Hepatic Encephalopati adalah komplikasi serius penyakit hati kronis dan secara luas
didefinisikan sebagai perubahan dalam status mental dan fungsi kognitif yang terjadi akibat
gagal hati. Pada luka hati akut dengan gagal hati fulminan. Ensefalopati jauh lebih sering
terlihat pada pasien dengan penyakit hati kronis.
Epidemiologi
encephalopati hepatic adalah sindrom yang ditemukan pada pasien dengan sirosis
hati.
kejadian ensifalopati hepatic subklinik berkisar antara 30 – 84%.
Tanda-tanda samar ensefalopati hepatik ditemukan pada 70% pasien sirosis hati.
Pada penelitian Mmorgan dan Strangen diketahui 18% dari 71 penderita sirosis hati
memberikan tes psikometri normal, 48% memperlihatkan gambaran ensefalopati
hepatic subklinik sedangkan 34% jelas tampak jelas dengan gejala dan tanda
ensefalopati hepatic.
Fitur Klinis
pasien EH mulai memperlihatkan perubahan tingkah laku dan kepribadian, seperti apatis,
iritabilitas dan disinhibisi serta perubahan kesadaran dan fungsi motorik yang
nyata. Selain itu, gangguan pola tidur semakin sering ditemukan. Pasien dapat
memperlihatkan disorientasi waktu dan ruang yang progresif, tingkah laku yang tidak sesuai
dan fase kebingungan akut dengan agitasi atau somnolen, stupor, dan pada akhirnya jatuh ke
dalam koma
Sesuai dengan perjalanan penyakit hati maka hepatic enchephalopati dibedakan atas :
1. Koma heptik akut ( fulminant hepatic failure)ditemukan pada pasien hepatitis virus,
hepatitis toksik obat, kerusakan parenkim hati yang fulminan tanpa faktor pencetus.
Ditandai dengan gejala : delirium, kejang disertai dengan edema otak.
2. Pada penyakit hati kronik dengan koma portosistemik, perjalanan tidak progesif
sehingga gejala neuropsikiatri terjadi pelan-pelan
Pada permulaanperjalanan koma hepatikum (ensefalopati subklinis) gambaran
gangguanmental mungkin berupa perubahan dalam mengambil keputusan dan
gangguan konsentrasi. Keadaaan ini dapat dinilai dengan uji psikomotor.
Kriteria West Haven membagi EH berdasarkan derajat gejalanya (Tabel 1). Stadium EH
dibagi menjadi grade 0 hingga 4, dengan derajat 0 dan 1 masuk dalam EH covert serta derajat
2-4 masuk dalam EH overt, seperti pada tabel 1.
DIAGNOSIS ENSEFALOPATI HEPATIK
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis riwayat penyakit pemeriksaan fisik dan
laboratorium (Gitlin., 1996).
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Diagnosis Banding
PENATALAKSANAAN
Secara umu tatalaksana pasien dengan koma hepatik adalah memperbaiki oksigenasi
jaringan, pemberian vitamin terutama golongan vit. B, memperbaiki keseimbangan elektrolit
dan cairan, serta menjaga agar jangan terjadi dehidrasi. Pemberian makanan berasal dari
protein dikurangi atau dihentikan sementara, dan dapat diberikan kembali setelah mengalami
perbaikan. Protein dapat ditingkatkan secara bertahap. Disesuaikan dengan respon klinis, dan
diberikan protein 40-60 gram sehari
Sumber protein terutama dari campuran asam amino rantai cabang. Pemerian asam amino ini
diharapkan akan menormalkan keseimbangan asama amino sehingga neurotrasnmiter asli dan
palsu akan berimbang dan kemungkinan dapat meningkatkan metabolisme amonia di otot.
Laktulosa merupakan suatu disakarida sintesis yang tidak diabsorpsi oleh usus halus, tetapi
dihidrolisis oleh bakteri usus besar, sehingga terjadi lingkungan PH asam yang akan
menghambat penyerapan amoniak. Selain itu frekuensi defekasi akan bertambah sehingga
memperpendek waktu transit protein di usus. Penggunaan laktulosa bersama antibiotika yang
tidak diabsorpsi usus seperti neomisin, akan memberikan hasil yang baik.
Neomisin diberikan 2-4 gram perhari baik secara oral, kecuali terdapat tanda-tanda ileus.
Metronidazol 4x 250 ml perhari merupakan alternatif.
Upaya pembersihan saluran cerna bagian bawah dilakukan terutama kalau terjadi pendarahan
saluran cerna (hematemesis/melena) agar darah sumber toksin nitrogen segera dikeluarkan
Prognosis
Pada koma hepatik portosistemik sekunder, bila faktor-faktor pencetus teratasi, maka dengan
pengobatan standar hampir 80% pasien akan kembali sadar, pad apasien dengan koma
hepatik primer dan penyakit berat prognosis akan lebih buruk bila disertai hipoalbuminemia,
ikterus, serta ascites. Sementara koma hepatik akibat gagal hati fulminant kemuungkinan
hanya 20% yang dapat sadar kembali setelah dirawat.
Hipertensi portal
Hipertensi portal didefinisikan sebagai elevasi hati gradien tekanan vena (HVPG) sampai> 5
mmHg. Hipertensi portal disebabkan oleh gabungan kedua proses hemodinamik secara
stimultan :
resistensi intrahepatik terhadap aliran darah melalui hati karena sirosis dan nodul
regeneratif meningkat,
peningkatan aliran darah splanchnic sekunder to vasodilatation within the splanchnic
vascular bed.
Epidemiologi
Portal Hipertensi secara langsung bertanggung jawab atas the two major
complications of komplikasi sirosis, perdarahan varises dan asites Pendarahan varises adalah
ancaman yang mengancam jiwa masalah dengan mortalitas 20-30% yang terkait dengan
masing-masing episode perdarahan