DEFINISI Polip nasal adalah massa lunak yang tumbuh di dalam rongga hidung yang muncul ke cavum nasal. Kebanyakan polip berwarna putih bening atau keabu abuan, mengkilat, lunak karena banyak mengandung cairan (polip edematosa). Polip yang sudah lama dapat berubah menjadi kekuning kuningan atau kemerah merahan, suram dan lebih kenyal (polip fibrosa) ETIOLOGI Polip merupakan manifestasi utama dari inflamasi kronis. Beberapa kondisi yang berhubungan dengan polip nasal seperti: 1. Rhinitis alergi, 2. Sinusitis alergi jamur, 3. Sindrom Churg-Strauss 4. Fibrosis kistik, 5. Primary ciliary dyskinesia, 6. Kartagener syndrome, dan 7. Young syndrome PATOGENESIS Patogenesis polip nasal masih belum diketahui. Polip bisa berasal dari adanya epitel mukosa yang rupture oleh karena trauma, infeksi, dan alergi yang menyebabkan edema mukosa, sehingga jaringan menjadi prolaps. Polip nasal juga dapat berasal dari tekanan negatif udara yang mengalir melalui tempat yang sempit. Jaringan yang lemah akan terisap oleh tekanan negatif sehingga mengakibatkan edema mukosa dan pembentukan polip. PATOGENESIS MANIFESTASI KLINIS Gejala utama dari polip nasal adalah sumbatan hidung yang terus menerus namun dapat bervariasi tergantung dari lokasi polip. Pasien juga mengeluh keluar ingus encer dan post nasal drip. Anosmia dan hiposmia juga menjadi ciri dari polip nasal. PEMERIKSAAN Pada pemeriksaan rinoskopi anterior dan posterior dapat dijumpai massa polipoid, licin, berwarna pucat keabu-abuan yang kebanyakan berasal dari meatus media dan prolaps ke kavum nasal. Polip nasal tidak sensitif terhadap palpasi dan tidak mudah berdarah. Pemeriksaan nasoendoskopi memberikan visualisasi yang baik terutama pada polip yang kecil di meatus media.
PEMERIKSAAN Stadium polip menurut Mackay dan Lund dibagi menjadi: 1. Stadium 0: tanpa polip, 2. stadium 1: polip terbatas di meatus media, 3. Stadium 2: polip di bawah meatus media, 4. stadium 3: polip masif. Polip nasal tidak selalu bilateral, dapat unilateral. Bila unilateral membutuhkan pemeriksaan histopatologi untuk menyingkirkan keganasan atau kondisi lain seperti papiloma inverted. PEMERIKSAAN Berdasarkan penemuan histopatologi, Hellquist HB mengklassifikasikan polip nasal menjadi 4 tipe yaitu : 1. Eosinophilic edematous type (stroma edematous dengan eosinofil yang banyak), 2. Chronic inflammatory or fibrotic type (mengandung banyak sel inflamasi terutama limfosit dan neutrofil dengan sedikit eosinofil), 3. Seromucinous gland type (tipe I+hiperplasia kelenjar seromucous), 4. Atypical stromal type PEMERIKSAAN Berdasarkan jumlahnya polip dibedakan menjadi: 1. Soliter (Antrochoanal), berasal dari sel sel permukanan sinus maksila, berjumlah satu buah, umumnya unilateral, dan lebih sering ditemukan pada anak-anak serta jarang kambuh 2. Multiple (Ethmoidal), berasal dari sel sel permukaan sinus ethmoidalis, berjumlah lebih dari satu, lebih sering bilateral, dan lebih sering ditemukan pada orang dewasa serta sering kambuh. MULTIPLE SOLITER DIAGNOSIS Diagnosis polip nasal dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan rinoskopi anterior, pemeriksaan nasoendoskopi . DIAGNOSIS BANDING Polip didiagnosabandingkan dengan konka polipoid, yang ciri cirinya sebagai berikut : POLIP KONKA POLIPOID Bertangkai Mudah digerakkan Konsistensi lunak Tidak nyeri tekan Tidak mudah berdarah Pada pemakaian vasokonstriktor tidak mengecil Tidak bertangkai Sukar digerakkan Nyeri bila ditekan dengan pinset Mudah berdarah Dapat mengecil dengan vasokonstriktor PENATALAKSANAAN Terdapat beberapa pilihan pengobatan untuk polip nasal yaitu 1. Medikamentosa, misalnya: Prednison 50 mg/hari atau deksametason selama 10 hari, (tappering off). Suntikan intrapolip, misalnya triamsinolon asetonid atau prednisolon 0,5 cc, tiap 5 7 hari sekali. Obat semprot hidung yang mengandung kortikosteroid, 2. Pembedahan konvensional sederhana (polipektomi) dengan menggunakan snare polip 3. Bedah endoskopi yang memakai alat lebih lengkap. PROGNOSIS Polip hidung sering tumbuh kembali, oleh karena itu pengobatannya juga perlu ditujukan kepada penyebabnya.