasi
congenital, infeksi kronis, tulang tengkorak yang retak,
dampak mendengar suara yang keras, penyakit virus
seperti rubella pada saat kehamilan orang tua, sifilis
congenital dan penyebab kehilangan peripheral ada dua
yaitu bersifat konduktif dan sensorineural.
(4) Karakteristik Anak Tunarungu
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
membutuhkan penanganan khusus dalam kehidupannya.
Anak berkebutuhan khusus antara satu dengan yang
lainnya memiliki ciri yang berbeda-beda tergantung pada
kelainan dan gangguannya, salah satu jenis anak
berkebutuhan khusus itu adalah anak tunarungu. Menurut
Telford dan Sawrey (2009: 85) ketunarunguan memiliki
ciri-ciri seperti:
1) Ketidakmampuan memusatkan perhatian yang
sifatnya kronis
2) Kegagalan berespons apabila diajak berbicara
3) Terlambat berbicara atau melakukan kesalahan
artikulasi
4) Mengalami keterbelakangan di sekolah
Anak tunarungu dalam kehidupan sehari-hari
memperhatikan gejala-gejala yang dilakukannya, berikut
ini sebagai indikator adanya gangguan pendengaran
menurut Ashman,dkk 2002 (2009: 86) yaitu:
1) Reaksi lambat terhadap instruksi atau berulang kali
menanyakan apa yang harus ia lakukan padahal baru
saja diberitahu
2) Sering salah menginterpretasi informasi, pertanyaan
dan pembicaraan orang atau hanya merespon pada
hal-hal yang dikatakan paling akhir.
3) Suka menarik diri dari teman-temannya.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 13


4) Bingung dengan kata-kata yang bunyinya hampir
sama seperti pahit, jahit dan kait.
5) Mengeluhkan adanya suara bising ditelinganya.
6) Terkadang menjadi terganggu selama pelajaran yang
membutuhkan kemampuan mendengar.
7) Terkadang menjadi terganggu selama pelajaran yang
membutuhkan kemampuan mendengar.
8) Memiliki kecenderungan melamun atau menunjukkan
konsentrasi dan perhatian yang payah terutama selama
diskusi atau ketika cerita dibacakan dengan suara
keras.
9) Melihat wajah pembicara dari jarak dekat atau
membaca bibir pembicara.
10) Prestasinya lebih rendah dari potensinya, memiliki
masalah perilaku di rumah dan di kelas serta suka
menarik diri dari teman-temannya.
11) Perkembangan bahasa bahasa terlambat, bahasa tidak
gramatikal untuk usianya,sulit mengurangi suara,
kata-kata, lagu, irama, sulit untuk mengingat nama,
orang dan tempat.
12) Menunjukkan ketegangan ketika diajak berbicara dan
memegang kepala dengan cara yang aneh ketika
diajak bicara.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis dapat
menyimpulkan bahwa anak tuna rungu mempunyai
karakteristik sebagai berikut: ketidakmampuan
memusatkan perhatian yang sifatnya kronis, kegagalan
berespons apabila diajak berbicara, terlambat berbicara
atau melakukan kesalahan artikulasi, mengalami
keterbelakangan di sekolah, perkembangan bahasa
terhambat, memiliki prestasi yang lebih rendah dari
potensi yang dimiliki dan menunjukkan ketegangan ketika
diajak berbicara.
(5) Perkembangan Kognitif Anak Tunarungu
Setiap individu tentunya mengalami perkembangan
kognitif. Pembahasan tentang perkembangan kognitif
anak disesuaikan dengan perkembangan anak-anak

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 14


normal. Perkembangan anak berkebutuhan khusus
mengalami hambatan atau tidak, menyimpang atau tidak
dillihat dari perkembangan kognitif anak-anak normal.
Proses kognitif ini meliputi perubahan pola pemikiran,
intelligensi dan bahasa Suharmini (2007:7). Anak
tunarungu memiliki 3 masalah dalam perkembangan
kognitif yaitu:
(a) Masalah perkembangan struktur kognitif
Keterbatasan dalam fungsi pendengaran ini
menyebabkan anak tunarungu sering salah persepsi
dalam komunikasi. Perkembangan kognitif anak
tunarungu banyak tergantung pada kemampuan
bahasa dan menggunakan fungsi bahasa.
Perkembangan kognitif banyak ditentukan oleh
tingkat ketunarunguan dan daerah atau bagian telinga
yang mengalami kerusakan, bagian luar, bagian
tengah dan telinga bagian dalam.
Perkembangan kognitif anak tunarungu sangat
bervariasi tingkatannya. Perkembangan kognitif
tersebut ditentukan oleh tingkat kemampuan bahasa,
variasi pengalaman, pola asuh atau kontrol
lingkungan, ada tidaknya kecacatan lainnya, tingkat
ketunarunguan dan daerah bagian telinga yang
mengalami kerusakan.
Kemampuan berbahasa merupakan faktor yang
banyak berperan dalam perkembangan kognitif,
dengan kemampuan bahasa yang dimiliki orang dapat
menerima dan menyampaikan informasi. Struktur
kognitif akan berkembang melalui belajar sedangkan
bahasa merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam belajar.
Pengalaman yang berfariasi pada anak tunarungu
akan menambah pengetahuan sehingga akan
mengubah struktur kognitif pada anak tunarungu.
Tingkat ketunarunguan akan mempengaruhi
perkembangan kognitif. Kontrol lingkungan atau pola
asuh orang tua ikut memberikan andil juga dalam

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 15


perkembangan kognitif anak tunarungu. Orangtua
anak yang menerima anaknya dan memberikan
kesempatan pada anaknya untuk belajar tentunya akan
berbeda dengan orang tua yang tidak mau menerima
anaknya dan tidak memberikan kesempatan pada
anaknya untuk belajar.
(b) Masalah inteligensi anak tunarungu
Anak tunarungu pada umumnya mempunyai
inteligensi yang secara potensial sama dengan anak
pada umumnya, namun anak tunarungu kurang
mampu dalam mengembangkan fungsi intelegensinya.
Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan fungsi
auditori yang mengakibatkan kurangnya kemmpuan
penguasaan bahasa, gangguan dalam komunikasi dan
keterbatasan informasi.
Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh 2 faktor
yaitu pembawaan dan lingkungan.Anak tunarungu
memiliki keterbatasan dalam menangkap rangsang
melalui pendengaran, akibatnya anak tunarungu sering
salah dalam memaknai suatu konsep yang datang dari
luar. Kesalahan dalam memaknai suatu konsep ini
mengakibatkan komunikasi terganggu, informasi yang
diterima kadang dimaknai tidak sama.
Pengukuran intelligensi dengan menggunakan
WISH dan BINET sering diperoleh angka intelligensi
yang rendah. Apabila ditinjau dari aspek intelligensi
yang terdapat pada WESCHLER tidak semua aspek
memperoleh skor yang rendah.Skor yang rendah
diperoleh pada aspek-spek intelligensi yang bersifat
verbal seperti pada aspek informasi, komprehensi,
berhitung, persamaan, vocabulary dan digit span.
Aspek yang bersumber dari penglihatan akan
memperoleh skor yang tinggi seperti pada melengkapi
gambar, susunan gambar. Pengukuran intelligensi
pada anak tunarungu lebih cocok yang bersifat tidak
verbal.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 16


(c) Masalah perkembangan bahasa anak tunarungu
Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting
dalam mencapai perkembangan yang optimal. Apabila
seseorang dapat mengembangkan fungsi bahasa, maka
akan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
aspek lain seperti kognitif, emosi, sosial, moral dan
kepribadian. Ada dua msalah dalam perkembangan
anak tunarungu yaitu masalah kekacauan berbahasa
dan kekacauan bicara. Leaner & Kline (2007: 65)
membedakan antara kekacauan bahasa dengan
kekacauan berbicara. Kekacauan bahasa ini tidak
lepas ruang lingkup komunikasi, sehingga didalamnya
juga ada kekacauan dalam komunikasi.
Kekacauan yang dimaksud meliputi:
1) Kelambatan bicara
2) Kekacauan dalam menerima bahasa
3) Kekacauan dalam menyampaikan atau
menyatakan bahasa.
4) Kekacauan berbicara nampak pada produksi
suara. Kekacauan berbicara ini meliputi
5) Kesukaran dalam artikulasi, misal tidak dapat
menghasilkan suara R, K dan sebagainya,
kekacauan suara, kurang lancar dalam berbicara,
misal gagap.
Hasil penelitian yang dilakukan Suparno dan Tim
Suharmini (2007: 65) tentang kesulitan dalam
penggunaan bahasa waktu melakukan komunikasi
pada remaja tunarungu adalah:
1) Kesulitan dalam menyampaikan pendapat dengan
ucapan yang benar (kesulitan dalam artikulasi,
suara kacau dan berbicara tidak lancar)
2) Kesulitan menangkap atau menerima pesan. Anak
tunarungu dapat menangkap dan menerima pesan
apabila lawan bicaranya mengucapkan dengan
jelas dan pelan serta dibantu dengan isyarat.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 17


3) Terjadinya salah persepsi.
4) Kesulitan dalam menyusun kata-kata dengan
strutur kalimat atau tata bahasa yang benar.
5) Saat melakukan komunikasi kurang
mempertimbangkan penggunaan bahasa dengan
menyesuaikan siapa lawan bicaranya.
Anak tunarungu dalam berkomunikasi
menggunakan berbagai alat komunikasi, antara lain
menggunakan bahasa oral lebih ditekankan pada gerak
bibir, menggunakan tulisan dan membaca serta
menggunakan bahasa isyarat.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis dapat
menyimpulkan bahwa anak tunarungu memiliki 3
masalah dalam perkembangan kognitif. Masalah yang
pertama adalah masalah perkembangan struktur
kognitif, perkembangan kognitif anak tunarungu
banyak tergantung pada kemampuan bahasa dan
menggunakan fungsi bahasa. Masalah yang kedua
adalah masalah intelligensi anak tuna rungu yang
disebabkan keterbatasan kemampuan fungsi auditori
yang mengakibatkan kurangnya kemmpuan
penguasaan bahasa, gangguan dalam komunikasi dan
keterbatasan informasi.Masalah yang ketiga adalah
masalah perkembangan bahasa anak tuna rungu.
b) Tunawicara
(1) Pengertian Tunawicara
Komunikasi merupakan alat yang penting bagi
manusia, dengan komunikasi maka aktivitas manusia
akan berjalan lancar. Berbicara dan bahasa merupakan
alat komunikasi. Komunikasi selalu melibatkan
pengiriman informasi dan penerimaan informasi tetapi
komunikasi tidak selalu melibatkan bahasa, misalnya
dengan komunikasi non-verbal. Komunikasi non-verbal
ini digunakan oleh anak tunawicara.Tunawicara adalah
individu yang mempunyai hambatan dalam berbicara.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 18


(2) Etiologi Anak Tunawicara
Kerusakan pada kelainan bicara atau tunawicara
diklasifikasikan menurut etiologi atau simptom.Etiologi
anak tunawicara adalah penyebab seseorang menjadi
tunawicara, ada beberapa sebab yang menimbulkan
kerusakan pada suara sehingga anak menjadi tunawicara.
Faktor penyebab tunawicara sangat bervariasi.
Secara spesifik dikemukakan faktor-faktor yang
berkaitan dengan kelainan bicara dan bahasa
Mangunsong (2009:115) yaitu:
a) Faktor sentral berhubungan dengan susunan saraf
pusat, ketidakmampuan berbahasa yang spesifik,
keterbelakangan mental, autism, deficit dalam
perhatian dan hiperaktif serta mengalami gangguan
fungsi kognitif.
b) Faktor periferal berhubungan dengan gangguan
sensoris atau fisik, gangguan pendengaran,
gangguan penglihatan, gangguan fisik, dan
gangguan motorik yang berhubungan dengan bicara.
c) Faktor lingkungan dan emosional dikarenakan oleh
faktor lingkungan fisik dan psikologi antara lain
penelantaran dan penganiayaan, masalah
perkembangan perilaku dan emosi
d) Faktor-faktor campuran dikarenakan oleh faktor
sentral, periferal dan faktor lingkungan.
Mangunsong (2009:116) menjelaskan faktor
penyebab kelainan bicara dan bahasa yaitu
a) Etiologi dari Kelainan Suara
Masalah kualitas suara dapat disebabkan oleh
suatu penyakit misalnya laryngitis, dimana pita
suara menjadi serak, adanya tumor pada pita suara.
Kelainan pada pich (tinggi atau rendahnya nada)
yaitu suara bernada terlalu tinggi atau terlalu rendah
dapat disebabkan oleh konflik emosional, kebiasaan
yang salah dalam menggunakan suara atau
menggunakan suara secara berlebihan, kondisi fisik
yang lemah dan hilangnya pendengaran. Beberapa

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 19


orang yang mengalami masalah psikologik juga
dapat kehilangan suara atau sering disebut sebagai
abnormalitas suara yang parah. Mangunsong,
(2009:116). Gangguan suara yang berhubungan
dengan resonansi juga dapat disebabkan oleh
abnormalitas fisik, misalnya terkena celah dilangit-
langit mulut atau kena kerusakan otak, begitu juga
pada orang yang mengalami tonsillitis dan sinusitis
yang parah.
b) Etiologi dari Kelainan Artikulasi
Kelainan artikulasi merupakan salah satu dari
dua masalah kelainan bicara yang paling umum
terjadi pada uia sekolah. Secara spesifik, kelainan
suara merupakan kelainan karena seseorang tidak
menggunakan suara seperti aturan standar,
sedangkan kelainan artikulasi merupakan keadaan
dimana suara dan bahasa diganti, dihilangkan,
ditambah atau didistorsikan.Penyebabnya bisa
berasal dari kesalahan dalam memproduksi bunyi
yang akhirnya menjadi kebiasaan. Faktor keduayang
perlu dipertimbangkan juga adalah lingkungan
dimana anak dibesarkan karena seseorang belajar
berbicara melalui imitasi dari dari orang-orang
sekitarnya,inilah kelainan artikulasi yang sering
disebut dengan hasil defisiensi belajar.
Penyebab kelainan artikulasi yang lain adalah
factor biologis, misalnya karena adanya luka otak
atau kerusakan pada syaraf yang mengendalikan otot
bicara sehingga sulit untuk mengartikulasikan kata.
Pada banyak kasus juga disebabkan oleh adanya
keterbelakangan mental. Bukti-bukti bahwa masalah
artikulasi adalah kesalahan yang dipelajari, datang
dari penemuan bahwa anak pertama dan anak-anak
dari status sosial ekonomi tinggi mempunyai
kemungkinan yang lebih rendah dalam kesalahan
artikulasi.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 20


c) Etiologi dari gangguan kelancaran bicara
Gangguan ini biasanya disebabkan karena
gangguan emosi, adanya kerusakan otak dan saraf
yang menyebabkan gangguan organ bicara, terjadi
pada saat anak belajar berbicara. Gangguan
kelancaran berbicara sering disebut dengan gagap.
Conture (2009:118) mengatakan bahwa” mereka
yang gagap lebih dari satu setengah atau dua tahun
beresiko menderita gagap kronis. Jika mereka tidak
ditangani lebih lanjut maka anak akan mengalami
ketidakemampuan dalam komunikasi anak,
mengembangkan perasaan diri yang negative serta
mengalami masalah dalam mengambil kesempatran
kerja atau pendidikan”. Pendekatan yang paling
berguna dalam memahami gagap adalah
memandangnya sebagai hasil berbagai sebab yakni
hasil komulatif dari belajar yang keliru dan hasil
kecemasan yang berhubungan dengan berbicara.
d) Etiologi kelainan bahasa
Kelainan yang disebabkan oleh disfungsi
susunan saraf pusat secara medis sulit untuk
diperbaiki, mereka mengalami masalah dalam
program pendidikan, perawatan psikologis dan
latihan bahasa.Anak yang mengalami kelainan
bahasa mengalami kesulitan dalam pendidikan dan
perkembangan intelektualnya. Berdasarkan
etiologinya, kelainan bahasa dibedakan menjadi sub
tipe yaitu primer dan sekunder. Kelainan bahasa
primer tidak diketahui penyebabnya, sedangkan
kelainan bahasa skunder disebabkan kondisi lain
seperti retradasi mental, kerusakan pendengaran.
Keterlambatan dalam pengusaan bahasa sering kali
dikaitkan dengan keterlambatan dalam
perkembangan anak, lingkungan yang kurang
menyediakan pengalaman termasuk didalam
kurangnya stimulasi dalam bentuk bahasa oleh orang
dewasa.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 21


Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang berkaitan
dengan kelainan bicara dan bahasa adalah faktor
sentral yaitu berhubungan dengan susunan saraf
pusat, ketidakmampuan berbahasa yang spesifik,
keterbelakangan mental, autism, deficit dalam
perhatian dan hiperaktif serta mengalami gangguan
fungsi kognitif. Faktor periferal berhubungan
dengan gangguan sensoris atau fisik, gangguan
pendengaran, gangguan penglihatan, gangguan fisik,
dan gangguan motorik yang berhubungan dengan
bicara. Faktor lingkungan dan emosional
dikarenakan oleh faktor lingkungan fisik dan
psikologi antara lain penelantaran dan penganiayaan,
masalah perkembangan perilaku dan emosi. Faktor-
faktor campuran dikarenakan oleh faktor sentral,
periferal dan faktor lingkungan.
(3) Karakteristik Anak Tunawicara
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang
membutuhkan penanganan khusus dalam kehidupannya.
Anak berkebutuhan khusus antara satu dengan yang
lainnya memiliki ciri yang berbeda-beda tergantung pada
kelainan dan gangguannya, salah satu jenis anak
berkebutuhan khusus itu adalah anak tunawicara.Anak
tunawicara juga memiliki beberapa karakteristik agar
bisa digolongkan sebagai anak tunawicara.
Kelainan bicara dan bahasa memiliki jenis
gangguan dan jenis kelainan yang berbeda-beda. Doorlag
& Lewis Mangunsong (2009:114) mengatakan bahwa
sebagian besar masalah bicara terdeteksi pada usia dini,
misalnya gangguan artikulasi umum ditemukan terjadi
pada anak-anak diusia sekolah awal. Gangguan bahasa
juga diidentifikasi terjadi pada anak-anak yang lebih
muda tetapi dapat bertahan selama usia sekolah dasar
dan menengah pertama.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 22


Sheridan Mangunsong (2009:114) mengemukakan
bahwa ada karakteristik-karakteristik khusus pada anak-
anak dengan gangguan bicara yaitu:
1) Terjadi pada anak-anak yang lahir prematur.
2) Kemungkinan empat kali lipat pada anak yang belum
berjalan pada usia 18 bulan.
3) Belum bisa berbicara dalam bentuk kalimat pada usia
dua tahun.
4) Memiliki gangguan penglihatan, sering dikategorikan
sebagai anak kikuk oleh gurunya.
5) Kurang bisa menyesuaikan diri dari segi perilakunya,
sulit membaca dan banyak terjadi pada anak laki-laki.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa karakteristis tuna rungu yaitu : terjadi pada anak-
anak yang lahir teratur, belum bisa berbicra dalam
bentuk kalimat pada usia dua tahun, memiliki gangguan
penglihatan, kurag bisa menyesuaikan diri dan sulit
membaca.
(4) Perkembangan Anak Tunawicara
Konsekuensi kelainan bicara menyangkut tuntutan
sosial yang dihadapi anak. Kelainan artikulasi tidak
menimbulkan konsekuensi yang negative tetapi
sebaliknya kelainan bahasa akan mempengaruhi
pendidikan, emosi dan hubungan interpersonalnya.
Mangunsong (2009:121) menjelaskan konsekuensi
perkembangan kelainan bicara yaitu:
a. Kemampuan konseptual dan prestasi pendidikan
Keterlambatan perkembangan bahasa dan
aphasia ekspresif akan mempengaruhi perkembangan
pendidikan dan kognitif, karena perkembangan
pendidikan dan kognitif sangat tergantung pada
pemahaman dan penggunaan bahasa. Hal ini akan
mempengaruhi kemampuan verbal dan non
verbalnya. Kelainan artikulasi dan kelancaran suara
tidak menunjukkan efek buruk pada perkembangan
pendidikan dan kognitif.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 23


b. Faktor personal dan sosial
Kelainan artikulasi dan suara menyebabkan
konsekuensi negative dalam relasi interpersonal dan
perkembangan konsep diri anak. Pandangan,
ekspresi, ketidakpahaman orang lain ketika
berkomunikasi dapat menyebabkan rasa rendah diri,
merasa terisolasi, tidak berani berbicara di depan
umum dan bisa menimbulkan kecemasan tersendiri
bagi anak tunawicara.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis
menyimpulkan bahwa perkembangan anak
tunawicara mempunyai 2 faktor. Faktor pertama
mengenai konseptual dan prestasi pendidikan,
keterlambatan perkembangan bahasa dan aphasia
ekspresif akan mempengaruhi perkembangan
pendidikan dan kognitif karena perkembangan
pendidikan dan kognitif sangat tergantung pada
pemahaman dan penggunaan bahasa. Faktor yang
kedua mengenai faktor personal dan sosial, kelainan
artikulasi dan suara menyebabkan konsekuensi
negative dalam relasi interpersonal dan
perkembangan konsep diri anak.
(5) Tunagrahita
a. Pengertian Tunagrahita
Setiap orangtua pasti ingin mempunyai anak
yang normal, tetapi pada kenyataannya ada orangtua
yang memiliki anak berkebutuhan khusus, salah satu
anak berkebutuhan khusus yaitu tunagrahita.
Tunagrahita adalah individu yang mempunyai
keterbelakangan mental.American Association on
Mental Reatardation (AAMR) Mangunsong
(2009:129) menjelaskan keterbelakangan mental
berarti“ menunjukkan keterbatasan dalam fungsi
intelektual yang ada dibawah rata-rata dan
keterbatasan pada dua atau lebih keterampilan adaptif
seperti berkomunikasi, merawat diri sendiri,
keterampilan social, kesehatan dan keamanan, fungsi

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 24


akademis, waktu luang dan lain-lain”. Menurut
(Suharmini 2007:68) menjelaskan anak tunagrahita
adalah “anak yang memiliki fungsi intelektual ada di
bawah normal sehingga mengakibatkan gangguan
dan keterbelakangan pada perkembangan dan
penyesuaian.
b. Karakteristik Anak Tunagrahita
Anak berkebutuhan khusus merupakan anak
yang membutuhkan penanganan khusus dalam
kehidupannya. Anak berkebutuhan khusus antara
satu dengan yang lainnya memiliki ciri yang berbeda-
beda tergantung pada kelainan dan gangguannya,
salah satu jenis anak berkebutuhan khusus itu adalah
anak tunagrahita. Anak tunagrahita juga memiliki
beberapa karakteristik agar bisa digolongkan sebagai
anak tunagrahita. Anak tunagrahita mempunyai 4
karakteristik Mangunsong (2009:131) yaitu:
1) Anak cacat mental ringan (IQ 55-70)
Dikategorikan sebagai anak yang mampu
didik bila dilihat dari segi pendidikan, tidak
memperlihatkan kelainan fisik yang mencolok
walaupun sedikit lambat dari anak rata-rata.
Tinggi dan berat badan mereka tidak berbeda
dengan anak-anak yang lainnya, tetapi mereka
kurang dalam hal kekuatan, kecepatan, koordinasi
serta sering memiliki masalah kesehatan.Anak
cacat mental ringan masih bisa dididik di sekolah
umum meskipun sedikit lebih rendah dari pada
anak-anak normal pada umumnya. Perhatian
mereka juga pendek sehingga sulit berkonsentrasi
dalam jangka waktu lama.
Beberapa keterampilan yang dapat mereka
lakukan di luar sekolah tanpa selalu mendapatkan
pengawasan seperti keterampilan mengurus diri
sendiri (makan, mandi, berpakaian), mereka yang
mempunyai IQ lebih tinggi mampu menikah,
berkeluarga dan bekerja pada pekerjaan tertentu.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 25


2) Karakteristik anak cacat mental menengah (IQ
40-55)
Dikategorikan sebagai anak yang mampu
latih dan dapat dilatih untuk beberapa
keterampilan tertentu, meski sering merespon
lama terhadap pendidikan dan pelatihan jika
diberi kesempatan pendidikan yang sesuai
mereka dapat dididik untuk melakukan pekerjaan
yang membutuhkan kemampuan-kemampuan
tertentu Mangunsong (2009:133).Anak cacat
mental menengah dilatih untuk mengurus dirinya
serta dilatih beberapa kemampuan membaca dan
menulis sederhana, mereka membutuhkan
lingkungan kerja yang terlindungi dan juga
dengan pengawasan Mangunsong
(2009:134).Memiliki kekurangan dalam
kemampuan mengingat, menggeneralisasi,
bahasa, konseptual, singkat, relevan, berurutan
untuk keberhasilan mereka.
3) Karakteristik anak cacat mental severe ( IQ 25-
40)
Dikategorikan sebagai anak yang
memperlihatkan banyak masalah dan kesulitan
walaupun di sekolah khusus Mangunsong
(2009:134). Karakteristik anak cacat mental
severe membutuhkan perlindungan hidup,
pengawasan yang teliti, membutuhkan pelayanan,
pemeliharaan yang terus menerus, dengan kata
lain tidak mampu mengurus dirinya tanpa
bantuan orang lain meskipun pada tugas-tugas
sederhana. Tanda-tanda kelainan fisik lainnya
adalah lidah seringkali menjulur keluar,
bersamaan dengan keluarnya air liur, kepala
sedikit lebih besar dari biasanya dan memiliki
kondisi fisik yang lemah.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 26


4) Karakteristik anak cacat profound ( IQ dibawah
25)
Dikategorikan sebagai anak yang
mempunyai problem yang serius, baik yang
menyangkut kondisi fisik, intelligensi serta
program pendidikan yang tepat. Kelainan fisik
lainnya dapat dilihat pada kepala yang lebih besar
dan sering bergoyang-goyang, penyesuaian
dirinya juga sangat kurang dan bahkan tanpa
bantuan orang lain mereka tidak bisa berdiri
sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat penulis
dapat simpulkan bahwa anak tunagrahita
mempunyai 4 karakteristik. Karakteristik yang
pertama adalah anak cacat mental ringan (IQ 55-
70) yang dikategorikan sebagai anak yang
mampu didik bila dilihat dari segi pendidikan,
tidak memperlihatkan kelainan fisik yang
mencolok walaupun sedikit lambat dari anak rata-
rata. Karakteristik yang kedua adalah anak cacat
mental menengah (IQ 40-55), dikategorikan
sebagai anak yang mampu latih dan dapat dilatih
untuk beberapa keterampilan tertentu, meski
sering merespon lama terhadap pendidikan dan
pelatihan jika diberi kesempatan pendidikan yang
sesuai mereka dapat dididik untuk melakukan
pekerjaan yang membutuhkan kemampuan-
kemampuan tertentu. Karakteristik yang ketiga
adalah karakteristik anak cacat mental severe( IQ
25-40) yang dikategorikan sebagai anak yang
memperlihatkan banyak masalah dan kesulitan
walaupun di sekolah khusus. Karakteristik yang
keempat adalah karakteristik anak cacat profound
(IQ dibawah 25) yang dikategorikan sebagai anak
yang mempunyai problem yang serius, baik yang
menyangkut kondisi fisik, intelligensi serta
program pendidikan yang tepat.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 27


c. Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita
Istilah perkembangan kognitif secara umum
dapat dikatakan sebagai perkembangan kapasitas
kemampuan yang diformulasikan pada pola-pola
mental, khususnya melibatkan masalah persepsi dan
pengalaman-pengalaman sensory yang diterima
subjek dari lingkungan Suharmini (2007:71).
Kognitif seseorang dapat berkembang melalui
kegiatan belajar. Anak tunagrahita mempunyai
hambatan dalam proses belajar dan bagaimana proses
informasi berlangsung. Endang Supartini (dalam
Suharmini 2007: 71) menjelaskan tentang jalannya
proses informasi, ada 4 hal yang perlu dibahas
tentang perkembangan kognitif pada anak
tunagrahita, yaitu:
1) Ingatan
Ada 3 komponen dalam ingatan yaitu
menangkap, menyimpan dan mereproduksi.
Seorang anak dikatakan mempunyai ingatan yang
baik apabila anak dapat menangkap pesan atau
informasi yang diberikan orang lain dengan cepat,
kemudian menyimpan dengan baik dan akan
memproduksi pesan atau mengeluarkan kembali
sewaktu-waktu diperlukan. Pada anak tunagrahita
lemah juga lambat dalam menangkap pesan yang
diberikan orang lain. Anak tunagrahita cepat lupa
dan sulit untuk memproduksi kembali pesan yang
telah diterimanya.
2) Persepsi
Pesan atau informasi yang pernah diterima
anak akan diteruskan ke otak, kemudian akan
diseleksi, diorganisasi dan disimpulkan, sehingga
anak mempunyai persepsi terhadap suatu objek.
Anak tunagrahita lemah dalam menyeleksi,
mengorganisasi pesan yang diterimanya dan
kurang mampu untuk menyimpulkan objek yang
diamati dengan cepat, sehingga untuk

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 28


mempelajari sesuatu pada anak tunagrahita
membutuhkan waktu yang relatif lama.
3) Perkembangan Motorik
Ada 2 perkembangan motorik yang dikenal
yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik
kasar dapat berkaitan dengan perkembangan
ketangkasan gerak sedangkan motorik halus
berkaitan dengan menulis, menggambar dan lain-
lain. Ketrampilan motorik kasar dan motorik
halus banyak menentukan kemampuan adaptif
yaitu: asimilasi dan akomodasi. Pada awalnya
kelahiran bayi gerakan motorik ini belum terarah,
namun lama-lama gerakan motorik ini akan
berarah dan mempuyai tujuan yang jelas.
Gerakan motorik yang jelas dan terarah ini
akan banyak membantu anak dalam melakukan
adaptasi, sehingga pada waktu belajar atau
mengamati akan lebih mudah terjadi asimilasi dan
akomodasi. Anak tunagrahita mengalami
perkembangan motorik yang lebih lambat
dibandingakan dengan anak normal, sehingga
kemampuan adaptifnya yaitu asimilasi dan
akomodasinya kurang berkembang dengan baik.
4) Penalaran
Anak tunagrahita mempunyai penalaran
yang rendah, sehingga kemampuan berpikir logis,
nalar dan abstrak kurang atau tidak dapat
berkembang dengan baik, oleh karena itu
mengajar pada anak tunagrahita lebih baik
menggunakan benda-benda yang kongkrit.
Endang Supartini (2007:74) mengatakan
bahwa karakteristik yang menonjol pada anak
tunagrhita pada fungsi kognitifnya yaitu pada
kemampuan akademiknya. Anak tunagrhita dapat
mengalami ketinggalan kelas 2 atau 5 tingkat
dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya,
terutama pada kemampuan bahasa. Paula Anne

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 29


(2007: 74) menjelaskan bahwa anak tunagrahita
mempunyai kemampuan kosakata terbatas
Berdasarkan penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa anak tunagrahita mempunyai
hambatan dalam proses belajar dan bagaimana
proses informasi berlangsung. Proses informasi
tersebut meliputi: ingatan, persepsi,
perkembangan motorik dan penalaran. Ada 3
komponen dalam ingatan yaitu menangkap,
menyimpan dan mereproduksi. Pada anak
tunagrahita lemah juga lambat dalam menangkap
pesan yang diberikan orang lain, anak tunagrahita
lemah dalam menyeleksi, mengorganisasi pesan
yang diterimanya dan kurang mampu untuk
menyimpulkan objek yang diamati dengan cepat,
sehingga untuk mempelajari sesuatu pada anak
tunagrahita membutuhkan waktu yang relatif lama
dan mempunyai penalaran yang rendah.

C. ABK YANG MENDAPATKAN KONSELING


1. Slow Learner
(a) Pengertian slow learner
Menurut Derektorat Pendidikan Luar Biasa ( 2004:22 )
Mereka termasuk kategori “borderline” (garis batas) yang
secara pendidikan disebut “slow learner” (lambat belajar).
Pengertian borderline (lambat belajar) yang dikutip dalam
buku “Pedoman Penyelenggaraan Terpadu atau Inklusi” adalah
anak yang memiliki potensi intelektual sedikit dibawah anak
normal (biasanya memiliki IQ sekitar 70-90). Dalam beberapa
hal anak lambat belajar mengalami hambatan atau
keterlambatan berfikir, merespon rangsangan dan adaptasi
sosial, tetapi masih jauh lebih baik di banding anak
tunagrahita, lebih lamban dibanding dengan anak normal,
mereka butuh waktu lama dan berulang-ulang untuk
penguasaan materi dan dalam menyelesaikan tugas-tugas
akademik maupun non akademik, karenanya memerlukan
layanan bimbingan konseling dan tutor sebaya.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 30


Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seorang
individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau hasil
belajar. Belajar juga merupakan kewajiban bagi setiap orang
beriman agar memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka
meningkatkan derajat kehidupan mereka.
Dalam aktifitas belajar, misalnya dalam hal menghafal,
berhitung, membaca dan menulis terdapat kendala, seperti
yang di alami anak borderline (lambat belajar). Menurut
Weschler, borderline bisa juga disebut slow learner atau
lambat belajar adalah anak-anak yang mengalami masalah
bahasa, baik bahasa verbal maupun bahasa tulis. Bila
seseorang anak bermasalah dengan bahasa, maka ia juga akan
mengalami kesulitan untuk memahami konsep, sulit mencerna
informasi dan sulit mengutarakan pemikiran-pemikirannya.
Diantara klasifikasi subnormal dan normal masih terdapat
kategori tingkat intelegensi yang disebut borderline atau garis
batas IQ antara 66-79 menurut Weschler, dan IQ antara 70-80
menurut Terman.Di atas klasifikasi borderline adalah
kelompok individu yang dikategorikan sebagai agak bodoh
atau agak normal sampai selanjutnya pada batas intelegensi
superior.
2. Ciri – Ciri Slow Learner
Menurut Abdurahman dkk ( 2003:28 ) ciri-ciri atau
karakteristik yang diamati pada anak borderline (lambat
belajar), sebagai berikut:
1) Nilai rata-rata yang dicapai sebagian besar atau seluruh
mata pelajaran kurang dari 6,0.
2) Dalam menyelesaikan tugas akademiknya sering terlambat
dengan dari pada teman-temannya seusianya.
3) Daya tangkap terhadap pelajaran lamban.
4) Pernah tidak naik kelas.
5) Mudah frustasi atau menghindari tugas-tugas sekolah yang
cukup sulit baginya.
Menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2004:20-22)
anak borderline (lambat belajar) memiliki kebutuhan
pembelajaran khusus, antara lain:

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 31


1) Waktu yang lebih lama dibandingkan anak lain.
2) Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu cepat
dalam memberikan penjelasan.
3) Diperbanyak latihan dari pada hafalan dan pemahaman.
4) Menuntut digunakannya media pembelajaran yang variatif
oleh guru dan diperbanyak kegiatan remidial
Dari sisi perilaku, mereka cenderung pendiam dan pemalu
dan mereka kesulitan untuk berteman.Anak-anak lambat
belajar ini juga cenderung kurang percaya diri.Kemampuannya
berpikir abstraknya lebih rendahdibandingkan dengan anak
pada umumnya.Mereka memiliki rentang perhatian yang
pendek. Anak borderline (slow learner) memiliki ciri fisik
normal tapi saat disekolah mereka sulit menangkap materi,
responnya lambat dan kosakata juga kurang, sehingga saat
diajak berbicara kurang jelas maksudnya.
3. Bentuk-bentuk Slow Learner
Belajar merupakan suatu proses dari seorang individu yang
berusaha untuk mencapai tujuan belajar atau hasil belajar
dalam proses atau aktifitas belajar, misalnya dalam hal
menghafal, berhitung, membaca dan menulis terdapat kendala
seperti yang dialami oleh anak borderline (lambat belajar).
Menurut Soemantri (2006:20) kendala secara umum yang di
alami oleh anak borderline (lambat belajar) dapat di uraikan
dalam berbagai aspek, sebagai berikut:
1) Aspek kognitif
Meliputi masalah-masalah dalam hal kemampuan
berbicara, membaca, menulis, mendengarkan, berpikir dan
matematis semuanya merupakan penekanan terhadap aspek
akademik atau kognitif.
2) Aspek bahasa
Bahasa reseptif adalah kecakapan menerima dan
memahami bahasa. Bahasa ekspresif adalah kemampuan
mengekspresikan diri secara verbal. Dalam proses belajar
kemampuan berbahasa merupakan alat untuk memahami
dan menyatakan pikiran. Masalah kemampuan berbahasa
akan berpengaruh signifikan terhadap kegagalan belajar.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 32


3) Aspek motorik
Keterampilan motorik perseptual ini sangat
diperlukan untuk mengembangkan keterampilan meniru
rancangan atau pola. Kemampuan ini sangat diperlukan
untuk menggambar, menulis atau menggunakan gunting.
Keterampilan tersebut sangat memerlukan koordinasi yang
baik antara tangan dan mata.
4) Aspek sosial dan emosi
Kelabilan emosi dan keimplusifan, kelabilan
emosional ditunjukkan oleh sering berubahnya suasana hati
dan tempramen. Keimplusifan merujuk kepada lemahnya
pengendalian terhadap dorongan-dorongan berbuat
4. Identifikasi Slow Learner
Siswa yang mengalami masalah belajar seperti siswa
borderline (lambat belajar) dapat dikenali melalui prosedur
pengungkapan melalui hasil tes dan hasil non tes.
1) Prosedur pengungkapan melalui tes adalah usaha
memahami individu dengan menggunakan alat-alat yang
bersifat mengukur atau mengetes dan pada tes alat yang
digunakan sudah dibakukan serta sudah diketahui Validitas
dan Reabilitasnya.
Macam-macam tes diantaranya:
a) Tes Intelegensi atau Kemampuan Dasar
Tes Intelegensi ini digunakan untuk mengukur
kemampuan dasar dan biasanya diukur atau diungkap
dengan mengadministrasikan tes intelegensi yang
sudah baku. Adapun klasifikasi tingkatan intelektual
manusia menurut strata IQ-nya, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis bahwa
tingkatan intelegensi anak borderline (lambat belajar)
terletak di tingkat nomor empat dari yang paling bawah
b) Tes Bakat
Tes bakat digunakan untuk mengukur
kemampuan dalam aspek-aspek khusus, mislanya
aspek verbal atau kemampuan menggunakan bahasa,
numerikal atau kemampuan menggunakan angka-
angka.Hasil-hasil pengukuran bakat sangat penting

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 33


baik bagi kelanjutan studi dan program pemilihan
program belajar.
c) Tes Kepribadian
Tes kepribadian yaaitu mengukur segi-segi
diluar intelegensi, bakat dan prestasi belajar.Tes
kepribadian adalah tes yang mengukur sifat-sifat atau
karakteristik primer dan sekunder, misalnya sifat
introversi, ekstraversi, stabilitas emosi, rasa humor,
kehidupan seksual, kepercayaan diri pada diri sendiri
dan popularitas.
d) Tes Prestasi Belajar
Menurut Surya (2007:28-29) Tes ini meupakan
tes untuk mengukur prestasi belajar pada berbagai mata
pelajaran yang di ikuti siswa.Tes prestasi belajar
mempunyai beberapa fungsi sesuai dengan tujuannya
ada yang berfungsi sebagai tes formatif, tes sumatif, tes
diagnostik atau pun tes penempatan.
2) Menurut Surya (1975:50-64) Prosedur pengungkapan
melalui non tes adalah cara mengumpulkan data dengan
menggunakan alat-alat yang tidak baku dan bukan bersifat
pengukuran. Alat yang tergolong non tes, diantaranya :
1) Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan suatu teknik
pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut
dilakukan dengan dialog (tanya-jawab) secara lisan,
baik langsung diperoleh dari individu yang
bersangkutan atau sebaliknya tidak langsung, melalui
wawancara dengan orang tua murid untuk memperoleh
keterangan mengenai anaknya.
2) Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk
mengamati secara langsung ataupun tidak langsung
terhadap kegiatan-kegiatan yang sedang berlangsung,
baik disekolah maupun di luar sekolah.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 34


Ada beberapa alat observasi yang digunakan
diantaranya:
a. Catatan Anekdot
Anecdotal record biasanya juga disebut
daftar riwayat kejadian. Catatan anekdot
merupakan suatu bentuk catatan peristiwa yang
dianggap penting dalam suatu situasi. Karena
catatan anekdot berisi catatan peristiwa-peristiwa
yang terjadi secara inindentil (sewaktu-sewaktu)
baik yang bersifat individual maupun kelompok.
b. Daftar Cek List
Daftar cek atau sering disebut cek list
merupakan suatu daftar mengandung faktor-faktor
atau problem-problem yang mungkin muncul dan
diselidiki. Pengamat tinggal memberikan tanda cek
(√) problem yang muncul dan telah berada dalam
daftar yang disediakan. Dengan daftar cek
diharapkan permasalahan yang diselidiki lebih
terarah dan sistematis.
c. Skala penilaian (rating scale)
Dalam skala penilaian aspek yang
diobservasi dijabarkan dalam bentuk skala. Bentuk
ini dipakai untuk mengobservasi suatu situasi
secara kualitatif, maka aspek yang akan
diobservasi dijabarkan kedalam bentuk alternatif
yang masing-masing memiliki nilai berlainan.
Dimulai dari nilai yang paling rendah sampai
kepada nilai yang paling tinggi. Misalnya dalam
mengobservasi kebiasaan mengganggu teman pada
seorang siswa, maka dijabarkan dalam suatu skala
dari “selalu”, “sering”, kadang-kadang”, sampai ke
“tidak pernah”.
d. Alat-alat mekanis (mechanical devices)
Dalam obsevasi banyak dipergunakan alat-
alat mekanis, elektronik dan optis untuk
memudahkan dan mengabadikan hal-halyang telah
ditelaah.Misalnya kamera dan tape recorder.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 35


e. Angket (Questioner)
Angket merupakan serangkaian pertanyaan
yang diajukan kepada responden untuk mendapat
jawaban. Terdapat dua bentuk pertanyaan, yaitu :
pertanyaan tertutup yaitu pertanyaan dimana
responden tinggal memilih jawaban-jawaban yang
telah disediakan dalam kuesioner. Selanjutnya
pertanyaan terbuka yaitu pertanyaan itu masih
memberikankesempatan yang seluas-luasnya bagi
responden untuk memberikan jawaban atau
tanggapannya terhadap kuesioner tersebut.
f. Sosiometri
Sosiometri merupakan alat yang tepat untuk
mengumpulkan data mengenai hubungan-
hubungan sosial dan tingkah laku sosial murid.
Dari data sosiometris dapat diketahui frekuensi
pemilihan, intensitas pergaulan, status pemilihan
atau penolakan, dan popularitas dalam pergaulan.
g. Biografi dan catatan harian
Biografi atau riwayat catatan hidup dan
catatan harian dapet merupakan salah satu teknik
mengumpulkan data tentang murid.Siswa disuruh
untuk mencatat berbagai kejadian tentang dirinya
baik yang sudah dialami atau sedang dialami dan
yang masih menjadi cita-cita.
h. Studi dokumenter
Banyak data tentang murid yang sudah
dicatat dalam beberapa dokumen seperti dalam
buku induk, raport, buku pribadi, surat-surat
keterangan. Data tersebut sangat berguna untuk
dijadikan bahan pemahaman murid.
i. Studi kasus (Case Study)
Studi kasus adalah suatu studi
komperhensif dengan menggunakan berbagai
teknik, bahan dan alat mengenai gejala, ciri-ciri
atau karakteristik berbagai jenis masalah atau
tungkah laku menyimpang,

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 36


(b) Faktor-faktor borderline (lambat belajar)
Menurut Ibid (81-83) faktor yang menjadi penyebab
siswa borderline, diantaranya:
Faktor Hereditas (Internal) yang meliputi :
1) Keadaan fisik, diantaranya:
a) Kematangan
Terjadi akibat adanya perubahan-perubahan
kuantitatif didalam struktur jasmani yang dibarengi
dengan perubahan-perubahan kualitatif terhadap
struktur tersebut. Dengan kematangan kondisi fungsi
fisiologus termasuk sistem syaraf dan fungsi otak
menjadi berkembang. Hal ini akan menumbuhkan
kapasitas mental seseorang yang dapat mempengaruhu
belajar.
b) Usia kronologis
Menurut Supriyono dkk (2004:144-
145)pertambahan dalam hal usia selalu dibarengi
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan.
Semakin tua usia individu semakin meningkat
pulakematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Usia
kronologi merupakan faktor penentu tingkat
kemampuan belajar individu
c) Kesehatan
Kondisi tubuh yang tidak sehat akan mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang
dan kurang semangat, sehingga saraf otak tidak mampu
bekerja secara optimal memproses, mengelola,
menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran
melalui indranya. Aspek ini bisa dipengaruhi oleh gizi
yang kurang memadai yang diterima oleh anak.

(c) Keadaan psikologis


1) Kemampuan mental (Intelegensi)
Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan
segala persoalan yang dihadapi dengan baik dan sebaliknya
anak dengan IQ rendah tidak dapat menyelesaikan
persoalan dengan baik.Anak yang memiliki IQ 140 >

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 37


tegolong anak genius, anak yang memiliki IQ 110-140
tergolong anak cerdas, anak yang memiliki IQ 90-110
tergolong anak yang normal. Sedangkan mereka yang
mempunyai IQ 90 < tergolong anak lemah mental.Anak
seperti ini yang mengalami kesulitan belajar. Mereka biasa
digolongkan atas debil, embisil, ediot.
2) Bakat
Adalah potensi atau kecakapan dasar yang dibawa
sejak lahir.Setiap individu mempunyai bakat yang berbeda-
beda. Misalnya seseorang yang berbakat melukis mungkin
di bidang lain akanketinggalan dan seseorang akan lebih
mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya.
3) Minat
Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu
pelajaran disebabkan tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak
sesuai dengan kecakapan dan tidak sesuai dengan tipe-tipe
khusus anak (modalitas belajar).
4) Motivasi
Berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan
perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar
motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

(d) Faktor Lingkungan (Eksternal)


1) Lingkungan Keluarga
Menurut Derektorat Pendidikan Luar Biasa (2004:6)
keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama,
meliputi bagaimana cara orang tua dalam mendidik anak,
hubungan orang tua dan anak, hal ini ditunjukkan dengan
kasih sayang yangditerima anak dari orang tua, perhatian
atau penghargaan kepada anak, bimbingan dari orang tua
kepada anak. Selain itu apabila orang tua yang mempunyai
harapan yang terlalu tinggi terhadap anak sedangkan
harapan tersebut tidak sesuai dengan kemampuan anak
justru menimbulkan masalah yang cukup serius bagi anak.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 38


2) Lingkungan Sekolah
Merupakan unsur-unsur yang mendukung dalam
kegiatan belajar mengajar disekolah, meliputi
profesionalisme guru dalam pengambilan metode
pembelajaran, relasi guru dan siswa yang tidak harmonis,
kondisi gedung (ruang belajar) yang nyaman untuk siswa
dan kurikulum sekolah. Kurikulum yang sering berubah
akan menyebabkan timbulnya masalah yang cukup serius
bagi siswa. Sebaiknya perubahan kurikulum diterapkan
dengan memperhatikan aspek kesiapan dan perkembangan
siseswa sebagai subyek belajar.
3) Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga dapat menjadi sumber
timbulnya masalah. Lingkungan masyarakat yang baik,
selalu mendukung kehadiran sekolah dimasyarakatnya
sehingga sekolah dapat berkembang dengan baik.
Anak borderline (lambat belajar) memiliki
kebutuhan pembelajaran khusus antara lain:
a) Waktu yang lebih lama dibanding anak yang lain.
b) Ketelatenan dan kesabaran guru untuk tidak terlalu
cepat dalam memberikan penjelasan.
c) Di perbanyak latihan dari pada hafalan dan
pemahaman.
d) Menuntut diadakannya media pembelajaran yang
variatif oleh guru.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 39


BAGIAN TIGA
TERAPI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

A. Terapi Okupasi
Terapi okupasi umumnya menekankan pada kemampuan motorik
halus, selain itu terapi okupasi juga bertujuan untuk membantu
seseorang agar dapat melakukan kegiatan keseharian, aktifitas
produktifitas dan pemanfaatan waktu luang. Terapi okupasi terpusat
pada pendekatan sensori atau motorik atau kombinasinya untuk
memperbaiki kemampuan anak untuk merasakan sentuhan, rasa, bunyi,
dan gerakan. Terapi juga meliputi permainan dan keterampilan sosial,
melatih kekuatan tangan, genggaman, kognitif dan mengikuti arah.
Terapi okupasi diperlukan oleh anak/orang dewasa yang mengalami
kesulitan belajar, hambatan motorik (cedera, stroke, traumatic brain
injury), autisme, sensory processing disorders, celebral palsy, down
syndrome, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), genetic
disorders, aspenger syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan wicara,
gangguan perkembangan (Cerebal Palsy/CP), Pervasive Developmental
Disorder (PDD), dan keterlambatan tumbuh kembang lainnya.

B. Terapi Sensori Integrasi


Sensori integrasi berarti kemampuan untuk mengolah dan
mengartikan seluruh rangsang sensoris yang diterima dari tubuh
maupun lingkungan, dan kemudian menghasilkan respon yang
terarah.Aktivitas fisik yang terarah, bisa menimbulkan respon yang
adaptif yang makin kompleks.Dengan demikian efisiensi otak makin
meningkat. Terapi sensori integrasi meningkatkan kematangan susunan
saraf pusat, sehingga ia lebih mampu untuk memperbaiki struktur dan
fungsinya. Aktivitas sensori integrasi merangsang koneksi sinaptik yang
lebih kompleks, dengan demikian bisa meningkatkan kapasitas untuk
belajar. Layanan terapi ini dapat diterapkan pada: Anak dengan
gangguan perilaku, Autism, Spectrum Disorder (ASD), Down
Syndrome, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), aspenger
syndrome, kesulitan belajar, keterlambatan wicara, gangguan
perkembangan (Cerebal Palsy/CP), Pervasive Developmental Disorder
(PDD), dan keterlambatan perkembangan lainnya.
Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 40
C. Terapi Wicara
Terapi wicara adalah layanan terapi yang membantu bekerja pada
prinsip-prinsip dimana timbul kesulitan berkomunikasi atau gangguan
pada berbahasa dan berbicara bagi orang dewasa maupun anak. Terapi
wicara bertujuan untuk membantu seseorang yang mengalami gangguan
komunikasi, seperti:
1) Anak-anak dengan gangguan berbahasa reseptis (tidak mengerti)
2) Anak-anak dengan gangguan berbahasa ekspresif (sulit
mengungkapkan keinginannya dalam berbicara)
3) Anak-anak dengan gangguan tumbuh kembang khusus (autisme,
down syndrome, tunarungu, dan tunawicara)
4) Anak-anak yang mengalami keterlambatan bicara (speech delay)
5) Anak-anak yang mengalami gangguan artikulasi gagap (stuttering),
cadel, dst
6) Anak-anak dan orang dewasa yang baru selesai menjalani operasi
celah bibir (cleft lip/sumbing) dan celah langit-langit (cleft palate)
7) Gangguan bahasa pada orang dewasa seperti pasca stroke yang
mengalami kehilangan berbahasa (Afasia).

D. Terapi ADL (Aktifitas keseharian)


Salah satu bentuk layanan terapi yang membantu anak-anak untuk
dapat melakukan aktifitas keseharian seperti makan, minum,
berpakaian, bersepatu, bersisir, mandi aktifitas toileting, dst secara
mandiri. Layanan terapi ADL ini pada umumnya diberikan oleh
seseorang okupasi terapis. Layanan terapi ini dapat diterapkan bagi
anak berkebutuhan khusus sehingga anak dapat mandiri dalam
kesehariannya.

E. Terapi Perilaku
Terapi perilaku berupaya untuk melakukan perubahan pada anak
autistik dalam arti perilaku yang berlebihan dikurangi dan perilaku yang
berkekurangan (belum ada) ditambahkan.Terapi perilaku yang dikenal
di seluruh dunia adalah Applied Behavioral Analysis yang diciptakan
oleh O.Ivar Lovaas, PhD dari University of California Los Angeles
(UCLA). Dalam terapi perilaku, fokus penanganan terletak pada
pemberian reinforcement positif setiap kali anak berenspons benar
sesuai instruksi yang diberikan. Tidak ada hukuman (punishmnet)

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 41


dalam terapi ini, akan tetapi bila anak berespons negatif (salah/tidak
tepat) atau tidak berespons sama sekali maka ia tidak mendapatkan
reinforcement positif yang ia sukai tersebut. Perlakuan ini diharapkan
meningkatkan kemugkinan anak untuk berespons positif dan
mengurangi kemungkinan ia berespons negatif (atau tidak berespons)
terhadap instruksi yang diberikan. Layanan terapi ini umumnya
diperuntukan untuk anak dengan gangguan perilaku, pemusatan
pemikiran, dan hiperaktif (ADHD), ADD, maupun autisme.

F. Orthopedagogik (Remidial Teaching)


Orthopedagogik adalah terapi untuk mengatasi kesulitan belajar
khusus pada anak. Kesulitan-kesulitan ini umum terjadi pada anak-anak
usia sekolah dan bisa dideteksi oleh orang tua atau guru, ketika anak
menunjukkan beberapa gejala tertentu.
Membimbing anak untuk menguasai logika dasar dan
kemampuan berpikir secara lebih optimal. Selain itu, remedial teaching
juga bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan membaca,
menulis dan berhitung dasar.Umumnya metode ini digunakan pada
anak dengan kesulitan belajar dan lamban belajar.Semua kesulitan
belajar khusus ini bisa terjadi pada setiap anak, tidak tergantung pada
kondisi fisik maupun intelegensi semata. Sebab terjadinya kesulitan
belajar ini bisa bermacam-macam, termasuk koordinasi pada otak,
motorik halus, faktor neurologis, faktor intelegensi, dst. Materi
mengacu pada pembelajaran akademik di kelas. Layanan terapi ini juga
dapat diterapkan pada anak dengan gangguan:
1) Disleksia (ketidakmampuan mengeja dan menulis)
2) Disgrafia (kesulitan menulis dan berbicara)
3) Diskalkulia (kesulitan berhitung)
4) Disfasia (kesulitan berbahasa verbal)
5) Disortografia (kesulitan dalam mengeja kata)
6) Disnomia (kesulitan dalam menggunakan kata yang tepat untuk
sebuah benda).

G. Fisioterapi
Fisioterapi merupakan salah satu jenis layanan terapi fisik yang
menitik beratkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan
fungsi alat gerak/ fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 42


dengan proses/ metode terapi gerak.Fisioterapi membantu anak
mengembangkan kemampuan motorik kasar. Kemampuan motorik
kasar meliputi otot-otot besar pada seluruh tubuh yang memungkinkan
tubuh melakukan fungsi berjalan, melompat, jongkok dst.
Layanan fisioterapi juga bertujuan untuk membantu seseorang
yang mengalami gangguan fisik untuk memperbaiki gerak sendi (LGS)
dan kekuatan otot (KO) agar dapat berfungsi seperti semula.Layanan
fisioterapi umumnya bagi anak dengan keterbatasan fisik, ketunaan
tubuh/tuna daksa serta anak cerebal palsy/CP dan untuk anak-anak
yang mengalami keterlambatan atau gangguan pada kemampuan
motorikkasar, pasien pasca stroke yang memerlukan pemulihan kondisi
fisiknya serta trauma lain yang menyebabkan penampilan fisik
terganggu.

H. Terapi Musik
Terapi musik adalah salah satu bentuk terapi yang bertujuan
meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang
terdiri dari melodi, ritme, harmoni, tmbre, bentuk dan gaya yang
diorganisir sedemikian rupa hingga tercipta musik yang bermanfaat
untuk kesehatan fisik dan mental.
Layanan terapi ini diperuntukkan bagi semua ketunaan yang ada
serta pada gangguan perkembangan anak seperti autisme, ADHD,
Down Syndrom, dst.

I. Terapi Akupresur dan Akupuntur


Akupresur adalah salah satu bentuk terapi dengan memberikan
pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh.Layanan
terapi ini bertujuan untuk mengurangi bermacam-macam sakit dan nyeri
serta mengurangi ketegangan, kelelahan, dan penyakit.Sedangkan
akupuntur merupakan salah satu bentuk dari pembedahan dengan
menusukkan jarum-jarum ke titik-titik tertentu di badan.
Layanan akupresur dan akupuntur dapat menyembuhkan sakit dan
nyeri yang sukar disembuhkan seperti nyeri punggung, sponditilis, kram
perut, gangguan neurologis, artritis, serta gangguan dalam kesulitan
tidur, hiperaktifitas, kesulitan makan, obesitas, dll.Beberapa jenis
layanan terapi yang telah diuraikan diatas merupakan salah satu dari
sekian banyak jenis terapi yang dapat dipilih bagi anak berkebutuhan

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 43


khusus, terapi tersebut umumnya bersifat individual, baik dalam
kurikulum maupun tata cara teknik pembelajarannya. Hal ini
dikarenakan oleh kebutuhan dan karakteristik pada masing-masing anak
berkebutuhan khusus yang berbeda antara satu anak dengan anak yang
lainnya, tingkat kemajuan terapi tergantung dari asset limitasi yang ada
apada anak. Orang tua banyak yang mengharapkan terapi instan yang
cepat membuahkan hasil, namun hal itu kembali pada karakteristik yang
ada pada anak. Intinya tidak ada program instan yang langsung
membuahkan hasil seketika, semua harus melalui proses yang
sedemikian rupa, kesabaran serta ketekunan.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 44


BAGIAN EMPAT
KONSELING UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

Perkembangan manusia sejak lahir hingga sepanjang hayatnya dilalui


dengan proses belajar. Sejalan dengan pertumbuhan secara fisik maka
berkembang pula kemampuan dan ketrampilannya sebagai hasil dari proses
belajar. Baik belajar sesuatu dengan sadar maupun hal-hal yang dipelajari
tanpa disadari. Baik hal-hal yang sederhana maupun hal-hal yang kompleks
semua dipelajari manusia agar dapan bertahan hidup, beradaptasi dengan
lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya dan meningkatkan
kemampuannya menjadi lebih baik. Terutama belajar yang berkaitan dengan
perilaku dalam kehidupan di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
di lingkungan masyarakat tempat seseorang hidup bermasyarakat.
Tidak semua individu di masyarakat dapat berkembang sebagaimana
mestinya dalam proses belajar berperilaku di lingkungannya. Faktanya
terdapat individu yang mengalami hambatan untuk dapat berperilaku sesuai
yang diharapkan oleh masyarakat, keluarga maupun oleh lingkungan
sekolah. Hal ini dapat dilihat di komunitas sekolah, dimana tidak semua
peserta didik dapat mengembangkan perilaku baik seperti yang diharapkan
oleh teman maupun guru. Maka dipandang perlu adanya individu yang
mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya
mendapat bantuan dari Psikolog sehingga Psikolog dalam kapasitas
kerjanya dapat memberikan bantuan sesuai kebutuhan siswa/peserta didik.
Dalam melaksanakan konseling diperlukan pemahaman terhadap
berbagai pendekatan konseling. Salah satunya adalah pendekatan konseling
behavioral yang dapat menjadi pertimbangan utamanya dalam membantu
siswa dalam hubungannya dengan adanya perubahan perilaku dan
hambatan perkembangan perilaku klien, maka berikut ini akan dibahas
tentang pendekatan konseling behavorial yang dipandang dari berbagai
teori psikologi behavioristik. Dengan memahami teori tersebut diharapkan
psikolog dapat mengimplementasikan teori pendekatan behavioral dalam
melaksanakan tugas memberikan layanan konseling untuk membantu
mengembangkan potensi konseli maupun untuk membantu mengentaskan
masalah klien.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 45


1. PENDEKATAN BEHAVIORAL
A. Konsep Dasar Pendekatan Konseling Behavioral
Manusia adalah mahkluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol
oleh faktor-faktor dari luar. Manusia mengawali kehidupannya
dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi
tersebut menghasilkan pola perilaku yang berulang–ulang sehingga
membentuk kepribadian individu.
Pendekatan behavioral memandang konseling merupakan proses
pendidikan. Pusat konseling adalah membantu klien mempelajari
tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya. Prinsip-prinsip
dan prosedur belajar yang efektif yang digunakan untuk membentuk
dasar-dasar pemberian bantuan kepada klien. Konseling behavioral
memandang tingkah laku sebagai suatu yang dipelajari atau tidak
dipelajari oleh klien. Oleh karena itu, peran psikolog pada konseling
behavioral adalah aktif, sebagai guru, ahli diagnosis dan sekaligus
menjadi model. Dengan demikian klien juga dituntut aktif dan
mengalami sendiri, semua yang menjadi komitmen, alternatif yang
dipilih sehingga terjadi perubahan perilaku untuk mengatasi
masalahnya. Konseling behavioral mula-mula merupakan suatu
metode treatment untuk neorosis
Pengertian behavioral/ behaviorisme adalah satu pandangan
teoritis yang beranggapan, bahwa persoalan psikologi adalah tingkah
laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi mengenai kesadaran dan
mentalitas (JP.Chaplin, 2002:54). Aliran Behaviorisme ini
berkembang pada mulanya di Rusia kemuadian diikuti
perkembangannya di Amerika oleh JB. Watson (1878-1958).
Konseling Behavioral adalah salah satu dari teori-teori
konseling yang ada merupakan bentuk adaptasi dari aliran psikologi
behavioristik, yang menekankan perhatiannya pada perilaku yang
tampak. Pada hakikatnya konseling merupakan sebuah upaya
pemberian bantuan dari seorang psikolog kepada klien, bantuan di
sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia
mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi
krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya
(Yusuf&Juntika,2005:9).

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 46


Sedangkan pengertian konseling menurut Muhamad Surya
(1988:25) mengungkapkan bahwa: konseling merupakan bagian inti
dari kegiatan bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan
dengan masalah individu secara Pribadi. Juntika (2003:15) mengutip
pengertian konseling dari ASCA (American School Conselor
Assosiation ) sebagai berikut Konseling adalah hubungan tatap muka
yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan
pemberian kesempatan dari psikolog kepada klien, psikolog
mempergunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk membantu
kliennya dalam mengatasi maslah-masalahnya. Menurut
Krumboltz& Thoresen (Surya, 1988:187) konseling behavioral
adalah suatu proses membantu orang untuk belajar memecahkan
masalah interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Sejarah
Konseling Behavioral Konseling berkembang pertama kali di
Amerika yang dipelopori oleh Jesse B. Davis tahun1898 yang
bekerja sebagai psikolog sekolah di Detroit (Surya,1988:39).
Dari beberapa pengertian pendekatan konseling behavioral yang
dipaparkan di atas disimpulan bahwa yang dimaksud dengan
pendekatan konseling behavioral adalah sebuah proses konseling
(bantuan) yang diberikan oleh psikolog kepada klien dengan
menggunakan pendekatan-pendekatan tingkah laku (behavioral),
dalam hal pemecahan masalah-masalah yang dihadapi serta dalam
penentuan arah kehidupan yang ingin dicapai oleh diri klien.
Karakteristik konseling behavioral adalah : (a) berfokus pada
tingkah laku yang tampak dan spesifik, (b) memerlukan kecermatan
dalam perumusan tujuan konseling, (c) mengembangkan prosedur
perlakuan spesifik sesuai dengan masalah klien, dan (d) penilaian
yang obyektif terhadap tujuan konseling. Bagi aliran Behaviorisme
yang menjadi focus perhatian Teknik konseling behavioral
didasarkan pada penghapusan respon yang telah dipelajari (yang
membentuk tingkah laku bermasalah) terhadap perangsang, dengan
demikian respon-respon yang baru (sebagai tujuan konseling) akan
dapat dibentuk.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 47


B. Tujuan Pendekatan Konseling Behavioral
Tujuan umum konseling behavioral adalah menciptakan
kondisi-kondisi baru bagi belajar dengan dasar pemikiran bahwa
setiap tingkah laku dipelajari, merupakan tingkah laku adaptif yang
dikehendaki klien. Tujuan-tujuan disini termasuk pengembalian
seorang individu kedalam masyarakat, membantu upaya menolong
diri sendiri, meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial dan
memperbaiki tingkah laku yang menyimpang. Tujuan konseling
yang sifatnya umum dapat dijabarkan ke dalam perilaku yang
spesifik dan hendaknya memperhatikan kriteria sebagai berikut :
a. Memperbaiki tingkah laku yang diinginkan klien
b. Psikolog bersedia membantu belajar tentang proses pencapaiann
tujuan
c. Klien dapat mencapai tujuan tersebut.

C. Hubungan Psikolog-Klien
Psikolog mengendalian proses konseling dan Psikolog
bertanggung jawab atas hasil konseling tersebut. Yang menjadi
perhatian utama psikolog behavioral adalah perilaku yang tampak,
dengan alasan ini banyak asumsi yang berkembang tentang pola
hubungan psikolog-klien lebih manupulatif- mekanistik, namun
seperti dituturkan Rosjidan (1988:243) salah satu aspek yang
essensial dalam terapi behavioral adalah proses penciptaan hubungan
Pribadi yang baik. Untuk melihat hubungan psikolog-klien dalam
seting konseling behavioral dapat kita perhatikan dari proses
konseling behavioral. Proses konseling behavioral yaitu sebuah
proses membantu orang untuk belajar memecahkan masalah
interpersonal, emosional, dan keputusan tertentu. Jika kita
perhatikan lebih lanjut, pendekatan dalam konseling behavioral lebih
cenderung direktif, karena dalam pelaksanaannya psikologlah yang
lebih banyak berperan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa hubungan psikolog –klien :
a. Merumuskan masalah yang dialami oleh klien dan psikolog dapat
membantu menentukan apakah psikolog dapat membantu
pemecahan masalah klien atau tidak.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 48


b. Psikolog mempunyai tanggung jawab besar untuk kegiatan
konseling, khususnya tentang teknik yang digunakan dalam
konseling.

D. Teknik-Teknik Dalam Pendekatan Konseling Behavioral


Teknik konseling yang digunakan untuk mencapai perubahan
perilaku yang diinginkan adalah tujuan utama konseling.Teknik
konseling behavior, didasarkan pada penghapusan respon yang telah
dipelajari dan membentuk tingkah laku bermasalah, sehingga respon
yang baru dapat dibentuk untuk mencapai perubahan perilaku yang
diinginkan untuk mencapai tujuan konseling dan sebagai hasil
konseling.
Prinsip kerja teknik konseling behavioral dalam konseling
behavioral :
1) Memodifikasi perilaku melalui pemberian penguatan agar klien
termotivasi untuk mengubah perilaku dan motivasi tersebut
memiliki kekuatan yang cukup dan dilakukan secara sistematis
dan jelas ditampilkan melalui perilaku klien.
2) Mengurangi frekuensi perilaku yang tidak diinginkan.
3) Memberikan penguaant terhadap respon yang mengakibatkan
terhambatnya kemunculan perilaku yang tidak diinginkan
4) Mengkoordinasikan perubahan perilaku melalui model (film,
tape recorder, atau contoh nyata langsung).
5) Merencanakan prosedur pemberian penguatanterhadap perilaku
yang diinginkan dengan sistem kontrak. Penguatan dapat
diberikan dalam bentuk ganjaran materi dan manfaat sosial.
Keuntungan bisa berbentuk dalam bentuk imbalan materi dan
manfaat sosial.
Dengan memahami prinsip kerja teknik konseling behavioral
maka berikut ini teknik-teknik yang digunakan dalam pelaksanaan
konseling :
a) Latihan asertif :
Teknik ini digunakan untuk melatih klien yang mengalami
kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak
atau benar.Teknik untuk melatih keberanian klien dalam
mengekspresikan tingkah laku-tingkah laku tertentu yang

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 49


diharapkan melalui bermain peran, latihan, atau meniru model-
model sosial. Maksud utama teknik latihan asertif adalah :
(1) Mendorong kemampuan klien mengekspresikan berbagai hal
yang berhubungan dengan emosinya;
(2) Membangkitkan kemampuan klien dalam mengungkapkan
hak asasinya sendiri tanpa menolak atau memusuhi hak asasi
orang lain;
(3) Mendorong klien untuk meningkatkan kepercayaan dan
kemampuan diri; dan
(4) meningkatkan kemampuan untuk memilih tingkah laku-
tingkah laku asertif yang cocok untuk diri sendiri.
b) Home work assigments
Teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas-tugas rumah
untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan
sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang
diharapkan. Dengan tugas rumah yang diberikan, klien
diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide-ide dan
perasaan-perasaan yang tidak rasional dan tidak logis,
mempelajari bahan-bahan tertentu yang ditugaskan untuk
mengubah aspek-aspek kognisinya yang keliru, mengadakan
latihan-latihan tertentu berdasarkan tugas yang diberikan
Pelaksanaan home work assigment yang diberikan psikolog
dilaporkan oleh klien dalam suatu pertemuan tatap muka dengan
psikolog. Teknik ini dimaksudkan untuk membina dan
mengembangkan sikap-sikap tanggung jawab, kepercayaan pada
diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan diri, pengelolaan
diri klien dan mengurangi ketergantungannya kepada psikolog.
c) Reinforcement
Teknik untuk mendorong klien ke arah tingkah laku yang
lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal
(reward) ataupun hukuman (punishment). eknik ini dimaksudkan
untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang irrasional
pada klien dan menggantinya dengan sistem nilai yang positif.
Dengan memberikan reward ataupun punishment, maka klien
akan menginternalisasikan sistem nilai yang diharapkan
kepadanya.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 50


d) Social modeling
Teknik untuk membentuk tingkah laku-tingkah laku baru
pada klien. Teknik ini dilakukan agar klien dapat hidup dalam
suatu model sosial yang diharapkan dengan cara imitasi (meniru),
mengobservasi, dan menyesuaikan dirinya serta mampu
menginternalisasikan norma-norma dalam sistem model sosial
dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh psikolog.

E. Fungsi dan Peranan Psikolog


Para psikolog behavioral secara khas berfungsi sebagai guru
dalam mendiagnosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah
pada tingkah laku yang lebih baik.Psikolog behavioral harus
mengasumsikan adanya peranan aktif dalam treatment, karena
mereka menerapkan pengetahuan ilmiah pada penemuan solusi
permasalahan yang dihadapi manusia.

F. Syarat Psikolog :
1) Psikolog harus memahami bagaimana keadaan klien sekarang
dan hambatan-hambatannya dalam beradaptasi dengan
lingkungan. Oleh karena itu tugas psikolog adalah mendorong
klien untuk melihat kenyataan yang ada pada diri klien serta
mau mencoba menghadapinya.
2) Psikolog sejak awal konseling sudah mengarahkan tujan agar
klien menjadi matang dan mampu menyingkirkan hambatan-
hambatan yang menyebabkan klien tidak dapat menyesuaikan
diri.
3) Pada saat klien menyalahkan diri sendiri, merasa bodoh,
menyatakan kekalahannya terhadap lingkungan dan
mengungkapkan berbagai kelemahannya, maka psikolog
tugasnya adalah membuat perasaan klien bangkit, bersemangat
dan mau menghadapi keadaan yang sebenarnya sehingga
potensinya dapat berkembang secara optimal

G. Karakteristik Konseling Melalui Tahapan-Tahapan


Adapun karakteristik konseling behavioral adalah :
1. Memerlukan kecermatan dalam perumusan tujuan konseling

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 51


2. Mengembangkan prosedur perlakuan spesifik sesuai dengan
masalah klien
3. Penilaian yang obyektif terhadap tujuan konseling.
4. Menciptakan konseling yang positip
5. Mendiagnosis problem-problem keluarga ke dalam istilah
tingkah laku
6. Mengimplementasikan prinsip-rinsip tingkah laku dari penguat
dan model
7. Penggunaan model dan permainan peranan dalam proses
penyembuhan.
8. Adanya kesepakatan atas hal yang akan diubah antara psikolog
dan anggota keluarga

H. Deskripsi Langkah-langkah konseling:


1. Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi
dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan
kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola
hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area
masalahnya). Psikolog mendorong klien untuk mengemukakan
keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment
diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana
yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
2. Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment
psikolog dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin
dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
1) Psikolog dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi
klien
2) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki
sebagai hasil konseling
3) Psikolog dan klien mendiskusikan tujuan yang telah
ditetapkan klien :
a) Apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan
diinginkan klien;
b) Apakah tujuan itu realistic
c) Kemungkinan manfaatnya;

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 52


d) Kemungkinan kerugiannya
e) Psikolog dan klien membuat keputusan apakah
melanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang
akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan
yang akan dicapai, atau melakukan referal.
3. Technique implementation, yaitu menentukan dan
melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai
tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
4. Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian
apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah
dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
5. Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik
untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling.
a. Terminasi lebih dari sekedar menghentikan konseling, yang
meliputi :
Menguji apa yang dilkaukan oleh klien terakhir.
b. Eksplorasi kemungkinan konseling tambahan.
c. Membantu klien dalam mentransfer apa yang dipelajari
dalam konseling tingkah laku klien
d. Memantau secara terus menerus tingkah laku klien

I. Kelebihan dan Kelemahan Konseling Behavioral :


A. Kelebihan Pendekatan konseling behavioral
a) Bagi aliran Behaviorisme yang menjadi focus perhatian adalah
perilaku yang tampak, karena persoalan psikologi
adalahtingkah laku, tanpa mengaitkan konsepsi-konsepsi
mengenai kesadaran dan mental.
b) Sasaran behaviorisme adalah mampu meramalkan reaksi dari
satu pengenalan mengenai kondisi perangsang,dan sebaliknya,
juga mengenali reaksi, agar bisa meramalkan kondisi
perangsang yang mendahuluinya. Inti dari behaviorisme adalah
memprediksi dan mengontrol perilaku.
c) Pendekatan ini lebih efektif untuk membantu klien yang
bermasalah dengan kesulitan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosialnya.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 53


B. Kelemahan Pendekatan Konseling Behaoviral :
a) Manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan
diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang
membentuknya. Tapi sebenarnya selain lingkungan manusia
juga berkembang susiai dengan kemampuan bawaan yang
didukung oleh lingkungan.
b) Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi
terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-
pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Namun
pendekatan ini tidak dapat menghasilkan perubahan berpikir
bagi mereka yang sedang mengalami gejala depresi yang
hanya mengingat lingkungannya berpengaruh buruk terhadap
dirinya.

J. Penerapan Dalam Konseling


Konseling behavioral merupakan adaptasi dari aliran psikologi
behaviorisme yang memfokuskan perhatiannya pada tingkah laku
yang tampak. Pada hakikatnya konselingmerupakan sebuah upaya
pemberian bantuan dari seorang psikolog kepada klien, bantuan di
sini dalam pengertian sebagai upaya membantu orang lain agar ia
mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri.
Dalam pandangan kaum behaviorist (termasuk psikolog
behavioral) manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dirubah
dan dibentuk, manusia bersifat mekanistik dan fasif.Banyak
pendekatan dalam konseling behavioral, dari keseluruhan
pendekatan yang ada semua menjurus pada pendekatan direktif
dimana psikolog lebih berperan aktif dalam penanganannya
masalahnya klien.

2. PENDEKATAN PSIKOANALISA
Teori psikoanalisa sebagai suatu teori tentang pribadi dengan
semua teori-teori lain dalam bidang psikologi, baik dari segi cara yang
digunakannya dalam mengumpulkan data-datanya, ataupun dari segi
proses data tersebut. Teori ini berdiri atas asumsi-asumsi yang diterima
oleh orang-orang yang menganutnya.Teori-teori psikodinamik juga
memusatkan perhatian pada pentingnya pengalaman awal masa kanak-
kanak. Dalam pandangan ini, benih-benih dari gangguan-gangguan

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 54


psikologis sudah ditanamkan pada tahun-tahun awal pertumbuhan.
Karena teori psikoanalisa ini berasal dari Freud, maka penjelasan akan
dimulai dengan sumbangan-sumbangan Freud.
Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiburg, dinegeri
yang pada waktu itu dikenal Australia-Hongoria. Ia mulai sebagai
peneliti, dan kemudian diangkat sebagai dosen penyakit saraf di
Universitas Wina. Ia mulai mengadakan praktek privat dalam bidang
neorologi pada tahun 1886. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di
Wina, tetapi kemudian melarikan diri ke London ketika Nazi mulai
berkuasa. Ia tetap giat menulis sampai meninggal pada tahun 1939.
Ide-ide pokok Freud mengenai pembentukan dan struktur
kepribadian langsung tumbuh dari pengalamannya dalam merawat
pasien neorotik. Misalnya, ia mengetahui bahwa banyak sikap dan
perasaan yang diungkapkan pasien-pasiennya tidak mungkin berasal dari
alam sadar melainkan dari alam bawah sadar. Diantara ciri bawah sadar
yang terpenting, ialah desakan untuk mencapai keinginannya, yang
diikuti oleh bermacam-macam carakadang-kadang dilaksanakan melalui
hilang ingatan, yang membantu orang dalam melepaskan tanggung
jawab yang tidak diingininya. Sama dengan hilang ingatan adalah
keadaan pingsan, dimana orang yang kehilangan kesadaran, tidak akan
merasakan keadaan yang tidak dapat dipikulnya. Pengalaman-
pengalamannya kemudian dalam terapi memberinya keyakinan bahwa
ketidaksadaran merupakan faktor penentu tingkah laku yang penting dan
dinamik.Oleh karena itu, untuk memperjelas pemahaman tentang
pendekatan konseling psikoanalisa maka dalam makalah ini akan
dibahas beberapa point penting dalam materi pendekatan konseling
psikoanalisa.
A. Konsep Dasar
1. Hakikat Manusia
Menurut Corey (2009:15) pandangan Freudian tentang
sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,
mekanistik, dan reduksionistik. Freud berpendapat bahwa
perilaku manusia ditentukan oleh kekuatan-kekuatan irrasional,
motivasi dan peristiwa, dorongan biologis serta dorongan insting
dan peristiwa psikoseksual tertentu pada masa lima tahun
pertama kehidupannya.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 55


Menurut pendekatan aliran Freud, insting adalah
sentral.Insting adalah sumber energi psikis yang dibawa sejak
lahir.Tujuan insting yaitu mempertahankan hidup dan jenis,
yang menjadi sumber insting yaitu kondisi jasmaniah atau
kebutuhan. Jenis insting dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
a. Insting hidup, fungsinya untuk melayani maksud individu
untuk tetap hidup, seperti insting makan, minum.
b. Insting mati, insting agresif (merusak). Freud berpendapat
bahwa setiap orang tanpa disadari berkeinginan untuk mati
atau mencederai diri sendiri atau orang lain.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa manusia dalam
pandangan psikoanalisis merupakan tingkah laku manusia yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan instingnya,
serta tingkah laku manusia dikendalikan oleh pengalaman-
pengalaman masa lalu.
2. Struktur Kepribadian
Pendekatan psikoanalisis ini didasari oleh teori Freud
bahwa kepribadian seseorang mempunyai tiga unsur, yaitu id,
ego, dan superego. Id adalah komponen kepribadian yang berisi
impuls agresif dan orisinal, dimana psinsip kerjanya ‘pleasure
principle’. Ego merupakan ego berpikir secara logis dan realitas
serta memformulasikan rencana tindakan demi pemuasan
kebutuhan. Superego bagian moral dari kepribadian manusia,
merupakan filter dari sensor baik-buruk, salah-benar yang
dilakukan oleh dorogan ego. Fungsinya adalah sebagai wadah
impuls id, untuk menghimbau ego agar menggantikan tujuan
yang moralistik dengan yang realistik, serta memperjuangkan
kesempurnaan.
3. Mekanisme Pertahanan Ego
Dalam aliran psikoanalisis dari Sigmund Freud,
mekanisme pertahanan ego adalah strategi psikologis yang
dilakukan seseorang, sekelompok orang, atau bahkan suatu
bangsa untuk berhadapan dengan kenyataan dan
mempertahankan citra diri. Orang yang sehat biasa
menggunakan berbagai mekanisme pertahanan selama
hidupnya. Mekanisme tersebut menjadi patologis bila

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 56


penggunaannya secara terus menerus membuat seseorang
berperilaku maladaptif sehingga kesehatan fisik dan/atau mental
orang itu turut terpengaruhi. Kegunaan mekanisme pertahan ego
adalah untuk melindungi pikiran/diri/ego dari kecemasan.
Mekanisme pertahanan dilakukan oleh ego sebagai salah satu
bagian dalam struktur kepribadian menurut psikoanalisis Freud
selain id, dan super ego. Mekanisme tersebut diperlukan saat
impuls-impuls dari id mengalami konflik satu sama lain, atau
impuls itu mengalami konflik dengan nilai dan kepercayaan
dalam super ego, atau bila ada ancaman dari luar yang dihadapi
ego. Faktor penyebab perlunya dilakukan mekanisme
pertahanan adalah kecemasan. Bila kecemasan sudah membuat
seseorang merasa sangat terganggu, maka ego perlu menerapkan
mekanisme pertahanan untuk melindungi individu.
Adapun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan ego,
diantaranya (Corey, 2009: 18):
a. Represi : suatu cara pertahanan untuk menyingkirkan dari
kesadaran pikiran dan perasaan yang mengancam. represi
terjadi secara tidak disadari.
b. Penyangkalan: pertahanan melawan kecemasan dengan
menutup mata terhadap keberadaan kenyataan yang
mengancam
c. Fiksasi : menjadi terpaku pada tahap-tahap perkembangan
yang lebih awal karena mengambil langkah selanjutnya bisa
menimbulkan kecemasan
d. Regresi : melangkah mundur ke fase perkembangan yang
lebih awal
e. Rasionalisasi : menciptakan alasan-alasan “baik” untuk
menjelaskan egonya yang terhantam. rasionalisasi membantu
untuk membenarkan berbagai tingkah laku spesifik dan
membantu untuk melemahkan pukulan yang berkaitan
dengan kekecewaaan. misalnya bila orang tidak mendapatkan
posisi yang diinginkannya dalam pekerjaan, mereka
memikirkan alasan-alasan logis mengapa mereka tidak
mendapatkannya, dan kadang-kadang mereka berusaha
membujuk dan meyakinkan dirinya sendiri bahwa sebenarnya
dia tidak menghendaki posisi tersebut.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 57


f. Sublimasi : menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau
yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-
dorongannya.
g. Displacement/pemindahan : salah satu cara menghadapi
anxietas adalah dengan memindahkannya dari objek yang
mengancam kepada objek “yang lebih aman”. misalnya orang
penakut yang tidak kuasa melawan atasannya melampiaskan
hostilitasnya di rumah kepada anak-anaknya
h. Reaction Formation/pembentukan reaksi: melakukan
tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar.
4. Tahap-Tahap Perkembangan Kepribadian
Freud mengembangkan teori infantile sexuality dimana
libido mendorong manusia kearah pencarian kesenangan. Libido
mempunyai sifat bawaan seksual, tetapi sebenarnya mencakup
seluruh hal yang menopang kesenangan.Mulai masa kanak-
kanak sampai dewasa, individu didorong oleh libidonya ke arah
kematangan. Fase-fase seksual dibagi menjadi lima (Corey,
2009: 21), yaitu:
1. Fase oral, terjadi pada tahun pertama, dimana energi libido
berpusat pada sekitar mulut.
2. Fase anal, umur satu sampai tiga tahun, kepuasan terletak
pada anus.
3. Fase falik, 3-6 tahun, pada fase ini alat kelamin merupakan
daerah erogen terpenting.
4. Fase laten, 6-12 tahun, pada saat ini terjadi penurunan energi
dan minat seksual, minat seks diganti pada sekolah, teman
bermain, olahraga dan sebagainya. Tahap ini adalah masa
sosialisasi.
5. Fase pubertas, kira-kira 12-20 tahun. Pada fase ini impuls-
impuls menonjol kembali, apabila ini tidak dipindahkan dan
disublimasikan oleh das ich dengan berhasil maka sampai
kepada fase kematangan terakhir yaitu fase genital.
6. Fase genital, yaitu fase dimana individu akan sampai pada
taraf perkembangan yang sempurna.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 58


B. Tujuan Konseling
Tujuan konseling pendekatan psikoanalisis adalah membentuk
kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran
yang tak disadari didalam diri klien. Proses pendekatan ini
difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-
pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa
lampau direkontruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan
sasaran merekontruksi kepribadian. Pendekatan psikoanalisis
menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketidaksadaran
diketahui.Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti
penting, tetapi perasaan dan ingatan yang berkaitan dengan
pemahaman diri lebih penting lagi.

C. Pola Hubungan Psikolog dan Klien


Dalamkonseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan
psikolog dengan klien, yaitu aliansi dan transferensi.
1. Aliansi, sikap klien kepada psikolog yang relatif rasional,
realistik, dan tidak neurosis (merupakan prakondisi untuk
terwujudnya keberhasilan konseling).
2. Tranferensi
a. Pengalihan segenap pengalaman klien di masa lalunya
terhadap orang-orang yang menguasainya yang ditujukan
kpd psikolog
b. Merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk
dianalisis
c. Membantu klien untuk mencapai pemahaman tentang
bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,
menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada
saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
Sebagai hasil hubungan terapeutik, khususnya penggarapan
situasi transferensi, klien memperoleh pemahaman terhadap
psikodinamika tak sadarnya. Kesadaran dan pemahaman atas bahan
yang didepresi merupakan landasan bagi proses pertumbuhan
analitik. Klien mampu memahami asosiasi antara pengalaman-
pengalaman masa lampaunya dengan kehidupan
sekarang.Pendekatan psikoanalisa berasumsi bahwa kesadaran diri
ini bisa secara otomatis mengarah pada perubahan kondisi klien.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 59


D. Teknik-teknik Pendekatan Psikoanalisa
Menurut Pervin (2010:131) dan Corey (2009:42) teknik-teknik
yang dilakukan dalam pendekatan psikoanalisa ini adalah:
1. Asosiasi bebas
Teknik utama pendekatan psikoanalisa adalah asosiasi bebas.
Psikolog meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya
dari pemikiran dan perenungan sehari-hari, dan sebisa
mungkin mengatakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya,
betapapun menyakitkan, tidak logis, dan tidak relevan
kedengarannya.
2. Interpretasi
Mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan
klien, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan
transferensi klien. Psikolog menetapkan, menjelaskan dan
bahkan mengajar klien tentang makna perilaku yang
termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan
transferensi.
3. Analisis mimpi
Klien diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai
kejadian dalam mimpinya dan psikolog berusaha untuk
menganalisisnya.Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-
masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi
adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah
dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan.
4. Analisis resistensi
Resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk
menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya
penolakannya (resistensi). Psikolog meminta perhatian klien
untuk menafsirkan resistensi.
5. Analisis transferensi
Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan
harapan masa lalu.Dalam hal ini, klien diupayakan untuk
menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu
terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang
oleh klien dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke
psikolog. Biasanya klien bisa membenci atau mencintai
psikolog.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 60


E. Pengalaman Klien dalam Konseling
Klien dalam menjalani proses konseling harus melaporkan
perasaan-perasaan, pengalaman-pengalaman, asosiasi-asosiasi,
ingatan-ingatan dan fantasi-fantasinya melalui beberapa tahapan
pertemuan klien menjalani konseling secara intensif.

F. Peranan atau Tugas Psikolog


Menurut Sayekti (1993:45) peranan atau tugas psikolog dalam
pendekatan konseling psikoanalisis ini yaitu:
1. Psikolog berfungsi sebagai penafsir dan penganalisis, peranan
yang dilakukan yaitu:
a. Mendorong klien mendapatkan kesadaran diri, kejujuran dan
hubungan personal yang efektif
b. Menciptakan hubungan kerja dengan klien dan kemudian
melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan
menafsirkan.
c. Psikolog memberikan perhatian kepada resistensi klien
Fungsinya adalah mempercepat proses penyadaran hal-hal yang
tersimpan dalam ketidaksadaran.

G. Syarat-Syarat psikolog
Psikolog psikoanalisis harus memiliki kemampuan dalam
bidang:
1. Pengetahuan :tentang struktur kepribadian
2. Sikap :mampu menerima klien apa adanya, yaitu
orang yang sakit dan memerlukan penyembuhan.
3. Keterampilan :memiliki kemampuan dan terampil
mengungkapkan kehidupan bawah sadar klien dengan
menggunakan teknik tertentu.

H. Karakteristik Konseling
Karakteristik konseling dalam pendekatan psikoanalisis melalui
beberapa tahap konseling, diantaranya:
1. Tahap membina hubungan baik selama proses konseling
2. Tahap krisis bagai klien, yaitu kesukaran bagi klien dalam
mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi
(pemindahan)

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 61


a. Transferensi adalah klien menghidupkan kembali
pengalaman mas lalu dan konflik masa lalu yang berkaitan
(berhubungan) dengan cinta, seksualitas, kebencian dan
kecemasan yang dibawa klien ke masa sekarang.
b. Psikolog membantu klien dalam mengemukakan masalah
yang dialami klien.
c. Psikolog membantu klien dalam mengungkapkan
(menghidupkan) kembali pengalaman masa lalu dan konflik
masa lalunya yang berkaitan dengan cinta, seksualitas,
kebencian dan kecemasa ke amsa sekarang.
3. Tahap menilik masa lalu klien, masa lalu klien perlu ditilik atau
ditelaah terutama pada masa kanak-kanak.
4. Tahap pengembangan resistensi
Resistensi, yaitu bertahan, tertutup, tidak terbuka, tidak mau
terlibat. Gejala resistensi yang perlu dikendali/diketahui pada diri
klien adalah:
a. Klien berbicara terlalu formal / resmi :
1) Berbicaranya dipermukaan saja, tidak memperdalam
menyangkut masalahnya
2) Menutup hal-hal yang sifatnya pribadi (tidak berbicara
hal-hal yang bersifat pribadi)
b. Klien malas atau enggan untuk berbicara (klien lebih banyak
diam saja)
c. Klien bersifat defensif (bertahan)
1) Bertahan tidak mau bicara tentang hal-hal yang rahasia
2) Mempertahankan hal-hal yang rahasia
3) Menolak, membantah, menghindar, tidak mau berbagi
Resistensi (sikap bertahan) klien jangan dibairkan tapi harus
diatasi oleh psikolog dengan cara sebagai berikut:
1) Mengatasi faktor-faktor penyebab tersebut diatas
2) Mengalihkan topik pembicaraan
3) Memberi motivasi
4) Menaikkan/menurunkan level atau tingkat diskusi
tergantung kemampuan klien.
Sikap resisten tidak hanya terjadi pada diri klien,
tetapi psikolog dapat pula bersifat resisten (bertahan) karena:

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 62


1) Ada perasaan cemas (kekalutan pikiran) karena masalah
keluarga, pekerjaan, dan keuangan keluarga
2) Psikolog sedang mengalami frustasi (putus asa) dan
konflik
3) Psikolog yang merangkap jabatan, sehingga psikolog
menganggap dirinya sebagai atasan dan klien sebagai
bawahannya. Karena itu psikolog dapat memberi
instruksi, nasehat, dan memarahi klien. Sedangkan klien
harus patuh pada psikolognya.
5. Tahap pengembangan hubungan transferensi klien dengan
psikolog
6. Tahap melanjutkan lagi hal-hal yang resisten
7. Tahap menutup wawancara konseling

I. Kelebihan dan Kelemahan


Psikoanalisis berkembang dari ilmu kedokteran dan konsepnya
dipakai tidak hanya dalam bidang psikologi tetapi juga bidang lain
diluar psikologi. Teori psikoanalisa dari Freud dapat berfungsi
sebagaia tiga macam teori, yaitu sebagai teori kepribadian, sebagai
teknik analisa kepribadian, sebagai metode terapi (penyembuhan).
Adapun beberapa kelebihan dalam pendekatan konseling
psikoanalisis, diantaranya:
1. Riset eksperimental terhadap kesadaran diilustrasikan oleh studi
persepsi tanpa kesadaran, walaupun masih ada perdebatan
mengenai arti penting fenomena bawah sadar, hampir semua
psikolog setuju bahwa seseorang dapat dipengaruhi oleh stimuli
yang berada diluar kesadaran seseorang
2. Bisa mengungkapkan bawah alam sadar dan masa lalu yang
tertekan
3. Pemahaman atas nilai dan peran transferensi yang muncul pada
banyak hubungan konseling
Selain kelebihan, pendekatan konseling psikoanalisis
mempunyai beberapa kelemahan, diantaranya:
1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan
martabat kemanusiaan.
2. Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan
menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh masa lalu.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 63


Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung jawab
individu berkurang.
3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4. Data penelitian empiris kurang banyak mendukung sistem dan
konsep psikoanalisis, seperti konsep tentang energi psikis yang
menentukan tingkah laku manusia.

J. Penerapan Aplikasi
Ada beberapa penerapan aplikasi dalam pendekatan konseling
psiokoanalisis ,diantaranya :
1. ”Manusia adalah Makhluk yang Memiliki Kebutuhan dan
Keinginan”.
Konsep ini dapat dikembangkan dalam proses bimbingan,
dengan melihat hakikatnya manusia itu memiliki kebutuhan-
kebutuhan dan keinginan-keinginan dasar. Dengan demikian
psikolog dalam memberikan bimbingan harus selalu berpedoman
kepada apa yang dibutuhkan dan yang diinginkan oleh konseli,
sehingga bimbingan yang dilakukan benar-benar efektif.
2. “Kecemasan”yang dimiliki manusia dapat digunakan sebagai
wahana pencapaian tujuan bimbingan, yakni membantu individu
supaya mengerti dirinya dan lingkungannya; mampu memilih,
memutuskan dan merencanakan hidup secara bijaksana; mampu
mengembangkan kemampuan dan kesanggupan, memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupannya; mampu mengelola
aktivitasnya sehari-hari dengan baik dan bijaksana; mampu
memahami dan bertindak sesuai dengan norma agama, sosial,
dalam masyarakat.
3. Dengan demikian kecemasan yang dirasakan akibat
ketidakmampuannya dapat diatasi dengan baik dan bijaksana.
Karena setiap manusia selalu hidup dalam kecemasan,
kecemasan karena manusia akan punah, kecemasan karena tidak
dapat bersosialisasi dengan lingkungan dan lain-lain
4. Bimbingan merupakan wadah dalam rangka mengatasi
kecemasan.
5. Pengaruh masa lalu (masa kecil) terhadap perjalanan manusia.
Walaupun banyak para ahli yang mengkritik, namun dalam
beberapa hal konsep ini sesuai dengan konsep pembinaan dini

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 64


bagi anak-anak dalam pembentukan moral individual. Dalam
sistem pemebinaan akhlak individual, keluarga dapat melatih dan
membiasakan anakanaknya agar dapat tumbuh berkembang
sesuai dengan norma agama dan sosial. Norma-norma ini tidak
bisa datang sendiri, akan tetapi melalui proses interaksi yang
panjang dari dalam lingkungannya. Bila sebuah keluarga mampu
memberikan bimbingan yang baik, maka kelak anak itu
diharapkan akan tumbuh menjadi manusia yang baik.
6. “Tahapan Perkembangan Kepribadian Individu” dapat digunakan
dalam proses bimbingan, baik sebagai materi maupun
pendekatan. Konsep ini memberi arti bahwa materi, metode dan
pola bimbingan harus disesuaikan dengan tahapan perkembangan
kepribadian individu, karena pada setiap tahapan itu memiliki
karakter dan sifat yang berbeda. Oleh karena itu psikolog yang
melakukan bimbingan haruslah selalu melihat tahapan-tahapan
perkembangan ini, bila ingin bimbingannya menjadi efektif.
7. Ketidaksadaran” dapat digunakan dalam proses bimbingan yang
dilakukan pada individu dengan harapan dapat mengurangi
impulsimpuls dorongan Id yang bersifat irrasional sehingga
berubah menjadi rasional.

Teori psikoanalisa dari Freud dapat berfungsi sebagai tiga


macam teori, yaitu sebagai teori kepribadian, sebagai teknik analisa
kepribadian, sebagai metode terapi (penyembuhan). Sebagai teori
kepribadian, psikoanalisa mengatakan bahwa jiwa terdiri dari tiga
sistem yaitu: id (es), super ego (uber ich) dan ego (ich). Id terletak
dalam ketidaksadaran.Ia merupakan tempat dari dorongan-dorongan
primitif, yaitu dorongan-dorongan yang belum dibentuk atau
dipengaruhi oleh kebudayaan, yaitu dorongn untuk hidup dan
mempertahankan kehidupan (life instinch). Bentukan dari dorongan
hidup adalah dorongan seksual atau disebut juga libido dan bentuk
dari dorongan mati adalah dorongan agresi, yaitu dorongan yang
menyebabkan orang ingin menyerang orang lain, berkelahi atau
berperang atau marah. Prinsip yang dianut oleh id adalah prinsip
kesenangan (pleasure prinsiple), yaitu bahwa tujuan dari id adalah
memuaskan semua dororngan primitif ini.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 65


Dalam pendekatan konseling psikoanalisis hampir semua
teknik pendekatan susah diterapkan didaerah Jawa karena nilai-nilai
budayanya, menuntut keahlian psikolog secara lebih dan memakan
waktu yang lama. Sehingga psikolog diharapkan dapat mampu
mempertajam kemampuan dalam praktek konselingnya. Ada
beberapa teori dan pendekatan konseling yang biasa digunakan oleh
para psikolog dalam membantu klien menghadapi masalah.Menurut
Corey dalam bukunya Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi
ada Sembilan aliran, salah satunya adalah teori Eksistensial
Humanistik. Yang di dalamnya memuat tentang enam dimensi dasar
positif yang dimiliki oleh setiap manusia, yaitu : kapasitas akan
kesadaran diri, kebebasan serta tanggung jawab, menciptakan
identitas dirinya dan menciptakan hubungan yang bermakna dengan
orang lain, usaha pencarian makna, tujuan, nilai dan sasaran,
kecemasan sebagai suatu kondisi hidup, dan kesadaran akan
datangnya maut serta ketidakberadaan.
Pendekatan konseling eksistensial berkembang sebagai reaksi
atas dua model utama yang lain, psikoanalisis dan behaviorisme.
Kedudukan psikoanalisis adalah bahwa kemerdekaan terbatas pada
kekuatan-kekuatan, dorongan-dorongan irrasional dan peristiwa yang
telah lewat.Kedudukan behaviorisme adalah bahwa kemerdekaan
terbatas oleh pengkondisian sosial budaya. Meskipun terapi
eksistensial menerima premis bahwa pilihan yang kita ambil terbatas
pada keadaan eksternal, terapi ini menolak pendapat yang
mengatakan bahwa kita ditentukan olehnya. Terapi eksistensial
berdasarkan asumsi bahwa kita bebas dan oleh karenanya
bertanggung jawab atas pilihan yang kita ambil dan perbuatan yang
kita lakukan.
Konseling eksistensial tidak dirancang untuk menyembuhkan
orang seperti halnya model konseling klinis. Klien tidak dipandang
sebagai orang yang sedang menderita sakit, melainkan sebagai orang
yang bosan hidup atau merasa canggung menjalani kehidupan.
Orang-orang semacam itu memerlukan bantuan untuk mensurvai
lapangan dan menemukan cara mereka sendiri yang terbaik. Tujuan
utama dari terapi eksistensial adalah menantang klien untuk
mengenali deretan alternatif serta memilih di antaranya. Sekali klien
mulai menyadari kenyataan bahwa selama ini dia telah secara pasif

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 66


menerima keadaan dan menyerah untuk memulai langkah
pembentukan hidupnya sendiri.
Ada banyak aliran dalam gerakan terapi eksistensial.Tidak
seorang pun yang bisa dikatakan sebagai pendiri gerakan ini. Namun
demikian Ludwing Binswanger, Medard Boss dan Viktor Fankl
merupakan tokoh-tokoh awal dari praktek eksistensial yang utuh,
secara umum mereka percaya bahwa terapis harus masuk ke dunia
subjektif klien tanpa prasangka bahwa hal itu akan menghalangi
pemahaman berdasarkan pengalaman ini.
Psikologi eksistensial atau sekarang berkembang dengan nama
psikologi atau psikologi holistic berawal dari kajian filsafat yang
diawali dari Sorean Kierkigard tentang eksistensi manusia. Sebelum
psikologi modern membuka dirinya pada pemikiran berbasis emosi
dan spiritual yang transenden, psikologi terlebih dahulu dipengaruhi
ole hide-ide humanistik. Psikologi humanistik berpusat pada diri,
holistik, terobsesi pada aktualisasi diri, serta mengajarkan optimism
mengenai kekuatan manusia untuk mengubah diri mereka sendiri dan
masyarakat. Terdapat gerakan eksistensialisme pada abad 19 yang
dikemukakan oleh seorang filsuf bernama Sorean Kierkegaard. Dalil
utama dari eksistensialisme adalah keberadaan individual manusia
yang dialami secara subjektif.
Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara
literal berarti bergerak atau tumbuh ke luar. Dengan istilah ini hendak
dikatakan oleh para eksistensialis bahwa eksistensi manusia
seharusnya dipahami bukan sebagai kumpulan substansi-substansi,
mekanisme-mekanisme, atau pola-pola statis, melainkan sebagai
“gerak” atau “menjadi”, sebagai sesuatu yang “mengada”.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang berusaha
memahami kondisi manusia sebagaimana memanifestasikan dirinya
di dalam situasi-situasi konkret. Kondisi manusia yang dimaksud
hanya berupa ciri-ciri fisiknya (misalnya tubuh dan tempat
tinggalnya), tetapi juga seluruh momen yang hadir pada saat itu
(misalnya perasaaan senangnya, kecemasannya, kegelapannya, dan
lainnya).
Manusia eksistensial lebih sekedar manusia alam (suatu
organisme atau alam, abjek) seperti pandangan behaviorisme, akan
tetapi manusia sebagai “subjek” serta manusia dipandang sebagai

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 67


satu kesatuan yang menyeluruh, yakni sebagai kesatuan individu dan
dunianya. Manusia tidak dapat dipisahkan sebagai manusia individu
yang hidup sendiri tetapi merupakan satu kesatuan dengan
lingkungan dan habitatnya secara keseluruhan. Manusia (individu)
tidak mempunyai eksistensi yang dipisahkan dari dunianya dan dunia
tidak mungkin ada tanpa ada individu yang memaknakannya.
Individu dan dunia saling menciptakan atau
mengkonstritusikan. Dikatakan saling menciptakan, karena manusia
dengan dunianya memang tidak bisa dipisahkan satu dari yang
lainnya.Tidak ada dunia tanpa ada individu, dan tidak ada individu
tanpa ada dunia. Individu selalu konseptual, oleh karena sebab itu
tidak mungkin bisa memahami manusia tanpa memahami dunia
tempat eksistensi manusia, melalui dunianyalah maka makna
eksistensi tampak bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya individu
memberi makna pada dunianya, tanpa diberi makna oleh individu
maka dunia tidak ada sebagai dunia.
Psikologi eksistensial adalah ilmu pengetahuan empiris
tentang eksistensi manusia yang menggunakan metode analisis
fenomenologis, psikologi eksistensial bertentangan dengan
pemakaian konsep kausalitas yang berasal dari ilmu-ilmu
pengetahuan alam dalam psikologi.

3. PENDEKATAN KONSELING EKSISTENSIAL.


Konseling eksistensial dapat dipandang sebagai suatu pendekatan
intelektual pada praktek terapi konseling atau suatu filsafat yang
digunakan psikolog untuk dasar praktek. Dengan demikian, konseling
eksistensial tidak model konseling yang Corey , 1996 : 170. Pendekatan
eksistensial berkembang sebagai reaksi atas dua model terapi
behaviorisme.Konseling eksistensial manusia yang bercorak serba
ditentukan (deterministic), serba dikurangi (reductionistic), dan serba
mekanis (mechanistic). Hal ini didasari asumsi bahwa manusia (kita)
adalah bebas dan oleh karena itu kita bertanggung jawab atas pilihan
yang kita ambil dann perbuatan yang kita lakukan.
Kita adalah penulis dan arsitek bagi kehidupan kita, oleh karenanya
kita selalu lebih dari hanya sekadar korban keadaan.Di samping itu,
konseling eksistensial didasarkan pada model pertumbuhan dan
mengkonsepkan kesehatan dan bukan keadaan sakit atau penyakit.Klien

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 68


tidak dipandang sebagai seorang yang sakit, melainkan sebagai orang
yang bosan hidup atau merasa enggan menjalani kehidupan. Keadaan
seperti itu oleh Maddi (Steven, 1985 : 201) disebut sebagai orang yang
tidak bermakna meliputi : perasaan tidak berguna, hampa dan perasaan
kepetualangan.

2 Tujuan Konseling Eksistensial.


Tujuan utama dari konseling eksistensial adalah menantang klien
untuk menggidentifikasi sejumlah alternatif serta memilih diantara
alternatif tersebut (Corey, 1996 ; Maddi dalam Steven, 1985). Untuk
mencapai tujuan di atas para ahli atau psikolog eksistensial
menggunakan beberapa strategi dan beberapa teknik.Di antara strategi
dimaksud adalah konfrontasi dan orientasi masa kini, lebih menekankan
pada emosi dalam interaksi terapi atau konselingnya, penekanan pada
isi.Sedangkan teknik yang digunakan adalah paradoxical intention,
focusing, situational reconstruction dan compensatory self-
improvement. (Maddi dalam Steven, 1985 : 202-214).
Maddi (Steven, 1985 : 210) mengatakan bahwa dengan teknik
pemusatan (focusing) dapat membantu klien untuk tumbuh dalam tiga
aspek ketahanan (hardiness), yaitu :
• Merupakan latihan yang baik untuk simbolisasi, imajinasi dan
penilaian (judgement).
• Menambah daya kontrol klien terhadap emosi yang tak diinginkan.
• Membantu klien untuk komit (commitment) terhadap masalahnya
yang menyebabkan masalah itu lebih relevan secara pribadi
(personal).
Di samping itu, James (Corsini, 1983:360) menyatakan bahwa
dengan konseling eksistensial dapat membantu klien dalam
mengidentifikasi atau menetapkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan perubahan kepribadian (personality change). Perubahan tersebut
meliputi :perubahan yang menghasilkan keadaan baru (nascent states)
dan perubahan tersebut bersifat permanen dan bisa diterapkan klien ke
dalam kehidupannya sehari-hari di luar situasi konseling.
Selanjutnya Corey (1997:181) mengatakan bahwa terapi eksistensial
menolong klien untuk bisa menghadapi kecemasan memilih untuk diri
sendiri dan kemudian menerima realitas bahwa mereka itu lebih dari
sekedar korban dari kekuatan yang menentukan di luar dirinya.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 69


Tujuannya adalah agar klien mampu melakukan tindakan yang
berdasarkan tujuan otentik bagi terciptanya eksistensi yang bermutu.
Jadi, tujuan terapi eksistensial adalah bukan menyembuhkan (cure)
klien dalam arti yang konvebsional, melainkan membantu klien agar
sadar akan apa yang mereka lakukan dan membebaskannya dari peramu
sebagai korban. Tugas psikolog eksistensial adalah mengajar klien
mendengarkan apa yang telah mereka ketahui tentang diri mereka
sendiri, meskipun mereka tidak memperhatikan apa yang telah mereka
ketahui (Bugental, 1996). Jadi dapat disimpulkan tujuan akhir dari
konseling eksistensial adalah terjadinya perubahan dalam diri klien,
yakni berupa kemampuan memilih dan bertanggung jawab atas
pilihannya, dengan demikian akan tercapai apa yang disebut dengan
makna (meaning) dalam kehidupan.

3 Fungsi Dan Peranan Psikolog


Hal yang paling dipedulikan psikolog eksistensial adalah memahami
dunia subyektif klien agar bisa menolongnya untuk bisa sampai pada
pemahaman dan pilihan-pilihan baru (Corey, 1997:181). Lebih lanjut,
Corey menjelaskan bahwa psikolog yang berorientasi eksistensial
biasanya menangani klien yang mengalami apa yang dikatakan
keberadaan terbatas (restricted existence). Klien seperti ini memiliki
kesadaran yang terbatas tentang dirinya sendiri dan biasanya tidak
mampu melihat sifat masalah yang dihadapinya secara jelas.
Mereka mungkin hanya bisa melihat sedikit dari pilihan-pilihan
terhadap cara yang terbatas untuk bisa menangani situasi hidup, dan
mereka cenderung untuk merasa terjebak dan tak berdaya. Tugas sentral
dari terapis adalah langsung mengkonfrontasikian klien ini dengan cara
hidup mereka dalam keberadaan terbatas ini dan menolong mereka
untuk bisa menyadari bahwa mereka sendiri ikut berperan dalam
menciptakan kondisi semacam itu.
Dengan sadar akan faktor di masa silam yang membelenggu
keberadaannya sekarang maka klien mulai mau menerima
pertanggungjawaban dalam mengubah masa depannya. Dari keterangan
di atas dapat disimpulkan bahwa peran psikolog dalam interaksi
konseling adalah memahami dan mendorong serta menantang klien
untuk berubah.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 70


4 Peranan Klien Dalam Hubungan Konseling
Dalam konseling eksistensial klien secara jelas dibangkitkan
semangat untuk secara sungguh-sungguh mengambil pengalaman
subyektifnya sendiri dalam dunianya. Mereka ditantang untuk memikul
tanggung jawab atas apa dan bagaimana mereka sekarang telah memilih
untuk berada di dunia ini. Klien diharapkan keluar ke dunia luas dan
menentukan bagaimana mereka akan hidup secara berbeda. Dalam hal
ini tugas klien adalah harus aktif dalam kegiatan proses konseling, oleh
karena selama sesi konseling mereka harus menetukan jenis rasa takut,
rasa bersalah, dan kecemasan yang akan mereka eksplorasi. Disamping
itu, klien juga berperan dalam mengambil keputusan untuk masuk dalam
kegiatan konseling. Pokoknya klien dalam terapi eksistensial bertugas
untuk membuka pintu bagi diri sendiri setelah itu klien bertugas
berkonfrontasi dengan kepedulian jauh di depan dan bukan mengurusi
masalah-masalah yang akan segera datang (Corey, 1997 : 182-183).

5 Hubungan Psikolog Dan Klien Dalam Konseling


Hal yang paling diutamakan oleh psikolog eksistensial adalah
hubungannya dengan klien. Hubungan itu sendiri sudah penting, bukan
karena bisa meningkatkan transperensi yang disebabkan oleh hubungan
itu. Kualitas dari interaksi psikolog dan klien dalam situasi konseling ini
merupakan stimulus terjadinya perubahan yang positif pada diri klien.
Psikolog dengan orientasi ini yakin bahwa sikap dasar mereka terhadap
klien dan karakteristik pribadi mereka sendiri tentang kejujuran,
integritas, dan keberanian merupakan hal-hal yang harus mereka
tawarkan. (Corey, 1997 : 183).
Dalam hubungan konseling, terapis dan klien berbagi reaksi,
disertai kepedulian dan empati yang tidak dibuat-buat sebagai suatu cara
untuk memantapkan hubungan konseling. May dan Yalom (1989) juga
menekankan peranan krusial yang dimainkan oleh kapasitas terapis
untuk di sana demi klien selama jam-jam terapi, yaitu mencakup
kehadiran secara penuh dan terlibat secara intent dengan kliennya. Inti
dari hubungan konseling adalah respek, yang meliputi kepercayaan akan
potensi klien untuk secara otentik menangani kesulitan mereka dan
kemampuan mereka untuk menemukan jalan alternatif tentang
keberadaan mereka.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 71


Psikolog menolong klien memahami betapa mereka, sesuai dengan
keadaan, telah membatasi kehadirannya. Pada akhirnya klien akan
memandang dirinya sebagai yang aktif dan bertanggungjawab akan
kehadirannya, sedangkan sebelum kegiatan konseling kemungkinan
yang mereka rasakan adalah sebagai orang yang tak berdaya. Akhirnya
klien akan mengembangkan suatu peningkatan kemampuan untuk mau
menerima dan berkonfrontasi dengan kebebasan yang mereka miliki.

6 Prinsip-Prinsip Yang Menjadi Pegangan Psikolog Dalam Konseling


Berdasarkan pendapat Corsini (1981) dan Corey (1997) dapat
disimpulkan bahwa prinsip-prinsip yang menjadi pegangan psikolog
dalam konseling adalah :
• Dalam hubungan terapi, teori tidak begitu diperlukan, tetapi sikap
dasar psikolog terhadap klien dan karakteristik pribadi psikolog
tentang kejujuran, integritas dan keberanian merupakan hal-hal yang
harus mereka tawarkan.
• Empati dan keaslian (genuine) selalu diupayakan dan dipertahankan
selama hubungan konseling.
• Focusing (pemusatan perhatian) bisa diajarkan dan dilatihkan pada
klien.
• Kerjasama klien dan psikolog terus diupayakan demi terpeliharanya
pemusatan perhatian.
• Tujuan akhir dari konseling adalah tercapainya suatu hal yang baru,
nila hal ini tidak tercapai selama konseling, psikolog hendaklah
menyarankan klien untuk mencoba dengan psikolog lain.

7 Strategi Dan Teknik Konseling


Sebagai mana dijelaskan terdahulu, bahwa sakit menurut
eksistensial adalah orang yang merasa dirinya tidak bermakna yang
muncul dalam tiga tingkat, yaitu : vegetativeness, nihilism, dan
advanturousness dengan menampakkan simptom-simptom yang berbeda
pada setiap tingkat sakit tersebut, baik dalam bentuk gejala fisik, emosi,
dan tindakan.
Maddi (steven, 1985 : 202-207) mengemukakan tiga strategi yang
digunakan terapis atau psikolog dalam membantu klien, yaitu :
1. Konfrontasi dan orientasi masa kini (confrontation and present
orientation).

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 72


Konfrontasi bagi psikolog eksistensial biasanya lebih
berorientasi pada kehidupan klien hari ini. Dalam orientasi masa kini
(present-orientation) pandangan existential counseling adalah sama
dengan person-centered counseling. Bagaimanapun kedua posisi
memandang fungsi atau perilaku klien saat ini, merupakan refleksi
dari apa yang telah dipelajarinya di masa lalu. Mereka tidak
memandang relevansi dari masa lalu sebagai suatu yang terlihat
dalam konflik-konflik yang tak terselesaikan menyatu dalam
kesadaran. Secara konsekuen psikolog eksistensial butuh fokus pada
hubungan anak dengan orang tua sebagai suatu hal yang krusial, atau
mimpi sebagai sebuah pintu khusus bagi kesadaran. Secara pasti
hubungan seseorang dengan orang tua dan isi dari mimpi-mimpi
seseorang mungkin baik didiskusikan dalam konseling, sebagai
suatu usaha yang berorientasi masa lalu untuk menghindari masalah-
masalah yang nyata saat ini dan mengantisipasi masalah yang akan
datang.
2. Emosi dalam interaksi terapiutik (emotion in the terapeutis
interaction).
Dapat dipahami, bahwa psikolog eksistensial mendorong klien
menjauh dari perasaan mengomel terhadap masa lalu, dan langsung
memusatkan perhatian mereka pada iteraksi saat ini dengan
lingkungan (Frankl, 1947 / 1965). Dalam pendekatan seperti ini
psikolog eksistensial secara simultan berpendapat bahwa masa
sekarang dan yang akan datang lebih penting bagi penemuan
kembali dirinya, dan pada masa lalu. Perasaan emosi yang muncul
dalam interaksi konseling adalah perasaan-perasaan yang riil dan
butuh untuk autentik. Emosi-emosi negatif yang ditampilkan klien,
berlangsung dalam diri klien.
3. Perhatian pada isi (content emphasis).
Para psikolog eksistensial secara khusus peka terhadap muatan
atau isi dari pengalaman yang merefeksikan asumsi-asumsi yang
telah mereka buat sehubungan dengan apa yang penting dalam
berfungsinya manusia. Secara khusus berhubungan erat dengan
semua masalah tentang ketidakbermaknaan, yang menjadi jantung
dari psikopatologi yakni topik-topik tentang : responsibility, isolasi,
dan kematian (Yalom, 1980).

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 73


Terapis eksistensial menghadapi berbagai orientasi tentang
kematian dengan cara-cara yang berbeda. Bagaimanapun tujuan
mereka adalah sama yaitu membantu klien menjadi cukup sabar
untuk menerima kematian yang tak dapat dielakkan dan diramalkan,
dengan memberikan semangat hidup yang lebih besar dan penting.
Jika klien kelihatan menolak kematian, mereka diinstruksikan untuk
membayangkan bagaimana dan dimana mereka akan mati. Jika klien
kelihatan begitu bersemangat untuk hidup baik, terapis boleh
menginterprestasikan pada mereka bahwa ketakutan tentang
kematian, memiliki pengaruh paradoksial terhadap pemogokan
kehidupan yang melumpuhkan.

8 Teknik Konseling atau Terapi.


Agar psikoterapi atau konseling eksistensial bisa eksis dan berbeda
dengan terapi lainnya, psikoterapi itu harus mengembangkan beberapa
atau serangkaian teknik yang konsisten dan terintegrasi untuk
melakukan praktek. Ada 4 (empat) teknik yang menjadi asumsi
eksistensial, keempat teknik ini menunjukkan perbedaannya dengan
pendekatan terapi yang lainnya dalam membangun hardines
(kemampuan bertahan) sebagaimana yang telah dikemukakan Maddi &
Kobasa, yang dapat disarikan sebagai berikut : (Steven, 1985 : 207-214).
1. Tujuan atau maksud yang berlawanan (paradoxical intention).
2. Pemusatan (Focusing).
3. Rekonstruksi atau pemulihan situasi ( Situational Recontruction).
4. Memperbaiki Diri Sebagai Kompensasi atau Perimbangan
(Compensatory Self-Improvement).

9 Teori dan Prinsip Dasar.


1. Pandangan tentang Hakekat Manusia.
Corey (1996:172-180) menjelaskan bahwa pandangan
eksistensial mengenai hakekat manusia ini sebagian dikontrol oleh
pendapat bahwa signifikansi dari keberadaan kita (manusia) ini tak
pernah tetap, melainkan kita secara terus menerus mengubah diri
sendiri melalui proyek-proyek kita. Manusia adalah makhluk yang
selalu dalam keadaan transisi, berkembang, membentuk diri menjadi
sesuatu.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 74


Di samping itu juga menuntut psikolog untuk bukan hanya
memikirkan teknik tentang bagaimana mempengaruhi kliennya,
melainkan bagaimana psikolog dapat memahami klien sebagai
seorang pribadi dan kemudian mendekati klien dengan
pemahamannya itu (Rochman, 1999 : 70).
2. Dimensi Manusia.
Menurut pandangan eksistensial, dimensi dasar dari kondisi
manusia meliputi 6 (enam) hal sebagaimana dikemukakan Corey,
(1997 : 172) berikut :
“para demention dasar dari kondisi manusia, menurut pendekatan
eksistensial, meliputi : kapasitas untuk kesadaran diri; kebebasan,
tanggung jawab; menciptakan satu, identitas dan menjalin hubungan
bermakna lain; pencarian makna, tujuan, nilai-nilai dan tujuan;
kecemasan sebagai kondisi ofliving, dan kesadaran kematian dan
ketidakberadaan”.
Adapun penjelasan Corey untuk setiap dimensi di atas, yang
telah disahkannya dari tema-tema yang ditulis para terapis
eksistensial, berikut secara berturut-turut dusajikan ringkasannya :
• Kapasitas untuk sadar akan diri.
Sebagai umat manusia, kita bisa mengenang kembali dan
menentukan pilihan karena kita mampu menyadari diri sendiri.
Makin tebal kesadaran kita. Makin besar kemungkinan kita
mendapatkan kebebasan. Oleh karena itu, mengembangkan
kesadaran kita adalah meningkatkan kemampuan untuk bisa
hidup secara penuh.
• Kebebasan dan tanggung jawab.
Tema khas yang selalu ada dalam literature eksistensial adalah
bahwa orang bebas untuk menentukan pilihan di antara
alternatif-alternatif yang ada.Oleh karena itu, manusia
mengambil peran yang besar dalam menentukan nasibnya
sendiri. Meskipun kita dulunya tidak ada pilihan untuk dilahirkan
atau tidak, cara kita hidup dan menjadi apa kita ini merupakan
hasil dari pilihan-pilihan yang telah kita tentukan.
• Usaha untuk mendapatkan identitas dan bisa berhubungan
dengan orang lain.
Ini bukanlah suatu proses otomatis, dan diperlukan keberanian.
Karena kita ini makhluk rasional, kita juga berusaha untuk bisa

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 75


terkait dengan orang lain. Kita harus melepaskan diri kita kepada
orang lain dan peduli pada mereka. Banyak penulis eksistensial
membicarakan kesendirian, hal ini tidak berakar pada sesuatu
dan keterasingan, yang bisa dilihat sebagai kegagalan untuk
mengembangkan ikatan dengan orang lain dan alam. Masalahnya
bahwa banyak di antara kita yang mencari arah, nilai dan
kepercayaan dari orang penting dalam dunia kita. Dalam hal ini,
terdapat 3 (tiga) hal yang harus dilalui individu, yakni
:Masalahnya; bahwa banyak di antara kita yang mencari arah,
nilai dan kepercayaan dari orang penting dalam dunia kita.
Dalam hal ini, terdapat 3 (tiga) hal yang harus dilalui individu,
yakni; keberanian untuk ada, yaitu keberanian untuk menemukan
hakekat kita dan untuk belajar hidup dari dalam sangat
diperlukan (Tillich, 1952 dalam Corey. 1996); mengalami
kesendirian; dan mengalami keterkaitan.
• Pencarian makna.
Satu ciri khas manusia adalah perjuangan demi rasa signifikan
dan adanya tujuan dalam hidup ini. Corey (1997 : 177)
mengatakan bahwa penyebab adanya konflik yang akhirnya
mendesak orang untuk mencari bantuan konseling adalah
terpusat pada pertanyaan eksistensial.
• Ketidak bermaknaan.
Ketika klien berpendapat bahwa dunia tempat ia hidup tidak
bermakna, maka ia pun akan bertanya-tanya apakah masih pantas
untuk terus berjuang, bahkan untuk hidup?. Bagi Frankl (1978),
perasaan ketidak bermaknaan seprti itu merupakan neurosis
eksistensial utama dalam kehidupan moden.
• Menciptakan makna baru.
Fungsi terapis bukanlah mengatakan kepada klien harus seperti
apa makna hidup itu melainkan menjelaskan bahwa mereka bisa
menemukan makna bahkan pada saat menderita (Frankl, 1979).
3. Kecemasan sebagai suatu kondisi dalam hidup.
Para terapis eksistensial membedakan antara kecemasan
normal dan kecemasan neurotic dan mereka anggap kecemasan
sebagai sumber pertumbuhan yang potensial. Kecemasan normal
merupakan tanggapan yang cukup wajar terhadap peristiwa yang

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 76


sedang dihadapi. Kecemasan ini tidak perlu ditumpas dan ini
digunakan sebagai motivasi ke arah perubahan.
Kecemasan neurotik keluar dari proporsi situasi yang ada,
biasanya jenis kecemasan ini terjadi di luar kesadaran dan cenderung
untuk menjadikan orang tidak memiliki mobilitas. Oleh karena kita
tidak bis bertahan hidup tanpa kecemasan, maka bukan tugas terapis
untuk mengurangi kecemasan normal. Orang tidak bisa hidup atau
matipun tidak akan bisa dihadapi tanpa hadirnya kecemasan (May
dan Yalom, 1995).
4. Perkembangan kepribadian.
Para ahli eksistensial mengidentifikasikan kepribadian
sebagai campuran dari pemberian-pemberian yang diperoleh dan
kemungkinan-kemungkinan. Untuk mengakses kepribadian,
seseorang harus tahu, tidak hanya tentang apa yang terjadi sekarang
tapi juga tentang apa yang akan terjadi di masa mendatang.

10 Sakit Menurut Pandangan Eksistensial.


Dalam psikologi eksistensial, ketidak bermaknaan dikategorikan
sebagai sakit eksistensial yang meliputi tiga keadaan, yaitu : (Maddi
dalam Steven, 1985 : 201-202)
• Perasaan Hidup Tak Berguna merupakan keadaan sakit eksistensial
yang sangat parah atau berat.
• Perasaan Kehampaan merupakan sakit eksistensial yang kurang
keras dibandingkan perasaan hidup tak berguna. Sakit ini
menampakkan diri pada tiga level, yaitu : pada tingkat kognitif, sakit
ini ditandai dengan kekurang percayaan terhadap segala sesuatu
yang tampak memiliki makna bagi dirinya.
• Kepetualangan merupakan sakit eksistensial yang paling sedikit
tingkat kekerasannya, karena beberapa perasaan tentang
kebermaknaan masih tersisa. Orang yang sakit ini menampakkan
gejalanya pada tiga level kognitif sakit ini ditandai dengan usaha
mencari hal-hal yang luar biasa, mereka menirukan sesuatu yang lain
yang berguna.
Selanjutnya Rosyidan (1988 : 27) mengemukakan beberapa gejala
khusus perilaku menyimpang, yaitu :
• Ketidak mampuan berbuat secara praktis, memulai atau
menyelesaikan sesuatu,

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 77


• Variasi respon yang dipergunakan miskin, dan jenis peristiwa yang
direspon terbatas,
• Pemberlakuan umum sedemikian rupa sehingga semakin banyak
peristiwa penyebab kecemasan dan banyak respon yang terlibat
dengan usaha mengatasi kecemasan itu,
• Respon yang dapat diamati secara subyektif menimbulkan konflik,
khususnya antara respon afeksi dengan fikiran,
• Fikiran evaluasi diri dan afeksi yang diasosiasikan cenderung
kurang positif dan lebih negatif, yang cenderung menjadi respon
individu dan waktu ke waktu,
• Tingkah laku menjadi aneh, dimana individu merespon berbagai
peristiwa dengan afeksi, fikiran atau perbuatan yang tidak tepat,
dan
• Berfikir konseptual dan abstrak menjadi semakin tidak teliti
dihubungkan dengan data kasar pengalaman-pengalaman indra dan
persepsi.

11 Kelemahan Dalam Psikologi Eksistensial


Salah satu kritik terhadap psikologi eksistensial adalah ketika
psikologi telah diperjuangkan untuk dapat membebaskan diri dari
dominasi filsafat, justru psikologi eksistensial secara terang-terangan
menyatakan kemuakkannya terhadap positivism dan determinisme. Para
psikolog di Amerika yang telah memperjuangkan kemerdekaan
psikologi dari filsafat jelas menentang keras segala bentuk hubungan
baru dengan filsafat. Banyak psikolog merasa bahwa psikologi
eksistensial mencerminkan suatu pemutusan yang mengerikan dengan
jajaran ilmu pengetahuan, karena itu membahayakan kedudukan ilmu
psikologi yang telah diperjuangkan dengan begitu susah payah.
Salah satu konsep eksistensial yang paling ditentang oleh kalangan
psikologi ”ilmiah” ialah kebebasan individu untuk menjadi menurut apa
yang diinginkannya. Jika benar, maka konsep ini sudah pasti
meruntuhkan validitas psikologi yang berpangkal pada konsepsi tentang
tingkah laku yang sangat deterministic. Karena jika manusia benar-benar
bebas menentukan eksistensinya, maka seluruh prediksi dan control
akan menjadi mustahil dan nilai eksperimen menjadi sangat terbatas.
(Hall, Calvin S. & Linszey, Gardner, 1993).

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 78


Banyak psikolog dan sarjana psikologi baik dalam maupun luar
negeri mempertanyakan keberadaan analisis eksistensial.Yang mereka
pertanyakan menyangkut dasar-dasar ilmiah dari analisis eksistensial.
Psikologi sebagai ilmu telah lama diupayakan untuk melepaskan diri dan
berada jauh dari filsafat. Psikologi harus merupakan suatu ilmu pasti
alami yang independent. Padahal, analisis eksistensial mengkritik ilmu
dan mengambil manfaat dari filsafat. Atas dasar itu, banyak sarjana
psikologi yang bertanya, apakah analisis eksistensial relevan dengan
perkembangan ilmu psikologi modern?
Jawaban atas pertanyaan itu tergantung pada pemahaman kita
tentang manusia.Siapakah atau apakah manusia itu?Apakah manusia
pada dasarnya hanya merupakan bagian dari organisme dan atau dari
materi (aspek fisik kehidupan)? Jika kita memahami manusia
sebagaimana para behavioris atau psikoanalisis memahaminya, yakni
bahwa manusia pada dasarnya merupakan bagian dari organisme atau
materi, maka analisis eksistensial tampaknya tidak diperlukan.Cukup
dengan pendekatan kuantitatif dan medis, dengan eksperimen dan
pembedahan otak manusia, maka kita sudah cukup mampu memahami
dan menyembuhkan individu (manusia) yang bermasalah (patologis).
Namun, dalam praktek atau kenyataan, kita menyaksikan bahwa
manusia ternyata jauh lebih kompleks dari sekedar organisme dan materi
(Zainal A., 2002).

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 79


BAB 5
RINGKASAN

Anak berkebutuhan khusus tetaplah sebuah “ tambang emas “ yang


tetap dapat gali untuk mendapatkan “emas” yang ada didalam anak. Tugas
itulah yang disandang orang tua, guru, psikolog dan masyarakat. Tuhan
memberikan kelebihan bagi setiap anak tanpa terkecuali. Memang tidak
setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka
yang dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan,
kelambatan, atau memiliki faktor-faktor resiko sehingga untuk mencapai
perkembangan optimal diperlukan penanganan atau intervensi khusus.
Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan khusus.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa secara konseptual anak
berkebutuhan khusus (children with special needs) memiliki makna dan
spektrum yang lebih luas dibandingkan dengan konsep anak luar biasa,
cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak berkebutuhan khusus
tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang bersifat
permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi
juga anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan
khusus temporer juga biasa disebut dengan anak dengan faktor resiko, yaitu
individu-individu yang memiliki atau dapat memiliki problem dalam
perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan belajar
selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau kerentanan atau resiko tinggi
terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau
perkembangan selanjutnya. Bahkan, dipercayai bahwa anak berkebutuhan
khusus yang bersifat temporer apabila tidak mendapatkan intervensi secara
tepat sesuai kebutuhan khususnya, dapat berkembang menjadi permanen.
Anak dengan kebutuhan khusus memiliki sikap dan perilaku yang
berbeda dengan anak yang memiliki fisik dan mental yang normal. Untuk
menyikapi hal tersebut maka diperlukan seorang Psikolog/Konselor.
Psikolog/ Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam
melakukan konseling. Konselor memiliki peranan yang sangat penting
dalam membina dan mengarahkan sikap dan perilaku anak berkebutuhan
khusus.Program layanan konseling dan terapi sebagai bagian dari sistem
pendidikan anak berkebutuhan khusus perlu mengarahkan layanannya
dalam mengembangkan potensi peserta didik. Psikolog harus memahami
Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 80
jenis anak berkebutuhan khusus yang dapat di berikan konseling, dan jenis
anak berkebutuhan khusus yang dapat diberikan terapi. Penelitian yang
dilakukan oleh penulis terhadap 100 anak berkebutuhan khusus yang
menyimpulkan bahwa anak yang dapat di berikan konseling adalah anak
yang memiliki IQ diatas 70 sedangkan anak yang memiliki IQ dibawah 70
diberikan layanan terapi mengapa demikian karena konseling membutuhkan
pemahaman dan perilaku baru. Pemahaman membutuhan IQ yang memadai
dalam menerima bantuan intervensi dari Psikolog.
Psikolog membantu anak berkebutuhan khusus menemukan “emas”
dalam diri masing masing anak. Emas tersebut adalah potensi yang ada pada
setiap anak anak berkebutuhan khusus, jika emas yang ada dapat ditemukan
maka semua anak berkebutuhan khusus akan memiliki masa depan yang
cerah sesuai dengan minat dan bakat masing masing. Melalui buku ini
penulis ingin membantun tugas Psikolog untuk memberikan intervensi dan
akomodasi yang tepat terhadap anak berkebutuhan khusus sehingga emas
tersebut dapat ditemukan. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang
menyimpang dari rata-rata anak normal yang memerlukan pelayanan
pendidikan khusus sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari
tenaga yang profesional. Terapi diperuntukan untuk anak retardasi mental,
tunarungu, tunawicara dan tunagrahita serta konseling diperuntukan untuk
anak slow learner, gifted, ADD, ADHD dan underachiever.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 81


BAGIAN ENAM
KATA KATA PENTING

1. Setiap anak berkebutuhan khusus mempunyai “ tambang emas” yang


dapat digali
2. Dibutuhkan komitmen tinggi untuk menggali “emas” tersebut.
3. Untuk mendapatkan emas, anak berkebutuhan khusus harus mengenal
dirinya sendiri.
4. Orang tua / Psikolog harus menemukan kebutuhan ABK yang spesifik
sesuai dengan kelainannya. Kebutuhan ini muncul menyertai
kelainannya.
5. Bantu anak berkebutuhan khusus menemukan konsep diri.
6. Orang tua/Psikolog memfasilitasi penyeusaian diri terhadap
kelainan/kecacatanya.
7. Orang tua/Psikolog,berkoordinasi dengan ahli lain.
8. Psikolog melakukan konseling terhadap keluarga ABK.
9. Orang tua/Psikolog membantu perkembangan ABK agar berkembang
efektif, memiliki keterampilan hidup mandiri.
10. Orang tua/Psikolog membuka peluang kegiatan rekreasi dan
mengembangkan hobi
11. Orang tua/Psikolog mengembangkan keterampilan personal dan social
12. Orang tua/Psikolog bersama-sama merancang perencanaan pendidikan
formal, pendidikan tambahan, dan peralatan yang dibutuhkan.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 82


BAGIAN TUJUH
PERTANYAAN – PERTANYAAN

1.Apakah faktor penyebab anak berkebutuhan khusus


Terdapat tiga faktor yang dapat diidentifikasi tentang sebab
sebab timbulnya kebutuhan khusus pada seorang anak yaitu: 1) Faktor
internal pada diri anak, 2) Faktor eksternal dari lingkungan dan, 3)
Kombinasi dari factor internal dan eksternal.
a. Faktor Internal, Faktor internal adalah kondisi yang dimiliki oleh
anak yang bersangkutan. Sebagai contoh seorang anak memiliki
kebutuhan khusus dalam belajar karena ia tidak bisa melihat, tidak
bisa mendengar, atau tidak mengalami kesulitan untuk begerak.
Keadaan seperti itu berada pada diri anak yang bersangkutan
secara internal. Dengan kata lain hambatan yang dialami berada di
dalam diri anak yang bersangkutan.
b. Faktor Eksternal, Faktor eksternal adalah sesuatu yang berada di
luar diri anak mengakibatkan anak menjadi memiliki hambatan
perkembangan dan hambatan belajar, sehingga mereka memiliki
kebutuhan layanan khusus dalam pendidikan. Sebagai contoh
seorang anak yang mengalami kekerasan di rumah tangga dalam
jangka panjang mengakibatkan anak teresbut kehilangan
konsentrasi, menarik diri dan ketakutan. Akibantnya anak tidak
tidak dapat belajar.
c. Kombinasi Faktor Internal dan Eksternal
Kombinasi antara factor eksternal dan faktor internal dapat
menyebabkan terjadinya kebutuhan khusus pada seorang anak.
Kebutuhan khusus yang disebabkan oleh factor ekternal dan
internal sekaligus diperkirakan akan anak akan memiliki
kebutuhan khusus yang lebih kompleks.
Sebagai contoh seorang anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhataian dengan hiperaktivitas dan dimiliki secara
internal berada pada lingkungan keluarga yang kedua orang tuanya
tidak memerima kehadiran anak, tercermin dari perlakuan yang
diberikan kepada anak yang bersangkutan.Anak seperti ini
memiliki kebutuhan khusus akibat dari kondisi dirinya dan akibat
perlakuan orang tua yang tidak tepat.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 83


2.Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Menurut Kauffman & Hallahan (2005), ada 10 jenis ABK antara
lain sebagai berikut: 1) Tunagrahita, 2) Tunanetra, 3) Kesulitan
Belajar, 4) Autis, 5) Gangguan Perilaku, 6) Tunadaksa, 7) Tunalaras,
8) Tunaganda, 9) Tunarungu, 10) Anak Barbakat.

3.Permasalahan yang dihadapi Anak Berkebutuhan Khusus


(ABK)
Permasalahan yang dihadapi anak berkebutuhan khusus pada
hakekatnya sangat kompleks dan dapat ditinjau dari berbagai
segi.Secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu masalah
hambatan belajar (learning barrier), kelambatan perkembangan
(development delay), dan hambatan perkembangan (development
disability).

4.Permasalahan hambatan belajar


Munculnya permasalahan hambatan belajar anak berkebutuhan
khusus dapat ditinjau dari dimensi proses ataupun hasil. Dalam
pandangan teori pemrosesan informasi, hambatan dalam dimensi
proses merujuk pada ketidakmampuan, ketidaksanggupan, kesulitan,
kegagalan atau adanya rintangan pada individu untuk menangkap
informasi melalui kegiatan memperhatikan, mengolah informasi
melalui kegiatan mencamkan dan menafsirkan sehingga diperoleh
pemahaman, interpretasi, generalisasi atau keputusan-keputusan
tertentu, menyimpan hasil pengolahan informasi tersebut dalam
ingatan, dan menggunakan atau mengekspresikan kembali dalam
bentuk tindakan.
Sedangkan hambatan dalam dimensi produk, berarti kegagalan
individu dalam mencapai prestasi sesuai dengan kapasitas yang
dimiliki, kegagalan individu dalam meraih tujuan belajar yang
diharapkan, atau kegagalan dalam penguasaan atau perubahan
perilaku sesuai yang diharapkan, baik dalam perilaku kognitif, afektif,
ataupun psikomotor. Secara akademik kegagalan tersebut akan tampak
dalam penguasaan tiga ketrampilan dasar dalam belajar, yaitu:
membaca, menulis, dan atau berhitung (Sunardi, 2006).

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 84


BAGIAN DELAPAN
KASUS – KASUS PENDEK

1. Keterlambatan perkembangan
Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang anak
berkembang melalui tahapan tertentu.Sekalipun irama atau kecepatan
perkembangan setiap anak berbeda-beda, namun muncul kecenderungan
bahwa pada anak berkebutuhan khusus beresiko terhadap munculnya
kelambatan atau penyimpangan perkembangan sesuai dengan umur dan
milestone perkembangan, sehingga harus tetap diwaspadai. Sebab,
akibat kelainan, kecacatan, atau kondisi-kondisi terntentu yang tidak
menguntungkan dan menjadikannya anak berkebutuhan khusus, dapat
berpengaruh atau menghambat perkembangan kemampuan, prestasi, dan
atau fungsinya, dapat menjadikan anak memerlukan waktu yang lebih
lama dalam belajar menguasai keterampilan tertentu dibandingkan
dengan anak-anak normal pada umumnya, atau menjadikan datangnya
kematangan belajar menjadi terlambat.
Secara umum, kelambatan perkembangan lebih menekankan
kepada dimensi tahapan perkembangan, sedangkan hambatan
perkembangan lebih fokus kepada terjadinya kesulitan, kegagalan,
rintangan, atau gangguan dalam satu atau lebih aspek perkembangan.
Adanya hambatan dalam aspek perkembangan tertentu dapat berdampak
kepada kelambatan perkembangan yang tertentu pula, dengan kata lain
kelambatan perkembangan tertentu hakekatnya merupakan manifestasi
adanya hambatan dalam satu atau lebih aspek perkembangan.
Hambatan perkembangan pada anak berkebutuhan khusus dapat
terjadi apabila dalam keseluruhan atau sebagian interaksi antara anak
berkebutuhan khusus dengan lingkungan, lingkungan kurang mampu
menyediakan struktur kemudahan, kesempatan atau peluang, stimulasi
atau dorongan, dan keteladanan bagi berkembangnya fitrah, potensi,
atau kompentensi pribadi anak berkebutuhan khusus secara positif,
fungsional, serta bermakna bagi perkembangan optimal anak. Kondisi
ini pada umumnya ditandai dengan adanya gaps, discrepancy, disparity,
discordance, disharmony, atau imbalance antara kemampuan anak
dengan tuntutan lingkung

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 85


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal, 2002. Analisis Eksistensial untuk Psikologi dan Psikiatri,


Bandung :PT. Refika Aditama.

Ahmadi, Abu. 1991. Psikologi Umum. Jakarta, PT. Rineka Cipta.

Akuntono, 2012. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus akan Dijamin.


kompas.com (diunduh 19 Februari 2016)

Az-Zahrani, Musfir bin Said. 2000. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani.
Boeree, C.George, 2004.Personality Theories, Yogyakarta.

Caplin, J.P, 1999. Kamus Lengkap Psikologi, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.

Children with Autism Spectrum Disorder.Autism Journal.1274-1284


Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.
Bandung : Refika Aditama.

Davidoff, Linda L. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta, Erlangga.

Efendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan.


Jakarta: Bumi Aksara.

Ekas, Naomi V, Lickenbrock, Diane M, Whitman, Thomas L. Whitman.


2010. Optimism, Social support, and Well-Being in Mothers of

Ghufron, M. Nur dan Risnawati, Rini. 2010. Teori-teori Psikologi.


Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Gunarsa, Singgih D. 1996. Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta : PT.


BPKGunung Mulia.

Hanifah, Aminah Permata Ummu. 2009. Kebermaknaan Hidup pada Orang


Tua dengan Anak Retardasi Mental.Skripsi.(tidak diterbitkan).
Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Hall, Calvin S. dan Lindzey, Gardner. 1993. Teori-teori Holostik


(Organismik- Fenomenologi). Yogyakarta, Kanisius.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 86


Hall, Calvin S. dan Lindzey, Gardner. 1993. Teori-Teori Psikodinamik
(Klinis). Yogyakarta, Kanisius.

Kosasih, E. 2012.Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.


Bandung: Yrama Widya.

Lightsey, Owen Richard and Sweeney, James. 2008. Meaning in Live,


Emotion-Oriented Coping, Generalized Self- Efficacy, and Family
Cohesion as Predictors of Family Satisfaction Among Mothers of
Children With Disabillities. The Family Journal.Vol. 16 No. 3, 212-
221.

Mangunsong, Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan


Khusus. Jakarta: Fakultas Psikologi UI.

2011. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid Kedua.


Jakarta: Fakultas Psikologi UI.

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2014. Informasi tentang Anak


Berkebutuhan Khusus. Semarang: Balai Pengembangan Pendidikan
Khusus.

Pratiwi, Ratih Putri dan Afin Murtiningsih. 2013. Kiat Sukses Mengasuh
Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Reefani, Nur Kholis. 2013. Panduan Mendidik Anak Berkebutuhan Khusus.


Yogyakarta: Imperium.

Safaria, Triantoro. 2005. Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup


Bermakna bagi Orang Tua. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Satyaningtyas, Rahayu dan Abdullah, Sri Mulyati.2013. Penerimaan Diri


dan Kebermaknaan Hidup Penyandang Cacat Fisik. Jurnal
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Mercu Buana.

Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta : Kansius.

Somantri, Sutjihati. 2012. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika


Aditama.

Suharmini, Tin. 2007. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 87


Suharti. 2003. Pengaruh Pola Asuh Demokratis Orang Tua dan Efektifitas
Komunikasi Interpersonal Remaja-Orang Tua terhadap Optimisme
Mengatasi Masalah pada Remaja.Skripsi. (tidak diterbitkan).
Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

Pervin, L.A, Cervone D, John, O. P. 2010. Psikologi Kepribadian: Teori dan


Penelitian. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Pujosuwarno, Sayekti. 1993. Berbagai Pendekatan dalam


Konseling.Yogyakarta: Menara Mas Offset

Wardani, IG.A.K. 2008. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:


Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional.

Wiyani, Novan Ardy. 2014. Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta.Ar-Ruzz Media.

Wijayakusuma, Hembing.2004. Psikoterapi Anak Autisma (Teknik Bermain


Kreatif Non Verbal dan Verbal Terapi Khusus untuk
Autisme).Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 88


Erwin Erlangga, S.Pd, M.Pd, lahir di Semarang tanggal 14 Maret
1989, meniti karir dimulai dari pengabdian sebagai guru honorer di
SMP Negeri 1 Sayung selama 5 tahun. Sekarang melanjutkan
pengabdian sebagai dosen tetap di Universitas Semarang. Adapun
jenjang pendidikan Sarjana diselesaikan di Universitas PGRI Semarang
dengan prestasi wisudawan terbaik, dan pendidikan Magister
diselesaikan di Universitas Negeri Semarang dengan predikat kelulusan
cumlaude. Selama kuliah aktif dalam beberapa organisasi seperti
Himpunan Mahasiswa, Badan Eksekutif Mahasiswa dan Palang Merah
Indonesia. Kontribusi yang telah di lakukan untuk masyarakat antara lain
memberikan pelatihan kepada guru Sekolah Luar Biasa untuk
meningkatkan kinerja guru Sekolah Luar Biasa di area Semarang dan
Demak. Kontribusi di bidang kemanusiaan yang telah dilakukan antara
lain menjadi relawan dengan memberikan bantuan logistik, konseling
untuk korban letusan gunung Merapi (2010 ), letusan gunung Kelud
(2014), dan longsor Banjarnegara (2016)
Selain mengajar, beberapa kontribusi yang sedang dilakukan adalah
menjadi narasumber dalam seminar regional terkait anak berkebutuhan
khusus, narasumber dalam dialog interaktif di beberapa radio swasta di
Semarang, dan aktif menulis artikel yang dipublikasikan di berbagai
media cetak dan jurnal.

Anak Berkebutuhan Khusus: Konseling Atau Terapi 2017 | 89

Anda mungkin juga menyukai