1.1 Definisi
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE)
Anderson : 2005)
1
PPOK merupakan obstruksi saluran pernafasan yang progresif dan
(Snider, 2003).
1.2 KLASIFIKASI
1. Bronkitis kronik
a. Definisi
b. Etiologi
influenzae.
2. Alergi
2
c. Manifestasi klinis
saluran nafas akan terkena.
alveolar, hypoxia dan asidosis.
3
6. Klien mengalami kekurangan oksigen jaringan ; ratio ventilasi
2. Emfisema paru
a. Definisi
b. Etiologi
2) Predisposisi genetic
4
3) Merokok
4) Polusi udara
c. Manifestasi klinis
1) Dispnea
2) Takipnea
paru
6) Hipoksemia
7) Hiperkapnia
8) Anoreksia
9) Penurunan BB
10) Kelemahan
3. Asthma Bronchiale
a. Definisi
5
rangsangan. Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-
b. Etiologi
3) Stress
5) Obat-obatan
6) Polusi udara
7) Lingkungan kerja
c. Manifestasi Klinis
1) Dispnea
berat),
3) wheezing,
4) batuk non produktif
5) takikardi
6) takipnea
4. Bronkiektasis
6
saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap tumor, pembuluh darah
1.3 ETIOLOGI
Secara keseluruhan penyebab terjadinya PPOK tergantung dari jumlah partikel gas
1. asap rokok
a. perokok aktif
b. perokok pasif
2. polusi udara
2. Polusi udara
4. Umur
5. Jenis kelamin
6. Ras
7
8. Defisiensi anti oksidan
dominan.
bloater).
1. Kelemahan badan
2. Batuk
3. Sesak napas
8
1.5 Patofisiologi
Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat
jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan
ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat
9
1.6 Pathway
10
1.7 KOMPLIKASI
1. Hipoxemia
2. Asidosis Respiratory
3. Infeksi Respiratory
timbulnya dyspnea.
4. Gagal jantung
5. Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
11
6. Status Asmatikus
seringkali terlihat.
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
12
VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum ekspirasi maksimal) atau MEFR
(maximal expiratory flow rate), kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP
sedang pada stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung.Bila sudah
pada hantaran II, III, dan aVF.Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih
dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1.Sering terdapat RBBB inkomplet.
13
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1 PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien.
Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a. Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin,
alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan
terakhir, nomor registrasi, pekerjaan pasien, dan nama penanggung
jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan
keluhan berupa sesak nafas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul.Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS
dengan keluhan yang sama.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang sama.
14
c. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1 Bernafas
Kaji pernafasan pasien.Keluhan yang dialami pasien dengan Penyakit
Paru Obstruksi Kronik ialah batuk produktif/non produktif, dan sesak
nafas.
2 Makan dan Minum
Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
MRS pasien dengan PPOK akan mengalami penurunan nafsu makan
akibat dari sesak nafas dan penekanan pada struktur abdomen.
Peningkatan metabolisme akan terjadi akibat proses penyakit.
3 Eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan
pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot
tractus degestivus.
4 Gerak dan Aktivitas
Akibat sesak nafas, kebutuhan O2 jaringan akan kurang terpenuhi dan
Pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.
5 Istirahat dan tidur
Akibat sesak yang dialami dan peningkatan suhu tubuh akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan istitahat,
selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan
rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit, dimana banyak orang
yang mondar-mandir, berisik dan lain sebagainya.
6 Kebersihan Diri
Kaji bagaimana toiletingnya apakah mampu dilakukan sendiri atau
harus dibantu oleh orang lain.
15
7 Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-
40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi <35,5°C.
8 Rasa Nyaman
Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan pasien.
Nyeri dada meningkat karena batuk berulang (skala 5)
9 Rasa Aman
Kaji pasien apakah merasa cemas atau gelisah dengan sakit yang
dialaminya
10 Sosialisasi dan Komunikasi
Observasi apakan pasien dapat berkomunikasi dengan perawat dan
keluarga atau temannya.
11 Bekerja
Tanyakan pada pasien, apakan sakit yang dialaminya menyebabkan
terganggunya pekerjaan yang dijalaninya.
12 Ibadah
Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kali pasien
sembahyang, dll.
13 Rekreasi
Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan sengaja
meluangkan waktunya untuk rekreasi.Tujuannya untuk mengetahui
teknik yang tepat saat depresi.
14 Pengetahuan atau belajar
Seberapa besar keingintahuan pasien untuk mengatasi sesak yang
dirasakan.Disinilah peran kita untuk memberikan HE yang tepat dan
membantu pasien untuk mengalihkan sesaknya dengan metode
pemberian nafas dalam.
16
2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan akibat
sesak, pengaturan posisi dan pengaruh lingkungan.
4. Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
3 INTERVENSI
1. Diagnosa 1
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi,
peningkatan produksi sputum, batuk tidak
efektif,kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas
kembali efektif
Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan jalan nafas yang paten
2. Mampu mengidentifikasi dan mencegah factor yang dapat
menghambat jalan nafas
3. Suara nafas bersih, tidah ada sianosis dan dyspneu(mampu
bernafas dengan mudah)
Intervensi :
1 Beri pasien 6 sampai 8 gelas cairan/hari kecuali terdapat kor
pulmonal.
Rasional:
Mencegah terjadinya dehidrasi
17
2 Ajarkan dan berikan dorongan penggunaan teknik pernapasan
diafragmatik dan batuk.
Rasional :
Mengajarkan cara batuk efektif
3 Bantu dalam pemberian tindakan nebuliser, inhaler dosis terukur,
atau IPPB
Rasional :
Mengatasi sesak yang dialami pasien
4 Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok,
aerosol, suhu yang ekstrim, dan asap.
5 Ajarkan tentang tanda-tanda dini infeksi yang harus dilaporkan
pada dokter dengan segera: peningkatan sputum, perubahan warna
sputum, kekentalan sputum, peningkatan napas pendek, rasa sesak
didada, keletihan.
Rasional :
Pemberian tindakan pengobatan selanjutnya
Berikan antibiotik sesuai yang diharuskan.
2. Diagnosa 2
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ketidakefektifan
pola nafas pasien dapat teratasi
Kriteria Hasil :
a. Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan dalam batas
normal
b. Bunyi nafas terdengar jelas.
Intervensi :
18
1 Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman pernafasan, laporkan
setiap perubahan yang terjadi.
Rasional :
Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan kedalaman
pernafasan, kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan
kondisi pasien.
2 Baringkan pasien dalam posisi yang nyaman, dalam posisi
duduk, dengan kepala tempat tidur ditinggikan 60 – 90 derajat.
Rasional :
Penurunan diafragma memperluas daerah dada sehingga
ekspansi paru bisa maksimal.
3 Observasi tanda-tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, RR dan
respon pasien).
Rasional :
Peningkatan RR dan tachcardi merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru.
4 Bantu dan ajarkan pasien untuk batuk dan nafas dalam yang
efektif.
Rasional :
Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau nafas
dalam.Penekanan otot-otot dada serta abdomen membuat
batuk lebih efektif.
5 Kolaborasi dengan tim medis lain untuk pemberian O2 dan
obat-obatan
Rasional :
Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan
mencegah terjadinya sianosis akibat hiponia.
19
3. Diagnosa 3
Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan akibat
sesak, pengaturan posisi dan pengaruh lingkungan.
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan istirahat
dan tidur pasien terpenuhi.
Kriteria hasil :
a. Pasien tidak sesak nafas
b. Pasien dapat tidur dengan nyaman tanpa mengalami gangguan
c. Pasien dapat tertidur dengan mudah dalam waktu 30-40 menit
d. Pasien beristirahat atau tidur dalam waktu 3-8 jam per hari.
Intervensi :
1. Beri posisi senyaman mungkin bagi pasien.
Rasional :
Posisi semi fowler atau posisi yang menyenangkan akan
memperlancar peredaran O2 dan CO2.
2. Tentukan kebiasaan motivasi sebelum tidur malam sesuai dengan
kebiasaan pasien sebelum dirawat.
Rasional :
Mengubah pola yang sudah menjadi kebiasaan sebelum tidur akan
mengganggu proses tidur.
3. Anjurkan pasien untuk latihan relaksasi sebelum tidur.
Rasional :
Relaksasi dapat membantu mengatasi gangguan tidur.
4. Observasi gejala kardinal dan keadaan umum pasien.
Rasional :
Observasi gejala kardinal guna mengetahui perubahan terhadap
kondisi pasien.
20
4. Diagnosa 4
Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia
Tujuan :
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan asupan nutrisi
dapat terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Peningkatan berat badan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
Intervensi :
1. Beri motivasi tentang pentingnya nutrisi.
Rasional :
Kebiasaan makan seseorang dipengaruhi oleh kesukaannya,
kebiasaannya, agama, ekonomi dan pengetahuannya tentang
pentingnya nutrisi bagi tubuh.
2. Auskultasi suara bising usus.
Rasional :
Bising usus yang menurun atau meningkat menunjukkan adanya
gangguan pada fungsi pencernaan.
3. Lakukan oral hygiene setiap hari.
Rasional :
Bau mulut yang kurang sedap dapat mengurangi nafsu makan.
4. Sajikan makanan semenarik mungkin.
Rasional :
Penyajian makanan yang menarik dapat meningkatkan nafsu
makan.
5. Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional :
21
Makanan dalam porsi kecil tidak membutuhkan energi, banyak
selingan memudahkan reflek.
6. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diet TKTP.
Rasional :
Diet TKTP sangat baik untuk kebutuhan metabolisme dan
pembentukan antibody karena diet TKTP menyediakan kalori dan
semua asam amino esensial.
7. Kolaborasi dengan dokter atau konsultasi untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium alabumin dan pemberian vitamin dan
suplemen nutrisi lainnya (zevity, ensure, socal, putmocare) jika
intake diet terus menurun lebih 30 % dari kebutuhan.
Rasional :
Peningkatan intake protein, vitamin dan mineral dapat menambah
asam lemak dalam tubuh.
22
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC.
Darmojo; Martono. (1999). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II, edisi ketiga. Jakarta: balai Penerbit FKUI.
23