PENDAHULUAN
a) Latar belakang
Sectiocaesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan
melalui insisi pada dindinig perut dan rahin bagian depan untuk
melahirkan janin.Tindakan operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri
dan mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena
adanya pembedahan.
Indikasi medis dilakukan operasi sectio caesaria ada dua faktor
yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor dari janin meliputi : bayi terlalu
besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor
plasenta, kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri
atas : usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat
jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini dan preeklamsia
(Hutabalian, 2011).
Tindakan sectio caesarea (SC) menyebabkan nyeri yang
menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. sebanyak
86% ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan dengan perawatan bayi,
bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman
selama menyusui akibat adanya nyeri. Akibat rasa nyeri tersebut
menyebabkan pasien menunda pemberian asi sejak awal pada bayinya.
Masa nifas adalah masa keritis baik bagi ibu maupun bayinya.
WHO menyatakan bahwa persalinan dengan bedah Caesar sekitar 10-15%
dari semua proses persalinan di negara berkembang.
b) Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi capaian tugas dari praktik mata kuliah maternitas
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio
caesarea (SC).
3. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktik asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesarea (SC)
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di
luar rahim bayi baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses
persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses
keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004).
Sectio caesarea adalah adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat linsisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & william, 2010).
Menurut Amru Sofian (2012), Sectio caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2012).
Jadi, sectiocaesaria adalah cara melahirkan dengan sayatan pada
dinding abdomen dan uterus.
B. Etiologi
1) Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya
menderitakeluhan miksi akibat defresi pada refleks aktivitas detrusor
yangdisebabkan oleh tekanan dasar vesika urinaria saat persalinan, keluhan
inibertambah berat oleh karena adanya fase dieresis pasca persalinan, bilaperlu
retensio urine dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi.
Rortveit,dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasiendengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi
dibandingkansection Caesar. 10% pasien pasca persalinan menderita
inkkontinensia (biasanya stress inkontinensia) yang kadang–kadang menetap
sampaibeberapa minggu pasca persalinan.Untuk mempercepat
penyembuhankeadaan ini dapat dilakukan latihan otot dasar panggul (Serri,
2009).
2
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan
danmenetap setelah persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi
pada25% wanita dalam masa post partum namun keluhan ini dirasakan oleh
50% dari mereka sejak sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi
semakinhebat bila mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri, 2009).
3) Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang
banyak,apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan
darah. Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini
karena darah tidak cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang
mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi mengalami
perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi darah. Jika
kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat–
obatan penambah darah yang mengandung zat besi (Serri,2009).
4) Masalah Psikologi: defresi masa nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–
minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi.
Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.
Tingkatannya pun bermacam–macam, mulai dari neurologis, atau gelisah saja
yang disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu
bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya. Defresi masa nifas
seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga. Gejalanya sama dengan
depresi prahaid. Hal ini dikarenanakan pengaruh perubahan hormonal, adanya
proses involusi, dan ibu kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, dan
sebagainya. Depresi juga bisa timbul jika ibu dan keluarganya mengalami
konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan, keadaan sosial
ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat Keberadaan bayi
tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru
melahirkan. Ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan
mengurus suami, setiap malam merasa terganggu dan sering merasakan
3
adanya ketidak mampuan dalam mengatasi semua beban tersebut (Serri,
2009).
4
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi.
5
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul sehingga memungkinkan untuk dilakukan
tindakan sectiocaesarea adalah:
a. Fetal distress
b. His lemah atau melemah
c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
d. Bayi besar (BBL> 4,2 kg)
e. Plasenta previa
f. Kelainan letak
6
g. Disproposi cevalo-pelvik (ketidak seimbangan antar ukuran kepada dan
panggul)
h. Rupture mengancam
i. Hydrocephalus
j. Primi muda atau tua
k. Kehamilan dengan komplikasi
l. Panggul sempit
E. Komplikasi
a. Hipoksia akibat sindrom hipotensi
b. Depresi pernafasan karena anesthesia
c. Sindroma gawat pernafasan,jelas lebih lazim pada bayi yang dilahirkan
dengan sectio caesarea.
1. Kompliasi ibu
a. Infeksi yang didapat dirumah sakit,terutama setelah dilakukan
seksio pada persalinan.
b. Fenomena tromboemboli, terutama pada pada multipara dengan
varikositas.
c. Ileus, terutama karena peritonitas dan kurang sering karena dasar
obstruksi.
d. Kecelakaan anastesi (Mrtius,1995)
Komplikasi menurut Mochtar (1998) yaitu :
a. Infeksi puerperal (nifas)
1. Ringan,,dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2. Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
3. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini
sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi =intrapartal karena ketuban yang telah
pecah terlalu lama.
7
b. Perdarahan disebabkan karena :
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2. Atonia uteri
3. Perdarahan pada placental bled
c. Luka kandung kemih emboli baru dan keluhan kandung kemih
bila reperionealisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan
mendatang komplikasi yang bisa timul
a. Ibu
1. Infeksi puerperal
komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat
berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi
post operatif terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala-gejala infeksi intra partum atau ada
faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (pertus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnnya).
Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian
antibiotic akan tetapi tidak dapat dihilangkan sema
sekali terutama SC klasik dalm hal ini lebih berbahaya
dari pada SC transperitonoalis perfunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pemedahan
jika cabang-cabang arteri utorina ikut terbuka
a. komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung
kencing, embolisme paru-paru dan sebagainya tapi
sangat jarang terjadi
b. suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah
kurang kuatnya parut pada dinding uterus,sehingga
pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture
8
uteri. Kemugkinan peristiwa ini lebih banyak
ditemukan sesudan SC klasik.
b. Anak
nasib anak yan dilahirkan dengan SC banyak tergantung
dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah
(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin
(Hb).
2. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam
urine seperti streptokokus.
9
perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat
kehamilan sekarang (ANC).
C. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
D. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah
mengalami operasi atau tidak
E. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
F. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau
menular dari keluarga
G. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat
H. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut:
1. Periode Taking In
Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
10
Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dalam merawat bayi
Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
Keinginan untuk merawat bayi meningkat
Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
I. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.
11
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising
usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang
infus IVFD atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Aktual
Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan
jalan lahir
Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada
kandung kemih
Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi
b. Resiko
Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri pembedahan
3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri hilang, berkurang.
Kriteria hasil:
Klien mengungkapkan nyeri berkurang
Klien tampak tenang
Intervensi Rasional
12
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer
Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien
dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan
2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.
post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.
3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat
berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga
4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.
kateter 4. Mengurangi distensi kandung
kemih.
13
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ibu dapat
memenuhi ADLnya dengan mandiri.
Kriteria hasil:
Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan 1. Bimbingan dan demonstrasi yang
pada ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi
melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya
2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang
kebutuhan (misalnya : perawatan dari rumah sakit
mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat
3. Jelaskan kepada ibu tentang membantu ibu dalam memenuhi
pentingnya menjaga kondisi perawatan dirinya yang tidak
tubuh dengan mempertahankan mampu dilakukan secara mandiri
nutrisi dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi
Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah terjadi penularan
dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke
2. Cuci tangan setiap sebelum pasien lainnya
14
dan sesudah tindakan 2. Dengan cuci tangan dapat
keperawatan memutuskan rantai penularan
3. Menganjurkan ibu menganti penyakit
softek setiap 3-4 jam sekali 3. Menganti softek secara rutin
4. Melakukan rawat luka pada dan sering menjaga daerah
waktunya reproduksi dari kelembaban
5. Ajarkan pasien dan keluarga dimana bakteri dan jamur sering
tanda dan gejala infeksi berkembang biak
4. Rawat luka dapat memp[ercepat
penyembuhan sehingga resiko
infeksi kecil
5. Dengan pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala,
mereka akan segera melapor
kepada pelayan kesehatan.
e.) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatanklien dapat mengerti
tentang nutrusi post sectio caesarea.
Kriteria hasil:
Klien mengetahui nutrisi post SC
Intervensi Rasional
15
1. kontrak dengan klien 1. menentukan kesiapan klien
F. Implementasi
Implementassi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan atau
intervensidiupayakan sesuai dengan intervensi dan kondisi lingkungan
setempat.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
berhasilnya suatu tindakan.pada bagian evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu:
- Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawaatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data denagn teori), dan perencanaan.
- Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses kepwrawatan seelsai dilakukan. Evalusi sumatif ini bertujuan menilai
dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara
16
pada akhir layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan
keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.
17
BAB III
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADANY. D DENGAN POST SECTIO CAESAREA
DI RUANG ASTER RSUD KABUPATEN TANGERANG
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien ( Data Subjektif )
BIODATA ISTRI SUAMI
Nama Ny. D Tn. S
Umur 33 th 38 th
Suku Bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga Wirausaha
Golongan Darah O+ -
No.Medrec 002508032 -
Diagnosa Medis Post SC -
Alamat Rumah Kp.koli jaya Rt 01/02 Kp.koli jaya Rt 01/02
Teluk Naga Teluk Naga
No.Telp/Hp - -
Status Perkawinan Nikah Nikah
Alamat Rumah - -
Alamat Kantor - -
B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada bagian luka oprasi dengan skala 6 (0-10)
nyeri bertambah pada saat bergerak.
C. Riwayat Operasi
18
Klien mengatakan baru pertama kali operasi. Operasi dilakukan pada
tanggal 28 januari 2020 pukul 21.00 WIB.
D. Riwayat Obstetri :
Paritas : P2 A0
Manarche : 12 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 hari
Dismenorche :-
HPHT : 22 Mei 2019
Tapsiran Persalinan :27 Februari 2020
E. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Kehamilan Persalinan Nifas
No Umur Tgl. Jenis Penolong Jenis BB P Keadaan Penyuli Perdarahan Laktasi
. Kehamilan Persalinan Persalinan Kelami B bayi t
n
1. 37 5 Normal Bidan L 3,00 33 Baik - Normal Ada
minggu Novembe
r 2007
F. Riwayat Kesehatan /Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan kelurga : Hipertensi
Riwayat penyakit menular : Tidak ada
Riwayat KB terahir
Jenis kontrasepsi : KB suntik
Lamanya :6 Bulan selama 10 tahun
Alasan dilepas : Hamil anak ke 2
Dukungan keluarga : keluarga mendukung keputusan klien
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
Kebiasaan hidup
Merokok : Tidak
Minuman keras : Tidak
G. Pola aktivitas sehari-hari
1. Pola nutrisi
19
1.1 Makan
a. Frekuensi : 3 kali sehari
b. Jenis : Nasi, daging, sayur
c. Porsi/Jumlah : 1 Porsi
d. Keluhan : Tidak ada
e. Makanan yang di pantang : Nanas, telur, dan ikan
Alasan : Klien mengatakan keluarganya tidak
memperbolehkan makan nanas, telur dan
ikan karena larangan budaya
f. Alergi terhadap makanan : Tidak ada
g. Sumplemen yang dikonsumsi :-
1.2 Minum
a. Jenis : Air putih
b. Jumlah : ±2 liter
2. Pola eliminasi
2.1 BAB
a. Frekuensi : 1 kali sehari
b. Warna : kuning
c. Konsisteni : padat
d. Bau : khas
2.2 BAK
a. Frekueni : 4 kali sehari
b. Warna : kuning jernih
c. Bau : normal
3. Pola istirahat/tidur
a. tidur siang : 1 jam
b. tidur malam : 7 jam
c. keluhan tidur : tidak ada
4. Personal Hygiene
a. Mandi : 2 kali sehari
b. Ganti pembalut : 2 kali sehari
20
c. Jenis pakaian : katun
d. Perawatan gigi : 2 kali sehari ketika mandi
e. Perawatan payudara: -
f. Vulva hygiene : dibersihkan ketika mandi, BAB/BAK
5. Pola aktivitas : normal
6. Hubungan seksual post natal : -
H. Pemeriksaan Fisik ( Data Objektif )
1. Keadaan umum
Kesadaran : Klien dalam kedaaan sadar sepenuhnya (Compos mentis)
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 80 x/menit tensi : 108/76 MmHg
Suhu : 36,6 C Respirasi : 15 x/menit
3. Kepala
Rambut : Rambut klien terlihat bersih
Distribusi : Distribusi rambut klien terlihat merata
Mata
Penglihatan : Klien mengatakan penglihatan jelas
Konjungtiva : Konjungtiva klien terlihat tidak anemis
Kelopak mata :Terlihat tidak ada oedema di klopak mata klien
Reaksi pupil : Mengecil ketika di beri cahaya
Gerakan bola mata : Gerakan bola mata klien terlihat sejajar
Telinga
Kebersihan : Telinga klien terlihat bersih
Fungsi : Klien mengatakan masi bisa mendengar ketika di
tes menggunakan garputala
Pendengaran : Baik
Hidung
kebersihan :Hidung klien terlihat bersih
Fungsi :Klien mampu membedakan beberapa aroma
Mulut
Bibir : Bibir berwarna merah muda
21
Gusi : Gusi berwarna merah muda
gigi : Gigi klien terlihatada yang berlubang
4. Leher
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
Pergerakan leher :Terlihat normal
5. Dada
Pergerakan Nafas :Normal
Bunyi paru-paru : Terdengar reguler
Bunyi jantung : Bunyi jantung pertama terdengar LUP
Bunyi jantung kedua terdengar DUP
Payudara : Payudara klien tidak terdapat pembengkakan
Putting susu terlihat menonjol
6. Abdomen
Abdomen klien terlihat luka bekas operasi, panjang luka operasi 10 cm
indikasi operasi:
TFU terhadap sympisis/Pusat :1 jari di bawahpusat
Kontraksi uterus :Kuat
Kandung kemih :Kandung kemih kosong
Diastosis rektus abdominalis :Tidak ada
Bising usus = 14x /menit
7. ekstrimitas atas
Bentuk : Terlihat Simetris, tidak terdapat Oedema, reflek bisep dan
trisep normal, kuku jari terlihat bersih
8. ekstrimitas bawah
Bentuk :Terlihat simetris, tidak terdapat Oedema, reflek patella
positif, terdapat varises di ke dua kaki, kuku jari terlihat bersih
9. Pemeriksaan genetalia
Vulva/vagina :Tidak terdapat oedema, perineum utuh, lochea rubra
berwarna merah kecoklatan berbau khas dengan volume
40cc.
G. Data Psikologi
22
Status emosi :Emosi klien tampak stabil
Pola Koping :Dalam menghadapi stress, klien berdiam diri dan
melamun
Pola komunikasi :Klien dapat menyimak dan menjawab pertanyaan
dengan baik
Konsep diri
Gambaran diri :Klien merasa bahagia karena merasa sudah
menjadi ibu yang baik
Peran diri :Klienmerasa dirinya sebagai ibu dan istri sudah
baik
Identitas diri :Klien merasa dirinya sebagai ibu dan istri yang
baik
H. Data Sosial
Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan sosial di sekitar rumah
seperti pengajian dan gotong royong.
I. Data spiritual
1. Kegiatan dalam melaksanakan ibadah klien melaksanakana solat 5 waktu
2. Kegiatan ibadah selama dalam perawatan tidak solat karena dalam masa
nifas
3. Keyakinan terhadap pertolongan tuhan klien sangat yakin terhadap
pertolongan tuhan
4. Keyakinan terhadap perawatan dan pengobatan klien sangant yakin
dengan pengobatan yang dilakukan
5. Keyakinan untuk penyembuhan/pemulihan kesehatannya sangat yakin
bahwa semua yang terjadi ada hikmahnya.
J. Data Penunjang
Leukosit : 34.000 mm HIV: non reaktif
Hb: 12,8 Hbsag: -
K. Data Terapi
Nama obat jumlah dosis frekuensi Cara pemberian
23
Adalat oral 1 1x300 mg Oral
Asam 3 3x500 =mg IV
mafenamat
Cefadelozil 2 2x500 mg Oral
2.Analisa Data
No Data Interpretasi Masalah
Data
1 Ds :Klien mengatakan nyeri Tindakan SC Nyeri
dibagian luka oprasi nyeri
bertambah ketika bergerak. Insisi
Do:Terdapat luka post oprasi
P: Luka post sectio caesaria Luka
Q: Seperti disayat-sayat
R:Abdomen bagian bawah Nyeri
S: Skala 6 (0-10)
T: Hilang timbul
Risiko infeksi
24
berprotein tinggi pengetahuan
batas normal
25
4. Kolaborasi 4.Pemberian
pemberian analgesic dapat
analgesik mengurangi nyeri
5. Lakukan
ganti verban 5. Mencegah
luka penyebaran
26
6. Kolaborasi infeksi
pemberian
6. Mempercepat
antibiotic
penyembuhan
infeksi
27
operasi
Nyeri b.d
2. 30-01-2020 1. mengkaji intensitas
terputusnya
karakteristik nyeri
9.30 kontinuitas
respon : klien mengatakan
jaringan akibat
masih nyeri
operasi
2. mempertahankan tirah
baring
respon : klien mengatakan
posisi sudah nyaman
3. mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
respon : klien mengatakan
sudah bisa melakukan
nafas dalam
4. pemberian kolaborasi
pemberian analgesic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang
Nyeri b.d
3. 31-01-2020 1. mengkaji intensitas
terputusnya
karakteristik nyeri
15.00 kontinuitas
respon : klien mengatakan
jaringan akibat
masih nyeri
operasi
2. mempertahankan tirah
baring
respon : klien mengatakan
28
posisi sudah nyaman
3. mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
respon : klien mengatakan
sudah bisa melakukan nafas
dalam
4. pemberian kolaborasi
pemberian analgesic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang
3. mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
respon : klien mengatakan
sudah bisa melakukan nafas
dalam
29
4. pemberian kolaborasi
pemberian analgesic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang
30
4. Mengajarkan klien untuk
personal higyne
respon : klien mengatakan
mengerti tentang
kebersihan vulva
6. Pemberian kolaborasi
pemberian antibiotic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang
31
mengkonsumsi makanan
yang berprotein tinggi
respon : klien mengatakan
mengerti tentang makanan
yang dianjurka
5. Pemberian kolaborasi
pemberian antibiotic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang
29-01-2020 Ketidak
1. 1. Kontrak dengan pasien untuk
08.35 seimbangan nutrisi
pemberian penyuluhan
kurang dari
kesehatan tentang nutrisi
kebutuhan tubuh
setelah post SC
b.d kurangnya
pengetahuan
tentang
kebutuhan nutrisi
post SC
30-01-2020 Ketidak
1. Memberi informasi mengenai
seimbangan nutrisi
32
2. 15.00 kurang dari nutrisi setelah post SC
kebutuhan tubuh respon : klien mengatakan
b.d kurangnya sudah mengerti tentang nutrisi
pengetahuan yang dinjurkan
tentang
kebutuhan nutrisi 2. Menganjurkan klien untuk
post SC makan makanan yang
tinggi protein
respon : klien mengatakan
sudah makan makanan
yang tinggi protein.
33
SC A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
I:
- Memonitor TTV
- Menganjurkan perawatan
luka mandiri
34
r :Klien mengatakan belum
bisa merawat luka secara
mandiri
- Melanjutkan kolaborasi
pemberian antibiotic
r :Klien mengatakan
bersediamelanjutkan
pengobatan selanjutnya
12.10
E: klien mengatakan lebih
nyaman setelah di ganti verban
dan luka tampak terdapat sedikit
push
P: masalah teratasi
35
BAB IV
PEMBAHASAN
Dalam BAB ini penulis akan menguraikan kesenjangan teori dan praktik
pada klien Ny. D dengan Post sectio caesaria di Ruang Aster RSU Kabupaten
Tangerang.
A. Pengkajian
Dihari pertama penkajian didapatkan 3 diagnosa dengan :
36
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post SC
2. Risiko infeksi b.d faktor risiko bantuan pertolongan persalinan
3. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi
Berdasarkan teori post SC terdapat 5 diagnosa tetapi setelah kelompok
melakukan pengkajian hanya mendapat 3 diagnosa dengan keluhan
nyeri,balutan terlihat kotor dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi
post SC
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul dalam teori post sectio caesaria yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan jalan
lahir
2. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung
kemih
3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri pembedahan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi
37
mengeluh nyeri pada luka oprasi,batulutan terlihat kotor dan kurangnya
pengetahui nutrisi ibu post SC.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori nyeri yaitu :
1. Kaji karakteristik, skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
3. Anjurkan penggunaaan teknik relaksasi.
4. Kolaborasi pemberian analgetik
Adapun intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu :
1. tirah baring
2. Ajarkan teknik Kaji intesitas karakteristik nyeri
3. Mempertahankan relaksasi nafas dalam
4. Kolaborasi pemberian analgesik
Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori risiko infeksi
yaitu :
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
3. Menganjurkan ibu menganti softek setiap 3-4 jam sekali
4. Melakukan rawat luka pada waktunya
5. Memberi tahu pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
38
Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori kurang
pengetahuan yaitu :
1. kontrak dengan klien
2. Beri informasimengenai nutrisi setelahpost SC
3. Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein
Pada intervensi yang telah direncanakan pada pasien tersebut tidak didapatkan
kesenjangan teori dan kasus.
D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan berdasarkan teori (NIC) :
1. Mengkaji karakteristik, skala nyeri
2. Memotivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
3. menganjurkan penggunaaan teknik relaksasi.
4. mengkolaborasikan pemberian analgetik
Adapun implementasi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu:
1. Pada diagnosa I
a. Memberi informasi mengenai nutrisi setelah post SC
b. Menganjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein
2. Pada diagnosa II
a. Memonitor TTV
b. Menjelaskan pada klien cara mengidentifikasi risiko infeksi
c. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang berprotein
tinggi
39
d. Mengajarkan klien untuk personal higyne
e. Pemberian kolaborasi pemberian antibiotic
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari sabtu, 01 februari 2020
diperoleh hasil dimana nyeri teratasi. Pada data subjektifklien mengatakan
sudah tidak nyeri, dan data objektif skala nyeri berkurang dari 6 menjadi 2 (0-
10).
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat penurunan skala nyeri
dengan menggunakan terapiteknik relaksasi nafas dalam dan Mempertahankan
tirah baring, tindakan nonfarmakologi ini hanya sebagai pelengkap dari
tindakan farmakologi yang diberikan.
40
41
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Intervensi diagnose 2:
1. Monitor TTV
2. Jelaskan pada klien cara mengidentifikasi risiko infeksi
3. Anjurkan klien untung mengkonsumsi makanan yang berprotein tinggi
4. Ajarkan klien untuk personal higyne
5. Lakukan ganti verban luka
6. Kolaborasi pemberian antibiotic
Intervensi diagnose 3:
1. Kontrak dengan klien
2. Beri informasi mengenai nutrisi setelah post SC
3. Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein
42
Dengan implementasi diagnose 1
1. Menganjurkan tirah baring
2. Mengajarkan teknik Kaji intesitas karakteristik nyeri
3. Mempertahankan relaksasi nafas dalam
4. Mengkolaborasi pemberian analgesic
Implementasi diagnose 2
1. Memonitor TTV
2. Menjelaskan pada klien cara mengidentifikasi risiko infeksi
3. Menganjurkan klien untung mengkonsumsi makanan yang berprotein
tinggi
4. Mengajarkan klien untuk personal higyne
5. Melakukan ganti verban luka
6. Mengkolaborasi pemberian antibiotic
Implementasi diagnose 3
1. Memberi informasi mengenai nutrisi setelah post SC
Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari sabtu, 01 februari 2020
diperoleh hasil dimana nyeri teratasi. Pada data subjektifklien mengatakan
sudah tidak nyeri, dan data objektif skala nyeri berkurang dari 6 menjadi 2 (0-
10).
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat penurunan skala nyeri
dengan menggunakan terapiteknik relaksasi nafas dalam dan Mempertahankan
tirah baring, tindakan nonfarmakologi ini hanya sebagai pelengkap dari
tindakan farmakologi yang diberikan.
43
B. SARAN
1. Ruangan yang terdapat pada RSU Kab.Tangerang perlu ditingkatkan
kualitasnya, untuk menciptakan kesan nyaman dan aman bagi pengguna jasa
pelayanan masyarakat tersebut.
2. Semoga pembaca dapat memahami makalah dan asuhan keperawatan yang di
buat
44
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, M.S. 2011. Seri Buku Pintar Bab’s Corner Kamus Bayi 0-12 Bulan.
Jakarta: Luxima
45