DISUSUN OLEH:
P18132
TAHUN 2021
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
NIM : P18132
Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Pre Operasi
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Ahkir yang saya tulis ini
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan dan pikiran saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Ahkir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
NIM P18132
ii
LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH
(KECEMASAN)
Oleh :
NIM P18132
Menyetujui, Pembimbing
NIK. 200981037
iii
LEMBAR PENGANTAR DEWAN PENGUJI
02 Februari 2021
Dewan Penguji :
NIK.
NIK. 200981037
iv
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ketua Dewan Penguji:
Ari Febru Nurlaily, S.Kep., NS., M.Kep ( )
NIK.
Mengetahui ,
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Uniersitas Kusuma Husada Surakarta
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada
1. Tuhan Yang Maha Esa atas berkaat kenikmatan yang diberikan saya dapat
vi
kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Universitas Kusuma Husada
Surakarta.
7. Ari Febru Nurlaily, S.Kep., NS., M.Kep, selaku dosen penguji yang telah
vii
8. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada
bentuk serta atas doanya selama ini yang tidak terbalas oleh apapun untuk
menyelesaikan pendidikan.
Kusuma Husada Surakarta terutama kelas P18C dan berbagai pihak yang
Penulis,
Halaman
COVER. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
SURAT PERNYATAAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
LEMBAR PENGANTAR. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv
HALAMAN PENGESAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v
DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x
ABSTRACT. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xix
ABSTRAK. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .xxi
BAB I PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
ix
1.4.2 Praktis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.1.2 Etiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15
2.1.5 Komplikasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
2.1.6 Patofisiologi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
x
2.4 Kerangka Teori. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .86
3.5.2 Waktu. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 92
xi
4.1.2 Gambaran Subjek Studi Kasus. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 104
xii
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 138
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 : Skor Kecemasan Sebelum dan Sesudah Tindakan Relaksasi . . . .117
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Diploma Three Nursing Study Program
Faculty of Health Sciences
Kusuma Husada University Surakarta
2021
1
Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email : eka.putriwulandari28@gmail.com
2
Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
3
Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
ABSTRACT
abdominal wall to get the part of the abdominal organs that experience problems
characteristic disturbances, namely in the form of fear, concern for the future,
lingering worry and nervousness. Patients with anxiety because of will performing
laparotomy patients in meeting the needs of a safe and comfortable. This type of
research is descriptive using a case study approach. This study took one
the research respondents in the rose room. Study results showed that the
xvii
therapy nursing actions for 3 days, it was found that there was an increase in the
level of anxiety from severe anxiety (score Hamilton Anxiety Rating Scale 27)
becomes mild anxiety (Hamilton Anxiety Rating Scale score 14). Benson
xviii
Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
2021
1
Mahasiswa Prodi D3 Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
Email : eka.putriwulandari28@gmail.com
2
Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
3
Dosen Keperawatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
ABSTRAK
karena akan melakukan operasi perlu diberikan tindakan, salah satunya adalah
relaksasi benson. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran
kebutuhan aman dan nyaman. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan
aman dan nyaman dilakukan tindakan keperawatan terapi relaksasi benson selama
berat (skor Hamilton Anxiety Rating Scale 27) menjadi kecemasan ringan (skor
kecemasan.
xx
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
satu tindakan bedah abdomen yang berisiko 4,46 kali terjadinya komplikasi
infeksi pasca operasi dibanding tindakan bedah lainnya (Haryanti, et al, 2013).
organ yang mengalami masalah seperti hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi.
tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik laparatomi adalah
1
World Health Organization (WHO) meguraikan pasien laparatomi di
dunia meningkat setiap tahunnya sebesar 10%. Angka jumlah pasien laparatomi
mencapai peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun 2018, terdapat 90 juta
pasien operasi laparatomi diseluruh rumah sakit di dunia. Dan pada tahun 2019,
keseluruhan tindakan operasi terdapat 1,2 juta jiwa, dan diperkirakan 42%
menempati urutan ke-11 dari 50 pertama pola penyakit di rumah sakit seindonesia
20% dari 1.320 kasus menjadi 1.567 kasus (Kemenkes RI, 2019).
2
Menurut Duckworth (2013) dalam penelitiannya dengan judul Mental
Illness Facts and Numbers bahwa perkiraan kecemasan pada pasien sebelum
operasi di Rumah Sakit Amerika adalah sekitar 18,1% atau sekitar 42 juta orang.
satu tahun berkisar antara 3,4% sampai 8,6% (Stein, 2019). Di Indonesia
(Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 6% atau sekitar 14 juta
meningkat 39,3% dari 1.320 kasus menjadi 1.567 kasus (Kemenkes RI, 2019).
3
Sebelum dilakukan operasi laparatomi, pasien mengatakan merasa resah
dan khawatir jika saat operasi nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti
kegagalan dalam operasi, kecacatan bahkan sampai meninggal. Dalam hal ini
menimbulkan gejala seperti tidak fokus saat diajak mengobrol, tidak bisa tidur
dengan nyenyak, tidak nafsu makan, lemas, pucat, berkeringat dingin, serta mual.
Kecemasan adalah rasa khawatir, rasa takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan
merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku. Baik tingkah
takut ditimbulkan oleh adanya ancaman, sehingga orang akan menghindar diri dan
sebagainya. Kecemasan dapat ditimbulkan oleh bahaya dari luar maupun dari
dalam diri, dan pada umumnya ancaman itu samar-samar (Gunarsa dan Yulia,
pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada obyek yang spesifik sehingga orang
berlangsung beberapa waktu (Pieter, H.Z., Janiwarti, B., & Saragih,M, 2011).
ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan kalau
tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego
dalamnya pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan (Muttaqin & Sari,
lainlain) dan gejala-gejala psikologis (seperti; panik, tegang, bingung, tak dapat
Kecemasan pada pasien pre operasi dapat timbul karena kurangnya kesiapan
5
psikologis terhadap pembedahan. Beberapa pasien kadang tidak mampu
Kecemasan yang berlebihan serta syok atau suatu keadaan serius yang terjadi jika
jumlah yang memadai, maka pada umumnya dapat disertai dengan peredaran yang
buruk dan gangguan perfusi organ vital, seperti jantung dan otak. Hal ini akan
berakibat buruk, karena apabila tidak segera diatasi akan meningkatkan tekanan
Dampak yang mungkin muncul bila kecemasan pasien pre operatif tidak
segera ditangani, yang pertama pasien dengan tingkat kecemasan tinggi tidak akan
Kedua, harapan pasien terhadap hasil, pasien mungkin sudah memiliki gambaran
Saragih,M. 2011). Ketiga, pasien akan merasa lebih nyaman dengan pembedahan
6
jika pasien mengetahui momen yang dihadapi pada saat hari pembedahan tiba.
rasakan setelah operasi (Pieter, H.Z., Janiwarti, B., & Saragih,M, 2011).
Pada pasien pre operasi yang mengalami kecemasan perlu diberikan teknik
benson (Sari, Kurnia D R & Maliya, Arina. 2015). Relaksasi adalah kembalinya
satu otot pada keadaan istirahat setelah setelah mengalami kontraksi atau
peregangan, satu tegangan rendah tanpa emosi yang kuat (Pratiwi, 2011).
7
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan serta
menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic (Sari, Kurnia D R & Maliya,
Kota Salatiga (2012) hasil penelitian pada pasien pre operasi laparatomi
teknik relaksasi Benson (Gunarsa dan Yulia, 2012). Sehingga disimpulkan ada
sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi benson pada pasien pre operasi
Berdasarkan uraian teori dan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk
8
1. Rumusan Masalah
2. Tujuan Penelitian
(Kecemasan).
(Kecemasan).
9
2. Menetapkan diagnosis asuhan keperawatan pada pasien Pre Operasi
(Kecemasan).
4. Manfaat Penelitian
4.1 Teoritis
Secara ilmiah hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data masukan dan
keperawatan.
10
2. Bagi Peneliti
4.2 Praktis
11
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah
digestif dan obgyn. Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan
jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, dan operasi ovarium,
12
yang meliputi histerektomi, baik histerektomi total, radikal, eksenterasi
bagian abdomen laparatomi terbentuk dari dua kata yunani, “Lapara” dan
“Tome" kata “Lapara” berarti bagian lunak dari tubuh yang terletak
yang membuat irisan vertikal besar pada dinding perut ke dalam rongga
13
laparatomi merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah
(Lakaman, 2013).
sampai membuka selaput perut dan yang telah didiagnosa oleh dokter.
daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digestif dan obgyn.
Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan tenik insisi
14
laparatomi adalah merupakan salah satu pembedahan mayor, dengan
perkemihan.
2.1.2 ETIOLOGI
15
trauma abdomen biasanya terjadi akibat sepsis atau perdarahan.
2. Peritonitis
atas, seperti kerongkongan (esofagus), lambung dan usus dua belas jari
seperti usus halus, usus besar dan dubur (Sylvia A, Price, 2012).
16
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
dinding usus atau benda asing diluar usus yang menekan, serta
17
2.1.3 JENIS – JENIS LAPARATOMI
1. Mid-line incision
2. Paramedian, yaitu sedikit ke tepi garis tengah (kurang lebih 2,5 cm),
otot bokong, latihan alih baring dan turun dari tempat tidur (Smeltzer,
2012).
18
2.1.4 MANIFESTASI KLINIS
1) Nyeri tekan
2) Perubahan TTV
3) Kelelahan
5) Konstipasi
2.1.5 KOMPLIKASI
dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai
dan antiseptik.
eviserasi.
20
2.1.6 PATOFISIOLOGI
emosional (Dorland, 2011). Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya
2012). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang
menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma
adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus
21
mengakibatkan terjadinya trauma abdomen sehingga harus di lakukan
organ dan respon stress dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya
hitung sel darah merah dan akhirnya gambaran klasik syok hemoragik.
22
perforasi, tanda-tanda iritasi peritonium cepat tampak. Tanda-tanda dalam
trauma abdomen tersebut meliputi nyeri tekan, nyeri spontan, nyeri lepas
dan distensi abdomen tanpa bising usus bila telah terjadi peritonitis umum.
Bila syok telah lanjut pasien akan mengalami takikardi dan peningkatan
belum tampak. Pada fase awal perforasi kecil hanya tanda-tanda tidak
tekanan darah, denyut nadi, dan pernapasan. Apabila peningkatan yang terjadi
terlalu besar, kerja jantung dan kebutuhan oksigen juga akan meningkat
23
peningkatan tekanan darah, berdebar-debar, dan napas yang dangkal dan
pendek (Sari LW. 2015). Peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh
TS dan Nisa K. 2013). Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah lebih atau sama dengan 140/90 mmHg
degeneratif yang kini bukan hanya menyerang pada orang dengan usia lanjut.
tekanan darah lebih tinggi, akan lebih tinggi pula kemungkinan terjadinya
lebih dari denyut normal dapat menunjukkan kondisi tidak normal yang
24
disebut takikardi. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan pernapasan, baik
mengalami kecemasan berat atau panik. Kecemasan berat atau panik terjadi
saat kecemasan direspon secara berlebihan oleh tubuh (Amir DP. 2014).
(Kandou LF, Anindita PS, Mawa MA. 2013). Kecemasan juga dapat
ingat (Kandou LF, Anindita PS, Mawa MA. 2013). Penelitian oleh Agustina
dan Suseno (2016) menyatakan bahwa respon kecemasan dalam bentuk fisik
25
2.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG
kencing.
saluran kencing.
tumpul perut yang disertai dengan trauma kepala yang berat, dilakukan
26
melalui dinding perut didaerah kuadran bawah atau digaris tengah
(ANA, 2016):
bunyi pernapasan.
b) Sirkulasi: Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill
kapiler.
27
f) Rasa nyaman: Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas
ventilasi.
2.2.1 Pengkajian
sistemik mengenai kesehatan (Lakaman, 2013). Adapun tujuan utama dari pada
2016).
a) Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
28
b) Keluhan Utama
Diambil dari data subjektif yang paling menonjol yang dialami oleh pasien
berputar, tidak nafsu makan, tidak bisa tidur, mual, sering BAK, merasa
c) Riwayat Kesehatan
29
2. Riwayat kesehatan dahulu
ini dan penyebab penyakit, pada saat dikaji klien pernah mengalami
nyeri pinggang, BAK tidak lancar. Selain itu penyakit berat atau
4. Genogram
dari pihak ibu dan ayah atau dari pihak suami atau istri (Sylvia,
2012).
30
2.2.2 Aktivitas sehari-hari (sebelum dan selama sakit) (SDKI, 2016)
b. Pola Nutrisi
lauk, buah, makan haibs 1 porsi. Minum 4 gelas air putih dan 3 gelas
teh manis.
lauk, buah, makan habis ¼ porsi. Minum 7 gelas air putih dan 1 gelas
air putih.
c. Pola Eliminasi
padat kuning cerah, berbau khas, tidak disertai nanah atau darah. BAK
31
4x sehari dengan konsistensi kuning jernih, berbau khas, tidak disertai
konsistensi lembek kuning pucat, berbau khas, tidak ada nanah dan
puas.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidur setiap 3 jam terbangun. Tidur tidak
Sebelum Sakit :
Selama Sakit :
rumah sakit
33
i. Pola Mekanisme Koping
25 (Kecemasan Sedang).
riwayat operasi.
nervus optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus
III), gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam
34
4. Mulut. Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus
5. Dada
6. Abdomen
7. Ekstremitas
b. Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
35
c. Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
tekanan pemeriksaan.
berkurang.
penuh
a. Ansietas (D.0080)
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
Penyebab :
1) Krisis situasional
Subjektif
1) Merasa bingung
3) Sulit berkonsentrasi
37
Objektif
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
3) Sulit tidur
Subjektif
1) Mengeluh pusing
2) Anoreksia
3) Palpitasi
Objektif
38
3) Tekanan darah meningkat
4) Diaphoresis
5) Tremor
7) Suara bergetar
9) Sering berkemih
2) Penyakit akut
3) Hospitalisasi
4) Rencana operasi
6) Penyakit neurologis
39
7) Tahap tumbuh kembang
Definisi : perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
Penyebab :
1) Gejala penyakit
pengetahuan)
4) Kurangnya privasi
40
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
Objektif
1) Gelisah
Subjektif
3) Mengeluh kedinginan/kepanasan
4) Merasa gatal
5) Mengeluh mual
6) Mengeluh lelah
41
Objektif
2) Tampak merintih/menangis
5) Iritabilitas
1) Penyakit kronis
2) Keganasan
3) Distress psikologis
4) Kehamilan
42
Penyebab :
1) Keterbatasan kognitif
Subjektif
Objektif
43
Gejala dan Tanda Minor
Objektif
histeris)
2) Penyakit akut
3) Penyakit kronis
eksternal
44
Penyebab :
pemantauan/pemeriksaan/tindakan)
3) Kurang privasi
4) Restraint fisik
Subjektif
45
5) Mengeluh istirahat tidak cukup
Subjektif
1) Nyeri/kolik
2) Hipertiroidisme
3) Kecemasan
5) Kehamilan
46
e. Resiko Defisit Nutrisi (D.0032)
kebutuhan metabolisme.
Faktor Resiko
1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
4) Cerebral paisy
47
5) Cleft lip
6) Cleft palate
8) Kerusakan neuromuscular
9) Luka bakar
10) Kanker
11) Infeksi
12) AIDS
14) Enterokolitis
a. Ansietas (D.0080)
48
1) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dialami menurun (5)
Obsevasi :
kognitif
49
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
sebelumnya
Terapeutik :
relaksasi
50
Edukasi :
51
6) Suhu ruangan membaik (5)
Observasi
Terapeutik :
4) Berikan pemijatan
52
7) Dukung keluarga dan pengasuh terlibat dalam terapi atau pengobatan
diinginkan
Edukasi :
Kolaborasi
53
1) Perilaku sesuai anjuran meningkat (5)
(5)
Observasi :
Terapeutik :
54
Edukasi :
Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam, pola tidur membaik dengan
55
Rencana Keperawatan (I.09314) :
Observasi :
Terapeutik :
56
Edukasi :
prognosis
Kolaborasi :
57
1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat (5)
Observasi :
kalori
Terapeutik :
58
4) Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan
kembali makanan
perilaku
Edukasi :
pengeluaran makanan
makanan
Kolaborasi :
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan
Menurut Craven dan Hirnle (2011) evaluasi didefenisikan sebagai keputusan dari
efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan keperawatan klien yang telah
ditetapkan dengan respon prilaku klien yang tampil. Tujuan evaluasi antara lain :
60
2.3 Konsep Kebutuhan Aman Dan Nyaman : Kecemasan
atau nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati,
61
2.3.2 Konsep Kecemasan
1. Definisi Kecemasan
(Sutejo, 2018).
62
Kecemasan menyebabkan berbagai respon. Respon psikologis
atau demam, berkeringat , mual dan sensitif terhadap sentuhan, bau atau
sehingga operasi dapat ditunda maupun dibatalkan. Pada wanita efek dari
pada tubuh dianggap respon normal bagi pasien pre operatif. Akibatnya,
2. Penyebab Kecemasan
a. Faktor Predisposisi :
yang berat.
65
3) Faktor Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu
66
stressor.
b. Faktor Presipitasi
kategori :
3. Klasifikasi Kecemasan
67
adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa.” Skala HARS penilaian
tersinggung.
sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada
68
g. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi
b) Ketegangan otot
d) Mudah lelah
tanda dan gejala tingkat kecemasan sedang yang timbul secara umum
adalah:
70
c. Kecemasan berat (28-41)
serta tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
untuk berfokus pada area lain. Berikut tanda dan gejala tingkat
a). Takikardi
c). Berpeluh
ketakutan, dan terror. Hal ini rinci terpecah dari porsinya. Karena
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian. Berikut tanda dan gejala tingkat panik yang timbul secara
umum adalah:
a). Diare
72
4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
kecemasan tersebut. Kemudian Adler dan Rodman (dalam Annisa & Ifdil,
kecemasan, yaitu:
individu pernah gagal dalam menghadapi suatu tes, maka pada tes
73
berikutnya ia akan merasa tidak nyaman sehingga muncul rasa cemas
pada dirinya.
3) Persetujuan
74
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan kecemasan.
75
d. Peran keluarga, keluarga yang memberikan tekanan berlebih pada
pencarian pekerjaan.
Nomor Responden :
Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :
1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali
76
Total Skor : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
No Pertanyaan 0 1 2 3 4
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi
- Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
77
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah
- Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil
8 Gejala Somatik (Sensorik)
- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau
Pingsan
- Detak Jantung Menghilang (Berhenti
Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
78
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
TOTAL SKOR =
Tabel 2.1
1. Definisi
79
Dengan menggunakan relaksasi benson otot-otot tubuh akan menjadi
lebih baik.
dan insomnia serta menimbulkan perasaan yang lebih tenang (Benson &
itu, kelebihan dari teknik relaksasi lebih mudah dilaksanakan oleh pasien,
kecemasan, dan sebagainya. Hal ini juga senada dengan apa yang
81
yang lebih rendah, skor nyeri lebih rendah, dan menderita insomnia lebih
sedikit.
yaitu :
a. Indikasi
b. Kontraindikasi
pernapasan yang biasa digunakan di rumah sakit pada pasien yang sedang
merupakan rasa cemas yang sedang pasien alami. Kelebihan dari latihan
dilakukan dan tidak ada efek samping apapun (Solehati & Kosasih,
2015).
konsumsi oksigen oleh tubuh dan otot-otot tubuh menjadi rileks sehingga
83
otak juga menghasilkan β endorphine sebagai neurotransmitter
(Yusliana, 2015).
a. Tahap persiapan
b. Tahap Kerja
tubuh dari ujung kaki sampai dengan otot wajah dan rasakan
rileks
84
4) Instruksikan kepada pasien agar menarik nafas dalam lewat
perlahan
c. Tahap Terminasi
85
2.5 Kerangka Teori
Istirahat Tidak
Gelisah
Mual Cukup
Tegang
Lelah Gangguan Pola
Tidur
Sulit Tidur
Gangguan Rasa
Pusing Nyaman
Anoreksia
Frekuensi Nafas
Meningkat
Frekuensi Nadi
Meningkat
Ansietas
2.6 Kerangka Konsep
87
BAB III
tersebut bisa orang, dokumen, atau catatan yang dipandang sebagai objek
penelitian (Sugiyono, 2012). Subjek yang digunakan adalah satu orang pasien
88
pre laparatomi dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman serta
Fokus studi kasus adalah spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik
kehidupan (Cresswell, 2011). Fokus studi dalam studi kasus ini adalah
pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman pada pasien pre operasi laparatomi.
Sedangkan kriteria inklusi pada fokus studi kasus menurut (Kusnandar, 2019)
adalah:
89
3.4 Definisi Operasional
empedu.
90
3) Relaksasi benson merupakan relaksasi yang digabungkan dengan
nyaman.
3.5.1 Tempat
91
3.5.2 Waktu
waktu yang lebih lama dari yang sudah ditetapkan, sehingga terjadi kendala
3.6.1 Wawancara
antara peneliti dengan informan atau yang memberi informasi yang bertujuan
92
memiliki tujuan yang spsifik yaitu pengumpulan dari satu set data yang
spesifik dari keluarga pasien dan tau orang yang terdekat memalui
2012).
nadi.
Klasifikasi
TDS* TDD*
Tekanan
mmHg mmHg
Darah
Normal < 120 < 80
Pre-Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi
140-159 90-99
Stage 1
Hipertensi
>160 >100
Stage 2
Tabel 3.1
b. Denyut nadi
94
1) Normal: 60-100 x/mnt
udara.
sternokleidomastoideus.
95
c. Suhu tubuh
dihasilkan dari:
2) Aktifitas otot
digital.
96
2) Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10
d. Pernapasan
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubu
5) Aktivitas
97
Interpretasi
metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari
dokumen asli. Dokumen asli tersebut berupa gambar, table atau daftar
98
3.7 Penyajian Data
dengan teks naratif. Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam
pembuatan laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar data yang telah
99
keperawatan akan berhubungan langsung daengan manusia, maka etika harus
(kerahasiaan).
calon subyek. Consent adalah peretujuan dari calon subjek untuk berperan
serta dalam penelitian (Lakaman, 2013). Tujuan informed concent adalah agar
dampaknya (Gunarsa dan Yulia, 2012). Beberapa yang harus ada di dalam
100
3.8.2 Anonymity (Tanpa Nama)
identitas atau nama responden pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian, baik dari informasi maupun data yang telah dikumpulkan peneliti
(Widyantoro, 2015).
101
BAB IV
relaksasi napas benson untuk mengatasi kecemasan pre operasi laparatomi pada
Ny. N dengan kista ovarium di ruang Merpati RSUD Simo Boyolali dimulai dari
tanggal 24 Februari 2021 sampai 26 Februari 2021.” Pembahasan pada bab ini
4.1 Hasil
102
Kesehatan RI No. 544/MENKES/SK/IX/2007 memutuskan dan
Simo No. 01, Kebayan 3, Pelem, Simo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah
jam, Rawat Jalan, Rawat Inap, Poliklinik, Instalasi Gizi, Instalasi CSSD
Maternitas dan Bayi Baru Lahir dimana terdapat kasus pasien pre operasi
Februari 2021.
103
4.1.2 Gambaran Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus ini adalah 1 orang pasien dengan Kista Ovarium
masalah pada ektermitas atas seperti fraktur atau luka bakar. Pasien
setiap sebelum dan saat menstruasi merasakan nyeri pada perut bagian
dengan diagnosa yang sama namun belum mau untuk dilakukan tindakan
nyeri pada perut bagian bawah. Setelah dijelaskan akan dilakukan tindakan
operasi pasien merasa khawatir dengan akibat dari operasi yang akan
104
dilakukan, merasa bingung, mengeluh pusing, tidak napsu makan, mual,
sulit tidur. Pasien tampak tegang, gelisah wajah pucat, suara bergetar,
dengan penyakit yang sama namun belum mau untuk di operasi. Pasien
kista dan palpasi terdapat nyeri perut dan adanya massa. Akral dingin.
105
Terpasang infus di bagian tangan kiri. Dengan terapi yang sudah diberikan
1. Hasil Pengkajian
pertama kali pada pasien adalah pengkajian. Dalam studi kasus ini
diagnosis dari dua diagnosis yang ada. Diagnosis kedua yaitu gangguan
107
3. Hasil Intervensi Keperawatan
d) Ansietas menurun,
e) TTV membaik.
108
Observasi :
Terapeutik :
relaksasi.
Edukasi :
109
4. Hasil Implementasi Keperawatan
terapi relaksasi benson selama 3 hari, satu hari dilalukan satu kali sesi
pasien.
110
O: pasien dengan baik mengulangi penjelasan perawat. Pukul 13.30
perintah agar pasien rileks, kemudian pasien menarik nafas dalam lewat
fokus pada nafas dalam dan do’a atau kata-kata yang diucapkan,
berkurang.
112
memberikan perintah agar pasien rileks, kemudian pasien menarik nafas
dalam lewat hidung, tahan 3 detik lalu hembuskan lewat mulut disertai
dengan mengucapkan do’a atau kata yang sudah dipilih, lalu penulis
fokus pada nafas dalam dan do’a atau kata-kata yang diucapkan,
tidak ada.
113
(kecemasan ringan). Pukul 09.30 WIB menganjurkan mengambil posisi
perintah agar pasien rileks, kemudian pasien menarik nafas dalam lewat
fokus pada nafas dalam dan do’a atau kata-kata yang diucapkan,
(kecemasan ringan).
114
5. Hasil Evaluasi Keperawatan
dilakukan satu kali sehari dengan durasi 15-30 menit maka kecemasan
posisi tidur pasien tampak nyaman dan rileks serta tegang berkurang. A
115
tingkat kecemasan sebelum dan sesudah latihan, menganjurkan
relaksasi.
teknik relaksasi.
116
Pada hari ketiga 26 Februari 2021 hasil evaluasi yang diperoleh
intervensi.
Gambar 4.1
117
Diagram diatas menggambarkan penurunan skor kecemasan
skor 25. Sedangkan diagram batang berwarna merah memiliki skor 15.
118
4.2 Pembahasan
Pada sub bab ini penulis membahas asuhan keperawatan pasien pre operasi
laparatomi dalam pemenuhan aman dan nyaman. Dalam pembahasan ini penulis
menjelaskan keterkaitan dan kesesuaian antara teori dan data yang didapat. Isi
4.2.1 Pengkajian
pasien merasa khawatir dengan akibat dari operasi yang akan dilakukan,
merasa bingung, mengeluh pusing, tidak napsu makan, mual, sulit tidur.
data objektif pasien tampak tegang, gelisah wajah pucat, suara bergetar,
119
tubuh bergetar dengan TTV, TD : 130/100 mmHg, N : 104 x/menit, RR
operasi akan mengalami sulit tidur, gelisah, tegang, tidak napsu makan,
berlebihan.
didapatkan penulis pada saat pengkajian bahwa tanda dan gejala pada
120
yang akan dilakukan, merasa bingung, mengeluh pusing, tidak napsu
makan, mual, sulit tidur dengan teori dari jurnal penelitian sebelumnya
bahwa tanda dan gejala kecemasan pasien pre operasi adalah tegang,
121
yang disebabkan oleh antisipasi bahaya dan merupakan sinyal yang
dan tanda mayor didapatkan pada pasien. Dari data subjektif gejala
ansietas pada pasien yaitu pasien tampak gelisah, tampak tegang dan
sulit tidur. Dari data yang ada maka dirumuskan diagnosis keperawatan
ditandai dengan merasa khawatir dengan akibat dari operasi yang akan
122
dengan merasa khawatir dengan akibat dari operasi yang akan
tegang, pusing, tremor, mual, gelisah dan wajah pucat (Sutejo, 2018).
(L.09093) :
d) Ansietas menurun,
e) TTV membaik.
123
Intervensi yang dibuat penulis berdasarkan diagnosa keperawatan
Observasi :
Terapeutik :
relaksasi.
Edukasi :
124
Menurut penelitian Pratiwi (2011) relaksasi adalah kembalinya
125
Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian antara fakta yang
didapatkan penulis dengan teori yang ada dari jurnal penelitian Pratiwi
126
4.2.4 Implementasi Keperawatan
penelitian Satriana (2020) yaitu selama 3 hari, 1 kali sesi dengan durasi
127
menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu
Relaksasi ini juga dapat dilakukan di atas tempat tidur, sehingga tidak
128
dan menurunkan kecemasan serta menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolic.
relaksasi benson. Hal ini karena salah satu relaksasi yang cocok untuk
dialami oleh pasien. Format yang dipakai adalah format SOAP (Olaf,
129
dengan kekhawatiran mengalami kegagalan, menunjukan penurunan
dengan akibat dari operasi yang akan dilakukan. Pada hari Kamis, 25
Februari 2021 pukul 08.45 WIB pasien tampak membaik dengan tegang
130
nyaman melalui relaksasi. Dengan relaksasi juga dapat mengurangi
positif.
operasi.
131
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Pengkajian
operasi, pasien merasa khawatir dengan akibat dari operasi yang akan
132
suara bergetar, skor kecemasan 25 (kecemasan sedang) diukur
ditandai dengan merasa khawatir dengan akibat dari operasi yang akan
dilakukan (D.0080)
133
Intervensi yang dilakukan pada pasien pre operasi laparatomi dengan
Observasi :
Terapeutik :
relaksasi.
Edukasi :
134
c) Demontrasikan dan latih teknik relaksasi.
jam yaitu periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, suhu
ditandai dengan merasa khawatir dengan akibat dari operasi yang akan
135
merasa bingung, tampak gelisah, tampak tegang dan sulit tidur, skor
selama 3 hari, gelisah dan tegang tidak ada, pasien tampak lebih ceria
yang diberikan terapi relaksasi benson selama 3 hari. Oleh karena itu
operasi laparatomi.
136
5.2 Saran
kerjasama baik antar tim kesehatan, klien dan keluarga klien untuk
klien.
137
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
138
5.2.5 Bagi Penulis
relaksasi benson.
139
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, D., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia). Jurnal Konselor Universitas Padang, 5(2), 93-99.
Craven, R.F., & Hirnle, C.J. 2011. Fundamental of Nursing: Human Health and
Function.(3rded). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Dorland N. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi ke 28. Mahode AA, editor.
Jakarta: EGC; 2011.hal 457-507
Haryanti, L., Pudjiadi, H. A., Ifran K. E., Thayeb, Thayeb, A., Amir, I., Hegar B.
(2013). Prevalensi dan Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi Bedah. Vol. 15
No 4.
Jong, De dan Sjamsuhidajat. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran.
K. Yin, Robert. 2013. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Keliat, B. A., Dwi Windarwati, H., Pawirowiyono, A., & Subu, A. (2015). Nanda
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017
Edisi 10. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (edisi 10). Jakarta: EGC.
Patricia A. Potter & Perry, Anne G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
(konsep, proses, dan praktik).Jakarta : EGC
Saputro, H, dan Fazrin I. (2017). Penerapan Terapi Bermain Anak Sakit; Proses,
Manfaat dan Pelaksanaannya. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan
(FORIKES)
Sari, Kurnia D R & Maliya, Arina. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam
Jari Terhadap Penurunan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Sectio
Caesarea.
Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih.,2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi
dalam Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama.
Stuart, Gail W.2014. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, I & Sutini, T. (2017). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama.
143
LAMPIRAN
144
Lampiran 1
Karangmalang, Sragen.
Publikasi :-
Lampiran 2
Efektivitas Teknik Relaksasi Benson dan Terapi Genggam Jari terhadap Tingkat
Kecemasan pada Pasien Laparatomi di Ruang Mawar RSUD A. Wahab Sjahranie
Samarinda
Satriana1*, Pipit Feriani2
1, 2
Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur, Samarinda, Indonesia.
*Kontak Email:nhanasatriana19@gmail.com,
Abstrak
Tujuan Studi: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas antara teknik relaksasi benson dan terapi
genggam jari terhadap tingkat kecemasan pada pasien laparatomi di ruang mawar RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda.
Metodologi: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan jenis penelitian analitik dengan pendekatan studi cohort dengan
metode quasi-experiment.Desain penelitian ini menggunakan pre-test dan post-test dengan rancangan without control
design. Populasi penelitian ini adalah 21 responden dengan sampel yang digunakan adalah 20 responden. Analisis meliputi
analisis univariat dan bivariat menggunakan uji paired sample t-test dan multivariat menggunakan uji t-test independent.
Hasil: Hasil analisis multivariat menggunakan uji t-test independen menunjukkan bahwa teknik relaksasi benson lebih
efektif menurunkan tingkat kecemasan daripada terapi genggam jari pada pasien laparatomi yaitu p value 0.014<0.0levels
dan nilai selisih meandifference antara teknik relaksasi benson dan terapi genggam jari yaitu 3.600 > 2.400.
Manfaat: Teknik relaksasi benson dan terapi genggam jari dapat menurunkan tingkat kecemasan pada pasien laparatomi.
Dan teknik relaksasi benson yang lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan pasien laparatomi daripada terapi genggam
jari.
Abstract
Purpose of Study: The purpose of this study was to determine the effectiveness of benson relaxation techniques and finger
hand therapy on anxiety levels in laparotomy patients in the Mawar’s Room of RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda.
Methodology: This type of research is quantitative with the type of analytic research with a cohort study approach with a
quasi-experiment method. The design of this study used a pre-test and post-test with a design without control design. The
population of this study was 21 respondents with the sample used was 20 respondents. Analysis includes univariate and
bivariate analysis using paired sample t-test and multivariate analysis using the independent t-test.
Results: The results of the multivariate analysis using independent t-test showed that the benson relaxation technique was
more effective in reducing anxiety levels than hand held therapy in laparatomy patients, namely p-value 0.014<0.05>0.186.
and the mean difference difference between the benson relaxation technique and finger hand therapy is 3.600 > 2.400.
Applications: Benson relaxation techniques and finger hold therapy can reduce anxiety levels in laparotomy patients. And
the benson relaxation technique that is more effective reduces the anxiety levels of laparotomy patients rather than finger
hold therapy.
Kata kunci: Teknik Relaksasi Benson, Terapi Genggam Jari, Kecemasan, Universitas Muhammadiyah
1. PENDAHULUAN
Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan dinding
abdomen untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi).
Laparatomi dilakukan pada kasus–kasus seperti apendiksitis, perforasi, hernia inguinalis, kanker lambung, kanker colon,
kanker rektum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis, dan peritonitis (Sjamsuhidajat, 2005).Menurut WHO
dikutip dari Nurlela (2009) pasien laparatomi tiap tahunnya meningkat 15%. Pada tahun 2012 di Indonesia, tindakan operasi
mencapai 1,2 juta jiwa dan diperkirakan 32% diantaranya merupakan tindakan bedahlaparatomi (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2013). Sedangkan pada tahun 2015 diperkirakan 11% dari beban penyakit di dunia dapat ditanggulangi
dengan pembedahan dan WHO menyatakan bahwa kasus bedah adalah masalah kesehatan bagi masyarakat (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2015).Salah satu respon psikologis dari pasien yang mengalami bedah mayor dapat berupa
kecemasan. Respon psikologis karena tindakan pembedahan dapat berkisar dengan cemas ringan, sedang, berat sampai panik
tergantung masing-masing individu. Beberapa individu terkadang tidak mampu mengontrol kecemasan yang dihadapi,
sehingga terjadi disharmoni dalam tubuh. Pada pasien pre-operatif apabila mengalami tingkat kecemasan tinggi, maka hal itu
merupakan respon maladaptif yang dapat menyebabkan terganggunya fungsi fisiologis, dan mengganggu konsentrasi
(Brunner & Suddarth, 2002).Kecemasan pre-operasi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu takut terhadap nyeri, kematian,
takut akan terjadi kecacatan dan ancaman lain yang dapat berdampak pada citra tubuh (Muttaqin & Sari, 2009). Kecemasan
didapatkan paling tinggi pada pasien pre operasi mayor, sedangkan paling rendah didapatkan pada pre operasi minor
(Wardani, 2012).
BSR
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020
Penanganan Kecemasan dapat dilakukan dengan manajemen farmakologi yaitu Pengobatan anti-kecemasan benzodiazepine
dan non-benzodiazepine. Sementara pengobatan non-farmakologis distraksi dan terapi relaksasi (Isaacs, 2005 dalam
Parellangi, 2018).Relaksasi merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk mengatur emosi dan menjaga keseimbangan
emosi sehingga emosi pasien tidak berlebihan dan tidak terjadi pada tingkat intensitas tinggi (Luebbert, Dahme,
&Hasenbring, 2001). Relaksasi yang dilakukan selama 5 sampai 10 detik dapat meningkatkan aliran darah ke seluruh
sehingga dapat menghilangkan rasa sakit, mengurangi stres mental pada pasien (M. Jebakumar Naveen, A. Porkodi, 2014
dalam Namuwali & Domianus, 2016).Teknik relaksasi terdiri dari relaksasi otot (progressive muscle relaxion), pernapasan
(diaphragmatik breathing), meditasi, (attention-focusing exercise), dan relaksasi perilaku (behavioral relaxation training)
(Milten berger, 2004; dalam fernalia dkk, 2019).Teknik pengobatan ini sangat fleksibel dapat dilakukan dengan bimbingan
mentor, bersama-sama maupun sendirian (Setyoadi & Kushariyadi, 2011, dalam Novitasari, dkk. 2014).Relaksasi adalah
salah satu intervensi keperawatan yang bisa dilakukan digunakan sebagai terapi komplementer dan non-farmakologis.Salah
satu teknik relaksasi yang mudah yang dipelajari oleh pasien adalah relaksasi Benson (Monahan FD, 2007 dalam Milad Borji
et al. 2016)Relaksasi Benson adalah suatu jenis terapi untuk penanganan kegiatan mental dan menjauhkan tubuh dan pikiran
dari rangsangan luar untuk mempersiapkan tercapainya hubungan yang lebih dalam dengan pencipta, yang dapat dicapai
dengan metode hypnosis, meditasi yoga, dan bentuk latihan-latihan yang ada hubungannya dengan penjajakan pikiran
(Martha, 2005. Dalam Prajayanti, Sari, 2017). Manfaat dari terapi benson ini adalah melegakan stress untuk penyakit darah
tinggi, penyakit jantung, susah hendak tidur, sakit kepala disebabkan karena tekanan dan asma,membantu orang menjadi
rileks dan dapat memperbaiki berbagai aspek kesehatan fisik,serta membantu individu untuk mengontrol diri dan
memfokuskan perhatian sehingga ia dapat mengambil respon yang tepat saat berada dalam situasi yang menegangkan
(Milten berger, 2004, dalam Pratiwi, dkk, 2015). Terapi genggam jari adalah teknik sederhana yang
menggabungkanbernafas dan menekan setiap jari. Berlatih genggam jari dapat membantuuntuk mengelola emosi dan stres.
Ini adalah praktik yang bermanfaat untuk keduanya baikorang dewasa dan anak-anak, dan Anda dapat menggunakan teknik
ini untuk diri sendiridan / atau dengan orang lain (National center on Domestic violence, trauma & mental health,
2014).Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan rekapitulasi tindakan bedah di Ruang Mawar RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda pada 3 bulan terakhir terdapat 63 kasus tindakan laparatomi. Hasil observasi yang dilakukan peneliti
pada tanggal 22-23 November 2018, didapatkan 8 keluhan pasien cemas akan menghadapi operasi, merasa tidak tenang,
jantung berdebar, sukar memulai tidur, dan nafas pendek dan cepat dengan tingkat kecemasan berat yaitu 3 orang. Dari hasil
observasi ditemukan keluhan paling dominan adalah jantung berdebar dan nafas pendek dan cepat, dengan tingkat
kecemasan paling dominan adalah sedang yaitu 5 orang. Pasien yang mengalami kecemasan pre operasi di Ruang Mawar
RSUD Abdul Wahab Sjahranie berusia diatas 30 - 56 tahun.
2. METODOLOGI
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian analitik dengan pendekatan studi cohort dengan metode
Quasi-Experiment yaitu tiap subjek penelitian diobservasi dalam periode tertentu dan hasil observasi yang kuat untuk
membuktikan inferensi kausa dibanding studi obervasional lainnya (Hidayat, 2012), dengan desain penelitian pre-test and
post-test denganrancangan without control group design. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling yang
merupakan teknik pengambilan sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini mengambil responden
yang terjadwal operasi dan dipilih sesuai karakteristik responden peneliti di Ruang Mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Populasi tercatat 21 orang pasien yang akan direncanakan operasi pada bulan maret. Sehingga terhitung dengan
rumus didapatkan 19.952 (dibulatkan 20) responden penelitian yang akan dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan, 10
responden di kelompok perlakuan teknik relaksasi benson dan 10 responden di kelompok perlakuan terapi genggam jari.
Penelitian ini dilakukan selama 3 hari rawat dari sebelum responden pre operasilaparatomi.Penelitianinidilaksanakanselama
5 mingguyaitudaritanggal 04 Maret 2019 sampaidengan 12 April 2019 di Ruang Mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda.Subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel, yaitu bersedia menjadi
responden, bisa membaca dan menulis, pasien yang akan direncanakan operasi laparatomi, beragama islam. Penelitian ini
menggunakan alat ukur kuesioner Hamilton Rating Scale Anxiety (HARS). Di lembar data responden yang terbagi 3 bagian,
yaitu
1. Bagian A, terdiridari data demografi responden (usia dan tingkat pendidikan).
2. Bagian B, berisi tentang prosedur teknik relaksasi Benson atau teknik Genggam jari.
3. Bagian C, berisi tentang lembar observasi tingkat kecemasan selama 3 hari rawat.
Jalannya penelitian ini meliputi melakukan penelitian dengan cara memberikan perlakuan kepada kelompok perlakuan
teknik relakasi Benson dan terapi genggam jari, dan melakukan pengukuran tingkat kecemasan pre dan post test
menggunakan kuesioner HARS dariawal pre laparatomi sampai dinyatakan pulang.Kemudian peneliti mengumpulkan data
yang berkaitan dengan efektivitas teknik relaksasi Benson dan terapi genggam jari terhadap tingkat kecemasan pada pasien
laparatomi di ruang mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dan melakukan pengelolaan dan analisis data dengan
menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji t-test independent, danuji paired sample t-test menggunakan
aplikasi software SPSS 20.0.Kemudian menyusun hasil penelitian.
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Usia Responden Di Ruang Mawar RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda
Usia Frekuensi Valid Persentase
21-30 2 10.0
31-40 7 35.0
41-50 11 55.0
Total 20 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 20 responden yang terbanyak adalah dalam rentang usia 41-50 tahun dengan
jumlah 11 responden dengan presentase 55%.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden Tingkat Pendidikan Di Ruang Mawar
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase
Tidak Sekolah, SD 14 70.0
SMP, SMA. 4 20.0
Perguruan Tinggi 2 10.0
Total 20 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari ke 20 responden, tingkat pendidikan yang terbanyak adalah Sekolah Dasar
(SD) dengan frekuensi 9 responden dengan persentase 45%.
Tabel 3 Analisa univariat variabel skor HARS responden penelitian kelompok perlakuan teknik relaksasi benson
Perlakuan Mean Minimum-maximum SD
Pretest perlakuan benson 7
22.76 11.183
40
Posttest perlakuan 4
17.41 10.302
benson 34
Sumber : Data Primer 2019
Dari Tabel 3 menunjukkan statistik skor HARS terhadap teknik relaksasi benson pre-test dan post-test di ruang mawar
RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda. Diketahui nilai meanpre-test diberikan perlakuan teknik relaksasi benson sebesar
22.76. Dengan nilai skor HARS minimum adalah 7 dan nilai maksimum adalah 40 serta nilai standar deviasi sebesar
11.183. Sedangkan nilai meanpost-test diberikan perlakuan teknik relaksasi bensin sebesar 17.41 dengan nilai skor HARS
minimum 4 dan nilai maksimum 34, serta nilai standardeviasi10.302.
Tabel 4 Analisa univariat variabel skor HARS responden penelitian kelompok perlakuan terapi genggam jari
Perlakuan Mean Minimum-maximum SD
Pretest perlakuan 8
21.87 9.047
genggam jari 35
Posttest perlakuan 7
17.94 7.646
genggam jari 29
Sumber : Data Primer 2019
Tabel 4 menunjukkan analisa univariat variabel skor HARS responden pada kelompok perlakuan terapi genggam jari
diperoleh responden kelompok perlakuan terapi genggam jari nilai mean pretest sebesar 21.87. Dengan nilai skor HARS
minimum adalah 8 dan nilai maksimum adalah 35 serta standar deviasi sebesar 9.047. Sedangkan nilai mean posttest
diberikan perlakuan teknik relaksasi bensin sebesar 17.94 dengan nilai skor HARS minimum 7 dan nilai maksimum 29,
serta nilai standar deviasi 7.646.
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pre dan Post-Operasi Responden Kelompok Teknik Relaksasi
Benson dan Terapi Genggam Jari Pada Pasien Laparatomi Di Ruang Mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda
Waktu penelitian Kategori Frekuensi Persentase (%)
Cemas Sedang 2 20.0
Benson Pre-Operasi Cemas Berat 8 80.0
Total 10 100.0
Cemas Ringan 2 20.0
Cemas Sedang 2 20.0
Genggam Jari Pre-Operasi
Cemas Berat 6 60.0
Total 10 100.0
Tidak Ada 1 10.0
Cemas Ringan 3 30.0
Benson Post-Operasi Cemas Sedang 2 20.0
Cemas Berat 4 40.0
Total 10 100.0
Cemas Ringan 4 40.0
Cemas Sedang 2 20.0
Genggam Jari Pre-Operasi
Cemas Berat 4 40.0
Total 10 100.0
Sumber : Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 10 orang responden kelompok teknik relaksasi benson yang akan dilakukan
operasi laparatomi didapatkan tingkat kecemasan paling banyak ditemui adalah kecemasan berat yaitu berjumlah 8 orang
dengan persentase 80%. Sedangkan kecemasan sedang berjumlah 2 responden dengan persentase 20%. Pada 10 orang
responden kelompok terapi genggam jari yang akan dilakukan operasi laparatomi didapatkan tingkat kecemasan paling
banyak ditemui adalah kecemasan berat yaitu berjumlah 6 orang dengan persentase 60%. Sedangkan kecemasan sedang
dan kecemasan ringan berjumlah masing-masing 2 responden dengan persentase masing-masing 20%. Pada kelompok
teknik relaksasi benson, tingkat kecemasan post operasi pada pasien laparatomi yang terbanyak pada kecemasan berat yaitu
4 orang dengan persentase 40%. Kemudian kecemasan sedang yaitu 2 orang responden dengan persentase 20%. Sedangkan
kecemasan ringan ada 3 responden dengan persentase 30%. Dan terakhir yang tidak ada kecemasannya ada 1 orang dengan
persentase 10%. Dan pada kelompok terapi genggam jari, tingkat kecemasan terbanyak pada kecemasan dan kecemasan
ringan berat berjumlah masing-masing 4 responden dengan persentase 40%. Sedangkan kecemasan sedang adalah 2
responden dengan persentase 20%.
Tabel 6 Analisis Uji Paired Sample T-Test responden penelitian skor HARS pre dan post-test perlakuan teknik
relaksasi benson dan terapi genggam jari.
Mean Sig.
Perlakuan Mean df T Correlation
difference (2-tailed)
Pre-test
22.76
Benson
16 5.353 6.546 0.954 0.000
Post-test
17.41
Benson
Pre-test
21.88
Genggam Jari
3.938 6.866 0.976 0.000
Post-test
17.94
Genggam Jari
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan analisis Tabel 6 menunjukkan terdapat selisih mean difference yang diberikan tindakan teknik relaksasi benson
pre dan posttest nya sebesar 5.353. dan pada kelompok terapi genggam jari selisih mean difference pre dan posttestnya
9
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020
sebesar 3.938. Dapat dilihat dari selisih perlakuan yang terjadi paling besar menurunkan tingkat kecemasan terjadi pada
kelompok teknik relaksasi benson sebesar 5.353. Dan dilihat dari nilai p kelompok teknik relaksasi benson sebesar 0.000 <
0.05, maka Ha1 diterima,yang artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara teknik relaksasi benson dengan tingkat
kecemasan. Sedangkan dari nilai p kelompok terapi genggam jari sebesar 0.000 < 0.05, maka H a2 diterima, yang artinya
terdapat pengaruh yang bermakna antara terapi genggam jari dengan tingkat kecemasan.
Tabel 7 Analisis Uji Independent T-Test responden penelitian skor HARS pre dan post-test perlakuan teknik
relaksasi benson dan terapi genggam jari.
Mean
Perlakuan Mean df T Sig. (2-tailed)
difference
Berdasarkan analisis Tabel 7 diperoleh hasil nilai bahwa nilai mean skor HARS pada kelompol teknik relaksasi benson
menunjukkan bahwa nilai pretest perlakuannya adalah 11.80 dan nilai mean skor HARS post-test perlakuannya adalah 8.20.
Diperoleh pula nilai mean difference pada kelompok perlakuan teknik relaksasi benson sebesar 3.600, pada kelompok
perlakuan genggam jari nilai mean difference sebesar 2.400. Sedangkan nilai p (p-value) pada kelompok teknik relaksasi
benson sebesar 0.014, dan pada kelompok terapi genggam jari sebesar 0.186. Yang berarti nilai p pada kelompok teknik
relaksasi benson 0.014 < (0.05) dan nilai p-value pada terapi genggam jari 0.186> (0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
tindakan teknik relaksasi benson lebih efektif diberikan pada penurunan tingkat kecemasan pada pasien laparatomi
Hal ini tingkat kecemasan pasien mayoritas tingkat kecemasan berat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya yang rendah.
Karena kurangnya pengetahuan informasi tentang penyakit-penyakit dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan
berdampak terkena penyakit menjadi tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin ringan tingkat
kecemasannya.Berdasarkan hasil penelitian dari 20 responden distribusi frekuensi yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok perlakuan teknik relaksasi Benson dan kelompok perlakuan genggam jari yaitu 10 responden ditiap kelompok
dengan persentase 50%.Dan dilihat dari nilai p kelompok teknik relaksasi benson sebesar 0.000 < 0.05, maka Ha1
diterima,yang artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara teknik relaksasi benson dengan tingkat kecemasan.
Sedangkan dari nilai p kelompok terapi genggam jari sebesar 0.000 < 0.05, maka Ha2 diterima, yang artinya terdapat
pengaruh yang bermakna antara terapi genggam jari dengan tingkat kecemasan.Teknik relaksasi Benson adalah
pengembangan dari respon relaksasi yang dikembangkan oleh Benson, dimana relaksasi ini merupakan gabungan antara
relaksasi dengan keyakinan agama yang dianut. Relaksasi ini merupakan pengembangan metode respon relaksasi pernafasan
dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu
9
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020
pasien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi (Benson, dalam Purwanto, 2006).Terapi genggam
jari adalah tehnik relaksasi dengan jari (fingerhold) merupakan sebuah tehnik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah
dilakukan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi di dalam tubuh kita (Liana, 2008 dalam
Pinandita et al, 2012). Relaksasi genggam jari dapat mengendalikan emosi yang akan membuat tubuh menjadi rileks. Ketika
tubuh dalam keadaan rileks, maka ketegangan otot berkurang dan kemudian akan mengurangi kecemasan (Yuli Astuti,
2015). Peneliti berasumsi dari hasil penelitian teknik relaksasi Benson dan terapi genggam jari dan literatur yang tertera
diatas didapatkan bahwa teknik relaksasi benson dan terapi genggam jari dapat menurunkan t ingkat kecemasan pada pasien
laparatomi di ruang mawar RSUD A. Wahab Sjahranie Samarinda.Berdasarkan hasil penelitian dari 20 responden distribusi
frekuensi tingkat kecemasan yang terbanyak adalah kecemasan berat sebanyak 14 responden dengan persentase
70%.MenurutKaplan (2010) kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.Faktor yang mempengaruhi
kecemasan menurut Elina & Rufaidah (2009) antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, kepribadian, lingkungan,
dan situasi. Penanganan kecemasan non-farmakologi dapat melalui berbagai cara, yaitu distraksi dan relaksasi. Salahsatunya
adalah teknik relaksasi benson dan terapi genggam jari.Berdasarkan hasil penelitian dari 20 responden yang dilakukan
pengukuran tingkat kecemasan dengan kuesioner HARS didapatkan 14 responden dengan tingkat kecemasan berat
(70%).Hasil uji statistik terlihat bahwa dari uji paired t-test didapatkan selisih mean difference yang diberikan tindakan
teknik relaksasi benson pre dan post-test nya sebesar 5.353. dan pada kelompok terapi genggam jari selisih mean difference
predan post-test-nya sebesar 3.938. Dapat dilihat dari selisih perlakuan yang terjadi paling besar menurunkan tingkat
kecemasan terjadi pada kelompok teknik relaksasi benson sebesar 5.353.Dan dilihat dari nilai p kelompok teknik relaksasi
benson sebesar 0.000 < 0.05, maka Ha1 diterima,yang artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara teknik relaksasi
benson dengan tingkat kecemasan. Sedangkan dari nilai p kelompok terapi genggam jari sebesar 0.000 < 0.05, maka Ha2
diterima, yang artinya terdapat pengaruh yang bermakna antara terapi genggam jari dengan tingkat kecemasan. Berdasarkan
uji t-test independent diperoleh hasil nilai bahwa nilai mean skor HARS pada kelompol teknik relaksasi benson
menunjukkan bahwa nilai pretest perlakuannya adalah 11.80 dan nilai mean skor HARS post-test perlakuannya adalah 8.20.
Diperoleh pula nilai mean difference pada kelompok perlakuan teknik relaksasi benson sebesar 3.600, pada kelompok
perlakuan genggam jari nilai mean difference sebesar 2.400. Sedangkan nilai p (p-value) pada kelompok teknik relaksasi
benson sebesar 0.014, dan pada kelompok terapi genggam jari sebesar 0.186. Yang berarti nilai p pada kelompok teknik
relaksasi benson 0.014 < (0.05) dan nilai p-value pada terapi genggam jari 0.186 > (0.05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
tindakan teknik relaksasi benson lebih efektif diberikan pada penurunan tingkat kecemasan pada pasien laparatomi di ruang
mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Nilai selisih mean difference antara kelompok perlakuan teknik relaksasi
Benson dengan kelompok perlakuan terapi genggam jari adalah 3.600 > 2.400 Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Anisa Nuri (2015), bahwa didapatkan hubungan teknik relaksasi Benson terhadap kecemasan pada pasien
hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Menurut asumsi peneliti dari hasil penelitian, didapatkan bahwa
teknik relaksasi Benson lebih efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan. Seperti pada hasil statistik yang tertera diatas.
Ini membuktikan bahwa teknik relaksasi Benson lebih efektif dalam menurunkan kecemasan pada pasien laparatomi di
Ruang Mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan karakteristik usia dan tingkat pendidikan responden di ruang mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
didapatkan dari 20 responden yang diteliti yang usia terbanyak adalah yang berusia 41-50 tahun, tingkat pendidikan
responden yang terbanyak adalah Pendidikan Dasar. Dari hasil penelitian karakteristik usia didapatkan adanya hubungan
semakin bertambahnya usia, semakin meningkatnya tingkat kecemasan pada seseorang dalam menghadapi pre-operasi
laparatomi. Dari hasil penelitian karakteristik tingkat pendidikan didapatkan adanya hubungan semakin tinggi tingkat
pendidikannya maka semakin ringan tingkat kecemasan seseorang. Dari 20 responden yang terbanyak tingkat kecemasannya
saat pre-operasi laparatomi di ruang mawar RSUD A.W. Sjahranie Samarinda adalah kecemasan berat yang berjumlah 14
responden dengan persentase 70%.Dilihat dari nilai peluang uji paired t-test teknik relaksasi Benson sebesar 0.000<0.05,
maka H¬01 ditolak dan Ha1 dterima. Itu berarti ada hubungan teknik relaksasi Benson dengan tingkat kecemasan pada
pasien laparatomi di ruang mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.Dilihat dari nilai peluang paired t-test terapi
genggam jari sebesar 0.000<0.05, maka H02 ditolak dan Ha2 diterima. Itu berarti ada hubungan terapi genggam jari dengan
tingkat kecemasan pada pasien laparatomi di ruang mawar RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.Dilihat dari hasil uji
t-test independen nilai p (p-value) pada kelompok teknik relaksasi benson dan kelompok terapi genggam jari sebesar
0.014<0.05>0.186 dan perbedaan besar rata-rata selisih mean difference antara kelompok perlakuan teknik relaksasi benson
dengan kelompok perlakuan terapi genggam jari yaitu sebesar 3.600 > 2.400. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tindakan
teknik relaksasi benson lebih efektif diberikan pada penurunan tingkat kecemasan pada pasien laparatomi di ruang mawar
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
9
Borneo Student Research
eISSN:2721-5725, Vol 1, No 3, 2020
pertimbangan lebih lanjut untuk membandingkan dengan terapi alternatif lainnya. Peneliti mengharapkan faktor-faktor
lainnya yang mempengaruhi kecemasan ikut diteliti dalam penelitian selanjutnya.Bagi institusi rumah sakit dan tenaga
kesehatan, Sebaiknya pihak rumah sakit dapat melakukan seminar internal atau penyuluhan kepada tenaga keperawatan agar
teknik relaksasi Benson menjadi salah satu SPO di ruangan-ruangan rawat inap. Terkait banyaknya pasien yang
direncanakan operasi, untuk mencegah kecemasan dan efeknya ke peningkatan tekanan darah pasien saat pre operasi yang
dapat berpotensi batalnya operasi dan juga terkait perbaikan keadaan umum pasien setelah operasi. Bagi masyarakat,
Masyarakat perlu mengetahui penanganan kecemasan dan mengetahui bagaimana mengukur kecemasan. Salahsatunya
dengan teknik relaksasi Benson yang lebih efektif daripada terapi genggam jari yang dapat dipraktekkan dimanasaja.
Sehingga masyarakat bisa lebih produktif dalam kualitas hidupnya.
REFERENSI
Andi Parellangi, dkk. 2018. The Effect Of Giving The Handheld Finger Relaxation On Anxiety Changes To The Patients
With Coronary Heart. Journal Research And Analysis : Health Science. Vol: I (1).Halaman 2
Anwar,Hidayat.2012.UjiStatistikhttps://www.statistikian.com/2012/08/perbedaan-cross-sectional-case-control-cohort.html(
04 Januari 2019)
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli.,
Kuncara., I.made karyasa, Jakarta: EGC.
Elina Rharisti Rufaidah. (2009).Efektifitas Terapi Kognitif terhadap PenurunanTingkat Kecemasan pada Penderita Asma di
Surakarta.Tesis.FakultasPsikologi-UGM.
Fernalia, dkk. 2019. Pengaruh relaksasi nafas dalam terhadap skala nyer kepala pada pasien hipertensi di wilayah kerja
puskesmas sawah lebar kota bengkulu. Malahayati Nursing Journal. I (1). Halaman27.
Ike Novitasari, dkk. 2014. Pengaruh terapi relaksasi benson terhadap penurunan tingkat stres kerja pada karyawan di PT. TRI
cahya purnama semarang. Jurnal ilmu keperawatan dan kebidanan. 3.
Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., 2010.Kaplan-Sadock Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku Psikiatri linis.
Tangerang : Bina Rupa Aksara pp.1-8.
Kemenkes RI. (2013). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta : Kemenkes.
Pratiwi,dkk, 2015. Pengaruh teknik relaksasi benson dan murottal al-qur’an terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi
primer.JOM 2 (2). 1213
Luebbert, K., Dahme, B., & Hasenbring, M. (2001). The effectiveness of relaxationtraining in reducing treatment-related
symptoms and improving emotionaladjustment in acute non-surgical cancer treatment: A meta-analytical
review.Psycho-Oncology, 10(6), 490–502. https://doi.org/10.1002/pon.537
Milad Borji et al. 2016. The Effect of Benson's Relaxation on depression, anxiety and stress in patients undergoing
hemodialysis. International Journal of Medical Research & Health Sciences. , Vol: V (12). Page 77
Muttaqin, A & Sari, K, 2009, Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, Aplikasi, Jakarta: Salemba Medika.
Namuwali, domianus, dkk. 2016. Teknik relaksasi meningkatkan kontrol emosi pada penderita dengan penyakit kronis. VII
(3), Halaman156.
National Center on Domestic Violence, Trauma, &Mental Health, 2014.Fingerhold Practice for Managing Emotions &
Stress.http://www.nationalcenterdvtraumamh.org/wp-content/uploads/2012/01/Fingerhold-Practice-for-Managing-Em
otions-Stress-Final.pdf (10 September 2019)
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Nuri, Anisa, 2015. The Effect Benson Relaxation Technique with AnxietyIn Hemodyalisis PatientsIn
Yogyakarta.Indonesian Journal of Nursing Practices, Vol. 1 No. 1. Halaman 40.http://doi.org/0.18196/ijnp.1149
Nurlela, S. 2009. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas tidur pasien post operasi laparatomi di RS PKU
Muhammadiyah Gombong. Skripsi.
Pinandita, I. Purwanti, E. &Utoyo, B. (2012), Jurusan Keperawatan STIKes Muhammadiyah Gombong Pengaruh Tehnik
Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi Laparatomi, Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 8 (1).
Prajayanti, Sari. 2017. Pengaruh Relaksasi Benson terhadap kualitas hiduo pasien breast cancer yang menjalani kemoterpai
di rumah sakit dr. moewardi surakarta. XV (2). Halaman160.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan . Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta: EGC.
Wardani, K. (2012). Pengaruh Pemberian Informasi Prosedural terhadap Tingkat Kecemasan pada Pasien Pra Operasi
Mayor, Sedang, dan Minor di PKU Muhammadiyah Sruweng. Skripsi .
Yunitasari, L. N. (2012). Hubungan BeberapaFaktor Demografi dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pasca Diagnosis Kanker
di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Medica Hospitalia Vol 1, 127-129.
Yuliastuti. 2015. Effect Of Handheld Finger Relaxation On Reduction Of Pain Intensity In Patients With Post-
Appendectomy At Inpatient Ward Rsud Sidoarjo. Internasional Jurnal Of Medicine And Pharmaceucital Sciences
(IJMPS) ISSN (P) 2250-0049; ISSN (E) :2321-0095. Vol. 5.k
9
Lampiran 3
Artery Research
To cite this article: Jalal Poorolajal, Fatemeh Ashtarani, Neda Alimohammadi (2017)
Effect of Benson relaxation technique on the preoperative anxiety and hemodynamic
status: A single blind randomized clinical trial, Artery Research 17:C, 33–38, DOI:
https://doi.org/10.1016/j.artres.2017.01.002
ScienceDirect
a
Modeling of Noncommunicable Diseases Research Center and Department of Epidemiology &
Biostatistics, School of Public Health, Hamadan University of Medical Sciences, Hamadan, Iran
b
Clinical Research Development Unit of Farshchian Heart Center, Hamadan University of Medical
Sciences, Hamadan, 6517838695, Iran
c
Department of Nursing, School of Nursing and Midwifery, Hamadan University of Medical Sciences,
Hamadan, Iran
Received 25 September 2016; received in revised form 23 November 2016; accepted 10 January 2017
Available online 28 January 2017
KEYWORDS Abstract Background: Preoperative anxiety is a challenge in most surgical interventions that
Relaxation therapy; needs to be taken into consideration. This trial assessed the effect of relation technique on the
Anxiety; anxiety and hemodynamic response in patients undergoing surgical procedures.
Hemodynamics; Methods: This single blind, randomized clinical trial was conducted on patients who were can-
Surgical procedures; didates for coronary artery bypass graft, coronary angiography, percutaneous intervention, or
Surgery; general surgery at Ekbatan and Besat Hospitals, Hamadan University of Medical Sciences, from
Clinical trial; March to August 2014. Patients were randomly assigned to intervention and control groups. The
Iran intervention group received Benson’s relaxation technique, a half an hour before surgical pro-
cedures. The preoperative anxiety and hemodynamic status (systolic and diastolic blood pres-
sure, pulse pressure, heart rate, and respiratory rate) were evaluated before and after
intervention.
Results: Of 166 patients identified, 144 patients enrolled into the study. No patient declined
follow-up. The baseline clinical characteristics of the patients in the intervention and control
groups were nearly the same. The mean systolic and diastolic blood pressure, pulse pressure,
the average number of heart rates and respiratory rates declined significantly in the interven-
tion group compared to the control group (P < 0.001). The mean score of hospital anxiety was
significantly lower in the intervention group than in the control group (P < 0.001). The inter-
vention was effective in both males and female patients.
http://dx.doi.org/10.1016/j.artres.2017.01.002
1872-9312/ª 2017 Association for Research into Arterial Structure and Physiology. Published by Elsevier B.V. All rights reserved.
Effect of Benson relaxation technique on anxiety
Conclusion: This trial indicated that Benson’s relaxation technique is a safe method with no
adverse effects with significant beneficial effect on preoperative anxiety and hemodynamic re-
sponses in patients who were candidates for surgical procedures.
Trial r e g i s t r at i o n : I r an ian Re g is t r y o f C l i n ic al Tr i al s r eg is tr ation nu mbe r:
IRCT201312249014N19. http://www.irct.ir/searchresult.php?idZ9014&numberZ19.
ª 2017 Association for Research into Arterial Structure and Physiology. Published by Elsevier
B.V. All rights reserved.
the trial groups until the data were analyzed and the labels subscale. The range of scores for cases was as follows: 0e7
were decoded. normal, 8e10 mild disorder, 11e14 moderate disorder, and
The intervention of interest was listening to an audio file 15e21 severe disorder.14,15 The Cronbach’s alpha coeffi-
for 20 min through a headphone about a half an hour before cient was used to measure the reliability of the anxiety
surgical intervention. In addition, the intervention group questionnaire. The coefficient was 0.86 for before and 0.90
received routine preoperative medications. The control for after intervention based on our results.
group received routine preoperative medications alone. The secondary outcomes of interest were: (a) systolic
Among several quiet and relaxing music, six music were and diastolic blood pressure in mmHg; (b) heart rate per
selected of which two music were finally used for relaxation minute; and (c) respiratory rate per minute. The secondary
technique. The audio file included the following recom- outcomes were measured before and immediately after
mendations broadcasted for the patients during listening to intervention using a heart monitoring device.
music through a headphone.5,7,9,13 We used the independent t-test for comparison mean
difference between intervention and control groups before
(a) Lie down quietly in a comfortable position. and after intervention. We also used ANOVA and multivar-
(b) Close your eyes slowly. iate analysis for comparing the mean difference between
(c) Relax all your muscles deeply from the feet to the the two groups adjusting on baseline values. All statistical
face. analyses were performed at a significance level of 0.05
(d) Meanwhile, inhale deeply through the nose. Be aware using Stata software, version 11 (StataCorp).
of your breathing and pay attention to it. Then,
exhale quietly through your mouth while repeating a
word on the lips. Results
(e) Repeat these actions several times for 15e20 min.
Then, open your eyes for a few moments while you Of 166 patients identified, 18 were ineligible and 4 declined
are lying down. to participate. The randomization was based on the
(f) Do not worry whether or not you are at a deep level of remaining 144 patients, of whom 72 patients were allo-
relaxation. Let the relaxation happens itself. When cated to the intervention and 72 to the control groups. No
annoying thoughts occur, try to ignore them. patient declined follow-up (Fig. 1). The analysis was based
on data from 144 patients (male/female ratio was 42/30
The primary outcome of interest was preoperative anx- and 41/31 in the control and intervention groups, respec-
iety, which was evaluated before and immediately after tively, P Z 0.866) including 36 in the CABG group, 36 in the
intervention using the Hospital Anxiety and Depression CAG group, 36 in the PCI group, and 36 in the general sur-
Scale (HADS) including subscales for anxiety (7 items), gery group. The mean (SD) age of the patients was 51.3
which was used in this trial, and depression (7 items). Each (10.9) years ranged from 17 to 65 years.
item was rated from 0 to 3, where higher scores indicated The baseline characteristics of the participants in the
more anxiety. The maximum score was 21 on the anxiety two groups are given in Table 1. The results show that there
Table 2 Comparison of the effect of Benson’s relaxation technique versus no intervention on the hemodynamic status and
hospital anxiety by gender.
Variables Control Intervention P valuea P valueb
Mean SD Mean SD
Total
Systolic blood pressure (mmHg) 125.72 13.66 115.41 12.93 0.001 0.001
Diastolic blood pressure (mmHg) 77.91 7.67 72.68 8.24 0.001 0.001
Pulse pressure (mmHg) 47.80 10.58 42.73 10.31 0.004 0.001
Respiratory rate (/min) 18.05 1.70 15.97 1.82 0.001 0.001
Heart rate (/min) 78.58 8.15 71.95 11.48 0.001 0.001
Anxiety score 10.83 4.33 5.54 2.94 0.001 0.001
Female
Systolic blood pressure (mmHg) 129.06 14.33 116.29 13.47 0.001 0.001
Diastolic blood pressure (mmHg) 78.00 9.15 73.38 8.88 0.050 0.016
Pulse pressure (mmHg) 51.06 8.94 42.90 9.19 0.001 0.134
Respiratory rate (/min) 17.90 1.60 15.87 1.91 0.001 0.001
Heart rate (/min) 78.26 8.74 73.54 7.95 0.031 0.001
Anxiety score 11.06 3.84 6.41 2.90 0.001 0.001
Male
Systolic blood pressure (mmHg) 123.33 12.81 114.75 12.63 0.002 0.001
Diastolic blood pressure (mmHg) 77.85 6.54 72.14 7.78 0.001 0.003
Pulse pressure (mmHg) 45.47 11.14 42.60 11.18 0.245 0.091
Respiratory rate (/min) 18.16 1.77 16.04 1.77 0.001 0.001
Heart rate (/min) 78.80 7.80 70.75 13.54 0.001 0.069
Anxiety score 10.66 4.66 4.87 2.82 0.001 0.001
a
Comparing intervention and control groups using independent t-test.
b
Multivariate analysis using ANOVA comparing hemodynamic variables between intervention and control groups adjusted on baseline
values and the anxiety score and comparing anxiety score between the two groups adjusted on the baseline value and hemodynamic
variables.
Effect of Benson relaxation technique on anxiety
Table 3 Comparison of the effect of Benson’s relaxation technique versus no intervention on the hemodynamic status and
hospital anxiety by surgical procedures.
Variables Control Intervention P value
Mean SD Mean SD
Coronary artery bypass graft (CABG)
Systolic blood pressure (mmHg) 126.94 13.18 114.16 13.17 0.006
Diastolic blood pressure (mmHg) 78.61 8.18 72.66 8.35 0.038
Pulse pressure (mmHg) 48.33 8.22 41.50 7.26 0.012
Respiratory rate (/min) 18.66 1.32 16.05 1.05 0.001
Heart rate (/min) 82.88 6.20 74.05 6.11 0.001
Anxiety score 13.50 2.95 7.05 2.77 0.001
Coronary angiography (CAG)
Systolic blood pressure (mmHg) 124.55 11.24 112.77 11.27 0.003
Diastolic blood pressure (mmHg) 75.00 5.42 72.77 7.90 0.332
Pulse pressure (mmHg) 49.55 11.50 40.00 11.73 0.012
Respiratory rate (/min) 18.44 1.19 16.55 1.19 0.001
Heart rate (/min) 78.27 7.53 73.11 6.97 0.040
Anxiety score 11.11 2.21 5.16 1.79 0.001
Percutaneous intervention (PCI)
Systolic blood pressure (mmHg) 127.77 12.27 124.72 11.69 0.449
Diastolic blood pressure (mmHg) 79.44 5.91 74.72 7.37 0.041
Pulse pressure (mmHg) 48.33 10.71 50.00 12.60 0.671
Respiratory rate (/min) 18.27 1.40 16.83 1.15 0.001
Heart rate (/min) 79.94 7.56 72.16 19.10 0.117
Anxiety score 9.61 2.00 6.50 1.61 0.001
General surgery
Systolic blood pressure (mmHg) 123.61 17.80 110.00 11.37 0.009
Diastolic blood pressure (mmHg) 78.61 10.11 70.55 9.37 0.018
Pulse pressure (mmHg) 45.00 11.88 39.44 7.25 0.099
Respiratory rate (/min) 16.83 2.17 14.44 2.52 0.004
Heart rate (/min) 73.22 8.53 68.50 9.02 0.116
Anxiety score 9.11 6.96 3.44 3.79 0.004
effect on preoperative anxiety and the hemodynamic status This might raise the possibility of the information bias.
in patients who are candidates for undergoing a various Despite its limitation, this trial was carried out several
kinds of surgical procedures such as CABG, CAG, PCI, and groups of patients undergoing various kinds of surgical
general surgery. The investigations have shown that relax- procedures in two separate hospitals. This increases the
ing music can significantly reduce heart rate, respiratory generalizability of the intervention effect.
rate, and myocardial oxygen demand.16 In addition, We performed music therapy through a headphone
listening to music in a quiet and restful environment may which has its own limitation when this method of relation is
reduce anxiety in persons with coronary heart disease, to be used for a large number of patients. Therefore, we
especially those patients recovering from acute myocardial suggest the effect of this technique is examined on pre-
infarction.16,17 operative anxiety and hemodynamic responses broad-
Apart from anti-anxiety effect of music therapy, it has a casting music through speakers in the ward for all patients
beneficial effect on pain relief. Using music can decrease rather than individually through a headphone.
opioid administration and improve satisfaction in patients
undergoing hysterectomy.18 Music can reduce the dose of Conclusion
sedative medication required for colonoscopy.19 Listening
to music during labor has a beneficial effect on labor pain
The results of this trial indicated that music therapy is a
and anxiety, maternalefetal parameters and may reduce
safe and less expensive method with beneficial effects
postpartum analgesic requirement.20
on preoperative anxiety and hemodynamic responses
The investigations suggest that music can modify the
in patients undergoing coronary artery bypass graft,
physiological function through several mechanisms,
coronary angiography, percutaneous intervention, or gen-
including the autonomic nervous system, plasma cytokine,
eral surgeries.
and catecholamine levels. The evidence has shown that
music can induce parasympathetic activities and reduce
plasma cytokine and catecholamine levels.21 24 Conflict of interest
e
a. Tahap persiapan
relaksasi
b. Tahap Kerja
otot tubuh dari ujung kaki sampai dengan otot wajah dan
rasakan rileks
dipilih
yang diucapkan
dengan perlahan
c. Tahap Terminasi
24.2.21 25 21
25.2.21 21 17
26.2.21 17 15
Lampiran 6
Nama : Ny. N
Umur : 33 Tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Boyolali
No. RM : 2011137xxx
Tgl/Jam MRS :
Tanggal/Jam Pengkajian :
Metode Pengkajian :
Diagnosa Medis :
No. Registrasi :
I. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama Klien :
Alamat :
Umur :
Agama :
Status Perkawinan :
Pendidikan :
Pekerjaan :
2. Identitas Penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Hubungan dg Klien :
2) Selama Sakit
Frekuensi BAB :....................................................
Konsistensi : ....................................................
Warna :....................................................
Keluhan :....................................................
b. BAK
1) Sebelum Sakit
Frekuensi BAB :...................................................
Jumlah Urine :...................................................
Warna :...................................................
Keluhan :...................................................
2) Selama Sakit
Frekuensi BAB :..................................................
Jumlah urine : .................................................
Warna :..................................................
Keluhan :..................................................
Analisa Keseimbangan Cairan Selama Perawatan
Intake Output Analisa
- Minuman - Urine Intake :
………cc ………….cc ……………….cc
- Makanan - Feses Output: ………………
……….cc …………...cc cc
- IWL
…………..cc
Total Total Balance:
……….cc …………..cc ……………..cc
Ket:
0: Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang
lain dan alat; 4: tergantung total
- Irama : ...................................................................
Suhu : …………………….
2. Kepala
Bentuk Kepala : ...................................................................
Kulit Kepala : ...................................................................
Rambut : ...................................................................
3. Muka
a. Mata
Palpebra : ...................................................................
Konjungtiva : ...................................................................
Sclera : ...................................................................
Pupil : ...................................................................
Diameter ki/ka : ...................................................................
Reflek Terhadap Cahaya:...........................................................
Penggunaan alat bantu penglihatan:................................................
b. Hidung : .............................................................................
c. Mulut : .............................................................................
d. Gigi : ……………………………………………………………..
e. Telinga :..............................................................................................
4. Leher :....................................................
5. Dada (Thorax)
Paru-paru
Inspeksi : ………………………………..
Palpasi : ……………………………….
Perkusi : ………………………………..
Auskultasi: …………………………………
Jantung
Inspeksi : …………………………………
Palpasi : …………………………………
Perkusi : ………………………………….
Auskultasi: ………………………………….
6. Abdomen
Inspeksi : …………………………………
Auskultasi : ....................................................
Perkusi : ....................................................
Palpasi : ....................................................
Lampiran 8
7. Genetalia : .....................................................
8. Rektum : .....................................................
9. Ekstremitas
a. Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : .....................................................
ROM kanan dan kiri : .....................................................
Perubahan bentuk tulang : .....................................................
Perabaan Akral : .....................................................
Pitting edema : .....................................................
b. Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : .....................................................
ROM kanan dan kiri : .....................................................
Perubahan bentuk tulang : .....................................................
Perabaan Akral : .....................................................
Pitting edema : .....................................................
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Nilai Normal Satuan Hasil Keterangan
Hasil
Obat Peroral:
Obat Parenteral:
Obat Topikal:
Lampiran 8
NIM : P18132
patofisiologis
(patofisiologis)
3. Pada pengkajian dicari
referensi yang fokus pada
kasus juga sesuai dengan
peminatan keperawatan
(pengkajian)
4. Tabel dibuat tabel terbuka
satu spasi dan ukuran
huruf boleh 11
1. Pemberian definisi
disertai sumber baru
ditulis waktu dan tempat
studi kasus (Tempat dan
studi kasus )
2. Pemberian sumber
referensi dengan definisi
baru diceritakan yang
BAB 3
akan dilakukan penulis
pada kasusnya (observasi
dan pemeriksaan fisik,
studi dokumentasi, dan
penyajian data )
3. Belum ada referensi
(Informed concent dan
anonymity)
1. Angka Kejadian atau
prevalensi mulai dari dunia,
Indonesia, Jateng dan RS
BAB 1
tempat studi kasus
2. Atur spasi dan rapikan
Senin 25
3. 3. Sumber referensi
Jan. 21
1. Sumber referensi
BAB 2 2. Tabel 5 kerangka
3. Sumber referensi
Senin 4 ACC
7 BAB 4, 5
Mei. 21
Lampiran 11
Pembimbing,
NIK. 200981037
Lampiran 12
Penyusun :
Tim Karya Tulis Ilmiah
KATA PENGANTAR
KEKHUSUSAN/MINAT : KMB
NOMOR HP : 085870374288
Mahasiswa menjadi paham dan mengerti apa yang langkah selanjutnya bisa
diambil
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing
NYAMAN (KECEMASAN)
WAKTU : 07.44
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing
NYAMAN (KECEMASAN)
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Lampiran 12
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing
WAKTU : 20.00
Pengajuan Konsultasi 1
BAB 1 =
1. Sumber referensi (paragraf 4, 5, 6)
2. Tujuan khusus fokus pada 5 proses keperawatan (tujuan umum dan khusus)
BAB 2 =
1. Sumber referensi (perdarahan saluran cerna, massa pada abdomen, manifestasi
klinis, pemeriksaan penunjang)
2. Tambahan isi dari patofisiologis (patofisiologis)
3. Pada pengkajian dicari referensi yang fokus pada kasus juga sesuai dengan
peminatan keperawatan (pengkajian)
4. Tabel dibuat tabel terbuka satu spasi dan ukuran huruf boleh 11
BAB 3 =
1. Pemberian definisi disertai sumber baru ditulis waktu dan tempat studi kasus
(Tempat dan studi kasus )
2. Pemberian sumber referensi dengan definisi baru diceritakan yang akan
dilakukan penulis pada kasusnya (observasi dan pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi, dan penyajian data )
Lampiran 12
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing
NYAMAN (KECEMASAN)
TEMPAT : WAG
BAB 1 =
1. Angka Kejadian atau prevalensi mulai dari dunia, Indonesia, Jateng dan RS
tempat studi kasus
2. Atur spasi dan rapikan
3. Sumber referensi
BAB 2 =
1. Sumber referensi
2. Tabel 5 kerangka
BAB 3=
1. Spasi 2 dan rapikan
2. Tempat dan waktu dipisah
3. Sumber referensi
Lampiran 12
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing
NYAMAN (KECEMASAN)
TEMPAT : WAG
DAFTAR ISI =
1. Penomoran Diperbaiki
BAB 2 =
1. Penomoran Diperbaiki
2. Referensi sesuai kasus
BAB 3=
1. Masukan kriteria inklusi
2. Pemberian waktu 2 minggu
3. Spasi pada dapus diperbaiki
Lampiran 12
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing
NYAMAN (KECEMASAN)
TEMPAT : WAG
ACC BAB 1, 2, 3
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing
NYAMAN (KECEMASAN)
TEMPAT : WAG
BAB 4, 5
impelementasi
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing
NYAMAN (KECEMASAN)
TEMPAT : WAG
ACC BAB 4, 5
CATATAN KHUSUS:
Kendala yang dihadapi; upaya mengatasi kendala
dan lain-lain
Mengetahui, Mahasiswa:
Pembimbing