Pendahuluan
Kornea merupakan struktur pada mata sebagai media refraktif dengan kekuatan
sekitar 2/3 dari kekuatan dioptri mata. Kelainan pada bentuk dan permukaan kornea
dapat mempengaruhi fungsi penglihatan seseorang. Pengetahuan tentang prinsip
biomekanik kornea dapat diaplikasikan pada beberapa penyakit mata, seperti
glaukoma dan penyakit ektasia kornea atau ectatic corneal disease (ECD). ECD
dikarakteristikan oleh penipisan kornea yang progresif yang meliputi keratoglobus,
pellucid marginal degeneration (PMD), dan keratokonus (KC).1,2,4
Keratokonus merupakan salah satu ektasia kornea yang umum terjadi. Penipisan
kornea yang progresif dapat menyebabkan astigmatisme dan penurunan tajam
penglihatan. Prevalensi keratokonus sebesar 0.2 dan 4.790/100.000 orang, paling
banyak terjadi di usia 20-30 tahun pada ras Asia dan Timur tengah. Topografi
kornea merupakan salah satu modalitas utama untuk menilai penyakit kornea. 2,5,7
Pembaharuan topografi kornea dan munculnya alat tomografi kornea telah
meningkatkan kemampuan dokter mata untuk mendiagnosis ektasia kornea pada
tahap yang jauh lebih awal dari sebelumnya. Tomografi kornea sering digunakan
untuk menganalisis permukaan kornea, terutama pada bidang katarak dan bedah
refraktif. Teknologi tomografi kornea yang canggih seperti Pentacam dapat
meningkatkan kemampuan praktisi untuk screening kandidat pasien bedah
refraktif, seperti keratokonus. Sari kepustakaan ini bertujuan untuk membahas
Pentacam sebagai alat screening dan diagnostik pada kandidat pasien bedah
refraktif. 4,5,7,8
1
2
dan tomografi diperlukan untuk mendeteksi dini ektasia pasca operasi bedah
refraktif. 4,5-6
Topografi kornea, khususnya biomekanik kornea bedah keratorefraktif seperti
LASIK dan PRK. Kecepatan tinggi kamera Scheimpflug yang dapat
memvisualisasikan perubahan kornea menghasilkan beberapa indeks biomekanik.
Tomografi dan indeks biomekanik memiliki tingkat akurasi yang lebih besar dalam
mendeteksi keratokonus subklinis yang secara klinis dianggap sebagat mata
normal. 4-7
Diagnosis ektasia kornea berdasarkan pada riwayat pasien dan temuan pada
pemeriksaan topografi. Anamnesis meliputi onset, fungsi visual, riwayat
pemakaian lensa kontak, riwayat operasi bedah refraktif, dan riwayat keluarga.
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi pemeriksaan visus, slit-lamp, dan
tekanan intraokuler.5-7
Deteksi dini dan terapi ektasia kornea berupaya untuk mempertahankan dan
memperbaiki fungsi penglihatan. Edukasi yang bisa dilakukan pada pasien adalah
tidak boleh menggosok mata yang telah dikaitkan dengan progresifitas ektasia.
4
Pentacam adalah salah satu teknologi tomografi kornea yang sering digunakan
dalam praktik klinis. Teknik ini menggambarkan 3 bidang tegak lurus yaitu lensa,
gambar, dan subjek dibandingkan dengan kamera tradisonal yang hanya dua bidang
saja. Pentacam umumnya digunakan untuk evaluasi katarak, skrining galukoma,
menentukan kekuatan IOL, dan pencitraan setelah prosedur LASIK atau PRK.
Deteksi ektasia dini memberikan pasien pilihan untuk memulai terapi collagen –
crosslinking yang dapat memperlambat atau menghentikan progresifitas
penyakit.5,9-11
6
Tabel 1. Indeks keratokonus pada screening kasus klinis dan subklinis keratokonus
Sumber: MHDI Ophthalmology Journal, 2019 5
Berdasarkan algoritma, terdapat beberapa bentuk, pola, dan nilai yang perlu
diperhatikan saat mengevaluasi permukaan kornea dengan sistem Pentacam.
Indikator- indikator tersebut adalah maximum Ambrosio relational thickness (ART-
Max), Belin- Ambrosio enhances ectasia display total deviation value (BAD_D),
back elevation in thickness (B. Ele Th), best-fit sphere (BFS), best-fit toric ellipsoid
(BFTE), front elevation thickness (F. Ele Th), maximum keratometry value (Kmax),
maximum pachymetric progression index (PPI-Max), average pachymetric
7
progression index (PPI-Avg), skewing of the steepest radial axis (SRAX), dan
thinnest point (TP).5,7-9
WNL
Pola Skewed sand watch
Bentuk profil ketebalan
yang mencurigakan Pola
(Berdasarkan mode best-fit
• S-Shape Suspek
sphere dikedua permukaan)
• Quick Slope ( Sebelum 6mm Isolated island
dari zona sentral ) Tongue-like extension
• Inverted shape irreguler
• Flat shape
Pachymetry Map
Suspek
Dome (conic shape, protrusion) pattern
Bell-shaped (inferior thinning) pattern
Globus ( generalized thinning) pattern
S-1@5mm circle>30mcm
TP<470 MCM
Thickness @ pachymetry apex – thickness @
Pachymetry Map TP>10mcm
Y coordinate value on the TP > -500
Perbedaan ketebalan antara kedua mata @ TP>30mcm
WNL Suspek
• Symmetric Bowtie (SB) Pattern Pola topografi yang mencurigan
• Steep K <47 D Steep K>47D
• Kmax > Steep K kurang dari 1D • Kmax > Steep K lebih dari 1D
• Perbedaan Kmax pada keduamata • Perbedaan Kmax pada keduamata >2D
<2D • SRAX >22’
• SRAX <22’ • S-1 on the 55 circle >2.5D
• S-1 on the 55 circle <2.5D • 1-S on the 5mm circle >1.5D
• 1-S on the 5mm circle <1.5D • Against The Rule astigmatisma
• Against The Rule astigmatisma •
terdapat beberapa indeks Pentacam yang mencapai nilai cut off dipertimbangkan
sebagai red flag.5,9-12
IV. Kesimpulan
10
11
12. Sinjab M. Reading Pentacam Topography (Basics and Case Study Series).
Nova Deli: Jaype-Highlights. 2010.