Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL KARYA TULIS

ILMIAH
Ifan Romadhon L
Eko Widayanto
Tri Subekti

011418016301
011418016302
011418016304

JUDUL
PERBANDINGAN PERUBAHAN TAJAM
PENGLIHATAN PADA PENDERITA KATARAK
SENILIS SEBELUM OPERASI, 1 BULAN SESUDAH
OPERASI, 3 BULAN SESUDAH OPERASI, DAN 6
BULAN SESUDAH OPERASI
ANTARA METODE METODE EKSTRAKSI KATARAK
EKSTRA KAPSULER (EKEK) DENGAN METODE
FAKOEMULSIFIKASI DI POLI MATA RSUD DR.
SOETOMO PADA PERIODE WAKTU SEPTEMBER
2014 AGUSTUS 2015
BAB 1
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Salah satu penyebab kebutaan yang dapat di
hindari adalah Katarak. Jumlah penderita yang buta
di Indonesia yang diakibatkan oleh katarak
diperkirakan sebesar 3 juta orang, dengan jumlah
penderita katarak yang masih belum tertangani per
tahunnya (cataract backlog) sebesar hampir 2 juta
orang (WHO, 2007). WHO memperkirakan
Indonesia membutuhkan waktu 37,5 tahun untuk
menyelesaikan cataract backlog tersebut.

DATA DI RSUD Dr. SOETOMO ???

Ekstraksi katarak merupakan beban kerja utama dari
dokter oftalmologi di seluruh dunia. METODE
EKSTRAKSI KATARAK EKSTRA KAPSULER (EKEK)
merupakan teknik operasi ekstraksi katarak yang paling
sering dikerjakan pada dekade terakhir (Gupta AK,
1995).
Penggunaan teknik operasi dengan menggunakan alat
Facoemulsifikasi dengan insisi yang minimal, memiliki
banyak keuntungan yaitu penyembuhan yang lebih cepat
dan berkurangnya kejadian astigmatism (El Maghraby,
1993),
Hal ini menyebabkan teknik ini sedang dikembangkan dan lebih
diminati di tempat dimana terdapat sumber daya yang memadai.
Keterbatasan alat dan sumber daya manusia yang diperlukan untuk
penggunaan teknik ini dan biaya yang cukup tinggi menjadi
hambatan digunakannya teknik ini di negara-negara berkembang.
Teknik operasi katarak yang berkualitas dan cepat
dibutuhkan pada pusat-pusat kesehatan mata
masyarakat agar dapat menangani cataract
backlog secara efektif (Natchiar G, 1994).
Penelitian ini adalah untuk meneliti perbedaan
antara kedua teknik operasi ekstraksi katarak
tersebut di atas.
RUMUSAN MASALAH
Apakah ada perbedaan perubahan tajam
penglihatan pada penderita katarak senilis pada 1
bulan, 3 bulan, dan 6 bulan post operasi antara
metode Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK)
dengan metode Fakoemulsifikasi di Poli Mata
RSUD Dr. Soetomo pada periode waktu
September 2014 Agustus 2015?
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Umum:
Menganalisis perbedaan perubahan tajam
penglihatan pada penderita katarak senilis 1 bulan,
3 bulan, dan 6 bulan post operasi antara metode
Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsuler (EKEK) dengan
metode Fakoemulsifikasi.


Tujuan Khusus :
1. Menjelaskan perbedaan tajam penglihatan pada penderita
katarak senilis sebelum operasi,1 bulan sesudah operasi, 3
bulan sesudah operasi, dan 6 bulan sesudah operasi dengan
menggunakan metode ECCE.
2. Menjelaskan perbedaan tajam penglihatan pada penderita
katarak senilis sebelum operasi,1 bulan sesudah operasi, 3
bulan sesudah operasi, dan 6 bulan sesudah operasi dengan
menggunakan metode Fakoemulsifikasi.
3. Membandingkan perbedaan perubahan tajam penglihatan
pada penderita katarak senilis 1 bulan sesudah operasi antara
metode ECCE dengan Fakoemulsifikasi.
4. Membandingkan perbedaan perubahan tajam penglihatan
pada penderita katarak senilis 3 bulan sesudah operasi antara
metode ECCE dengan Fakoemulsifikasi.
5. Membandingkan perbedaan perubahan tajam penglihatan
pada penderita katarak senilis 6 bulan sesudah operasi antara
metode ECCE dengan Fakoemulsifikasi.

MANFAAT PENELITIAN
Manfaat teoritis
Hasil penelitian dapat dijadikan landasan untuk
pelaksanaan penelitian perkembangan operasi
katarak selanjutnya.
Manfaat praktis
Hasil penelitian dapat dijadikan bahan
pertimbangan bagi praktisi/klinisi dalam
merencanakan tatalaksana penderita katarak.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI LENSA
KATARAK
ECCE
Teknik Operasi Fakoemulsifikasi
ANATOMI LENSA
KATARAK
Katarak berasal dari Yunani Katarrhakies. Inggris
Cataract, dan latin cataracta yang berrti air terjun.
Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa
yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan dimana terjasi
kekeruhan pada serabut atau bahan lensa didalam
kapsul lensa.
Penuaan merupakan penyebab katarak yang
terbanyak, tetapi banyak juga faktor lain yang
mungkin terlibat, antara lain : trauma, toksin,
penyakit sistemik, (misal : diabetes), merokok, dan
herediter.
Patogenesis katarak belum sepenuhnya
dimengerti. Walaupun demikian, pada lensa katarak
secara karakteristikterdapat agregat-agregat
protein yang menghamburkan berkas cahaya dan
mengurangi transparansinya. Perubahan protein
lainnya akan mengakibatkan perubahan warna
lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan
tambahan mungkin berupa vesikel diantara serat-
serat lensa atau migrasi sel epitel dan pembesaran
sel-sel epitel yang menyimpang. Sejumlah faktor
yang diduga turut berperan dalam terbentuknya
katarak, antara lain kerusakan oksidatif (dari proses
radikal bebas), sinar ultraviolet, dan malnutrisi.
KATARAK SENILIS
Katarak Insipiens
Katarak Imatur
Katarak Matur
Katarak Hipermatur
TEHNIK OPERASI EKSTRAKSI KATARAK
EKSTRA KAPSULER (EKEK)
Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana
dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah
atau merobek kapsul lensa anterior sehingga
massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan.
Insisi dilakukan diperifer kornea atau sklera anterior
kurang lebih 10-12 mm, bagian anterior kapsul
dipotong dan diangkat. Nukleus lensa diekstraksi
dan korteks lensa dibuang dengan irigasi dengan
atau tanpa aspirasi sehingga menyisakan kapsul
posterior. Insisi yang dibuat diawal harus dijahit
METODE OPERASI FAKOEMULSIFIKASI
Teknik yang memerlukan irisan yang sangat kecil,
yaitu sekitar 3 mm di sisi kornea. Teknik operasi ini
menggunakan Getaran ultrasonic akan digunakan
untuk menghilangkan katarak.Dengan alat ini lensa
dipecah dalam beberapa bagian selanjutnya
dihisap. Kemudian diteruskan dengan pemasangan
lensa tanam lipat (Foldable Intra Oculer Lens).
Keuntungan dari teknik ini adalah luka irisan
minimal, resiko infeksi kecil, tanpa jahitan,
penyembuhan lebih cepat dan rehabilitasi
visus/penglihatan lebih cepat sehingga pasien lebih
puas.
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS

Katarak senilis
Lensa keruh
Penurunan tajam penglihatan yang tidak
bisa dikoreksi
Operasi Ekstraksi +pemasangan IOL
Metode operasi
Hasil Tajam penglihatan Post operasi >1
bulan (1bulan, 3bulan, 6bulan)
EKEK Fakoemulsifikasi
Insisi minimal Insisi lebar
HIPOTESIS PENELITIAN
Ada perbedaan perubahan tajam penglihatan pada
penderita katarak senilis 1 bulan, 3 bulan, dan 6
bulan post operasi antara metode Ekstraksi Katarak
Ekstra Kapsuler (EKEK) dengan metode
Fakoemulsifikasi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analitik observasional.

Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan rancangan penelitian
prospective cohort karena pengamatan dilakukan
serial dan diikuti.

POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK
PENGAMBILAN SAMPEL
Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah pasien 1, 3, dan 6
bulan post operasi katarak dengan metode EKEK
atau Fakoemulsifikasi yang rawat jalan di Poli Mata
RSUD Dr. Soetomo Surabaya per tanggal 21
September 2014 sampai tanggal 30 September
2015 dan berusia 50 tahun.
Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah 2 kelompok sampel
dengan menggunakan data proporsi, dimana
kelompok I adalah kelompok sampel yang
menggunakan metode ECCE dan kelompok II
adalah kelompok sampel yang menggunakan
metode Fakoemulsifikasi.

Besar sampel dihitung berdasarkan rumus : dengan n
1
= n
2
= n

n = Z
1
2
/2 (p
1
q
1
+ p
2
q
2
)
d
2

Keterangan : n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
Z
1- /2
= Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan
tingkat kemaknaan (untuk = 0,05, Z =1,96)
p
1
=Proporsiperubahan tajam penglihatan menjadi kategori
good setelah operasi dengan metode ECCE (p
1
= 37,3%)
p
2
=Proporsiperubahan tajam penglihatan menjadi kategori
good setelah operasi dengan metode Fakoemulsifikasi (p =49,9%)
q
1
= 1 p
1
(Proporsi yang tidak ada perubahan tajam
penglihatan dengan metode ECCE), q
1
= 62,7%
q
2
= 1 p
2
(Proporsi yang tidak ada perubahan tajam
penglihatan dengan metode Fakoemulsifikasi),q
2
= 50,1%

Pada penelitian ini besar sampel minimal
yang dibutuhkan adalah 186 sampel.
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara Simple random sampling.

LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poli Mata RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.

Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai sejak bulan September 2014
sampai September 2015.

KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah pasien 1, 3, dan 6 bulan post
operasi katarak senilis dengan metode EKEK atau
Fakoemulsifikasi yang dirawat di Poli Mata RSUD Dr.
Soetomo Surabaya per tanggal 21 September 2014
sampai 30 September 2015 dan berusia 50 tahun.

Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi adalah pasien dengan kelainan lain
pada mata (glaukoma, infeksi bola mata, ablasio retina),
kelainan sistemik (diabetes mellitus tipe II, hipertensi),
gangguan mental,tidak ada riwayat trauma.

VARIABEL PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL VARIABEL
Variabel Penelitian
Variabel Bebas :
EKEK,Fakoemulsifikasi
Variabel Tergantung :
Perubahan Tajam Penglihatan
Variabel Luar :
Kompetensi dokter spesialis mata yang melakukan
operasi, Instrumen operasi, Aktivitas harian pasien
setelah operasi, kepatuhan dalam penggunaan obat.

Definisi Operasional Variabel

1. Katarak Senilis
Pasien katarak adalah pasien yang jika diperiksa dengan slit
lamp dan oftalmoskopi memiliki kriteria berikut :

Slit lamp biomikroskop
Refleks pupil terhadap cahaya masih normal. Tampak
kekeruhan pada lensa dengan pupil yang dilebarkan
menggunakan obat-obatan midriatikum.

Oftalmoskopi
Pada stadium insipien dan immatur tampak kekeruhan
kehitam-hitaman dengan latar belakang jingga, sedangkan
pada stadium matur hanya didapatkan warna kehitaman tanpa
latar belakang jingga atau refleks fundus negatif.

2. Tajam penglihatan
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan dengan
menggunakan snellen chart, dimana tajam penglihatan
oleh peneliti dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

Poor : Light Perception (+) sampai 5/50
Borderline : 6/60 sampai 6/24
Good : 6/18 sampai 6/6

3. ECCE
ECCE adalah metode operasi ekstraksi katarak dengan
irisan 12-14 mm di limbus, menyisakan kapsul posterior,
memasang Intra Ocular Lens (IOL), diakhiri dengan
jahitan untuk menutup insisi.
4. Fakoemulsifikasi
Metode operasi dengan irisan yang sangat kecil, yaitu
sekitar 3 mm di sisi kornea. Teknik operasi ini
menggunakan Getaran ultrasonic akan digunakan untuk
menghilangkan katarak.Dengan alat ini lensa dipecah
dalam beberapa bagian selanjutnya dihisap. Kemudian
diteruskan dengan pemasangan lensa tanam lipat
(Foldable Intra Oculer Lens). Keuntungan dari teknik ini
adalah luka irisan minimal, resiko infeksi kecil, tanpa
jahitan, penyembuhan lebih cepat dan rehabilitasi
visus/penglihatan lebih cepat sehingga pasien lebih puas

5. Glaukoma
Glaukoma adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
gangguan lapang pandang dan disertai kerusakan dari
nervus opticus. Glaukoma dapat pula disertai
peningkatan tekanan bola mata diatas 21 mmHg.
6. Infeksi pada bola mata
Infeksi pada bola mata adalah semua tanda keradangan
pada bola mata yang didapatkan pada pemeriksaan
dengan slit lamp biomikroskop.
7. Ablasio retina
Ablasio retina adalah suatu keadaan lepasnya retina
sensori dari epitel pigmen retina.

8. Diabetes Mellitus Tipe II
Pasien Diabetes Mellitus Tipe II adalah pasien yang memiliki
riwayat sebagai berikut :
a. Gejala klasik DM + glukosa darah sewaktu 200 mg/dl (
11,1 mmol/l )
Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir.
b. Gejala klasik DM + glukosa darah puasa 126 mg/dl (
7,0 mmol/l )
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan
sedikitnya 8 jam.
c. Glukosa darah 2 jam pada TTGO 200 mg/dl ( 11,1
mmol/l )
Gejala klasik DM yaitu poliuri, polidipsi, dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

9. Hipertensi
Pasien hipertensi adalah pasien yang memiliki riwayat
sebagai berikut : Tekanan darah sistolik 140 mmHg
dan/atau Tekanan darah diastolik 90 mmHg pada 2 kali
pemeriksaan dengan minimal selang waktu pengukuran
2 menit.
10. Gangguan mental
Pasien gangguan mental adalah pasien yang memiliki
riwayat gangguan mental.
11. Aktivitas harian pasien setelah operasi
Aktivitas harian meliputi pekerjaan, kegiatan sehari-hari
(contoh : memasak, menyapu, mengangkat beban berat,
bersujud, menundukkan kepala, tidur dengan posisi
miring ke arah mata yang telah dioperasi, dan lain-lain)

INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
1. Status Penderita
2. Snellen Chart
3. Slit Lamp BiomikroskopMerk Zeiss
4. Oftalmoskop Merk Neitz Tipe BX-13
5. TonometriMerk Riester
6. Lembar Persetujuan Penelitian
7. SPSS 17

Prosedur Pengumpulan Data
Data berupa :
Data Primer, yaitu data yang diambil dari penderita 1, 3,
dan 6 bulan post operasi katarak dengan metode ECCE
atau Fakoemulsifikasi. Data yang diambil yaitu tekanan
intra okuler, c/d ratio, dan tajam penglihatan.

Data Sekunder, yaitu data yang diambil dari status
penderita katarak pada Dokumen Medik Kesehatan (
DMK ) berupa data tentang usia penderita, adanya
Diabetes Mellitus Tipe II, gangguan mental atau
Hipertensi yang diderita, tajam penglihatan sebelum
operasi, metode operasi yang dilakukan.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dilakukan tabulasi data.
Dilakukan uji komparasi 2 kelompok sampel
dengan data proporsi.

Pasien Poli Mata
1, 3, dan 6bulan Post
Operasi Katarak
<1bulan post operasi katarak, kelainan sistemik (diabetes mellitus,
hipertensi), gangguan mental
Infeksi (-)
Infeksi (+)

Glaukoma (-)
Glaukoma (+)
Ablasio retina (-)
Ablasio retina (+)
Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Kerangka Operasional
: Kriteria
inklusi
: Kriteria
ekslusi
Pengajuan Proposal
Penelitian
Pemeriksaan Slit Lamp
Biomikroskop
Pemeriksaan Funduskopi
Pemeriksaan Tonometri
Pemeriksaan Snellen Chart
Persiapan
Administrasi
Pengumpulan Data
Penyusunan Laporan
Penelitian
Pengolahan dan
Analisis Data
ALUR KERJA
No Kegiatan
2014 2015
8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembuatanproposal X
2 Revisi dan presentasiproposal X
3 Pengumpulan data X X X X X X X X X X X X X
4 Hasil dan analisa data X X
5 Penulisanlaporanpenelitian X X
6 Presentasipenelitian X
7 Revisi dan penyerahanhasil X
JADWAL KEGIATAN
DAFTAR PUSTAKA

Blumenthal M, Ashkenazi I, Fogel R, Assia EI. The gliding nucleus. J Cataract Refract
Surg. 1993;19:4357. [PubMed: 8501646]
El Maghraby A, Anwar M, el Sayyad F. Effect of incision size onearly postoperative visual rehabilitation
after cataract surgery andintraocular lens implantation. J Cataract Refract Surg 1993;19:4948.
Dhanapal, P., Yadalla D. How To Perform Manual Small Incision Cataract Surgery. Eye Net Magazine.
2010. June : 35-36.
Gupta AK, Tiwari HK, Ellwein LB. Cataract survey of India: results of1995 survey of ophthalmologists.
Ind J Ophthalmol 1998;46:4750.
Hersh P., Zagelbaum BM., Cremer SL., Ophtalmic Surgical Procedure. New York. Thieme : 2009 ; 40-
46
Natchiar G, Robin AL, Thulasiraj R. Attacking the backlog of Indias curable blind; the Aravind Eye
Hospital model. Arch Ophthalmol1994;112:98793.
WHO. WHO Country Cooperation Strategy 2007-2011. 2008.
Agarwal A, Agarwal S, Agarwal AT. Phakonit: a new technique of removing cataracts through a
0.9 mm incision. In: Agarwal A, et al. Phacoemulsification, Laser Cataract Surgery and FoldableIOLs.
New Dehli, India: Jaypee Brothers; 1998:139-143.
Agarwal A, Agarwal S, Agarwal AT. Phakonit and laser phakonit: lens surgery through a 0.9mm
incision. In: Agarwal S, et al. Phacoemulsification, Laser Cataract Surgery and Foldable IOLs. 2nded.
New Dehli, India: Jaypee Brothers; 2000:204-216.

Anda mungkin juga menyukai