Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Sectio caesarea sebagai cara persalinan untuk mengeluarkan bayi sudah ada
sejak berabad-abad tahun yang lalu (Edwards, 2010). Tujuan dasar section caesaria
ialah memelihara kehidupan atau kesehatan ibu dan janinnya. Persalinan secara sesar
didasarkan pada bukti adanya stress maternal atau fetal. Angka morbiditas dan
mortalitas maternal dan fetal menurun sejak adanya metode pembedahan dan
perawatan modern. Namun, section caesaria masih mengancam kesehatan ibu dan
bayi (Bobak, 2005).
Insiden section caesarea meningkat secara dramatis dalam 25 tahun terakhir
(Bobak, 2005). Sectio caesarea saat ini merupakan hal yang paling umum dalam
proses pembedahan yang dilakukan pada seluruh wanita di dunia, dengan angka 23
persen sampai 30 persen kelahiran di inggris dilakukan melalui sectio caesarea
(Edwards, 2010). Hal ini menjadi sesuatu yang mengejutkan di inggris apabila dilihat
pada tahun 1973 yang hanya 5,3 pesen saja (Edwards, 2010). Pertengahan tahun
1960-an sampa akhir 1980-an, angka section caesarea di amerika serikat juga
meningkat awalnya kurang dari 5 persen, meningkat menjadi 24 persen. Alasan
peningkatan section caesarea di amerika karena peningkatan pemantauan janin secara
elektronik, peningkatan kehamilan pertama kali, peningkatan kehamilan pada usia
lebih tua, dan insiden kelahiran sesar secara berulang yang meningkat (Bobak, 2005).
Hasil audit tahun 2002 di inggris, dari 158.299 kelahiran, sekitar 33.492 atau
sekitar 21,5 persen telah melakukan section caesarea atas permintaan para ibu tanpa
adanya indikasi medis. Hal ini menjadi bahan perdebatan di media dan profesi medis.
Laporan kasus yang sama juga terjadi di belanda sekitar 2,6 persen, di Taiwan 34
persen (Thompson, 2010). Menurut royal College of Obstetricians and
Gynaecologists (RCOG) tahun 2002 melaporkan bahwa 7,3 persen dari kasus section
caesarea primer di inggris dilakukan atas permintaan ibu (Thompson, 2010).
Tahun 1992 di Amerika, angka ini sedikit menurun sampai 22,6 persen
(Bobak, 2005). Tahun 1996 sebanyak 28,3 persen menjadi 10,1 persen pada tahun
2005 (American Collage of Obstetricians and Gynaecologist / ACOGS, 2009 dalam
Baxter, 2010). Di Australia juga terjadi penurunan pada tahun 1998 sampai 2006 dari
31 persen menjadi 19 persen (Baxter, 2010). Penurunan ini di sebabkan karena ada
usaha yang lebih besar untuk mengupayakan kelahiran per vaginam setelah suatu
kelahiran sesar (Bobak, 2005).
Tindakan sectio caesarea dapat menyebabkan perubahan atau adaptasi
fisiologis maupun psikologis. Dengan demikian klien dan keluarga perlu mendapat
informasi mengenai masalah yang ada, perawat juga diharapkan dapat menjelaskan
prosedur sebelum opersi section caesarea dilakukan dan perlu diinformasikanpada ibu
yang akan dilakukan selanjutnya setelah operasi sectio caesarea. Selain itu perawat
juga diharapkan dapat membantu mengatasi masalah yang timbul post sectio caesarea.
Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk mencari tahu lebih lanjut mengenai
asuhan keperawatan pada klien sectio caesarea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Sectio caesarea merupakan suatu tindakan pembedahan untuk melahirkan
janin/bayi dengan berat di atas 500 g melalui sayatan pada dinding perut dan dinding
uterus atau vagina yang masih utuh/intact atau suatu histerotomi untuk melahirkan
janin dari dalam rahim (Mochtar, 2002; Saifuddin, 2002). Ada tujuh lapisan yang
diiris pisau bedah, yaitu lapisan kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan
dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim 0Mochtar, 2002). Kelahiran sectio
caesarea dulu disebut sebagai Bedah-C (Pillitteri, 2002).
Istilah caesarea berasal dari kata latin “caedo”, yang berarti “memotong”. Baik
direncanakan (dijadwalkan) atau tidak (darurat), kehilangan pengalaman melahirkan
anak secara tradisional (pervaginam) dapat memberikan efek negatif pada konsep diri
wanita. Kelahiran caesarea ialah kelahiran janin melalui insisi transabdomen pada
uterus (Bobak, 2005).

B. Etiologi
Sectio Caesaria yang dilakukan dapat diindikasikan oleh :
1. Indikasi ibu
a. Panggu sempit
b. Placenta previa
c. Ruptura uteri
d. Partus lama
e. Partus tak maju
f. Pre eklamsia, dan Hipertensi
2. Indikasi janin
a. Kelainan letak
b. Gawat janin
c. Janin besar
3. Kontra indikasi
a. Janin mati
b. Syok, anemia berat sebelum diatasi
c. Kelainan congenital

C. Manifestasi Klinis
1. Plasenta previa sentralis dan lateralis
2. Panggul sempit
3. Disporsi sefalopelvik; yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala dan ukuran
panggul
4. Ruptur uteri mengancam
5. Partus lama (prolonged labor)
6. Partus tak maju (obstructed labor)
7. Distorsia serviks
8. Pre eklamsi dan hipertensi
9. Malpresentasi janin : letak lintang, letak bokong, presentasi dan muka, (letak
defleksi), prensentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil

D. Manifestasi Klinis
Menurut Bobak (2005) berdasarkan waktunya, kelahiran sesar ada yang terencana atau
terjadwal dan ada juga yang tidak terencana atau darurat.
1. Kelahiran sesar terjadwal/terencana
Wanita yang mengalami kelahiran sesar terjadwal atau terencana dilakukan
jika persalinan normal dikontraindikasikan misalnya karena plasenta previa, tetapi persalinan
harus tetap dilakukan, persalinan tidak dapat diinduksi (misalnya keadaan hipertensi yang
menyebabkan lingkungan intrauterus memburuk sehingga mengancam janin) atau bila ada
suatu keputusan yang dibuat antara petugas kesehatan dan wanita (misalnya kelahiran sesar
berulang). para wanita ini biasanya memiliki waktu untuk persiapan psikologis.
2. Kelahiran sesar darurat
Wanita yang mengalami keahiran sesar darurat atau tidak terencana sering
menimbulkan pengalaman yang traumatik. Wanita tersebut biasanya menghadapi
pembedahan dengan letih dan tidak bersemangat bila ternyata persalinan tidak berhasil. Dia
cemas terhadap kondisi diri dan bayinya. Seluruh prosedur preoperasi harus dilakukan
dengan cepat dan kompeten. Waktu untuk menjelaskan prosedur dan operasi harus singkat.
Wanita ini memerlukan lebih banyak perawatan pendukung.
Bobak (2005) juga membagi kelahiran sesar berdasarkan tipenya menjadi 2
macam, yaitu sebagai berikut:
3. Kelahiran sesar klasik
Kelahiran sesar klasik kini jarang dilakukan, tetapi dapat dilakukan bila
diperlukan persalinan yang cepat dan pada beberapa kasus presentasi bahu serta
plasenta previa. Insisi vertikal dilakukan ke dalam bagian tubuh atas uterus. Insiden
kehilangan darah, infeksi dan rupture uterus lebih tinggi pada kehamilan selanjutnya
daripada persalinan dengan prosedur sesar segmen bawah. Kelahiran pervaginan
setelah sesar klasik dikontraindikasikan.
4. Kelahiran sesar segmen bawah
Kelahiran sesar segmen bawah dapat dilakukan melalui insisi vertikal
(Sellheim) atau insisi transversal (Kerr). insisi transversal lebih populer karena lebih mudah
dilakukan, kehilangan darah relatif lebih sedikit, infeksi pasca operasi lebih kecil, dan
kemungkinan ruptur pada kehamilan selanjutnya lebih kecil.

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Sayatan memanjang (longitudinal)
b. Sayatan melintang (transversal)
c. Sayatam huruf T (T insicion)

E. Patofisiologi
Riwayat sectio caesaria sebelumnya, distosia persalinan dan letak janin abnormal
memungkinkan ibu hamil untuk dilakukannya persalinan sectio caesaria. Sectio caesaria
menimbulkan reseptor nyeri sehingga timbul rasa nyeri. Kien post sectio caesaria akan
mengalami kelemahan fisik dan rasa nyeri sehingga dapat mengganggu mobilisasi klien
dan menyebabkan masalah defisit perawatan diri, dengan adanya sectio caesaria juga
dapat menyebabkan klien mengalami cemas karena perubahan status peran dan kondisi
kesehatannya (Mansjoer, 2002).

F. Komplikasi/Risiko
Yang sering terjadi pada ibu SC adalah :
1. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas dibagi menjadi :
A. Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
B. Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
C. Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan cabang-
cabang arteri uterine ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing, embolisme paru
yang sangat jarang terjadi.
4. Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya
bisa terjadi ruptur uteri.
5. Yang sering terjadi pada ibu dan bayi : kematian perinatal

Anda mungkin juga menyukai