Anda di halaman 1dari 12

ATRESIA ANI

NAMA KELOMPOK:
1. AINUR RAHMAN (201510300511006)
2. SILVI ALFIANIS S. (201510300511016)
3. MEI RENDRA F. (201510300511018)
4. NADIA KUSUMA (201510300511020)
5. NOVITASARI (201510300511030)
6. NUR RISA D. (201510300511031)
PENGERTIAN

Atresia Ani adalah kelainan kongenital yang dikenal


sebagai anus imperforate meliputi anus, rectum atau
keduanya (Betz. Ed 3 tahun 2002).
Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital),
tidak adanya lubang atau saluran anus (Donna L. Wong,
520 : 2003).
KLASIFIKASI

a. Anal stenosis adalah terjadinya penyempitan daerah anus


sehingga feses tidak dapat keluar.
b. Membranosus atresia adalah terdapat membran pada anus.
c. Anal agenesis adalah memiliki anus tetapi ada daging
diantara rektum dengan anus.
d. Rektal atresia adalah tidak memiliki rektum.
ETIOLOGI
Etiologi secara pasti atresia ani belum diketahui, Atresia ani dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, antara lain:
1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur.
2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3
bulan.
3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus,
rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat
sampai keenam usia kehamilan.
4. Berkaitan dengan sindrom down ( kondisi yang menyebabkan sekumpulan gejala
mental dan fisik khas ini di sebabkan oleh kelainan gen dimana terdapat ekstra
salinan kromosom 21) 5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
MANIFESTASI KLINIS

1. Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.


2. Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rectal pada bayi.
3. Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah
letaknya.
4. Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila tdk
ada fistula).
5. Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6. Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran anal.
7. Perut kembung. (Betz. Ed 7. 2002)
KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita atresia ani antara lain:
a. Asidosis hiperkloremia.
b. Infeksi saluran kemih yang bisa berkepanjangan.
c. Kerusakan uretra (akibat prosedur bedah).
d. Komplikasi jangka panjang yaitu eversi mukosa anal, stenosis (akibat
konstriksi jaringan perut dianastomosis).
e. Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
f. Inkontinensia (akibat stenosis awal atau impaksi).
g. Prolaps mukosa anorektal. h. Fistula (karena ketegangan abdomen, diare,
pembedahan dan infeksi). (Ngastiyah, 2005)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan rectal digital dan visual adalah pemeriksaan diagnostik yang umum
dilakukan pada gangguan ini.
2. Jika ada fistula, urin dapat diperiksa untuk memeriksa adanya sel-sel epitel
mekonium.
3. Pemeriksaan sinyal X lateral infeksi (teknik wangensteen-rice) dapat
menunjukkan adanya kumpulan udara dalam ujung rectum yang buntu pada
mekonium yang mencegah udara sampai keujung kantong rectal.
4. Ultrasound dapat digunakan untuk menentukan letak rectal kantong.
5. Aspirasi jarum untuk mendeteksi kantong rectal dengan menusukan jarum
tersebut sampai melakukan aspirasi, jika mekonium tidak keluar pada saat jarum
sudah masuk 1,5 cm Derek tersebut dianggap defek tingkat tinggi.
PENATALAKSANAAN

1. Pembedahan
Terapi pembedahan pada bayi baru lahir bervariasi sesuai dengan
keparahan kelainan. Semakin tinggi gangguan, semakin rumit prosedur
pengobatannya. Untuk kelainan dilakukan kolostomi beberapa hari
setelah lahir, kemudian anoplasti perineal yaitu dibuat anus permanen
(prosedur penarikan perineum abnormal) dilakukan pada bayi berusia
12 bulan.
2. Pengobatan
a. Aksisi membran anal (membuat anus buatan)
b. Fiktusi yaitu dengan melakukan kolostomi sementara dan
setelah 3 bulan dilakukan korksi sekaligus (pembuat anus
permanen)
PRIORITAS DIAGNOSA

1. Gangguan Rasa Nyaman b/d Gejala terkait penyakit (Distensi


Abdomen- atresia ani )
2. Kerusakan integritas jaringan b/d prosedur bedah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang darikebutuhan tubuh b/d faktor
biologis
4. Nyeri akut b/d agen cedera fisik
5. Resiko Infeksi dengan faktor resiko gangguan integritas kulit
TERIMA KASIH :)

Anda mungkin juga menyukai