1. PENGERTIAN
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronis saluran nafas yang ditandai dengan
obstruksi jalan nafas yang dapat hilang dengan atau tanpa pengobatan akibat
hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan sel-sel dan elemen
seluler
2. TUJUAN
a. Dibuat dimaksudkan agar petugas kesehatan dapat melakukan penanganan penderita
asma bronchial dengan baik dan benar
b. Sebagai pedoman dalam mendiagnosa dan memberikan terapi asma
3. KEBIJAKAN
Pelaksanaan terapi Asma Bronchial harus mengikuti langkah-langkah yang tertuang
dalam prosedur kerja
DASAR HUKUM
1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
2) PERMENKES Nomor 128 Tahun 2004 Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan
Masyarakat
3) PERMENKES Nomor 741 Tahun 2008 Tentang Sistem Dan Pelayanan Minimal
4) PERMENPAN No per/21/M.PAN/I/2008 Tentang Standar Operasionalprosedur
Administrasi Pemerintah
4. REFERENSI
Perawatan Dasar DEPKES RI Tahun 2014
5. ALAT DAN BAHAN
a. Steteskop
b. Antibiotik (Jika diperlukan)
c. Tensimeter lengkap
d. Alat tulis
e. Oksigen
f. Form Informed consent
g. Buku bantu catatan pasien / Family folder
h. Bed posisi
i. Spoit 3cc dan 5cc
j. Obat Bronkodilator dan kortikostero
6. PROSEDUR PENATALAKSANAAN
a. Pasien disarankan untuk mengidentifikasi serta mengendalikan faktor pencetusnya.
Kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid (>
800 ug BD atau
ekivalennya) dan agonis
beta-2 kerja lama,
ditambah 1 di bawah
ini:- teofilin lepas
lambat- leukotriene
modifiers,glukokortikost
Prednisolon/
metilprednisolon oral
selang sehari 10 mg
ditambah agonis beta-2
kerja lama oral, ditambah
teofilin lepas lambat
eroid oral
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG LANJUTAN (BILA DIPERLUKAN)
a. Fototoraks
b. Uji sensitifitas kulit
c. Spirometri
d. Uji Provokasi Bronkus
8. KONSELING DAN EDUKASI
a. Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk beluk penyakit,
sifatpenyakit, perubahan penyakit (apakah membaik atau memburuk), jenis dan
mekanisme kerja obat-obatan dan mengetahui kapan harus meminta pertolongan
dokter.
b. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat asma secara berkala
(asthma control test/ ACT)
c. Pola hidup sehat.
d. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
1. Menghindari setiap pencetus.
2. Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan exercise untuk
mencegah exercise induced asma.
9. KRITERIA RUJUKAN
a. Bila sering terjadi eksaserbasi.
b. Pada serangan asma akut sedang dan berat.
c. Asma dengan komplikasi
Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus
mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif.
2. PENYEBAB
1. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)
Reaksi antigen-antibodi
Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)
2. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)
Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal
Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur
Iritan : kimia
Polusi udara : CO, asap rokok, parfum
Emosional : takut, cemas dan tegang
Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
3. KLASIFIKASI ASMA BRONKHIAL
Ada beberapa klasifikasi asma
beronkhial.
Beberapa
klasifikasi
tersebut
mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik. Penderita asma jenis ini
kebanyakan berusia di atas 30 tahun.
Namun penting dicatat, bahwa dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang
kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas,
golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik
bersama-sama dideteksi ada pada satu orang
Sebagai contoh, dalam kasus asma bronkial (termasuk jenis ekstrinsik) yang
kronis, pada saat menangani terjadinya serangan, dokter akan sering mendiagnosa
hadirnya faktor-faktor kecemasan dan rasa panik. Keduanya adalah emosi yang
sifatnya naluriah pada saat seseorang harus berjuang agar bisa bernapas.
Selanjutnya rasa cemas dan panik ini meneruskan lingkaran setan dan
memperparah gejala serangan. Juga akan tercatat, bahwa bahan-bahan iritan
(pengganggu) dari luar seperti asap rokok dan hairspray akan memperparah kondisi
penderita. Kesimpulannya adalah, dari asal asma bronkial (termasuk asma ekstrinsik)
akan terlihat juga hadirnya faktor asma intrinsik.
Demikian pula, seseorang yang punya sejarah bronkitis di masa kanak-kanak
sering tumbuh menjadi orang dewasa yang cenderung menderita asma yang alergik,
sebagai akibat kelemahan bawaan dari masa kanak-kanaknya.
Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala.
a. Asma akut ringan, dengan gejala: rasa berat di dada, batuk kering ataupun berdahak,
gangguan tidur malam karena batuk atau sesak napas, mengi tidak ada atau mengi
ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari 80%.
b. Serangan asma akut sedang, dengan gejala: sesak dengan mengi agak nyaring, batuk
kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80%.
c. Serangan asma akut berat, dengan gejala: sesak sekali, sukar berbicara dan kalimat
terputus-putus, tidak bisa barbaring, posisi harus setengan duduk agar dapat
bernapas, APE kurang dari 50%.
4. MANIFESTASI KLINIS.
a. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
2) Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Whezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E
6) BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan
1) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
2) Whezing
3) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
4) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
1) Batuk, ronchi
2) Sesak nafas berat dan dada seolah olah tertekan
3) Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan
4) Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus
7) Sianosis
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
9) Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri
10) Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik
5. PATOFISIOLOGI
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme
otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus
intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan
resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran,
penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus,
obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah
terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen
menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan.
Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin
berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi
kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di
manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
6. KOMPLIKASI ASMA BRONKHIAL
Penyakit asma yang tidak ditangani dengan baik lambat-laun akan berakibat pada
terjadinya komplikasi (Mansjoer, 2008) dimana dapat menyebabkan beberapa penyakit
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Spirometri
b. Uji provokasi bronkus
c. Pemeriksaan sputum
d. Pemeriksaan cosinofit total
e. Uji kulit
f. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
g. Foto dada
h. Analisis gas darah
8. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik
dan pengobatan farmakologik.
1) Pengobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim
kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada
pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor
pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini
dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2) Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak
antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini
adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan
bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada
orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus
diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason
dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena
pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat
steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak .
Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat
bronkodilator.
3) Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit
dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20
mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dapat dilakukan pada penderita asma
adalah sebagai berikut, yaitu memberikan penyuluhan (pendidikan kesehatan),
pemberian cairan, fisiotherapy, dan beri O2 bila perlu.
pada
penderita
asma
sangat
penting,
berguna
untuk
yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk
mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otototot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3) Thorak
a. Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat
dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
b. Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
d. Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4
detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c. Sistem Pernafasan
1) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya
menjadi produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak
jernih atau putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi
infeksi sekunder.
2) Frekuensi pernapasan meningkat
3) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai
ronchi kering dan wheezing.
5) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
4.
informasi
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N
o
1
Diagnosa
NOC
Bersihan
NIC
pursed lips)
Menunjukkan jalan nafas yang
perlunya
pemasangan
perlu
Lakukan
alat
fisioterapi
suction
Auskultasi
suara
suara tambahan
Lakukan
suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator
perlu
Berikan
bila
pelembab
NaCl Lembab
Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan
status O2
Gangguan
pertukaran
berhubungan
Setelah
dilakukan
Buka
jalan
nafas,
pasien mampu :
Mendemonstrasikan
peningkatan
bila perlu
Posisikan
pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
dan
oksigenasi
yang
ventilasi
adekuat
Identifikasi
pemasangan
pernafasan
Mendemonstrasikan batuk efektif
dan suara nafas yang bersih, tidak
ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan
sputum,
mampu
perlunya
alat
Pasang
mayo
bila
perlu
Lakukan
fisioterapi
Keluarkan
sekret
pasien
suction
Auskultasi
suara
Lakukan
suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator
bila
perlu
Barikan
pelembab
udara
Atur
intake
untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
Respiratory Monitoring
irama
Catat
pergerakan
dada,amati
kesimetrisan,
penggunaan
otot
tambahan,
retraksi
otot supraclavicular
dan intercostal
Monitor
otot
kelelahan
diagfragma
(gerakan paradoksis)
Auskultasi
nafas,
suara
catat
penurunan
area
tidak
Tentukan kebutuhan
suction
dengan
mengauskultasi
crakles dan ronkhi
pada
jalan
napas
utama
Auskultasi
suara
mengetahui
Ketidakseimbanga
n
nutrisi
dari
kurang
kebutuhan
Nutritional status:
Adequacy of nutrient
Nutritional Status : food and Fluid
Intake
tubuh berhubungan Weight Control
dengan penurunan
Kriteria hasil
masukan oral
Albumin serum
Pre albumin serum
Hematokrit
Hemoglobin
Total iron binding
Capacity
Jumlah limfosit
makanan
Kolaborasi
dengan
ahli
gizi
untuk menentukan
jumlah kalori dan
nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
Yakinkan diet yang
dimakan
mengandung tinggi
serat
untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan
pasien
bagaimana
membuat catatan
makanan harian.
Monitor
adanya
penurunan BB dan
gula darah
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut
kusam,
kadar Ht
Monitor mual dan
muntah
Monitor
kemerahan,
pucat,
dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor
intake
nuntrisi
Informasikan
pada
klien
dan
keluarga tentang
manfaat nutrisi
Anjurkan
banyak
minum
Catat adanya edema,
hiperemik,
hipertonik papila
lidah
dan
cavitas
oval
4
Kurang
Setelah
pengetahuan
berhubungan
dengan
informasi
Jelaskan
proses
penyakit
individu
pasien mampu :
dan keluarga
Instrusikan
informasi/tidak
mengenal
tindakan
dilakukan
latihan
meningkat
yang
ada
dari
batuk efektif.
Diskusikan tentang
obat
yang
digunakan,
efek
yang
dan
proses
faktor penyebab.
nafas
untuk
diinginkan
Beritahu
tidak
tehnik
pengguanaan inhaler
ct : cara memegang,
pengobatan.
interval semprotan,
cara membersihkan.
Tekankan
pentingnya
perawatan
oral/kebersihan gigi
Beritahu
efek
bahaya merokok dan
nasehat
untuk
berhenti
merokok
pada
klien
atau
orang terdekat
Berikan informasi
tentang pembatasan
aktivitas.
tindakan Pengkajian:
dengan keperawatan selama .. x 24 jam, kaji
Ansietas berhubngan
perubahan
kesehatan
Setelah
dilakukan
ansietas
berkurang,
dibuktikan
sedang
dan
selau
1 2 3 4 5
dokumentasikan
tingkat kecemasan
pasien,
termasuk
reaksi
fisik
setiap..
kaji untuk factor
budaya
yang
menjadi penyebab
ansietas
gali bersama pasien
dan
(NIC); menentukan
kemampuan
pengambilan
keputusan pasien
Penyuluhan
untuk
pasien dan keluarga :
buat
rencana
penyuluhan dengan
tujuan ang realistis,
termasuk kebutuhan
untuk pengulangan,
dukungan
dan
pujian
terhadap
tugas-tugas
yang
telah dipelajari
berikan informasi
mengenai sumber
komunitas
yang
tersedia,
seperti
teman,
tetangga,
kelompok
swabantu,
tempat
ibadah,
lembaga
sukarelawan
dan
pusat rekreasi
informasikan
tentang
ansietas
ajarkan
keluarga bagaimana
membedakan antara
serangan panic dan
gejala penyakit fisik
penurunan ansietas
ansietas
gejala
anggota
(NIC);sediakan
informasi
factual
menyangkut
diagnosis, terapi dan
prognosis
instruksikan pasien
tentang penggunaan
teknik
relaksasi
jelaskan
semua
prosedur, termasuk
sensasi
yang
biasanya
dialami
selama prosedur
Aktivitas kolaboratif:
penurunan ansietas
(NIC); berikan obat
untuk menurunkan
ansietas jika perlu
Aktivitas lain:
pada saat
ansietas
berat,
dampingi
pasien, bicara dengan
tenang, dan berikan
ketenangan serta rasa
nyaman
beri dorngan kepada
pasien
untuk
mengungkapkan
secara verbal pikiran
dan perasaan untuk
mengeksternalisasika
n ansietas
bantu pasien untuk
memfokuskan pada
situasi
saat
ini,
sebagai cara untuk
mengidentifikasi
mekanisme
koping
yang
dibutuhkan
untuk
mengurangi
ansietas
sediakan pengalihan
imajinasi
bombing
dan
relaksasi
progresif
dorong pasien untuk
mengekspresikan
kemarahan dan iritasi,
serta izinkan pasien
untuk menangis
yakinkan
kembali
pasien
melalui
sentuhan, dan sikap
empatik secara verbal
dan nonverbal secara
bergantian
sediakan lingkungan
alternative
untuk
mengurangi ansietas
yang dapat diterima
oleh pasien
singkirkan sumber-
(NIC);
gunakan
pendekatan
yang
tenang
dan
meyakinkan
nyatakan
dengan
pijatan
DISCHARGE PLANNING
1. Menganjurkan Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan, mendeteksi
substansi yang mencetuskan terjadinya serangan.
2. Menganjurkan pasien untuk Menghindari agen penyebab serangan antara lain bantal,
kasur (kapas), pakaian jenis tertentu, hewan peliharaan, kuda, sabun, makanan tertentu,
jamur dan serbuk sari.
3. Menganjurkan pasien untuk segera melaporkan tanda-tanda dan gejala yang menyulitkan
seperti bangun saat malam hari dengan serangan akut atau mengalami infeksi pernafasan.
4. Hidrasi adekuat harus dipertahankan untuk menjaga sekresi agar tidak mengental.
5. Pasien harus diingatkan bahan infeksi harus dihindari karena infeksi dapat mencetuskan
serangan.
6. Menganjurkan pasien untuk Menggunakan obat-obat sesuai dengan resep.
7. Menganjurkan pasien untuk Kontrol ke dokter sesuai pesanan.
DAFTAR PUSTAKA
Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.
Sumber: Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti
Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.
Doenges, EM, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media
FKUI. Jakarta.
Acsulapius.