KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Ahir Pada
Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto
Lutfi Firmansyah
NIM. P1337420214042
2017
i
LAPORAN KASUS
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Ahir Pada
Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto
Lutfi Firmansyah
NIM. P1337420214042
2017
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Jangan mengeluh dengan adanya revisi karena KTI pasti segera berlalu”
“Manjadda Wajjada”
“Aku belum pernah menyesali sikap diamku tetapi aku hanya menyesali
banyak bicaraku”
“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal tapi
bangkit kembali setiap kali kita jatuh”
Kerjakanlah hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain,
Karena hidup hanyalah sekali. Ingat hanya pada Allah apapun dan
“Do not put off doing a job because nobody knows whether we can meet
tomorrow or not”
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
My Brother
Untuk kakakku (Fatchurohman Azis) tiada yang paling mengharukan saat kumpul
bersama kalian, setiap tiba dirumah canda dan tawa hal itu selalu menjadi warna
yang tak akan bisa tergantikan, semoga bisa menjadi anak yang soleh dan berbakti
kepada kedua orangtua, terima kasih telah mendoakan dan semoga engkau bisa
mencapai cita-cita. Maaf belum bisa menjadi panutan seutuhnya, tapi aku akan
selalu menjadi yang terbaik untuk kalian semua...
vii
PRAKATA
Hasil kasus ini disusun dengan maksud untuk memenuhi sebagai syarat
Ujian Akhir Program tahun 2017 pada Program Studi D III Keperawatan
Purwokerto Poltekkes Kemenkes Semarang.
Tersusunnya hasil laporan kasus ini tidak lepas dari bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
viii
ix
DAFTAR ISI
MOTTO ........................................................................................................................... vi
BAB 1 PENDAHULUAN
x
4. Evaluasi ............................................................................................................ 10
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 29
B. Saran ...................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan jiwa gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran pada Tn. A dengan skizofrenia di ruang Sadewa
RSUD Banyumas.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian pada kasus gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran pada Tn. A.
3
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi klien
Membantu dalam mengenal dan mengontrol gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran yang dialaminya.
3. Bagi perawat
Hasil laporan kasus ini, diharapkan sebagai salah satu panduan dalam
memberikan asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi
pendengaran dengan skizofrenia yang ada di bangsal.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa
suara, penglihatan, pengecapan perabaan (Keliat & Akemat, 2012, p.109).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar)
(Kusumawati & Hartono, 2011, p.107). Halusinasi pendengaran adalah jenis
halusinasi yang paling banyak terjadi, diantaranya mendengar suara-suara,
paling sering adalah suara manusia yang menyuruh untuk melakukan suatu
tindakan karena stimulus yang nyata (Fitria, 2012, p.51).
Jadi, halusinasi merupakan persepsi sensori palsu yang dialami oleh
pasien. Hal ini ditandai dengan adanya gangguan persepsi yang dianggap
dilihat, didengar meskipun sebenarnya tidak ada dan tidak nyata. Halusinasi
pendengaran merupakan keadaan dimana seseorang mendengar suara tanpa
ada bentuknya.
2. Etiologi
Menurut Rawlin dan Heacock (1993) dalam Fitria (2012, p.54)
penyebab halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi, yaitu:
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan dari beberapa kondisi seperti kelelahan
yang luar biasa.
b. Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan karena masalah yang tidak dapat diatasi
4
5
c. Dimensi Intelektual
Adanya penurunan fungsi ego.
d. Dimensi Sosial
Adanya pengalaman interpersonal yang tidak memuaskan.
e. Dimensi Spiritual
Adanya penurunan interaksi mengakibatkan kehilangan kontrol nyata.
5. Pohon masalah
Menurut Fitria (2012, p.58) pohon masalah klien halusinasi pendengaran
yaitu :
utama
1. Pengkajian
Pengkajian halusinasi dalam proses melaksanaka asuhan keperawatan
menurut Fitria (2012, p.52) dan Keliat & Pasaribu (2016, p.307) :
8
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan.
2) Faktor sosiokultural.
3) Faktor biokimia.
4) Faktor psikologis.
5) Faktor genetik.
b. Faktor Presipitasi
1) Faktor biologis.
2) Gejala pemicu.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan jiwa dalam studi kasus ini adalah perubahan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran.
3. Rencana Keperawatan
Tindakan keperawatan yang akan ditujukan pada klien dan keluarga.
Menurut Keliat dan Akemat (2012, p.113) tindakan keperawatan pada klien
dengan halusinasi pendengaran dan keluarga dengan menggunakan
pendekatan strategi pelaksanaan (SP).
a. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan :
a) Klien dapat mengenali halusinasi yang dialami
b) Klien dapat mengontrol halusinasinya
c) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
2) Strategi Pelaksanaan
a) SP 1 Pasien/klien:
(1) Membantu klien mengenali halusinasi, perawat dapat
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
9
4. Evaluasi
Menurut Keliat dan Akemat (2012, p.126) evaluasi adalah suatu
tindakan menilai kemampuan pada klien halusinasi dan keluarga dalam
melakukan kegiatan yang telah diajarkan dan kemampuan perawat dalam
merawat klien halusinasi. Pada evaluasi keberhasilan tindakan pada klien
halusinasi dan keluarga antara lain :
a. Klien memberikan kepercayaan kepada perawat.
b. Klien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada wujudnya dan
merupakan masalah yang harus diatasi.
11
METODE PENULISAN
A. Metode Penulisan
Laporan kasus “Asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran pada Tn. A dengan skizofrenia di ruang Sadewa
RSUD Banyumas” menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif
bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara realita dan objektif
berdasarkan kondisi klien.
B. Sample
Dalam pengambilan laporan kasus ini menggunakan purposive
sampling, yaitu teknik pengambilan sample ini mendasarkan pada kriteria
yang sudah ditetapkan. Kriteria sample laporan kasus ini meliputi :
1. Klien dengan diagnosa medis skizofrenia.
2. Klien dengan masalah utama keperawatan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
e. Klien yang mengalami halusinasi terutama masih pada fase ketiga
halusinasi yaitu controling.
3. Klien yang sudah dirawat dibangsal / RS jiwa RSUD Banyumas.
C. Lokasi
Penulis dalam penyusunan laporan kasus ini mengambil sample di
ruang Sadewa RSUD Banyumas, karena RSUD Banyumas merupakan
rumah sakit rujukan untuk kasus gangguan jiwa. Di RSUD Banyumas juga
terdapat poli gangguan jiwa serta rawat inap untuk klien gangguan jiwa.
Sehingga perawatan gangguan jiwa di RSUD Banyumas lebih intensif dan
juga mempunyai peran aktif dalam proses rehabilitasi klien gangguan jiwa.
12
13
E. Analisis
Dalam penyusunan laporan kasus ini merupakan hasil dari proses
asuhan keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
yang meliputi pengkajian, perumusan masalah, diagnosis, pelaksanaan dan
evaluasi yang disusun dengan kata-kata yang sederhana, sehingga dapat
diperoleh suatu kesimpulan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Biodata Pasien
2. Pengkajian
14
15
b. Pemeriksaan Fisik
Tn. A ketika dibawa ke RSUD Banyumas dalam kondisi baik dengan
kesadaran compos mentis dengan GCS E4M6V5. Dia memiliki tinggi
badan 170 cm dan berat badan 55 kg. Pemeriksaan tanda vital pada pasien
meliputi TD 110/70 mmHg, nadi 84 x/menit, 18 x/menit dan suhu badan
36,4 °C. Pada pemeriksaan head to toe, tidak ditemukan masalah dan
dalam keadaan yang baik.
c. Psikososial
1) Genogram
16
: Cerai
: Laki-laki : Pasien
: Meninggal : Menikah
Tn. A tinggal serumah dengan kedua orang tua, istri dan kedua anaknya.
Pasien pernah mengalami perceraian pada tahun 2006. Di dalam
keluarganya tidak ada aturan yang mengekang. Dalam keluarga pasien
pengambil keputusan selalu dimusyawarahkan dengan anggota keluar
lainnya.
2) Konsep Diri Pasien
Berdasarkan pengkajian analisa konsep diri pada Tn. A didapatkan
data bahwa dia tidak mempunyai masalah yang berhubungan citra
tubuh dan identitas diri. Hal ini dibuktikan dengan Tn. A mengatakan
“alhamdulillah” ketika ditanya bagaimana dengan keadaan tubuhnya
sekarang. Pasien mengatakan anak pertama dari 6 bersaudara.
Namun dalam aspek peran, ideal diri dan harga diri, Tn. A
memiliki masalah dibuktikan dengan pasien tidak bekerja dan
kesehariannya hanya dirumah. Pasien menyadari bahwa dia
mengalami halusinasi pendengaran. Pasien merasa malu karena
sebagai suami tidak bisa memberikan nafkah kepada keluarganya
sedangkan istrinya yang bekerja. Pasien berharap cepat mendapatkan
pekerjaan.
3) Hubungan Sosial
17
7) Mekanisme Koping
Tn. A mengatakan lebih sering berada didalam dirumah dan malas
untuk beraktifitas diluar rumah. Dia tidak mempunyai pekerjaan.
Pasien mengatakan apabila ada masalah lebih banyak dipendam
sendiri dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri.
8) Diagnosa Medis dan Terapi
Diagnosa medis pasien pada Tn. A adalah F.20.5 yaitu skizofrenia
residual. Selama dirawat di ruang Sadewa pasien mendapatkan terapi
medis seperti Clozapin 25mg 3x1, Risperidon 2mg 3x1, Clobazam 10
mg 3x1, TKL 6 kali.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan data yang telah diperoleh melalui anamnesa, observasi,
pemeriksaan fisik dan rekam medis pasien, langkah selanjutnya adalah
merumuskan masalah. Masalah keperawatan utama dan diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien adalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran.
Data subyektif yang muncul adalah Tn. A mengatakan “saya mendengar
bisikan yang mengatakan istrinya tidak setia lagi”, suara tersebut timbul saat
melamun, dan malam hari. Data obyektif yang muncul adalah pasien terlihat
gelisah, marah dan bicara sendiri. Suara tersebut muncul 3-6 kali dalam
sehari saat dia melamun dan pada malam hari. Respon Tn. A saat terjadi
halusinasi yaitu marah dan bicara sendiri. Pasien selalu menyendiri kurang
bisa berinteraksi dengan pasien lainnya.
4. Perencanaan
selain itu keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk
pasien. Perencanaan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu memberikan
pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi, tanda
dan gejala halusinasi dan cara merawat pasien dengan gangguan halusinasi.
Cara lain yaitu dengan melatih keluarga praktik merawat Tn. A langsung
dihadapan pasien dan membuat perencanaan pulang bersama keluarga.
B. PEMBAHASAN
1. Biodata Pasien
Dari data pengkajian pasien didapatkan Tn. A berusia 44 tahun
berpendidikan terakhir SMP dan sekarang tidak bekerja. Pasien
skizofrenia dengan halusinasi pendengaran seringkali terjadi pada pria
dibandingkan wanita dan mempunyai latar belakang pendidikan menengah
(Dewi & Marchira, 2009). Faktor lain yang berkontribusi munculnya
masalah halusinasi adalah seseorang yang hidup sendiri, tidak menikah
dan tidak mempunyai pekerjaan. Dewi & Marchira (2009) menyatakan
pasien gangguan jiwa lebih banyak terjadi pada usia produktif 20-35
tahun, namun pada kasus ini Tn. A telah berusia 44 tahun.
2. Pengkajian
3. Diagnosa keperawatan
Masalah
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
utama
4. Perencanaan
ini sesuai dengan teori menurut Videbeck (2008) dan Yosep & Sutini
(2014), terapi psikofarmakologi pada skizofrenia dengan halusinasi yaitu :
antipsikotik tipikal meliputi, klorpromazine (thorazine), trifluoperazin
(trilafon, stelasin), flufenazin (prolixin), tioridazine (mellarril), mesoridazin
(serentil), tiotiksen (navane), haloperidol (Haldol), loksapin ( loxitene),
melindon (moban), perfenazin (etrafon).
Antipsikotik atipikal meliputi clozapine, risperidon, olanzapine,
quetiapine. Serta diberikan obat-obatan anti psikotik antara lain: golongan
butiferon : Haloperidol, Haldol, Serenace, Ludomer. Pada kondisi akut
diberikan dalam bentuk injeksi 3x5 mg, intra muscular. Perawat juga perlu
memantau efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat-obatan anti
psikotik seperti : mengantuk, tremor, mata melihat ke atas, kaku-kaku otot,
otot bahu tertarik sebelah, hipersalivasi, pergerakan otot tak terkendali.
Untuk mengatasi ini, biasanya dokter memberikan obat anti parkinsonisme
yaitu trihexyphenidile 3x2mg.
5. Implementasi
masalah ini yaitu dengan memberikan saran dan memotivasi kepada pasien
untuk melakukan aktivitas diruangan seperti membersihkan tempat tidur
dan makan tepat waktu.
6. Evaluasi
A. KESIMPULAN
29
30
B. SARAN
A. PENGKAJIAN
I. Identitas klien
Nama : Tn. A
Tempat, tanggal lahir : Purwokerto, 06 November 1972
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk RS : 21 April 2017
Tanggal pengkajian : 29 April 2017
Alamat : Purwokerto Kulon
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :-
No CM : 631851
Diagnosa medis : F20.5 (Skizofrenia residual)
II. Penanggungjawab
Nama : Tn. A
Umur : 59 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaaan : Buruh
Alamat : Purwokerto Kulon
Hubungan dengan pasien : Ayah kandung
VII. Psikososial
1. Genogram
: Meninggal : Menikah
Pasien tinggal serumah dengan kedua orang tua, istri dan anaknya.
Komuniasi dalam keluarga baik, pasien menggunakan bahasa jawa untuk
berkomunikasi. Pasien pernah mengalami perceraian. Di dalam
keluarganya tidak ada aturan yang mengekang. Tidak ada anggota
keluarga yang memiliki sakit yang sama dengan pasien. Dalam keluarga
pasien pengambil keputusan selalu dimusyawarahkan dengan pasien.
Istrinya sebagai tulang punggung keluarga.
2. Konsep diri
a. Citra tubuh
Pasien mensyukuri semua bagian tubuh yang diberikan
Tuhan.
b. Identitas pasien
Pasien adalah laki-laki umur 44 tahun, beralamat di
Purwokerto Kulon. Pasien sudah menikah, tidak bekerja .
Pasien merasa tidak puas karena tidak memiliki pekerjaan.
c. Peran
Pasien mengatakan ia adalah anak pertama dari enam
bersaudara. Pasien merasa belum puas sebagi suami karena
malu tidak bekerja sedangkan istrinya bekerja.
d. Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh agar dapat pulang
ke rumah dan mendapatkan pekerjaan.
e. Harga diri
Pasien merasa malu karena tidak bekerja, sudah menikah,
tidak bekerja.
3. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang paling berarti adalah ibu
karena pasien merasa dekat dengan ibunya.
b. Peran serta dalam kelompok
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan di masyarakat.
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan malu jika bertemu dengan teman-
temannya karena pasien tidak bekerja.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa sakitnya saat ini adalah cobaan
dari Alloh SWT, dan pasien yakin bahwa dia pasti sembuh.
b. Kegiatan ibadah
Sebelum masuk RS pasien mengatakan sudah tidak sholat
selama 5 bulan, saat di RS pasien tidak sholat.
X. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan lebih sering berada didalam dirumah dan malas
untuk beraktifitas diluar rumah. Dia tidak mempunyai pekerjaan.
Pasien mengatakan apabila ada masalah lebih banyak dipendam
sendiri dan berusaha menyelesaikan masalahnya sendiri.
C. POHON MASALAH
Akibat Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
E. INTERVENSI
A. Tindakan keperawatan pada klien
1) Tujuan :
a) Klien dapat mengenali halusinasi yang dialami
b) Klien dapat mengontrol halusinasinya
c) Klien mengikuti program pengobatan secara optimal
2) Strategi Pelaksanaan
a) SP 1 :
(1) Membantu klien mengenali halusinasi, perawat dapat
berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya
halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan
respons klien saat halusinasi muncul.
(2) Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
merupakan cara untuk mengendalikan halusinasi dengan
menolak halusinasi yang muncul.
Intervensi yang dilakukan perawat :
1. Menjelaskan cara menghardik halusinasi.
2. Memperagakan cara menghardik.
3. Meminta klien memperagakan ulang.
4. Memantau penerapan cara, menguatkan perilaku pasien.
b) SP 2 : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan orang lain.
Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka akan terjadi
distraksi yaitu perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain.
c) SP 3 : Melatih klien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan
aktivitas secara terjadwal.
Aktivitas yang terjadwal dapat membuat klien tidak akan
mengalami banyak waktu luang yang sering kali mencetuskan
halusinasi.
Intervensi keperawatan :
(1) Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
(2) Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan klien.
(3) Melatih klien untuk melakukan aktivitas.
(4) Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas
yang telah dilatih.
(5) Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dengan memberikan
penguatan terhadap perilaku klien yang positif.
13.30
- Melakukan evaluasi
SP 1
30- Perubahan SP 2 S : Pasien
04-17 persepsi mengatakan mampu
sensori : Pasien dapat memahami tentang
Halusinasi mengontrol cara mengontrol
pendengaran halusinasinya: halusinasi dengan
mengobrol dengan cara bercakap-cakap
pasien lain dengan orang lain
O:
- Memvalidasi terapi - Ada kontak mata
08.00
Tn.A.
- Pasien
berinteraksi
08.15 dengan pasien
- Mengobservasi
lainnya
keadaan Tn.A.
- Pasien tampak
tenang
10.00 - Melatih Tn.A
- Pasien mampu
mengontrol halusinasi
mengungkapkan
dengan cara kedua :
perasaannya
mengobrol dengan
orang lain - Pasien mampu Lutfi
mempraktekkan
bercakap-cakap
- Memberi makan dengan pasien lain
12.00 Tn.A, memberikan
A : Pasien mampu
terapi obat : Clozapin
bercakap-cakap
25mg, Risperidon 2mg,
dengan orang lain
Clobazam 10mg.
P : Lanjutkan
- Melakukan evaluasi
13.30 SP3(melakukan
SP 2
aktifitas terjadwal)
ORIENTASI:
”Selamat pagi bapak, Saya Mahasiswa keperawatan POLTEKKES SEMARANG
yang akan merawat bapak Nama Saya Lutfi Firmansyah, senang dipanggil lutfi.
Nama bapak siapa?Bapak Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu?
Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara
itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering
D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara itu
terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”
” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?
” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”
TERMINASI:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu
muncul lagi, silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal
latihannya. Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan
menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau
kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan suara-suara dengan
cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa lama kita
akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa.”
ORIENTASI:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan
suara-suaranya Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan
latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
KERJA:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak
katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak
Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali
lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang
bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini
kalau bapak mengalami halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam
jadwal kegiatan harian bapak. Mau jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti
lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya
akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di
mana/Di sini lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”
ORIENTASI :
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana
hasilnya ? Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga
untuk mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita
bicara? Baik kita duduk di ruang tamu. Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau
30 menit? Baiklah.”
KERJA :
“Apa saja yang biasa bapak lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam
berikutnya (terus ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah
banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan
tersebut). Bagus sekali bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan
untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih
untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal
kegiatan harian bapak Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih
aktivitas yang lain pada pertemuan berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari
pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita
membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam berapa?
Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.”
ORIENTASI:
“Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apakah suara-suaranya
masih muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah
jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat?
Baik. Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum.
Kita akan diskusi selama 20 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya
bapak?”
KERJA:
“bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak
dengar dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang
bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3
kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter,
sebab kalau putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke
keadaan semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan
obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar
punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya.
Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum
sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah
berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus!
(jika jawaban benar). Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal
kegiatan bapak Jangan lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada
keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi
untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.”
ORIENTASI:
“Selamat pagi Bapak/Ibu!”“Saya lutfi perawat yang merawat Bapak”
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apa pendapat Ibu tentang Bapak?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang Bapak alami dan bantuan
apa yang Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang tamu? Berapa lama waktu
Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
KERJA:
“Apa yang Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat bapak Apa yang Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh Bapak itu dinamakan halusinasi, yaitu mendengar
atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara
itu tidak ada.”
“Kalau Bapak mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya bayangan itu
tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu ibu agar bisa mengendalikan halusinasi. Cara-cara
tersebut antara lain: Pertama, dihadapan Bapak, jangan membantah halusinasi atau
menyokongnya. Katakan saja Ibu percaya bahwa anak tersebut memang
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi Ibu sendiri tidak mendengar atau
melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan Bapak melamun dan sendiri, karena kalau melamun
halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.
Tentang kegiatan, saya telah melatih Bapak untuk membuat jadwal kegiatan
sehari-hari. Tolong Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan pujian jika dia
lakukan!”
”Ketiga, bantu Bapak minum obat secara teratur. Jangan menghentikan obat tanpa
konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih Bapak untuk minum
obat secara teratur. Jadi Ibu dapat mengingatkan kembali. Obatnya ada 3 macam,
ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara-suara atau
bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam.
Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks, jam minumnya sama dengan
CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam
minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi Bapak
dengan cara menepuk punggung Bapak. Kemudian suruhlah Bapak menghardik
suara tersebut. Bapak sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi Bapak. Sambil menepuk
punggung Bapak, katakan: bapak, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, bapak Tutup
telinga kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan
berulang-ulang, pak”
”Sekarang coba Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Bu”
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi Bapak?”
“Sekarang coba Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat bapak?”
”Bagus sekali Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak?”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Selamat pagi
ORIENTASI:
“Selamat pagi”
“Bagaimana perasaan Ibu pagi ini?”
”Apakah Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi Bapak yang sedang
mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan
cara memutus halusinasi langsung dihadapan Bapak”.
”mari kita datangi bapak”
KERJA:
”Selamat pagi pak” ”pak, istri bapak sangat ingin membantu bapak
mengendalikan suara-suara yang sering bapak dengar. Untuk itu pagi ini istri
bapak datang untuk mempraktekkan cara memutus suara-suara yang bapak
dengar. pak nanti kalau sedang dengar suara-suara bicara atau tersenyum-senyum
sendiri, maka Ibu akan mengingatkan seperti ini” ”Sekarang, coba ibu peragakan
cara memutus halusinasi yang sedang bapak alami seperti yang sudah kita pelajari
sebelumnya. Tepuk punggung bapak lalu suruh bapak mengusir suara dengan
menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara mengobservasi apa
yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana pak? Senang
dibantu Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian bapak. (Pasien
memperlihatkan dan dorong istri/keluarga memberikan pujian) Baiklah, sekarang
saya dan istri bapak ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan
pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga
TERMINASI:
“Bagaimana perasaan Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan Bapak?”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Bu. ibu dapat melakukan cara itu bila
Bapak mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian Bapak. Jam berapa Ibu bisa datang?Tempatnya di sini ya. Sampai
jumpa.”
ORIENTASI
“Selamat pagi Bu, sesuai dengan janji kita kemarin dan sekarang ketemu untuk
membicarakan jadual bapak selama dirumah”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal bapak di rumah? Mari kita duduk di ruang
tamu!”
“Berapa lama Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Ini jadwal kegiatan bapak yang telah disusun. Jadwal ini dapat dilanjutkan. Coba
Ibu lihat mungkinkah dilakukan. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?” Bu jadwal yang telah dibuat tolong dilanjutkan, baik jadwal
aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh bapak selama di rumah.Misalnya kalau bapak terus menerus mendengar
suara-suara yang mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera bawa kerumah sakit untuk dilakukan
pemeriksaan ulang dan di berikan tindakan”
TERMINASI
“Bagaimana Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara
merawat bapak Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat). Ini
jadwalnya. Sampai jumpa”