Anda di halaman 1dari 21

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONCHIAL

1. PENGERTIAN
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronis saluran nafas yang ditandai dengan
obstruksi jalan nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan akibat
hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan sel-sel dan elemen
seluler
2. TUJUAN
a. Dibuat dimaksudkan agar petugas kesehatan dapat melakukan penanganan penderita
asma bronchial dengan baik dan benar
b. Sebagai pedoman dalam mendiagnosa dan memberikan terapi asma
3. KEBIJAKAN
Pelaksanaan terapi Asma Bronchial harus mengikuti langkah-langkah yang tertuang
dalam prosedur kerja
DASAR HUKUM
1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2) PERMENKES Nomor 128 Tahun 2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat
3) PERMENKES Nomor 741 Tahun 2008 Tentang Sistem Dan Pelayanan Minimal
4) PERMENPAN No per/21/M.PAN/I/2008 Tentang Standar Operasionalprosedur
Administrasi Pemerintah
4. REFERENSI
Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
5. ALAT DAN BAHAN
a. Steteskop
b. Antibiotik (Jika diperlukan)
c. Tensimeter lengkap
d. Alat tulis
e. Oksigen
f. Form Informed consent
g. Buku bantu catatan pasien / Family folder
h. Bed posisi
i. Spoit 3cc dan 5cc
j. Obat Bronkodilator dan kortikostero
6. PROSEDUR PENATALAKSANAAN
a. Pasien disarankan untuk mengidentifikasi serta mengendalikan faktor pencetusnya.

b. Perlu dilakukan perencanaan dan pemberian pengobatan jangka panjang serta


menetapkan pengobatan pada serangan akut sesuai tabel di bawah ini.
Penatalaksanaan asma berdasarkan beratnya keluhan
Semua tahapan: ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan,
tidak melebihi 3-4 kali sehari
Berat asma Medikasi
pengontrol Alternatif/pilihan lain
Alternatif lain
harian
Asma
Tidak perlu
intermitten
Asma
Glukokostikosteroid
Teofilin lepas lambat
persisten
inhalasi
(200-400 Kromolin
ringan
mgBB/hari
atau Leukotriene modifiers
ekuivalennya)
Asma
Kombinasi
inhalasi Glukokostikosteroid
Ditambah
persisten
Glukokostikosteroid(400
inhalasi
(400-800
agonis
sedang
-800 mgBB/hari atau
mgBB/hari
atau
beta-2 kerja
ekuivalennya) dan agonis
ekuivalennya)
lama oral,
beta-2 kerja lama
ditambah Teofilin lepas
atau
Ditambah
lambat, atau
Glukokostikosteroid
Teofilin
inhalasi
(400-800
lepas
mgBB/hari
atau
lambat
ekuivalennya)
ditambah agonis beta-2
kerja lama oral, atau
Glukokostikosteroid
inhalasi dosis tinggi
(>800 mgBB/hari atau
ekuivalennya)atau
Glukokostikosteroid
inhalasi
(400-800
mgBB/hari
atau
ekuivalennya)
ditambah
Asma
Persisten
Berat

Kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid (>
800 ug BD atau
ekivalennya) dan agonis
beta-2 kerja lama,
ditambah 1 di bawah
ini:- teofilin lepas
lambat- leukotriene
modifiers,glukokortikost

Prednisolon/
metilprednisolon oral
selang sehari 10 mg
ditambah agonis beta-2
kerja lama oral, ditambah
teofilin lepas lambat

eroid oral
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG LANJUTAN (BILA DIPERLUKAN)
a. Fototoraks
b. Uji sensitifitas kulit
c. Spirometri
d. Uji Provokasi Bronkus
8. KONSELING DAN EDUKASI
a. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk beluk penyakit,
sifatpenyakit, perubahan penyakit (apakah membaik atau memburuk), jenis dan
mekanisme kerja obat-obatan dan mengetahui kapan harus meminta pertolongan
dokter.
b. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat asma secara berkala
(asthma control test/ ACT)
c. Pola hidup sehat.
d. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
1. Menghindari setiap pencetus.
2. Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan exercise untuk
mencegah exercise induced asma.
9. KRITERIA RUJUKAN
a. Bila sering terjadi eksaserbasi.
b. Pada serangan asma akut sedang dan berat.
c. Asma dengan komplikasi

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ASMA BRONCHIAL


1. PENGERTIAN
Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut
otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi
alveolus. ( Huddak & Gallo, 1997 )
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.
2. PENYEBAB
1. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
Reaksi antigen-antibodi
Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
2. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
Iritan : kimia
Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
Emosional : takut, cemas dan tegang
Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
3. KLASIFIKASI ASMA BRONKHIAL
Ada beberapa klasifikasi asma

beronkhial.

Beberapa

klasifikasi

tersebut

dikelompokkan berdasarkan factor-faktor tertentu. Beberapa ahli menyebutkan ada 2


golongan besar asma yang saat ini diyakini oleh para ahli.
a. Asma Ekstrinsik
Asma ekstrinsik merupakan bentuk asma yang paling umum terjadi, asma
ekstrinsik dapat disebabkan karena reaksi alergi terhadap hal-hal tertentu atau zat
allergen. Akan tetapi zat-zat allergen tersebut tidak membawa pengaruh apa-apa
terhadap mereka yang sehat. Kecenderungan alergi ini biasanya di bawa oleh karena
factor keturunan.
Setiap orang dari lahir memiliki sistem imunitas alami yang melindungi tubuhnya
terhadap serangan dari luar. Sistem ini bekerja dengan memproduksi antibodi.
Pada saat datang serangan, misalnya dari virus yang memasuki tubuh, sistem ini
akan menghimpun antibodi untuk menghadapi dan berusaha menumpas sang
penyerang. Dalam proses mempertahankan diri ini, gejala-gejala permukaan yang
mudah tampak adalah naiknya temperatur tubuh, demam, perubahan warna kulit
hingga timbul bercak-bercak, jaringan-jaringan tertentu memproduksi lendir, dan
sebagainya.
b. Asma Intrinsik
Asma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma
jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca,
kelembapan dan suhu tubuh.
Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan
tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang
baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes

mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik. Penderita asma jenis ini
kebanyakan berusia di atas 30 tahun.
Namun penting dicatat, bahwa dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang
kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas,
golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik
bersama-sama dideteksi ada pada satu orang
Sebagai contoh, dalam kasus asma bronkial (termasuk jenis ekstrinsik) yang
kronis, pada saat menangani terjadinya serangan, dokter akan sering mendiagnosa
hadirnya faktor-faktor kecemasan dan rasa panik. Keduanya adalah emosi yang
sifatnya naluriah pada saat seseorang harus berjuang agar bisa bernapas.
Selanjutnya rasa cemas dan panik ini meneruskan lingkaran setan dan
memperparah gejala serangan. Juga akan tercatat, bahwa bahan-bahan iritan
(pengganggu) dari luar seperti asap rokok dan hairspray akan memperparah kondisi
penderita. Kesimpulannya adalah, dari asal asma bronkial (termasuk asma ekstrinsik)
akan terlihat juga hadirnya faktor asma intrinsik.
Demikian pula, seseorang yang punya sejarah bronkitis di masa kanak-kanak
sering tumbuh menjadi orang dewasa yang cenderung menderita asma yang alergik,
sebagai akibat kelemahan bawaan dari masa kanak-kanaknya.
Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala.
a. Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering ataupun berdahak,
gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, mengi tidak ada atau mengi
ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80%.
b. Serangan asma akut sedang, dengan gejala: sesak dengan mengi agak nyaring, batuk
kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80%.
c. Serangan asma akut berat, dengan gejala: sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat
terputus-putus, tidak bisa barbaring, posisi harus setengan duduk agar dapat
bernapas, APE kurang dari 50%.
4. MANIFESTASI KLINIS.
a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Whezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6) BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
5. PATOFISIOLOGI
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme
otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus
intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan
resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran,
penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus,
obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah
terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan.
Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin
berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi
kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di
manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
6. KOMPLIKASI ASMA BRONKHIAL
Penyakit asma yang tidak ditangani dengan baik lambat-laun akan berakibat pada
terjadinya komplikasi (Mansjoer, 2008) dimana dapat menyebabkan beberapa penyakit

sebagai berikut yaitu, terjadinya pneumotorak, pneumomediastinum, emfisema subkutis,


aspergilosis, atelektasis, gagal napas, bronkitis, fraktur iga, dan bronkopulmonar alergik.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Spirometri
b. Uji provokasi bronkus
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Uji kulit
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g. Foto dada
h. Analisis gas darah
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik.
1) Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada
pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini
dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2) Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini
adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada
orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason
dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena
pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat
steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3) Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma
adalah sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan),
pemberian cairan, fisiotherapy, dan beri O2 bila perlu.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ASMA BRONCHIAL


1. PENGKAJIAN
a. Anamnesia
Anamnesis

pada

penderita

asma

sangat

penting,

berguna

untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi


pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri
individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai
kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala
tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk,

yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otototot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a. Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b. Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d. Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem Pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak
jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi
infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai
ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.

6) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan


Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior

rongga dada yang pada perkusi terdengar hipersonor.


Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot
bantu napas (antar iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi

suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan cuping hidung


7) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal
dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5
mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

4.

penurunan masukan oral


Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi/tidak mengenal sumber

informasi
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

N
o
1

Diagnosa

NOC

Bersihan

NIC

jalan Setelah dilakukan tindakan


Airway Management
nafas tidak efektif keperawatan selama ...x 24 jam,
Buka jalan nafas,
pasien mampu :
berhubungan
guanakan teknik chin
Respiratory status : Ventilation
dengan tachipnea, Respiratory status : Airway patency
lift atau jaw thrust
Aspiration Control,
peningkatan
bila perlu
Dengan kriteria hasil :
Posisikan
pasien
produksi
mukus,
Mendemonstrasikan batuk efektif
untuk
kekentalan sekresi
dan suara nafas yang bersih, tidak
memaksimalkan
dan bronchospasme
ada sianosis dan dyspneu (mampu
ventilasi
mengeluarkan sputum, mampu Identifikasi
pasien
bernafas dengan mudah, tidak ada

pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang

perlunya

paten (klien tidak merasa tercekik,

jalan nafas buatan


Pasang mayo bila

pemasangan

irama nafas, frekuensi pernafasan


dalam rentang normal, tidak ada

suara nafas abnormal)


Mampu mengidentifikasikan dan
mencegah factor yang dapat

perlu
Lakukan

alat

fisioterapi

dada jika perlu


Keluarkan
sekret
dengan batuk atau

menghambat jalan nafas

suction
Auskultasi

suara

nafas, catat adanya

suara tambahan
Lakukan
suction

pada mayo
Berikan
bronkodilator

perlu
Berikan

bila

pelembab

udara Kassa basah

NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan

keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2

Gangguan
pertukaran
berhubungan

Setelah

dilakukan

tindakan Airway Management

gas keperawatan selama ... x 24 jam,

Buka

jalan

nafas,

pasien mampu :

gunakan teknik chin

dengan perubahan respiratory Status : Gas exchange


membran kapiler- respiratory Status : ventilation
vital Sign Status
alveolar
Dengan kriteria hasil :

lift atau jaw thrust

Mendemonstrasikan

peningkatan

bila perlu

Posisikan

pasien

untuk
memaksimalkan

ventilasi

dan

oksigenasi

yang

ventilasi

adekuat

Memelihara kebersihan paru paru

Identifikasi

dan bebas dari tanda tanda distress

pemasangan

pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan

sputum,

mampu

bernafas dengan mudah, tidak ada


pursed lips)

perlunya
alat

jalan nafas buatan

Pasang

mayo

bila

perlu

Lakukan

fisioterapi

dada jika perlu

Keluarkan

sekret

dengan batuk atau

Tanda-tanda vital dalam rentang


normal

pasien

suction

Auskultasi

suara

nafas, catat adanya


suara tambahan

Lakukan

suction

pada mayo

Berikan
bronkodilator

bila

perlu

Barikan

pelembab

udara

Atur

intake

untuk

cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.

Monitor respirasi dan


status O2

Respiratory Monitoring

Monitor rata rata,


kedalaman,

irama

dan usaha respirasi

Catat

pergerakan

dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan

otot

tambahan,

retraksi

otot supraclavicular
dan intercostal

Monitor suara nafas,


seperti dengkur

Monitor pola nafas :


bradipena, takipenia,
kussmaul,
hiperventilasi,
cheyne stokes, biot

Catat lokasi trakea

Monitor
otot

kelelahan
diagfragma

(gerakan paradoksis)

Auskultasi
nafas,

suara

catat

penurunan

area

tidak

adanya ventilasi dan


suara tambahan

Tentukan kebutuhan
suction

dengan

mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada

jalan

napas

utama

Auskultasi

suara

paru setelah tindakan


untuk
hasilnya

mengetahui

Ketidakseimbanga
n

nutrisi

dari

kurang

kebutuhan

Nutritional status:
Adequacy of nutrient
Nutritional Status : food and Fluid

Intake
tubuh berhubungan Weight Control
dengan penurunan
Kriteria hasil
masukan oral
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
Capacity
Jumlah limfosit

Kaji adanya alergi

makanan
Kolaborasi

dengan

ahli

gizi

untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi
yang dibutuhkan

pasien
Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat

untuk

mencegah konstipasi
Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat catatan

makanan harian.
Monitor
adanya
penurunan BB dan

gula darah
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut

kusam,

total protein, Hb dan

kadar Ht
Monitor mual dan

muntah
Monitor
kemerahan,

pucat,
dan

kekeringan jaringan

konjungtiva
Monitor

intake

nuntrisi
Informasikan

pada

klien

dan

keluarga tentang

manfaat nutrisi
Anjurkan
banyak

minum
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah

dan

cavitas

oval
4

Kurang

Setelah

pengetahuan
berhubungan
dengan

informasi

Jelaskan

proses

keperawatan selama .. x 24 jam,

penyakit

individu

pasien mampu :

dan keluarga
Instrusikan

kurang Pengetahuan tentang asma broncial

informasi/tidak
mengenal

tindakan

dilakukan

latihan

meningkat

sumber Dengan kriteria hasil :

Menyatakan pemahaman kondisi /

proses penyakit dan tindakan.


Mengidentifikasi hubungan tanda /
gejala

yang

ada

dari

batuk efektif.
Diskusikan tentang
obat

yang

digunakan,

efek

yang

penyakit dan menghubung dengan

dan

samping, dan reaksi

proses

faktor penyebab.

nafas

untuk

diinginkan
Beritahu

tidak
tehnik

Melakukan perubahan pola hidup

pengguanaan inhaler

dan berparisipasi dalam program

ct : cara memegang,

pengobatan.

interval semprotan,

cara membersihkan.
Tekankan
pentingnya
perawatan

oral/kebersihan gigi
Beritahu
efek
bahaya merokok dan
nasehat

untuk

berhenti

merokok

pada

klien

atau

orang terdekat
Berikan informasi
tentang pembatasan

aktivitas.
tindakan Pengkajian:
dengan keperawatan selama .. x 24 jam, kaji

Ansietas berhubngan
perubahan
kesehatan

Setelah

dilakukan

status pasien mampu :

ansietas

berkurang,

dibuktikan

oleh tingkat ansietas hanya ringan


sampai

sedang

dan

selau

menunjukkan pengendalian diri

terhadap ansietas, diri, koping.


Menunjukkan pengendalian diri
terhadap ansietas; yang dibuktikan
oleh indicator sebagai berikut:
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Selalu
Indicator
Merencanakan
strategi koping
untuk situasi penuh
tekanan
Mempertahankan
performa peran
Memantau distorsi
persepsi
Memantau
manifestasi
perilaku ansietas
Menggunakan
teknik relaksasi
untuk meredakan

1 2 3 4 5

dokumentasikan
tingkat kecemasan
pasien,
termasuk
reaksi
fisik
setiap..
kaji untuk factor
budaya

yang

menjadi penyebab
ansietas
gali bersama pasien

tenteng tehnik yang


berhasil dan tidak
berhasil
menurunkan
ansietas dimasa lalu
reduksi
ansietas

Dengan kriteria hasil:

dan

(NIC); menentukan
kemampuan
pengambilan
keputusan pasien
Penyuluhan
untuk
pasien dan keluarga :
buat
rencana
penyuluhan dengan
tujuan ang realistis,
termasuk kebutuhan
untuk pengulangan,
dukungan
dan
pujian
terhadap
tugas-tugas
yang

telah dipelajari
berikan informasi

mengenai sumber
komunitas
yang
tersedia,
seperti
teman,
tetangga,
kelompok
swabantu,
tempat
ibadah,
lembaga
sukarelawan
dan
pusat rekreasi
informasikan

tentang
ansietas
ajarkan

keluarga bagaimana
membedakan antara
serangan panic dan
gejala penyakit fisik
penurunan ansietas

ansietas

gejala
anggota

(NIC);sediakan
informasi
factual
menyangkut
diagnosis, terapi dan
prognosis
instruksikan pasien
tentang penggunaan
teknik
relaksasi
jelaskan
semua
prosedur, termasuk
sensasi
yang
biasanya
dialami
selama prosedur

Aktivitas kolaboratif:
penurunan ansietas
(NIC); berikan obat

untuk menurunkan
ansietas jika perlu
Aktivitas lain:
pada saat

ansietas

berat,
dampingi
pasien, bicara dengan
tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa
nyaman
beri dorngan kepada

pasien
untuk
mengungkapkan
secara verbal pikiran
dan perasaan untuk
mengeksternalisasika
n ansietas
bantu pasien untuk

memfokuskan pada
situasi
saat
ini,
sebagai cara untuk
mengidentifikasi
mekanisme
koping
yang
dibutuhkan
untuk
mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan

melaui televise, radio,


permainan
serta
terapi okupasi untuk
menurunkan ansietas
dan
memperluas
fokus
coba teknik seperti

imajinasi
bombing
dan
relaksasi
progresif
dorong pasien untuk

mengekspresikan
kemarahan dan iritasi,
serta izinkan pasien
untuk menangis
yakinkan
kembali

pasien
melalui
sentuhan, dan sikap
empatik secara verbal
dan nonverbal secara
bergantian
sediakan lingkungan

yang tenang dan


batasi kontak dengan
orang lain
sarankan
terapi

alternative
untuk
mengurangi ansietas
yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-

sumber ansietas jika


memungkinkan
penurunan ansietas

(NIC);
gunakan
pendekatan
yang
tenang
dan
meyakinkan
nyatakan
dengan

jelas tentang harapan


terhadap
perilaku
pasien
damping
pasien
untuk
meningkatkan
keamanan
dan
mengurangi
rasa
takut
berikan
pijatan
punggung,

pijatan

leher jika perlu


jaga
peralatan

perawatan jauh dari


pandangan
bantu pasien untuk
mengidentifikasi
situasi
yang
mencetuskan ansietas

DISCHARGE PLANNING
1. Menganjurkan Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan, mendeteksi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
2. Menganjurkan pasien untuk Menghindari agen penyebab serangan antara lain bantal,
kasur (kapas), pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, kuda, sabun, makanan tertentu,
jamur dan serbuk sari.
3. Menganjurkan pasien untuk segera melaporkan tanda-tanda dan gejala yang menyulitkan
seperti bangun saat malam hari dengan serangan akut atau mengalami infeksi pernafasan.
4. Hidrasi adekuat harus dipertahankan untuk menjaga sekresi agar tidak mengental.
5. Pasien harus diingatkan bahan infeksi harus dihindari karena infeksi dapat mencetuskan
serangan.
6. Menganjurkan pasien untuk Menggunakan obat-obat sesuai dengan resep.
7. Menganjurkan pasien untuk Kontrol ke dokter sesuai pesanan.

DAFTAR PUSTAKA
Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti
Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media
FKUI. Jakarta.

Acsulapius.

Anda mungkin juga menyukai