Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
a) Latar belakang
Sectiocaesaria merupakan proses persalinan atau pembedahan
melalui insisi pada dindinig perut dan rahin bagian depan untuk
melahirkan janin.Tindakan operasi sectio caesarea menyebabkan nyeri
dan mengakibatkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan karena
adanya pembedahan.
Indikasi medis dilakukan operasi sectio caesaria ada dua faktor
yaitu faktor janin dan faktor ibu. Faktor dari janin meliputi : bayi terlalu
besar, kelainan letak janin, ancaman gawat janin, janin abnormal, faktor
plasenta, kelainan tali pusat dan bayi kembar. Sedangkan faktor ibu terdiri
atas : usia, jumlah anak yang dilahirkan, keadaan panggul, penghambat
jalan lahir, kelainan kontraksi lahir, ketuban pecah dini dan preeklamsia
(Hutabalian, 2011).
Tindakan sectio caesarea (SC) menyebabkan nyeri yang
menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. sebanyak
86% ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan dengan perawatan bayi,
bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman
selama menyusui akibat adanya nyeri. Akibat rasa nyeri tersebut
menyebabkan pasien menunda pemberian asi sejak awal pada bayinya.
Masa nifas adalah masa keritis baik bagi ibu maupun bayinya.
WHO menyatakan bahwa persalinan dengan bedah Caesar sekitar 10-15%
dari semua proses persalinan di negara berkembang.
b) Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi capaian tugas dari praktik mata kuliah maternitas
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada ibu post partum sectio
caesarea (SC).
3. Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktik asuhan
keperawatan pada ibu post partum sectio caesarea (SC)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di
luar rahim bayi baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses
persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses
keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004).
Sectio caesarea adalah adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak
lewat linsisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn & william, 2010).
Menurut Amru Sofian (2012), Sectio caesarea adalah suatu cara
melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut (Amin & Hardhi, 2012).
Jadi, sectiocaesaria adalah cara melahirkan dengan sayatan pada
dinding abdomen dan uterus.

B. Etiologi
1) Masalah Traktus Urinarius
Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya
menderitakeluhan miksi akibat defresi pada refleks aktivitas detrusor
yangdisebabkan oleh tekanan dasar vesika urinaria saat persalinan, keluhan
inibertambah berat oleh karena adanya fase dieresis pasca persalinan, bilaperlu
retensio urine dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi.
Rortveit,dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada
pasiendengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi
dibandingkansection Caesar. 10% pasien pasca persalinan menderita
inkkontinensia (biasanya stress inkontinensia) yang kadang–kadang menetap
sampaibeberapa minggu pasca persalinan.Untuk mempercepat
penyembuhankeadaan ini dapat dilakukan latihan otot dasar panggul (Serri,
2009).

2
2) Nyeri punggung
Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan
danmenetap setelah persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi
pada25% wanita dalam masa post partum namun keluhan ini dirasakan oleh
50% dari mereka sejak sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi
semakinhebat bila mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri, 2009).
3) Anemia
Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang
banyak,apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan
darah. Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini
karena darah tidak cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang
mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi mengalami
perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi darah. Jika
kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat–
obatan penambah darah yang mengandung zat besi (Serri,2009).
4) Masalah Psikologi: defresi masa nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–
minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi.
Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.
Tingkatannya pun bermacam–macam, mulai dari neurologis, atau gelisah saja
yang disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu
bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya. Defresi masa nifas
seharusnya dikenali oleh suami dan juga keluarga. Gejalanya sama dengan
depresi prahaid. Hal ini dikarenanakan pengaruh perubahan hormonal, adanya
proses involusi, dan ibu kurang tidur serta lelah karena mengurus bayi, dan
sebagainya. Depresi juga bisa timbul jika ibu dan keluarganya mengalami
konflik rumah tangga, anak yang lahir tak diharapkan, keadaan sosial
ekonominya lemah, atau trauma karenamengalami cacat Keberadaan bayi
tidak jarang justru menimbulkan “stress” bagi beberapa ibu yang baru
melahirkan. Ibu merasa bertanggung jawab untuk merawat bayi, melanjutkan
mengurus suami, setiap malam merasa terganggu dan sering merasakan

3
adanya ketidak mampuan dalam mengatasi semua beban tersebut (Serri,
2009).

C. Patofisiologi dan pathway


Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di
samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi
dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari
kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post
partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh
korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada
endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat
implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm
itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin
regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala.
Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah

4
intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien
secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam
proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post
operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko
infeksi.

5
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala yang muncul sehingga memungkinkan untuk dilakukan
tindakan sectiocaesarea adalah:
a. Fetal distress
b. His lemah atau melemah
c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang
d. Bayi besar (BBL> 4,2 kg)
e. Plasenta previa
f. Kelainan letak

6
g. Disproposi cevalo-pelvik (ketidak seimbangan antar ukuran kepada dan
panggul)
h. Rupture mengancam
i. Hydrocephalus
j. Primi muda atau tua
k. Kehamilan dengan komplikasi
l. Panggul sempit

E. Komplikasi
a. Hipoksia akibat sindrom hipotensi
b. Depresi pernafasan karena anesthesia
c. Sindroma gawat pernafasan,jelas lebih lazim pada bayi yang dilahirkan
dengan sectio caesarea.
1. Kompliasi ibu
a. Infeksi yang didapat dirumah sakit,terutama setelah dilakukan
seksio pada persalinan.
b. Fenomena tromboemboli, terutama pada pada multipara dengan
varikositas.
c. Ileus, terutama karena peritonitas dan kurang sering karena dasar
obstruksi.
d. Kecelakaan anastesi (Mrtius,1995)
Komplikasi menurut Mochtar (1998) yaitu :
a. Infeksi puerperal (nifas)
1. Ringan,,dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2. Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
3. Berat: dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini
sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya
telah terjadi infeksi =intrapartal karena ketuban yang telah
pecah terlalu lama.

7
b. Perdarahan disebabkan karena :
1. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2. Atonia uteri
3. Perdarahan pada placental bled
c. Luka kandung kemih emboli baru dan keluhan kandung kemih
bila reperionealisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan
mendatang komplikasi yang bisa timul
a. Ibu
1. Infeksi puerperal
komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu
selama beberapa hari dalam masa nifas, atau bersifat
berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya. Infeksi
post operatif terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala-gejala infeksi intra partum atau ada
faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap
kelainan itu (pertus lama khususnya setelah ketuban
pecah, tindakan vaginal sebelumnnya).
Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian
antibiotic akan tetapi tidak dapat dihilangkan sema
sekali terutama SC klasik dalm hal ini lebih berbahaya
dari pada SC transperitonoalis perfunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pemedahan
jika cabang-cabang arteri utorina ikut terbuka
a. komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung
kencing, embolisme paru-paru dan sebagainya tapi
sangat jarang terjadi
b. suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah
kurang kuatnya parut pada dinding uterus,sehingga
pada kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture

8
uteri. Kemugkinan peristiwa ini lebih banyak
ditemukan sesudan SC klasik.
b. Anak
nasib anak yan dilahirkan dengan SC banyak tergantung
dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan SC.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah
(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin
(Hb).
2. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)
Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam
urine seperti streptokokus.

G. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)


1. Tes Diagnostik
a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b. Urinalisis: Kadar Urin
2. Terapi
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

H. Asuhan Keperawatan Sesuai Teori


1. Pengkajian
A. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami,
agama, pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat.
B. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat
penyakit sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah,
lamanya, keteraturan, dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat

9
perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat
kehamilan sekarang (ANC).
C. Riwayat persalinan sekarang meliputi:
a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC
b. Tanggal/jam persalinan
c. Jenis kelamin bayi
d. Jumlah perdarahan
e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi
f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah
D. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah
mengalami operasi atau tidak
E. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan
F. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau
menular dari keluarga
G. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat
H. Riwayat psikososial
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3
periode yaitu sebagai berikut:
1. Periode Taking In
 Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan
 Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga
komunikasi yang baik.
 Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan
segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
 Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya
 Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika
melahirkan secara berulang-ulang
 Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan
tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. 

10
 Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,
dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses
pemulihan.
2. Periode Taking Hold
 Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan
 Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dalam merawat bayi
 Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh
karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang
terdekat
 Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima
berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan
begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya
 Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi
tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta
belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3. Periode Letting Go
 Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. 
 Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah
 Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan
diri dengan ketergantungan bayinya
 Keinginan untuk merawat bayi meningkat
 Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan
bayinya, keadaan ini disebut baby blues
I. Pemeriksaan Fisik meliputi:
a. Status Obstetri
b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan
c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.
d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.

11
e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.
f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising
usus.
g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang
infus IVFD atau tidak, akral dingin.
h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.
i. Obat-obatan yang dikonsumsi
j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.
2. Diagnosa yang Mungkin Muncul
a. Aktual
 Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan
jalan lahir
 Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada
kandung kemih
 Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,
penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi
b. Resiko
 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri pembedahan
3. Intervensi
a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri hilang, berkurang.
Kriteria hasil:
 Klien mengungkapkan nyeri berkurang
 Klien tampak tenang

Intervensi Rasional

12
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan
sesuai indikasi selanjutnya
3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran
relaksasi. lochea, mempercepat involusi
4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara
analgetik bertahap.
3. Untuk mengatur rasa nyeri luka
post op
4. Obat analgetik di berikan untuk
menghilangkan rasa nyer

b) Gangguan eliminasi urine


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan,  ibu tidak mengalami
gangguan eliminasi (BAK)
Kriteria Hasil: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak
merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.

Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien
dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan
2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.
post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.
3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat
berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga
4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.
kateter 4. Mengurangi distensi kandung
kemih.

c) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi, penurunan


kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik

13
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan ibu dapat
memenuhi ADLnya dengan mandiri.
Kriteria hasil:
 Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya
 Kebutuhan ADL terpenuhi
Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan 1. Bimbingan dan demonstrasi yang
pada ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi
melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya
2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang
kebutuhan (misalnya : perawatan dari rumah sakit
mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat
3. Jelaskan kepada ibu tentang membantu ibu dalam memenuhi
pentingnya menjaga kondisi perawatan dirinya yang tidak
tubuh dengan mempertahankan mampu dilakukan secara mandiri
nutrisi dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses
penyembuhan dan mencegah
terjadinya komplikasi

d) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh terhadap


bakteri pembedahan
Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diharapkan dan
dapat berdampak buruk bagi klien.
Kriteria hasil:
 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
 Menunjukan perilaku hidup sehat

Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah terjadi penularan
dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke
2. Cuci tangan setiap sebelum pasien lainnya

14
dan sesudah tindakan 2. Dengan cuci tangan dapat
keperawatan memutuskan rantai penularan
3. Menganjurkan ibu menganti penyakit
softek setiap 3-4 jam sekali 3. Menganti softek secara rutin
4. Melakukan rawat luka pada dan sering menjaga daerah
waktunya reproduksi dari kelembaban
5. Ajarkan pasien dan keluarga dimana bakteri dan jamur sering
tanda dan gejala infeksi berkembang biak
4. Rawat luka dapat memp[ercepat
penyembuhan sehingga resiko
infeksi kecil
5. Dengan pasien dan keluarga
mengetahui tanda dan gejala,
mereka akan segera melapor
kepada pelayan kesehatan.

e.) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post operasi.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatanklien dapat mengerti
tentang nutrusi post sectio caesarea.
Kriteria hasil:
 Klien mengetahui nutrisi post SC

Intervensi Rasional

15
1. kontrak dengan klien 1. menentukan kesiapan klien

2.Beri informasimengenai nutrisi 2.Mengerti tentang nutrisi


setelahpost SC

3. Anjurkan klien untuk makan


3.Mempercepat penyembuhan luka
makanan yang tinggi protein

F. Implementasi
Implementassi merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan atau
intervensidiupayakan sesuai dengan intervensi dan kondisi lingkungan
setempat.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
berhasilnya suatu tindakan.pada bagian evaluasi terbagi menjadi dua, yaitu:
- Evaluasi formatif
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil
tindakan keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan
tindakan keperawaatan yang telah dilaksanakan. Perumusan evaluasi formatif
ini meliputi empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni
subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil pemeriksaan),
analisis data (perbandingan data denagn teori), dan perencanaan.
- Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas
proses kepwrawatan seelsai dilakukan. Evalusi sumatif ini bertujuan menilai
dan memonitor kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode
yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara

16
pada akhir layanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait layanan
keperawatan, mengadakan pertemuan pada akhir layanan.

17
BAB III
KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN
PADANY. D DENGAN POST SECTIO CAESAREA
DI RUANG ASTER RSUD KABUPATEN TANGERANG

Tgl/Jam masuk rumah sakit : 27 Januari 2020


Tanggal/Jam Pengkajian : 29 Januari 2020/ 09.00
Diagnosa Medis : Post SC hari pertama dengan plasenta menutupi
jalan lahir (previa)
No. Medis : 002508032

I. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien ( Data Subjektif )
BIODATA ISTRI SUAMI
Nama Ny. D Tn. S
Umur 33 th 38 th
Suku Bangsa Jawa Jawa
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Ibu rumah tangga Wirausaha
Golongan Darah O+ -
No.Medrec 002508032 -
Diagnosa Medis Post SC -
Alamat Rumah Kp.koli jaya Rt 01/02 Kp.koli jaya Rt 01/02
Teluk Naga Teluk Naga
No.Telp/Hp - -
Status Perkawinan Nikah Nikah
Alamat Rumah - -
Alamat Kantor - -

B. Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada bagian luka oprasi dengan skala 6 (0-10)
nyeri bertambah pada saat bergerak.
C. Riwayat Operasi

18
Klien mengatakan baru pertama kali operasi. Operasi dilakukan pada
tanggal 28 januari 2020 pukul 21.00 WIB.
D. Riwayat Obstetri :
Paritas : P2 A0
Manarche : 12 tahun
Siklus Haid : 28 hari
Lama Haid : 7 hari
Dismenorche :-
HPHT : 22 Mei 2019
Tapsiran Persalinan :27 Februari 2020
E. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Kehamilan Persalinan Nifas
No Umur Tgl. Jenis Penolong Jenis BB P Keadaan Penyuli Perdarahan Laktasi
. Kehamilan Persalinan Persalinan Kelami B bayi t
n
1. 37 5 Normal Bidan L 3,00 33 Baik - Normal Ada
minggu Novembe
r 2007
F. Riwayat Kesehatan /Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan kelurga : Hipertensi
Riwayat penyakit menular : Tidak ada
Riwayat KB terahir
Jenis kontrasepsi : KB suntik
Lamanya :6 Bulan selama 10 tahun
Alasan dilepas : Hamil anak ke 2
Dukungan keluarga : keluarga mendukung keputusan klien
Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
Kebiasaan hidup
Merokok : Tidak
Minuman keras : Tidak
G. Pola aktivitas sehari-hari
1. Pola nutrisi

19
1.1 Makan
a. Frekuensi : 3 kali sehari
b. Jenis : Nasi, daging, sayur
c. Porsi/Jumlah : 1 Porsi
d. Keluhan : Tidak ada
e. Makanan yang di pantang : Nanas, telur, dan ikan
Alasan : Klien mengatakan keluarganya tidak
memperbolehkan makan nanas, telur dan
ikan karena larangan budaya
f. Alergi terhadap makanan : Tidak ada
g. Sumplemen yang dikonsumsi :-
1.2 Minum
a. Jenis : Air putih
b. Jumlah : ±2 liter
2. Pola eliminasi
2.1 BAB
a. Frekuensi : 1 kali sehari
b. Warna : kuning
c. Konsisteni : padat
d. Bau : khas
2.2 BAK
a. Frekueni : 4 kali sehari
b. Warna : kuning jernih
c. Bau : normal
3. Pola istirahat/tidur
a. tidur siang : 1 jam
b. tidur malam : 7 jam
c. keluhan tidur : tidak ada
4. Personal Hygiene
a. Mandi : 2 kali sehari
b. Ganti pembalut : 2 kali sehari

20
c. Jenis pakaian : katun
d. Perawatan gigi : 2 kali sehari ketika mandi
e. Perawatan payudara: -
f. Vulva hygiene : dibersihkan ketika mandi, BAB/BAK
5. Pola aktivitas : normal
6. Hubungan seksual post natal : -
H. Pemeriksaan Fisik ( Data Objektif )
1. Keadaan umum
Kesadaran : Klien dalam kedaaan sadar sepenuhnya (Compos mentis)
2. Tanda-tanda vital
Nadi : 80 x/menit tensi : 108/76 MmHg
Suhu : 36,6 C Respirasi : 15 x/menit
3. Kepala
 Rambut : Rambut klien terlihat bersih
Distribusi : Distribusi rambut klien terlihat merata
Mata
Penglihatan : Klien mengatakan penglihatan jelas
Konjungtiva : Konjungtiva klien terlihat tidak anemis
Kelopak mata :Terlihat tidak ada oedema di klopak mata klien
Reaksi pupil : Mengecil ketika di beri cahaya
Gerakan bola mata : Gerakan bola mata klien terlihat sejajar
Telinga
Kebersihan : Telinga klien terlihat bersih
Fungsi : Klien mengatakan masi bisa mendengar ketika di
tes menggunakan garputala
Pendengaran : Baik
 Hidung
kebersihan :Hidung klien terlihat bersih
Fungsi :Klien mampu membedakan beberapa aroma
 Mulut
Bibir : Bibir berwarna merah muda

21
Gusi : Gusi berwarna merah muda
gigi : Gigi klien terlihatada yang berlubang
4. Leher
Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid
Pergerakan leher :Terlihat normal
5. Dada
Pergerakan Nafas :Normal
Bunyi paru-paru : Terdengar reguler
Bunyi jantung : Bunyi jantung pertama terdengar LUP
Bunyi jantung kedua terdengar DUP
Payudara : Payudara klien tidak terdapat pembengkakan
Putting susu terlihat menonjol
6. Abdomen
Abdomen klien terlihat luka bekas operasi, panjang luka operasi 10 cm
indikasi operasi:
TFU terhadap sympisis/Pusat :1 jari di bawahpusat
Kontraksi uterus :Kuat
Kandung kemih :Kandung kemih kosong
Diastosis rektus abdominalis :Tidak ada
Bising usus = 14x /menit
7. ekstrimitas atas
Bentuk : Terlihat Simetris, tidak terdapat Oedema, reflek bisep dan
trisep normal, kuku jari terlihat bersih
8. ekstrimitas bawah
Bentuk :Terlihat simetris, tidak terdapat Oedema, reflek patella
positif, terdapat varises di ke dua kaki, kuku jari terlihat bersih
9. Pemeriksaan genetalia
Vulva/vagina :Tidak terdapat oedema, perineum utuh, lochea rubra
berwarna merah kecoklatan berbau khas dengan volume
40cc.
G. Data Psikologi

22
Status emosi :Emosi klien tampak stabil
Pola Koping :Dalam menghadapi stress, klien berdiam diri dan
melamun
Pola komunikasi :Klien dapat menyimak dan menjawab pertanyaan
dengan baik
Konsep diri
Gambaran diri :Klien merasa bahagia karena merasa sudah
menjadi ibu yang baik
Peran diri :Klienmerasa dirinya sebagai ibu dan istri sudah
baik
Identitas diri :Klien merasa dirinya sebagai ibu dan istri yang
baik
H. Data Sosial
Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan sosial di sekitar rumah
seperti pengajian dan gotong royong.
I. Data spiritual
1. Kegiatan dalam melaksanakan ibadah klien melaksanakana solat 5 waktu
2. Kegiatan ibadah selama dalam perawatan tidak solat karena dalam masa
nifas
3. Keyakinan terhadap pertolongan tuhan klien sangat yakin terhadap
pertolongan tuhan
4. Keyakinan terhadap perawatan dan pengobatan klien sangant yakin
dengan pengobatan yang dilakukan
5. Keyakinan untuk penyembuhan/pemulihan kesehatannya sangat yakin
bahwa semua yang terjadi ada hikmahnya.

J. Data Penunjang
Leukosit : 34.000 mm HIV: non reaktif
Hb: 12,8 Hbsag: -
K. Data Terapi
Nama obat jumlah dosis frekuensi Cara pemberian

23
Adalat oral 1 1x300 mg Oral
Asam 3 3x500 =mg IV
mafenamat
Cefadelozil 2 2x500 mg Oral

2.Analisa Data
No Data Interpretasi Masalah
Data
1 Ds :Klien mengatakan nyeri Tindakan SC Nyeri
dibagian luka oprasi nyeri
bertambah ketika bergerak. Insisi
Do:Terdapat luka post oprasi
P: Luka post sectio caesaria Luka
Q: Seperti disayat-sayat
R:Abdomen bagian bawah Nyeri
S: Skala 6 (0-10)
T: Hilang timbul

2 Ds: Klien mengatakan nyeri Tindakan SC Risiko infeksi


pada bagian perut bawah dan
belum di bersihkan Insisi
Do: Hasil pemeriksaan leukosit
37.000 mm Luka

Risiko infeksi

3 Ds :Klien mengatakan Intek kurang dari Kurang


banyaknya pantangan kebutuhan pengetahuan
maka=nan seperti telur dan
ikan. Defisiensi protein
Do :Klien menolak ketika dan kalori
perawat menyarankan untuk
makan makanan yang Kurang

24
berprotein tinggi pengetahuan

II. Diagnosa Keperawatani b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi


1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi
2. Risiko infeksi b.d faktor risiko bantuan pertolongan persalinan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post SC

III. Perencanaan Tindakan Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Perencanaan


dan Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Jam

1 29-01- Nyeri b.d Setelah 1. Kaji 1. Pengkajian yang


2020 terputusnya dilakukan intesitas spaesifik
08.00 kontinuitas tindakan karakteristi membantu
jaringan keperawatan k nyeri memilih
akibat operasi selama 3x24 jam intervensi yang
diharapkan klien tepat
dapat beradaptasi 2. Memperta
2. Meminimalkan
nyeri yang di hankantira
stimulasi atau
alami. h baring
meningkatkan
relaksasi

KH: 3. Ajarkan 3. Mengurangi


teknik presepsi nyeri
1. skala nyeri relaksasi
berkuran nafas

2. TTV dalam dalam

batas normal

25
4. Kolaborasi 4.Pemberian
pemberian analgesic dapat
analgesik mengurangi nyeri

2 29-01- Risiko infeksi Setelah 1. Monitor 1. Untuk


2020 b.d faktor dilakukan TTV mengetahui
08.15 risiko bantuan tindakan tanda-tanda vital
pertolongan keperawatan
2. Jelaskan 2. Untuk
persalinan selama 2x24 jam
pada klien mengetahui
diharapkan
cara tanda-tanda
infeksi tidak
mengidentifi infeksi
menyebar.
kasi risiko
dengan KH ;
infeksi
1. Leukesit
dalam
3. Untuk membantu
batas 3. Anjurkan
pertumbuhan
normal klien untung
jaringan baru
mengkonsu
2. TTV
msi
dalam
makanan
batas
yang
normal
berprotein
tinggi

3. Tidak ada 4. Ajarkan


4. Untuk menjaga
tanda- klien untuk
dari iritasi
tanda personal
bakteri
infeksi higyne

5. Lakukan
ganti verban 5. Mencegah
luka penyebaran

26
6. Kolaborasi infeksi
pemberian
6. Mempercepat
antibiotic
penyembuhan
infeksi

3 29-01 Ketidak Setelah 1. kontrak 1. menentukan


2020 seimbangan dilakukan asuhan dengan klien kesiapan klien
08.30 nutrisi Kurang keperawatan
2. Beri 2.Mengerti tentang
dari selama 1x24 jam
informasi nutrisi
kebutuhan diharapkanklien
tentang
tubuh b.d mengerti tentang
mengenai
kurangnya nutrisi ibu post
nutrisi setelah
pengetahuan SC
post SC
tentang
Dengan kriteria
kebutuhan 3. Anjurkan
hasil : 3.Mempercepat
nutrisi post klien untuk
penyembuhan luka
SC. 1.klien makan
mengetahui makanan yang
nutrisi post SC tinggi protein

IV. Pelaksanaan Tindakan Keperawatan & Evaluasi Formatif

No Jam/tanggal Diagnosa Tindakan keperawatan paraf


keperawatan

1. 29-01 2020 Nyeri b.d 1. Kontrak dengan pasien


terputusnya bahwa akan dilakukan
08.35
kontinuitas tindakan keperawatan
jaringan akibat untuk menetralisir nyeri

27
operasi

Nyeri b.d
2. 30-01-2020 1. mengkaji intensitas
terputusnya
karakteristik nyeri
9.30 kontinuitas
respon : klien mengatakan
jaringan akibat
masih nyeri
operasi
2. mempertahankan tirah
baring
respon : klien mengatakan
posisi sudah nyaman

3. mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
respon : klien mengatakan
sudah bisa melakukan
nafas dalam

4. pemberian kolaborasi
pemberian analgesic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang

Nyeri b.d
3. 31-01-2020 1. mengkaji intensitas
terputusnya
karakteristik nyeri
15.00 kontinuitas
respon : klien mengatakan
jaringan akibat
masih nyeri
operasi

2. mempertahankan tirah
baring
respon : klien mengatakan

28
posisi sudah nyaman

3. mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
respon : klien mengatakan
sudah bisa melakukan nafas
dalam

4. pemberian kolaborasi
pemberian analgesic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang

Nyeri b.d 1. mengkaji intensitas


4. 01-02-2020
terputusnya karakteristik nyeri
09.00 kontinuitas respon : klien mengatakan
jaringan akibat nyeri berkurang
operasi
2. mempertahankan tirah
baring
respon : klien mengatakan
posisi sudah nyaman

3. mengajarkan teknik
relaksasi nafas dalam
respon : klien mengatakan
sudah bisa melakukan nafas
dalam

29
4. pemberian kolaborasi
pemberian analgesic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang

1. 29-01-2020 1. Kontrak dengan pasien bahwa


Risiko infeksi b.d
akan dilakukan tindakan
08.35 bersihan luka
keperawatan untuk
mengurangi resiko infeksi

2. 30-01-2020 1. Memonitor TTV


Risiko infeksi b.d
respon : klien mengatakan
08.00 bersihan luka
ttv normal

2. Menjelaskan pada klien


cara mengidentifikasi risiko
infeksi
respon : klien mengatakan
sudah mengetahui risiko
infeksi

3. Menganjurkan klien untuk


mengkonsumsi makanan
yang berprotein tinggi
respon : klien mengatakan
mengerti tentang makanan
yang dianjurka

30
4. Mengajarkan klien untuk
personal higyne
respon : klien mengatakan
mengerti tentang
kebersihan vulva

5. Melakukan ganti verban


luka
respon : klien mengatakan
sudah nyaman diganti
perban

6. Pemberian kolaborasi
pemberian antibiotic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang

3. 31-01-2020 1. Memonitor TTV


Risiko infeksi b.d
respon : klien mengatakan
09.00 bersihan luka
ttv normal

2. Menjelaskan pada klien


cara mengidentifikasi risiko
infeksi
respon : klien mengatakan
sudah mengetahui risiko
infeksi

3. Menganjurkan klien untuk

31
mengkonsumsi makanan
yang berprotein tinggi
respon : klien mengatakan
mengerti tentang makanan
yang dianjurka

4. Mengajarkan klien untuk


personal higyne
respon : klien mengatakan
mengerti tentang
kebersihan vulva

5. Pemberian kolaborasi
pemberian antibiotic
respon : klien mengatakan
nyeri berkurang

29-01-2020 Ketidak
1. 1. Kontrak dengan pasien untuk
08.35 seimbangan nutrisi
pemberian penyuluhan
kurang dari
kesehatan tentang nutrisi
kebutuhan tubuh
setelah post SC
b.d kurangnya
pengetahuan
tentang
kebutuhan nutrisi
post SC

30-01-2020 Ketidak
1. Memberi informasi mengenai
seimbangan nutrisi

32
2. 15.00 kurang dari nutrisi setelah post SC
kebutuhan tubuh respon : klien mengatakan
b.d kurangnya sudah mengerti tentang nutrisi
pengetahuan yang dinjurkan
tentang
kebutuhan nutrisi 2. Menganjurkan klien untuk
post SC makan makanan yang
tinggi protein
respon : klien mengatakan
sudah makan makanan
yang tinggi protein.

J. Catatan perkembangan (evaluasi sumatif)

Tanggal/ja Diagnosa keperawatan Catatan perkembangan Paraf


m

30-01-2020 ketidak seimbangan S: klien mengatakan sudah


nutrisi Kurang dari mengerti tentang kebutuhan
12.15
kebutuhan tubuh b.d nutrisi
kurangnya
O: klien tidak tampak bingung
pengetahuan tentang
kebutuhan nutrisi post A: masalah teratasi
SC
P: intervensi di hentikan

31-01-2020 Risiko infeksi b.d S: klien mengatakan nyeri


ketidak seimbangan dibagian bawah perut berkurang
11.50
nutrisi Kurang dari dan sudah mengerti tentang
kebutuhan tubuh b.d personal hygiene
kurangnya
O: Hasil pemeriksaan leukosit
pengetahuan tentang
berkurang menjadi 20.000
kebutuhan nutrisi post

33
SC A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

I:

- Memonitor TTV

r :Klien mengatakan TTV


normal

- Menganjurkan klien untung


mengkonsumsi makanan
yang berprotein tinggi

r :Klien mengatakan sudah


makan makanan yang
berprotein tinggi

- Menganjurkan klien untuk


personal higyne

r :Klien mengatakan sudah


melakukan tindakan bersihan
diri secara mandiri

- Mengganti verban luka

r :Klien mengatakan merasa


nyaman setelah di ganti
verban

- Menganjurkan perawatan
luka mandiri

34
r :Klien mengatakan belum
bisa merawat luka secara
mandiri

- Melanjutkan kolaborasi
pemberian antibiotic

r :Klien mengatakan
bersediamelanjutkan
pengobatan selanjutnya
12.10
E: klien mengatakan lebih
nyaman setelah di ganti verban
dan luka tampak terdapat sedikit
push

S: klien mengatakan sudah tidak


Nyeri b.d terputusnya nyeri
01-02-2020
kontinuitas jaringan
O: skala nyeri berkurang dari 6
09.30 akibat operasi
menjadi 2 (0-10)

A: (rencana pulang) tanggal


1-02-2020 (hari ini) intervensi
dihentikan

P: masalah teratasi

35
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam BAB ini penulis akan menguraikan kesenjangan teori dan praktik
pada klien Ny. D dengan Post sectio caesaria di Ruang Aster RSU Kabupaten
Tangerang.

A. Pengkajian
Dihari pertama penkajian didapatkan 3 diagnosa dengan :

36
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post SC
2. Risiko infeksi b.d faktor risiko bantuan pertolongan persalinan
3. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi
Berdasarkan teori post SC terdapat 5 diagnosa tetapi setelah kelompok
melakukan pengkajian hanya mendapat 3 diagnosa dengan keluhan
nyeri,balutan terlihat kotor dan kurangnya pengetahuan mengenai nutrisi
post SC

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul dalam teori post sectio caesaria yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan jalan
lahir
2. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada kandung
kemih
3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri pembedahan
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi

Diagnosa yang didapat :


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
kurangnya pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post SC
2. Risiko infeksi b.d faktor risiko bantuan pertolongan persalinan
3. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi
Pada pengkajian dan analisa data yang telah dilakukan pada pasien
tersebut tidak didapatkan kesenjangan teori dan kasus, dimana diognosa yang
dapat di angkat dari hasil pengkajian tersebut yaitu 3 dikarenakanklien hanya

37
mengeluh nyeri pada luka oprasi,batulutan terlihat kotor dan kurangnya
pengetahui nutrisi ibu post SC.

C. Intervensi
Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori nyeri yaitu :
1. Kaji karakteristik, skala nyeri
2. Motivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
3. Anjurkan penggunaaan teknik relaksasi.
4. Kolaborasi pemberian analgetik
Adapun intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu :
1. tirah baring
2. Ajarkan teknik Kaji intesitas karakteristik nyeri
3. Mempertahankan relaksasi nafas dalam
4. Kolaborasi pemberian analgesik
Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori risiko infeksi
yaitu :
1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
3. Menganjurkan ibu menganti softek setiap 3-4 jam sekali
4. Melakukan rawat luka pada waktunya
5. Memberi tahu pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

Adapun intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu :


1. Monitor TTV
2. Jelaskan pada klien cara mengidentifikasi risiko infeksi
3. Anjurkan klien untung mengkonsumsi makanan yang berprotein tinggi
4. Ajarkan klien untuk personal higyne
5. Lakukan ganti verban luka
6. Kolaborasi pemberian antibiotic
Pada intervensi yang telah direncanakan pada pasien tersebut tidak didapatkan
kesenjangan teori dan kasus.

38
Intervensi keperawatan yang dapat digunakan berdasarkan teori kurang
pengetahuan yaitu :
1. kontrak dengan klien
2. Beri informasimengenai nutrisi setelahpost SC
3. Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein

Adapun intervensi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu :

1. kontrak dengan klien


2. Beri informasi mengenai nutrisi setelah post SC
3. Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein

Pada intervensi yang telah direncanakan pada pasien tersebut tidak didapatkan
kesenjangan teori dan kasus.

D. Implementasi
Pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan berdasarkan teori (NIC) :
1. Mengkaji karakteristik, skala nyeri
2. Memotivasi untuk mobilisasi sesuai indikasi
3. menganjurkan penggunaaan teknik relaksasi.
4. mengkolaborasikan pemberian analgetik
Adapun implementasi yang dilakukan pada hasil pengkajian yaitu:
1. Pada diagnosa I
a. Memberi informasi mengenai nutrisi setelah post SC
b. Menganjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein

2. Pada diagnosa II
a. Memonitor TTV
b. Menjelaskan pada klien cara mengidentifikasi risiko infeksi
c. Menganjurkan klien untuk mengkonsumsi makanan yang berprotein
tinggi

39
d. Mengajarkan klien untuk personal higyne
e. Pemberian kolaborasi pemberian antibiotic

3. Pada diagnosa III


a. mengkaji intensitas karakteristik nyeri
b mempertahankan tirah baring
c. mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
d. pemberian kolaborasi pemberian analgesic

Mengkaji intesitas karakteristik nyeri

1. Mempertahankan tirah baring


2. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
3. Mengkolaborasi pemberian analgesik
Implemetasi keperawatan dilakukan, dimana tindakan yang dilakukan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga dapat
tercapai sesuai dengan tujuan asuhan keperawatan.

E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari sabtu, 01 februari 2020
diperoleh hasil dimana nyeri teratasi. Pada data subjektifklien mengatakan
sudah tidak nyeri, dan data objektif skala nyeri berkurang dari 6 menjadi 2 (0-
10).
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat penurunan skala nyeri
dengan menggunakan terapiteknik relaksasi nafas dalam dan Mempertahankan
tirah baring, tindakan nonfarmakologi ini hanya sebagai pelengkap dari
tindakan farmakologi yang diberikan.

40
41
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pengkajian yang dilakukan oleh kelompok kami di dapat 3


diagnosa :
1. Nyeri b.d terputusnya kontinuitas jaringan akibat operasi
2. Risiko infeksi b.d faktor risiko bantuan pertolongan persalinan
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post SC

Dengan intervensi diagnose 1:


1. Tirah baring
2. Ajarkan teknik Kaji intesitas karakteristik nyeri
3. Mempertahankan relaksasi nafas dalam
4. Kolaborasi pemberian analgesic

Intervensi diagnose 2:
1. Monitor TTV
2. Jelaskan pada klien cara mengidentifikasi risiko infeksi
3. Anjurkan klien untung mengkonsumsi makanan yang berprotein tinggi
4. Ajarkan klien untuk personal higyne
5. Lakukan ganti verban luka
6. Kolaborasi pemberian antibiotic

Intervensi diagnose 3:
1. Kontrak dengan klien
2. Beri informasi mengenai nutrisi setelah post SC
3. Anjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein

42
Dengan implementasi diagnose 1
1. Menganjurkan tirah baring
2. Mengajarkan teknik Kaji intesitas karakteristik nyeri
3. Mempertahankan relaksasi nafas dalam
4. Mengkolaborasi pemberian analgesic

Implementasi diagnose 2
1. Memonitor TTV
2. Menjelaskan pada klien cara mengidentifikasi risiko infeksi
3. Menganjurkan klien untung mengkonsumsi makanan yang berprotein
tinggi
4. Mengajarkan klien untuk personal higyne
5. Melakukan ganti verban luka
6. Mengkolaborasi pemberian antibiotic

Implementasi diagnose 3
1. Memberi informasi mengenai nutrisi setelah post SC

2. Menganjurkan klien untuk makan makanan yang tinggi protein

Evaluasi
Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada hari sabtu, 01 februari 2020
diperoleh hasil dimana nyeri teratasi. Pada data subjektifklien mengatakan
sudah tidak nyeri, dan data objektif skala nyeri berkurang dari 6 menjadi 2 (0-
10).
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat penurunan skala nyeri
dengan menggunakan terapiteknik relaksasi nafas dalam dan Mempertahankan
tirah baring, tindakan nonfarmakologi ini hanya sebagai pelengkap dari
tindakan farmakologi yang diberikan.

43
B. SARAN
1. Ruangan yang terdapat pada RSU Kab.Tangerang perlu ditingkatkan
kualitasnya, untuk menciptakan kesan nyaman dan aman bagi pengguna jasa
pelayanan masyarakat tersebut.
2. Semoga pembaca dapat memahami makalah dan asuhan keperawatan yang di
buat

44
DAFTAR PUSTAKA

Aminah, M.S. 2011. Seri Buku Pintar Bab’s Corner Kamus Bayi 0-12 Bulan.
Jakarta: Luxima

Hidayat,A.2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data.


Jakarta: Salemba Medika

Julianti, DK.2014. Materi Pelatihan Post Natal Care.Jakarta: UI

Nurarif,Aminhuda.2015. Nanda NicNoc Media Action Jogja.Jogjakarta.

Wati, DewiKartika.2011.Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat.


Jakarta:Salemba Medika

45

Anda mungkin juga menyukai