Timah Khusnul Khotimah1) Titis Sensussiana 2) 1 Mahasiswa Prodi D3 STIKes Kusuma Husada Surakarta Email : Imahkhusnul06@gmail.com 2 Dosen Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Email : tsensussiana@gmail.com ABSTRAK Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil disebabkan oleh hal-hal lain (aspirasi, radiasi dll). Adapun mikroorganisme penyebab pneumonia adalah pneumonia topical (klasik) atau Community Acquired Pneumonia (CAP), pneumonia atipikal (nasokomial), pneumonia aspirasi, dan pneumonia immuncompromised. Salah satu masalah akibat pneumonia ini adalah adanya penumpukan sputum pada saluran pernapasan. Beberapa gejala klinis akibat adanya penumpukan sputum ini adalah pernapasan cuping hidung, peningkatan respiratory rate, dypsneu, timbul suara krekels saat diauskultasi, dan kesulitan bernapas. Kesulitan bernapas akan menghambat pemenuhan suplai oksigen sehingga suplai oksigen berkurang. Berkurangnya suplai oksigen dalam tubuh akan membuat kematian sel, hipoksemia dan penurunan kesadaran. Penanganan pada pasien pneumonia dengan masalah kebersihan jalan napas bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasan sehingga suplai oksigen yang masuk ke dalam tubuh dapat terpenuhi dan gangguan akibat berkurangnya suplai oksigen tidak terjadi. Metode yang diterapkan dalam menangani gangguan kebersihan jalan napas ini sesuai dengan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan pernapasan, salah satu tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan untuk membersihkan saluran pernapasan dari sputum yaitu fisioterapi dada. Setelah melakukan fisioterapi dada pada pasien, sputum berhasil dikeluarkan dari tindakan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa gangguan kebersihan jalan napas pasien teratasi. Intervensi dilanjutkan dengan menganjurkan ibu pasien untuk memberikan tindakan fisioterapi dada pada anak secara mandiri jika anak kambuh kembali dirumah. Kata kunci: Asuhan Keperawatan, Kebersihan Jalan Napas, Fisioterapi Dada Diploma 3 Nursing Study Program STIKes Kusuma Husada Surakarta 2019
NURSING CARE ON CHILDREN WITH PNEUMONIA IN FULFILLMENT
OF OXYGENATION NEED Timah Khusnul Khotimah1) Titis Sensussiana 2) 1 Student of D3 Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta Email : Imahkhusnul06@gmail.com 2 Lecturer of D3 Nursing Study Program of STIKes Kusuma Husada Surakarta Email : tsensussiana@gmail.com ABSTRACT
Pneumonia is inflammation of the lung parenchyma caused by microorganisms
(viruses/bacteria) and other things (aspiration, radiation, etc.). The microorganisms that cause pneumonia are topical (classic) pneumonia or Community-Acquired Pneumonia (CAP), atypical pneumonia (nosocomial), aspiration pneumonia, and immunocompromised pneumonia. One of the problems caused by pneumonia is the buildup of sputum in the respiratory tract. Some of the clinical symptoms due to sputum buildup are nasal lobe breathing, increased respiratory rate, dyspnea, creaking sounds when he is consulted, and difficulty breathing. Difficulty in breathing will inhibit the fulfillment of oxygen supply so that oxygen supply is reduced. Reduced oxygen supply will cause cell death, hypoxemia, and decreased consciousness. Treatment of pneumonia patients with airway hygiene problems aimed to cleanse the respiratory tract so that the oxygen supply that enters the body can be fulfilled. The method applied in dealing with airway hygiene disorders by following nursing care in patients with respiratory disorders. The independent nursing procedure to purify the respiratory tract from sputum is chest physiotherapy. Sputum was successfully removed after chest physiotherapy in patients. Based on these actions, it can be concluded that the disruption of the patient's airway clearance is resolved. The intervention continued with promoting the patient's parents to provide chest physiotherapy actions to the child independently if a relapse returned. Keywords: Nursing Care, Airway Clearance, Chest Physiotherapy PENDAHULUAN Medis RSUD Moewardi Surakarta, Pneumonia adalah suatu proses 2016) inflamasi pada alveoli paru-paru Berdasarkan data yang dirilis disebabkan olehmikroorganisme dan oleh Direktorat Jenderal Pengendalian non mikroorganisme yaitu aspirasi Penyakit danPenyehatan Lingkungan makanan atau isi lambung, (Ditjen P2PL) Kemenkes RI, tahun hidrokarbon,bahan lipoid, reaksi 2015 ini di dunia diperkirakan 5,9 hipersensititas, imbas obat dan radiasi. jutabalita meninggal dan 16% Adapun mikroorganisme (944.000) di antaranya karena penyebabpneumonia ialah Pneumonia. Sementara di Indonesia, Streptococcus pneumoniae (paling hasilSample Registration System sering), Chlamidia pneumoniae (SRS) tahun 2014 dinyatakan bahwa danMycoplasma pneumoniae.Selain Pneumonia merupakan itu juga dapat disebabkan oleh penyebabkematian nomor 3 pada Streptococcuspyogenes,Staphylococcu balita, yaitu sebesar 9,4 % dari jumlah s aureus, Haemophyllus influenzae, kematian balita. Diperkirakan 2- Mycobactrium tuberculosis, 3orang balita setiap jam meninggal Salmonella. Pada bayi dan anak umur karena Pneumonia. Jumlah kasus kurang dari 5 tahun 45% Pneumonia balita yangdilaporkan pada daripneumonia disebabkan oleh virus tahun 2014 adalah 600.682 kasus dan dan yang terbanyak yaitu virus 32.025 di antaranya adalah Pneumonia influenzae dan respiratorysincitial Berat(5,3%), dari 100 balita virus, dan penyebab yang lain ialah Pneumonia diperkirakan 3 diantaranya para influenzae virus, adeno virus, meninggal, sementara jika rhyno virus danmetapneumo virus. menderitaPneumonia berat maka risiko (Widagdo, 2012) kematian lebih besar bisa mencapai Pada balita pneumonia ditandai 60% terutama pada dengan adanya gejala batuk dan atau bayi.Padakebanyakan kasus gangguan kesukaran bernapasseperti napas cepat, pernafasan yang terjadi pada anak tarikan dinding dada bagian bawah ke bersifat ringan, akan tetapi dalam (TDDK), atau sepertigakasus mengharuskan anak gambaranradiologi foto thorax/dada mendapatkan penanganan khusus, menunjukkan infiltrat paru akut akibatnya anak lebih mungkin sedangkan demam bukan untukmemerlukan kunjungan ke merupakangejala yang spesifik pada penyedia layanan kesehatan seperti balita. (Kementerian Kesehatan RI, pada penyakit asma, 2012). bronchitis,pneumonia. Penyakit- Menurut catatan rekam medis penyakit saluran pernapasan pada menunjukkan bahwa angka kejadian masa bayi dan anak-anak dapat penderita pneumoniapada tahun 2016, pulamemberi kecacatan sampai pada dengan jumlah penderita pneumonia masa dewasa,dimana ditemukan anak sebanyak 1.557 orang.( Rekam adanya hubungan denganterjadinya Chronic Obstructive Pulmonary yanglama keadaan ini akan Disease.. Diperkirakan 2-3 orang balita menyebabkan hipoksemia lalu terus setiap jammeninggal karena berkembang menjadi hipoksia Pneumonia. Jumlah kasus Pneumonia berat,4dan penurunan kesadaran.Dari balita yang dilaporkan pada tahun tanda klinisyang muncul pada pasien 2014adalah 600.682 kasus dan 32.025 dengan pneumoniamakadapat di antaranya adalah Pneumonia Berat dirumuskan diagnosa keperawatan (5,3%), dari 100 balitaPneumonia yaitu ketidakefektifan kebersihan jalan diperkirakan 3 diantaranya meninggal, napasberhubungan dengan adanya sementara jika menderita Pneumonia penumpukan sputum. Tindakan beratmaka risiko kematian lebih besar keperawatan yang dilakukan bisa mencapai 60% terutama pada untukmengatasi masalah ini adalah bayi. Pada kebanyakan kasusgangguan fisioterapi dada, sehingga penulis pernafasan yang terjadi pada anak mengambil judul “Upaya bersifat ringan, akan tetapi sepertiga Mempertahankan Kebersihan Jalan kasusmengharuskan anak Napas dengan Fisioterapi Dada pada mendapatkan penanganan khusus, Anak Pneumonia”. akibatnya anak lebih mungkin untukmemerlukan kunjungan ke METODE PENELITIAN penyedia layanan kesehatan seperti Jenis penelitian ini adalah pada penyakit asma, diskriptif dengan menggunakan bronchitis,pneumonia. Penyakit- metode pendekatan studi kasus. Studi penyakit saluran pernapasan pada kasus merupakan rancangan penelitian masa bayi dan anak-anak dapat yang mencangkup pengkajian satu unit pulamemberi kecacatan sampai pada penelitian secara intensif (Nursalam, masa dewasa,dimana ditemukan 2009). Studi kasus ini dilakukan untuk adanya hubungan denganterjadinya mengetahui gambaran asuhan Chronic Obstructive Pulmonary keperawatan pada pasien anak dengan Disease.(Maidarti, 2014) pneumonia dalam pemenuhuan Anak dengan pneumonia akan kebutuhan oksigenasi mengalami gangguan pernapasan yang Subjek dalam studi kasus ini disebabkan karena adanya inflamasi adalah satu orang pasien anak dengan dialveoli paru-paru. Infeksi ini pneumonia dalam pemenuhan akanmenimbulkan peningkatan oksigenasi.. Tempat penelitian di produksi sputumyang akan ruang Melati 2 RSUD Dr. Moewardi menyebabkan gangguan kebersihan pada tanggal 01 Maret 2019 sampai 03 jalan napas, pernapasan cuping hidung, Maret 2019 dypsneu dansuara krekels saat diauskultasi. Apabila kebersihan jalan HASIL DAN PEMBAHASAN napas ini terganggu maka Pada tahap pengkajian pada menghambatpemenuhan suplai klien An.Z Di dapatkan data yaitu DS: oksigen ke otak dan sel-sel diseluruh ibu pasien mengatakan anaknya sesak tubuh, jika dibiarkan dalam waktu nafas disertai batuk dan demam, DO: pasien tampak sesak nafas disertai dengan sekresi yang tertahan ditandai batuk, pemeriksaan fisik paru didapati dengan suara ronchi basah, yang suara tambahan ronchi basah. Hasil didukung dengan data DS: ibu pasien foto rontgen thorax menunjukan mengatakan anaknya batuk, pilek dan tampak infiltrat kedua lapang paru demam, DO: pasien tampak batuk dan sinus costoptisenicus kanan dan kiri pilek, pemeriksaan fisik paru didapati lobus anterior tajam. Menurut jurnal suara tambahan ronchi basah. Hal ini penelitian Maidartati (2014) pada sesuai dengan batasan karakteristik anak, gejala infeksi pernafasan bawah dari ketidakefektifan bersihan jalan biasanya lebih parah dibandingkan nafas menurut Ridha (2014) yaitu dengan penyakit pernafasan atas dan penurunan suara nafas, orthopneu, dapat mencakup gejala gangguan cyanosis, kelainan suara nafas, respiratory yaitu batuk, disertai kesulitan berbicara, batuk, produksi produksi secret berlebih, sesak nafas, sputum, gelisan, perubahan frekuensi retraksi dinding dada, takipnea. Hal ini dan irama nafas. Hal ini menunjukan menunjukan antara studi kasus dan bahwa batasan karakteristik teori tidak ada kesenjangan, bahwa ketidakefektifan bersihan jalan nafas keluhan utama pada kasus pneumonia yaitu kelainan suara nafas, batuk, adalah sesak nafas. produksi sputum, gelisah, perubahan Hasil pengkajian awal terhadap frekuensi dan irama nafas (Ridha, kemampuan pasien dalam bernafas 2014). spontan dan kepatenan jalan nafasnya Berdasarkan hasil saat didapatkan data DS: ibu pasien pengkajian awal terhadap kemampuan mengatakan anaknya batuk, pilek dan pasien dalam bernafas spontan dan demam 3 hari DO: pasien terpasang kepatenan jalan nafasnya didapatkan oksigen 2liter , pernapasan cepat , data DS: ibu pasien mengatakan pemeriksaan fisik paru berupa anaknya batuk, pilek dan demam 3 auskultasi: terdapat suara tambahan hari DO: pasien terpasang oksigen ronchi basah, pernapasan 42x/menit, 2liter, pernapasan cepat , pemeriksaan nadi 110x/menit, suhu 38°C dan SpO2 fisik paru berupa auskultasi: terdapat 94%, kesadaran composmetis GCS 15 suara tambahan ronchi basah, (E4V5M6), dan tangan kiri terpasang pernapasan 42x/menit, nadi infuse DS1/4 20 tpm. Data lain yang 110x/menit, suhu 38°C dan SpO2 diperoleh saat melakukan pengkajian 94%, kesadaran composmetis GCS 15 awal adalah hasil foto rontgen thorax: (E4V5M6), dan tangan kiri terpasang tampak infiltrat kedua lapang paru infuse DS1/4 20 tpm. sinus costoptisenicus kanan dan kiri Data lain yang diperoleh saat lobus anterior tajam. melakukan pengkajian awal adalah Berdasarkan diagnosa hasil foto rontgen thorax: tampak keperawatan dari pengkajian yang infiltrat kedua lapang paru sinus dilakukan pada pasien didapatkan costoptisenicus kanan dan kiri lobus diagnosa keperawatan ketidakefektifan anterior tajam. bersihan jalan nafas berhubungan Menurut jurnal penelitian Peningkatan bunyi nafas akan Hendra, Emil Huraini (2011) terdengar bila kondisi seperti mengatakan bahwa fisioterapi dada atelektatis dan pneumonia sangat berguna bagi penderita penyakit meningkatkan densitas (kekebalan) paru baik yang bersifat akut maupun jaringan paru. Hal ini menunjukan kronis, sangat efektif dalam upaya bahwa pemeriksa mampu mengkaji mengeluarkan sekret dan memperbaiki karakter bunyi nafas, adanya bunyi ventilasi pada pasien dengan fungsi nafas tambahan, dan karakter suara paru terganggu. Hal ini antara studi yang diucapkan atau kasus dan teori tidak ada kesenjangan, dibisikan.Implementasi yang kedua bahwa salah satu intervensi diagnosa yaitu memonitor status pernafasan. ketidakefektifan bersihan jalan nafas Menurut jurnal penelitian adalah Menejemen jalan nafas (3140) (Lynda Juall & Carpenito 2006) fisioterapi dada.Setelah penulis mengobservasi jalan nafas untuk menetapkan intervensi keperawatan mengetahui ada tidaknya sumbatan di maka penulis melakukan implementasi jalan nafas.Hal ini menunjukan bahwa keperawatan pada diagnosa memonitor status pernafasan untuk keperawatan ketidakefektifan bersihan mengetahui masih ada atau tidaknya jalan nafas berhubungan dengan sumbatan di jalan nafas. sekresi yang tertahan ditandai dengan Implementasi yang ketiga yaitu suara ronchi basah. melakukan tindakan fisioterapi dada Implementasi yang pertama yang dilakukan sehari 2 kali pada pagi yaitu mengobservasi sumbatan jalan pukul 08.30 WIB dan sore pada pukul nafas.Menurut Lynda Juall & 15.30 WIB, dilakukan selama 15 menit Carpenito (2006) mengobservasi jalan dalam 3 hari. Menurut jurnal penelitian nafas yaitu untuk mengetahui ada (Sari, 2016) fisioterapi dada dalam hal tidaknya sumbatan jalan nafas.Hal ini ini merupakan suatu tindakan untuk menunjukan antara studi kasus dan membersihkan jalan nafas dari sputum, teori tidak ada kesenjangan, bahwa mencegah akumulasi sputum, mengobservasi jalan nafas untuk memperbaiki saluran pernafasan, dan mengetahui ada tidaknya sumbatan membantu ventilasi paru-paru serta jalan nafas (Lynda Juall & Carpenito, mempertahankan ekspansi paru.Bahwa 2006). antara studi kasus dan teori tidak ada Implementasi yang kedua yaitu kesenjangan, bahwa salah satu mengauskultasi suara nafas. Menurut tindakan yang dapat dilakukan untuk Hendra, Emil Huriani (2011) diagnosa ketidakefektifan bersihan mendengarkan bunyi menggunakan jalan nafas adalah fisioterapi dada stestokop dengan mendengarkan pau- (Sari, 2016). paru ketika klien bernafas melalui Implementasi yang keempat mulut, pemeriksa mampu mengkaji yaitu melakukan nebulizer.Menurut karakter bunyi nafas, adanya bunyi jurnal penelitian (Sutiyo, 2017) nafas tambahan, dan karakter suara Pemberian terapi inhalasi yaitu tehnik yang diucapkan atau dibisikan. yang dilakukan dengan pemberian uap dengan menggunakan obat ventolin 1 pada kasus pneumonia adalah sesak ampul dan flexotide 1 ampul. Obat nafas. ventolin adalah obat yang digunakan Pada evaluasi hasil penulis untuk membantu mengencerkan sekret sudah sesuai dengan teori yang da yang diberikan dengan cara diuap. yaitu sesuai S.O.A.P (subjektif, Ventolin digunakan meredakan Obyektif, Assesment, Planning). bronkospasme pada asma bronkhial, Evaluasi dilakukan setiap hari selama bronkhopneumonia dan empysema. tiga hari.Berdasarkan evaluasi hasil Flexotide digunakan untuk pada studi kasus yang dilakukan mengencerkan sekret yang terdapat tentang katidakefektifan bersihan jalan dalam rongga. Hal ini menunjukan nafas pada pasien pneumonia, antara studi kasus dan teori tidak ada menunjukan perbaikan status kesenjangan, bahwa pemberian pernafasan setelah pemberian tindakan nebulizer membantu mengencerkan fisioterapi dada hingga hari ke 3. Pada sekret yang diberikan dengan cara hari Jumat 01 Maret 2019 pukul 15.30 diuap (Sutiyo, 2017). WIB pasien tampak sesak nafas, RR: Implementasi yang kelima 42 x/menit, SpO2: 94%, auskultasi: yaitu pemberian terapi antibiotik. terdapat suara tambahan ronchi basah. Menurut jurnal penelitian Farida dkk Pada hari Sabtu Maret 2019 pukul (2017) pada tahun 2015 antibiotik 15.30 WIB pasien tampak membaik, kombinasi yang paling banyak sesak nafas berkurang, RR: 37 digunakan yaitu kombinasi ampisilin x/menit, SpO2: 97%, keluar lendir dari dan gentamicin. Hal ini disebabkan hidung pasien berwarna putih. Pada gentamicin yang dikombinasikan hari kamis 03 Maret 2019 pukul 15.30 dengan penisilin atau vankomisin WIB pasien tampak tidak sesak nafas menghasilkan efek bakteri yang kuat, lagi, RR: 35 x/menit, SpO2: 99%, yang sebagian disebabkan peningkatan auskultasi: suara ronchi basah masih ambilan obat yang timbul karena sedikit. penghambatan sintesis dinding sel. Hal Menurut teori yang diungkap ini menunjukan antara studi kasus dan oleh (Jose A Castro-Rodriguez 2014) teori tidak ada kesenjangan, bahwa bahwa fisioterapi dada tidak secara terapi antibiotik diberikan untuk khusus direkomendasikan untuk anak- mengatasi infeksi pada saluran anak dengan pneumonia.Drainase pernafasan. postural, perkusi, pernafasan dalam, Implementasi yang keenam dan teknik-teknik getaran bersama yaitu pemberian oksigen. Menurut dengan batuk terkontrol dimaksudkan jurnal penelitian Sari (2016) anak untuk pembersihan sekresi saluran dengan pneumonia akan mengalami nafas dari paru-paru. Meskipun gangguan pernafasan yang disebabkan demikian pemberian tindakan karena adanya inflamasi di alveoli fisioterapi dada dalam intervensi paru-paru. Hal ini menunjukan antara keperawatan pada pasien penumonia studi kasus dan teori tidak ada akan berdampak positif terhadap kesenjangan, bahwa keluhan utama peningkatan status pernafasan dan perbaikan jalan nafas. Hal ini kesehatan tentangfisioterapi dada menunjukan antara studi kasus dan kepada keluarga pasien dengan teori terdapat kesenjangan, dimana masalah gangguan kebersihan jalan tindakan fisioterapi dada kurang napas akibatpenumpukan sputum efektif dilakukan pada anak. Maka sehingga keluarga mengerti dan perlu didukung dari tindakan medis mampu melakukannya secara mandiri yang lain untuk mempercepat proses penyembuhan. DAFTAR PUSTAKA Teknik dalam tindakan BachtiarA, Hidayah N & Ajeng A. fisioterapi dada dimaksudkan untuk (2015).“Pelaksanaan Pemberian Terapi melepaskan sekresi dari dinding Oksigen pada PasienGangguan bronkial dan merangsang batuk untuk Pernafasan”. Jurnal Keperawatan mengeluarkan sekret yang tertahan.Hal Terapan, Vol. 1 No.2, hal.48-49 ini juga diperkuat dengan pendapat (Sari 2016). Buku Bagan Manajemen Terpadu bahwa anak dengan pneumonia Balita Sakit (MTBS). (2008). Jakarta: akan mengalami gangguan pernafasan Departemen Kesehatan yang disebabkan karena adanya Republik Indonesia inflamasi di alveoli paru-paru. Infeksi ini akan menimbulkan peningkatan Djuantoro Dwi. (2014). Buku Ajar produksi sputum yang akan Ilustrasi Patofisiologi.Tanggerang: menyebabkan gangguan kebersihan Binarupa Aksara jalan nafas. Tindakan keperawatan Harden Beverley, et al. (2009). yang dilakukan untuk mengatasi “Respiratory Physiotherapy: An On- masalah ini adalah fisioterapi dada Call Survival Guide”.London: ChurchillLivingstone Elsiever KESIMPULAN DAN SARAN Penanganan kasus pada pasien Maidarti.(2014). “Pengaruh Fisioterapi pneumonia dengan masalah utama Dada terhadap Bersihan Jalan Napas gangguan kebersihanjalan napas akibat pada Anak Usia 1-5 adanya penumpukan sputum Tahun yang Mengalami Gangguan memerlukan penanganan segera agar Bersihan Jalan Napas di Puskesmas jalannapas dapat kembali efektif dan Moch. RamdhanBandung”. Jurnal suplai oksigen yang masuk ke tubuh Ilmu Keperawatan, Vol. 2. No. 1. dapat terpenuhi.Salahsatu tindakan Hal.53 yang dapat digunakan adalah MarchdanteKaren J. (2014). Nelson fisioterapi dada, selain melakukan :Ilmu Kesehatan Anak Esensial, Edisi terapiperawatjuga melakukan edukasi 6. Singapura: SaundersMaryam, terhadap keluarga agar keluarga paham Rustiana Y& Wahyanti Fajar Tri. dan dapat menerapkannyasecara (2013). “Aplikasi Teori Konservasi mandiri. Levine pada Anakdengan Gangguan Diharapkan agar rumah sakit Pmenuhan Kebutuhan Oksigenasi di memberikan fasilitas pendidikan Ruang Perawatan Anak”.JurnalKeperawatan Anak, Vol. Keperawatan Bayi dan 1. No. 2, Hal.105 Anak.Jakarta:Salemba Medika.
McPhee Stephen J & Wiliam F G. Syaifudin. (2011). Anatomi Fisiologi:
(2011).Patofisiologis penyakit: Kurikulum Berbasis Kompetensi Pengantar Menuju Kedokteran Klinis, untukKeperawatan & Kebidanan, Edisi5.Jakarta: EGC Edisi 4.Jakarta: EGC Syamsudin & Sesilia Andriani Keban. Nugroho YA & Kristianti EE.(2011). (2013). Buku Ajar Farmakoterapi “Batuk Efektif dalam Pengeluaran Gangguan Saluran Dahak pada Pasien Pernafasan.Jakarta: Salemba Medika denganKetidakefektifan Bersihan Jalan Nafas di Instalasi Rehabilitai Medik Widagdo.(2012). Masalah dan Rumah Sakit Baptis Tatalaksana Penyakit Anak dengan Kediri”. Jurnal Stikes RS Baptis Demam.Jakarta: Sugeng Seto Kediri, Vol. 4 No. 2, hal.140 Widoyono. (2012). Penyakit Tropis: Nurarif Amin Huda & Hardi epidemologi, penularan, pencegahan, Kusuma.(2015). Aplikasi Nanda NIC- & NOC.Yogyakarta: pemberantasan.Yogyakarta:Erlangga MedicationPublishingPrice Sylvia A & El-Tohamy Amira M, Darwish Ola S, Lorraine MWilson. (2006). Salem El-Sayed S. (2015). “Efficacy Patofisiologi: konsep klinis proses- of Selected Chest PhysicalTherapy on proses penyakit, Edisi 6,Volume 2. Neonates with Respiratory Distress Jakarta: EGC Syndrome”.Life Science Journal.Vol. 12 (4).Hal. 133-135 Putri Herdyani & Soemarno Slamet.(2013). “Perbedaan Postural Drainage dan Latihan Batuk Efektif pada Intervensi Nebulizer terhadap Penurunan Frekuensi Batuk pada Asma Bronkiale Anak Usia 3-5 Tahun”, Jurnal Fisioterapi, Vol. 13 No. 1.Hal. 7