Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KAMERA GAMMA

Oleh :

Annanta Mahassyah Distra


Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, sehingga dapat menyelesaikan makalah tentang
Kamera Gamma dengan baik meski banyak kekurangan
didalmanya, dan juga saya berte
BAB I
PENDAHULUAN

1 .1 Latar belakang

Kedokteran Nuklir

Kedokteran Nuklir didefinisikan sebagai suatu praktek yang menjadikan pasien

mengandung radioaktif untuk keperluan diagnosis dan terapi. Bahan radioaktif yang biasa

disebut radionuklida atau radiofarmaka diinjeksikan kedalam tubuh pasien (secara internal),

atau dicampurkan ke cairan organ tubuh yang diambil keluar tubuh (secara eksternal). Kedua

cara tersebut dinamakan teknik in vivo dan in vitro. Dalam pemeriksaan kedokteran nuklir,

radioisotop yang masuk kedalam tubuh, atau cairan tadi dimonitor dari luar dengan peralatan

yang disebut instrumentasi kedokteran nuklir. Ada 2 jenis instrumentasi nuklir yakni keperluan

diagnosis dan keperluan terapi. Dalam kasus ini, kamera gamma dapat digolongkan sebagai

instrumentasi nuklir jenis yang pertama.

Untuk kepentingan diagnosis, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan yaitu

1. Foton (gelombang elektromagnetik) muncul dari elektron energi tinggi dengan positron

yang kemudian menimbulkan peristiwa annihilasi dan menghasilkan sinar gamma yang

dapat dideteksi dengan alat dari luar. Pada radionuklida tertentu pancaran yang

dideteksi adalah sinar X dalam energy antara 50 – 300 keV


2. Umur paroh bahan nuklida radioaktif yang digunakan berkisar antara beberapa menit

hingga mingguan. Pada umumnya diinginkan untuk tinggal sebesar 5 rad pada organ

target setelah proses diagnosis

3. Perangkat instrumentasi nuklir haruslah bisa melakukan diskriminasi dan memilih

informasi yang hanya berasal dari radiasi gamma primer, selain itu harus digunakan

detector yang memiliki respon tinggi pulsa yang berbanding lurus terhadap energi

radionuklida yang dideteksi.

4. Sistem instrumentasi yang digunakan haruslah memiliki unjuk kerja yang bagus meliputi

low noise, linear, akurasi tinggi, respon energi linear, sensitivitas yang tinggi, bandwidth

lebar

Radiofarmaka

Radiofarmaka yang banyak digunakan adalah Tc99m. Penggunaannya berkembang pesat

sejak tahun 1961, karena ditunjang oleh beberapa kelebihan sifat inti radionuklida tersebut

yakni : pemancar gamma murni dan tunggal, energinya memadai untuk deteksi (140 keV) dan

umur paruhnya pendek, yaitu 6 jam. Beberapa contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

1) Tc99m sulfur koloid, untuk pemeriksaan jantung, hati dan limpa.

2) Tc99m diethylenetriamine pentaacetic acid (DTPA), untuk pemeriksaan otak.

3) Tc99m sodium tripoliphospate (STPP), untuk penatahan tulang.

Radionuklida 1123 juga banyak dipilih untuk imaging Merupakan pemancar gamma

dengan umur paruh 13 jam, sehingga sangat cocok untuk studi dalam waktu yang tidak terlalu

pendek. Imaging dengan kamera gamma cukup jelas karena energi gamma yang dipancarkan

optimal yaitu 159 keV. Keuntungan lain ialah mudah berikatan dengan antibodi, sehingga

sangat baik untuk menanda antibodi pada pelacakan kanker.


I.2 Batasan Masalah

Ruang lingkup pada pembuatan makalah ini dibatasi pada aplikasi Kamera Gamma

dalam bidang kedokteran nuklir serta jenis jenis kamera gamma lain yang dijelaskan secara

singkat.

1.3 Tujuan

1. Mempelajari prinsip kerja Kamera Gamma.

2. Mengetahui Blok diagram Kamera Gamma

3. Mengetahui Parameter – parameter yang mempengaruhi kerja dari kamera

gamma.

4. Mengetahui jenis – jenis kamera gamma yang umum digunakan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH KAMERA GAMMA

Peralatan Kamera Gamma merupakan alat diagnostik medik yang dapat menghasilkan

citra anatomi dan fungsi organ dengan cara mendeteksi berkas radiasi dari radioisotop yang

dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Rancangan dasar dari kebanyakan kamera gamma yang

digunakan saat ini dikembangkan oleh Hal Anger, seorang fisikawan amerika pada tahun 1957.

Dan oleh karena itu seringkali disebut dengan kamera anger.[1]. Sebelum itu sistem

pencacahan konvesional mulai dikembangkan oleh Copeland dan Benjamin tahun 1949.

2.2 PRINSIP KERJA

Blok Diagram

Peralatan Kamera Gamma terdiri dari 3 bagian utama yaitu bagian deteksi, bagian

pencitraan dan bagian mekanik. Bagian deteksi terdiri dari detektor Kristal sintilator NaI(Tl),

penguat awal dan bagian pengolah sinyal, dari bagian ini dihasilkan sinyal berbobot posisi X, Y

dan Z. Bagian pencitraan terdiri dari modul antar muka dan perangkat lunak akuisisi dalam

komputer, bagian ini mengolah sinyal masukan menjadi suatu citra obyek. Sedang bagian

mekanik terdiri dari beberapa sistem mekanik beserta kontrol penggerak mekanik. Blok

diagram

Kamera Gamma diperlihatkan dalam Gambar 1.


Pemakaian alat untuk pemeriksaan pasien secara ringkas dapat diterangkan sebagai

berikut. Mulamula pasien dilakukan penanganan klinis sesuai dengan kasus yang dideritanya,

kemudian pasien ditempatkan pada meja pasien, detektor diarahkan kebagian organ yang

diperiksa. Detektor akan mendeteksi zarah radiasi yang dipancarkan oleh isotop yang

terakumulasi dalam organ pasien. Pulsapulsa listrik yang dihasilkan oleh detektor akan

dikuatkan oleh rangkaian penguat awal, oleh bagian pengolah sinyal pulsa tersebut dibobotkan

kedalam bentuk sinyal posisi berdimensi X dan Y. Selain itu, pulsa keluaran detektor juga dicek

kebenarannya sebagai bobot energi oleh penganalisis tinggi pulsa (Single Chanel Analyzer),

sehingga pulsa yang sesuai dengan bobot energi isotop saja yang dilewatkan, oleh teknik logika

pulsa ini dibentuk menjadi sinyal Z. Sinyal X, Y dan Z yang dihasilkan,diumpankan ke bagian

masukan modul antarmuka pencitraan untuk diubah menjadi sinyal digital agar dapat dipahami

oleh perangkat lunak akuisisi pada komputer. Hasil perekaman data akan dicitrakan oleh

perangkat lunak akuisisi Medicview menjadi citra organ pasien, selanjutnya citra organ ini

dilakukan analisis menggunakan studi pasien, pengolahan data citra, penyimpanan file,
pelaporan dan pengiriman file kepada dokter maupun bagian lain untuk penanganan lebih

lanjut.

2.3 DASAR – DASAR KAMERA GAMMA

Sinar gamma dipancarkan oleh sebuah nuklida melewati sebuah collimator untuk

menghasilkan kilatan citra didalam sebuah cakram detector yang dibentuk oleh kristal Sodium

Iodide. Sistem kamera sintilasi menentukan sebuah lokasi di tiap peristiwa sintilasi dan

kemudian menghasilkan titik fokus cahaya yang baik pada posisi yang bersesuaian dari tabung

sinar katoda. Gambar yang dihasilkan masih

memiliki akurasi dan karakteristik yang belum

bagus. Ini memerlukan pemrosesan sinyal

lanjut yang mampu memperbaiki distorsi yang

terjadi pada citra sehingga dihasilkan citra

kualitas yang bagus. Gambar 9.1 menunjukan

bentuk dari citra dalam kristal kamera dengan

sintilasi yang dihasilkan dari penyerapan sinar

gamma.

Collimator terdiri dari sejumlah besar timbal dengan beberapa lubang paralel yang

memiliki tampang lintang yang sama. Jumlah sinar gamma yang diterima oleh beberapa daerah

kristal secara langsung sebanding dengan jumlah nuklida yang ditempatkan dibawah organ.

Karena sinar gamma memancar ke segala arah, maka hanya persentase kecil (biasanya 0.01%)

dari sinar yang dipancarkan oleh organ tersebut yang mampu dideteksi dan mampu

membentuk citra. Sinar gamma yang dipancarkan dari tubuh pasien ditangkap oleh kristalkristal
sintilasi berdiameter besar (NaI(Tl)) setelah melalui suatu kolimator. Guna kolimator adalah

untuk memberikan penajaman pada citra karena hanya melewatkan sinar gamma yang searah

dengan orientasi lubang kolimator dan menahan gamma hamburan. Sedangkan shield timbal

menjamin hanya sinar gamma yang datang dari tubuh pasien saja yang dideteksi. Ketika suatu

photon gamma berinteraksi dengan kristal sodium iodida yang diaktivasi oleh Thallium (NaI(Tl))

maka dihasilkan pulsa pancaran cahaya (fluorescent light) pada titik interaksi yang intensitasnya

sebanding dengan energi sinar gamma.

Pulsa pancaran cahaya tersebut kemudian dideteksi dan dikuatkan oleh setiap PMT

sepanjang permukaan belakang kristal, dimana tabung dengan jarak terjauh menerima cahaya

lebih kecil dari pada tabung yang terdekat Efisiensi kristal ini untuk mendeteksi sinar gamma

dari xenon 133 (81 keV) dan technetium 99m (140 keV) adalah mendekati 90%, artinya hanya

10% dari foton gamma yang melalui kristal yang tidak menghasilkan suatu pulsa cahaya.

Posisi dari kilatan cahaya ditentukan dengan melihat bagian belakang kristal yang terdiri

dari Photomultiplier tubes (PMT). Kamera gamma komersial menggunakan 37 PMT yang

disusun sedemikian rupa seperti ditunjukkan pada gambar 9.2.


Sebuah pipa cahaya transparan disediakan untuk optical coupling PMT ke kristal.

Karakteristik optik dari pipa cahaya tersebut memiliki pengaruh yang sangat penting dalam

resolusi kamera dan keseragaman medan. Pulsa arus keluaran dari tiap – tiap PMT diterapkan

ke masukan tiap – tiap preamplifier yang memperkuat dan membentuk pulsa sebelum dikirim

untuk pemrosesan lebih lanjut. Sinyal keluaran preamplifier adalah tegangan yang memiliki

tinggi pulsa yang sebanding dengan arus dari PMT dan energy radioaktif yang masuk ke

detektor. Lintang sinyal diset pada level ambang sebagai umpan pada summing ampllifiers yang

merubah sinyal tersebut menjadi empat posisi koordinat sinyal yakni X+ , X, Y+, Y dan sinyal

energi total ZT juga dibuat untuk menormalisasi sinyal – sinyal tampilan (±X ,±Y) sehingga citra

organ yang ditampilkan pada layar benar – benar replica dari organ asal.

Akuisisi citra static pada kamera gamma analog digambarkan sebagai berikut : misalkan

pada koordinat X,Y (45,18) ada pulsa dengan cacah sama dengan N. Sinyal – sinyal tersebut

dilewatkan pada rangkaian ADC. Bilangan desimal 45 dan 18 dikonversikan ke bilangan digital

sehingga posisinya dapat dipastikan pada system video display dan apabila terjadi pulsa – pulsa

diposisi koordinat 48,18 pada kristal maka hasil cacahnya diakuisisi di lokasi yang sesuai pada

layar display. Sinyal koordinat X dan Y dapat langsung dikirim ke peralatan penampil gambar

atau direkam oleh komputer, sedangkan sinyal Z diolah oleh penganalisis tinggi pulsa (PHA).

Titik cahaya dapat dimunculkan pada layar monitor hanya apabila pulsa energinya ada pada

daerah jendela yang diatur sebelumnya (preset window) dari PHA dengan koordinat titik cahaya

ditentukan oleh sumbu X dan Y.


2.4 SISTEM KOMPUTER KAMERA GAMMA

Didalam kamera gamma proses pembuatan citra juga dilakukan secara komputerisasi.

Untuk itu sebeum sinyal – sinyal (digital) dimasukkan ke dalam Sistem Komputer. Terlebih

dahulu diolah dan dikoreksi. Sebelumnya sinyal – sinyal analog dikonversikan ke digital

menggunakan rangkaian ADC. Dengan pemakaian kolimator untuk mengarahkan foton gamma

perlu dilakukan koreksi spasial dan koreksi energi (oleh adanya scattering bahan kolimator dan

resolusi). Untuk itu sinyal – sinyal X, Y dan Z dilewatkan pada rangkaian Spatial Linearity

Correction dan Energy Correction Logic. Selanjutnya untuk normalisasi sinyal – sinyal X dan Y

dilakukan dengan menggunakan pulsa pengendali energi Z.

Dengan integrasi sistem komputer ke dalam kamera gamma maka computer juga dapat

dimanfaatkan sebagai sistem pengendalian proses (otomatis), akusisi data, sekuensial

pemrosesan data, kalkulasi data, penyimpanan data, dan penampilan data ( display )
2.5 ANTARMUKA KOMPUTER

Seperti yang telah didiskusikan sebelumnya, 3 pulsa didapat dari interaksi foton gamma

di kamera gamma. Pulsa X dan Y tergantung pada lokasi interaksi dan pulsa Z ph yang sebanding

dengan energi total yang terkumpul di kristal. Antarmuka terdiri dari dua ADC yang mampu

mengkonversikan dengan cepat pulsa analog ke bentuk digital untuk mengurangi waktu mati

sehingga mampu meminimalisasi distorsi citra pada laju cacah tinggi. Sinyal Z digunakan untuk

mengendalikan transmisi sinyal – sinyal tersebut ke komputer. Pada umumnya digunakan ADC

810 bit untuk membangkitkan citra pada elemen matriks dengan kemampuan 256 x 256 piksel.

2.6 KENDALI MUTU KAMERA GAMMA

Unjuk kerja kamera gamma secara umum dinilai dari sensitivitas sistemnya, resolving

time, keseragaman medan dan resolusi spasial. Kolimator kamera, mempunyai pengaruh yang

signifikan pada efisiensi dan resolusi spasial.

Sensitifitas.

Sensitifitas atau efisiensi kamera mendeteksi foton radiasi adalah parameter yang

menunjukkan kemampuan kamera mendeteksi radiasi gamma untuk berbagai jenis kolimator

yang dinyatakan dalam satuan cpm/µCi.

Sensitifitas kamera yang diatur dengan menghitung efisiensi dari komponen kamera

didefinisikan sebagai banyaknya cacahan per detik yang diperoleh sistem kamera gamma dari

masing – masing satuan aktivitas yang diketahui. Kepekaan bergantung pada efisiensi geometris

dari kolimator, efisiensi Kristal, dan lebar jendela penganalisa tinggi pulsa.
Kebanyakan kamera gamma yang menggunakan Kristal mempunyai ketebalan sekitar

9,5 mm. Bagian dari foton interaksi yang diserap berbanding terbalik dengan respon energi

foton (atau efisiensi Kristal). Untuk laju cacah yang diinginkan maka dapat digunakan sumber

radionuklida yang memiliki energi yang lebih besar dan jumlah radioaktivitas yang lebih besar

untuk diterapkan kepada pasien. Namun untuk meminimalisir dosis radiasi, radionuklida yang

menghasilkan sinar gamma dibawah 300 keV lebih banyak digunakan karena kamera gamma

memiliki efisiensi cacah yang lebih tinggi dalam rentang ini. Kepekaan Kristal kamera gamma

terhadap energy sinar gamma ditunjukkan dalam gambar 9.5 sensitifitas kamera gamma

dipengaruhi oleh beberapa faktor,yaitu :

• Resolusi sistem kamera

• Performance Kristal NaI(Tl)

• Jenis kolimator yang digunakan.

Resolving Time

Pada tingkat aktifitas yang sangat rendah, cacahan yang dihitung pada tiap satuan waktu

akan berbanding lurus dengan jumlah aktifitas. Ketika intesitas sinar gamma meningkat maka

kebolehjadian 2 foton tiba pada waktu yang samapun akan meningkat, hal ini akan
menghasilkan 2 kilatan cahaya dalam Kristal yang overlapping sehingga diinterpretasikan oleh

sistem sebagai 1 foton dengan energi yang lebih tinggi. Hal ini akan ditolak oleh penganalisa

tinggi pulsa. Waktu mati elektronik dengan nilai tertentu akan menyebabkan hilangnya

sejumlah cacahan. Sedangkan Pada laju cacah yang tinggi akan menghasilkan pergeseran

baseline yang membuat beberapa pulsa jatuh di luar window PHA sehingga pulsa tersebut

diabaikan oleh sistem.

Disamping hilangnya cacahan pada laju cacah input yang lebih tinggi, Kamera gamma

akan mengalami penurunan unjuk kerja,khususnya dengan memperhatikan faktor keseragaman

medan dan karekteristik resolusi citra yang dihasilkan .

Keseragaman

Idealnya kamera gamma memiliki keseragaman respon yang sama diseluruh

permukannya. Namun dalam kenyataanya, terkadang beberapa keseragaman sistem bervariasi

berkisar antara 15% dari keseluruhan Kristal. Distribusi cacah (seperti cacah per satuan luas)

sebagai respon atas suatu perubahan secara terus menerus pada keseragaman gamma,

tergantung pada factor tanggapan Kristal, lineritas dan kelurusan ruang fotopeak. Untuk

memperoleh kualitas unjuk kerja yang baik dari sistem, maka perlu dilakukan koreksi pada

energi dan ketidakseragaman aliran medan. Suatu metoda koreksi keseragaman yang paling

sederhana yaitu dengan membagi permukaan kamera kedalam kotak persegi empat kecil – kecil

secara elektronik. Sebuah lokasi memori pada komputer berhubungan dengan setiap kotak

tersebut. Kepekaan relatif dari tiap – tiap kotak, diukur dengan menghadapkan kamera pada

sinar gamma yang seragam. Akumulasi cacahan dalam lokasi memori sebanding dengan

efisiensi relatif dari masingmasing kotak. Dengan membandingkan hasil cacahan pada seluruh

kotak diperoleh nilai keseragaman dari kamera secara keseluruhan.


Resolusi Energi

Resolusi energi adalah kemampuan system untuk mencegah/menolak peristiwa

hamburan foton.Hal ini berpengaruh pada spectrum energi puncak.Pancaran energi ini

digambarkan sebagai FWHM dari puncak energy foton dan diukur dengan satuan energy.

Penyebab sebaran tersebut adalah flktuasi intrinsic pancaran foton dari waktu ke

waktu,efisiensi pengumpulan foton dan pelipatan electron di dalam tabng PMT sendiri.Adanya

penurunan tingkat resolusi energy dapat disebabkan karena kondisi Kristal sintilator,kopling

optis atau perubahan penguatan PMT.Penetuan parameter ini dilakukan sebagaimana dilakuka

pada system cacah konvensional.

Ketika sinyal energy diumpankan pada MCA,MCA dapat dengan mudah mencari kanal

photopeak dan dan penyebaran energy pada setengah nilai cacah puncak.Perbandingan

antara nomor kanal FWHM dengan nomor kanal puncak dikalikan 100 merupakan persentase

dari resolusi energy.

Jika tidak tersedia MCA dapat digunakan single chanel Analyzer dengan lebar window

tertentu atau sekitar 1 persen untuk menggambarkan sebuah puncak energy.

Kesamaan Aliran medan

Pegertian dari parameter ini adalah variasi atau respon system ketika Kristal sintilator

terpengaruh oleh fluks radiasi gamma.keseragaman input, yang disebabkan oleh peletakan

sumber yang kuat di atas permukaan detector atau dengan menirukan input yang seragam

dengan sebuah sumber radioaktif kuat dengan jarak lebih besar dari 5x diameter detector.
Ukuran Derajat ketidaksamaan disebut sebagai Kepadatan Cacah (CD). CD diukur pada

seluruh bagian permuakan kristal sintilator. Aliran gambar direkam dan kepadatan cacah pada

lokasi yang berbeda diperhitungkan. Nilai maksimum dan minimum dari CD dapat diperoleh.

Integral ketidaksamaan dirumuskan sebagai berikut:

Semakin kecil nilai integral kesamaan menunjukkan semakin baik spesifikasi dan kualtas system.

Untuk memperkirakan variasi cepat spasial dalam CD,digunakan sebuah parameter yang

disebut kesamaan diferensial Parameter ini menyoroti kemungkinan terburuk parameter

ketidaksamaan pada jarak yang pendek.Kesamaan diferensial menyatakan ketidaksamaan

maksimum dalam jendela spasial yang sejajar dengan sumbu Y atau sumbu X detector.Daerah

window meliputi jarak yang kecil atau sekitar 10% dalam sumbu X dan Y.Persamaan DU adalah
Di mana CD high dan CD low adalah kepadatan densitas rendah dan tinggi dalam daerah

window.Parameter tersebut menyatakan perbedaan nilai tertinggi antara posisi yang berbeda

pada window.

Perkiraan atas kesamaan aliran medan dengan atau tanpa kolimator dapat digunakan

untuk mengetahui cacat pada kolimator atau kerusakan pada kolimator.Test yang sama dapat

juga digunakan untuk mengetahui kepekaan dalam penguatan PMT.

Resolusi Spasial

Resolusi Spasial adalah kemampuan kamera untuk memproduksi citra distribusi

radionuklida dari organ yang diamati secara detail. Resolusi kamera sangat dibatasi oleh

karakteristik kolimator, hamburan dan kemampuan sistem untuk menentukan secara akurat

titik – titik di dalam Kristal, dimana terjadi peristiwa sintilasi. Ketika energy meningkat,proses

kolimasi menjadi semakin sulit. Maka septa (panjang lubang kolimator) harus cukup tebal,

sehingga dihasilkan lebih sedikit lubang per unit luas untuk mengantisipasi pertambahan

penetrasi septal oleh sinar gamma berenergi tinggi.

Untuk memperoleh resolusi yang baik, maka keluaran Signal to Noise Ratio (SNR) dari

PMT yang terletak jauh dari tempat sintilasi akan menjadi tinggi. Perbandingan tersebut

tergantung pada jumlah cahaya yang dipancarkan oleh Kristal. Foton dengan energi dibawah 70

keV, tidak menghasilkan cahaya yang cukup dan oleh karena itu resolusinya menurun. Diatas

energi 70 keV 250keV, resolusi meningkat secara terusmenerus. Melebihi batas ini, kinerja

sistem akan mulai menurun lagi karena kolimasi yang buruk dan pertambahan absorbsi oleh

hamburan Compton (Pada eksperimen gamma satu atau dua interaksi Compton diikuti oleh

interasi fotolistrik)
Secara teoritis, resolusi sistem dapat ditingkatkan dengan menambah banyaknya tabung

photomultiplier yang digunakan untuk mendeteksi cahaya yang timbul dalam kristal. Namun,

peningkatan dalam photomultiplier menambah rumit sistem dan biaya operasionalnya.

Resolusi kamera gamma dapat dengan mudah dilakukan dengan membuat citra suatu Bar

Phantom tanpa kolimator (Resolusi intrinsic = R i) atau dengan kolimator (Resolusi Ekstrinsik = R c

) yang disebut Line Spread Function (LSF).Untuk membuat citra tersebut ditempatkan sumber

titik di depan permukaan kamera.Data Resolusi dipresentasikan dalam bentuk unjuk kerja bar

phantom dalam bentuk FWHM pada garis line spread ,yang hasilnya ditunjukkan pada gambar

75.
Resolusi FWHM dalam mm dihitung dari persamaan,sbb :

R = FWHMmm = Jumlah kanal yang terdapat dalam FWHM x K

Dimana K = Faktor kalibrasi mm/kanal

Sehingga FWHM dapat ditulis :

FWHMmm = (N2 – N1) x K

Resolusi FWHM sistem kamera merupakan gabungan resolusi intrinsic (R i) dan Resolusi

Ekstrinsik (Rc).

Selanjutnya resolusi sistem ditentukan dengan persamaan :

RS2 = RC2 + RI2

Dimana RC = Resolusi Kolimator

RI = Resolusi Intrinsik

Penentuan resolusi kamera gamma secara langsung bisa juga dilakukan dengan cara

praktis,yaitu denngfan melihathasil citra yang diperoleh dengan menempatkan sumber radiasi

di depan kamera sejauh 5x diameter detector (2.5 – 4 meter) dan meletakkan phantom di

depan detector.Bagian terkecil dari gambar citra garis – garis phantom yang masih terlihat jelas

pemisahannya satu dengan yang disebelahnya,dianggap sebagai resolusi kamera (dalam mm).
Nilai resolusi intrinsic Ri akan semakin baik dengan semakin bertambahnya jumlah PMT

atau dengan semakin tingginya energy foton gamma yang digunakan (sumber), sementara

resolusi ekstrinsik akan semakin baik dengan semakin banyaknya lubang kolimator dan semakin

panjang lubang tersebut.


Distorsi Spasial

Koordinat posisi citra dihitung oleh decoder dari beberapa kejadian kesalahan acak dan

kesalahan sistematik. Karena itu, hal tersebut dicitrakan pada lokasi yang salah di dalam citra

akhir.

Salah Satu contoh adalah tekanan yang progresif dari koordinat pada peristiwa sekeliling

dalam kaitan pada sudut ruang yang lebih kecil yang dicapai oleh system pengarah foto.

Ketidaklurusan mengenai ruang juga dihubungkan dengan tanggapan sudut ruang itu dari

cahaya ruang dari tiap tabung dan koreksi pada penerusan cahaya yang nyata. Penyimpangan

diukur dengan gambar suatu set sumer garis sejajar atau pola sejajar.

Countrate Loss

Laju cacah yang ditunjukkan oleh pembacaan kamera gamma mempunyai hubungan

yang non linier terhadap intensitas atau aktifitas radiasi sumber yang datang pada

detector.Semakin tinggi laju cacah maka respon kamera tidak lagi linier dan pada suatu nilai laju

cacah yang tinggi,kamera tidak mampu lagi mencatat semua cacah yang timbul.Hal ini

disebabkan karena adanya factor DEAD Time pada sistem detector.Untuk lebar window pada

SCA sebesar 10%,pada laju cacah di atas 50 kcps terjadi penurunan respon.Jika terlalu banyak

kehilangan laju cacah teramati,dapat menurunkan kualitas citra.Oleh karena itu,kamera

hendaknya dioperasikan pada laju cacah di bawah 50 kcps.Hubungan antara laju cacah tercatat

terhadap laju cacah sesungguhnya adalah sebagai berikut :

Dimana : R = Laju cacah terbaca

N = Laju cacah sesungguhnya

= Dead Time
waktu mati detector dapat ditentukan dengan melakukan pencacahan menggunakan 2

sumber radiasi yang berbeda aktivitasnya.Laju cacah dicatat untuk pemakaian sumber ke1

saja,kemudian sumber ke2 saja dan kedua sumber secara bersamaan.Waktu mati detector

adalah

2.7 JENISJENIS KAMERA GAMMA

1. Kamera Gamma Tipe Removeable Plug

Kamera tipe ini termasuk yang sederhana dan cocok untuk penyinaran yang searah. Kamera

ini dapat digunakan untuk aktivitas sampai dengan 2 curie untuk sumber Co60 dan 100 curie

untuk Ir192. Pada saat kamera ini digunakan, maka sumber kamera yang berbentuk konis dapat

diangkat keatas sehingga radiasi akan keluar. Kamera ini juga dapat digunakan untuk teknik

penyinaraan panoramik, dengan mendorong sumber keluar kamera dengan bantuan sebuah

graduate rod.

2. Kamera Gamma Tipe D

Kamera ini termasuk tipe shutter berputar dan cocok digunakan untuk radiografi pipapipa

dengan teknik double wall single image. Kamera ini tersedia untuk aktivitas diatas 7,5 curie

untuk Ir192 atau 1 curie Cs137. Kamera tipe ini dapat ditempelkan pada pipa yang akan

diradiografi dengan menggunakan rantai pengikat dan dapat diputar ke berbagai posisi yang

diinginkan bila diperlukan.


Bila kamera akan digunakan maka silinder pemegang sumber dikeluarkan dari posisi

shielding dengan memutar operating handle. Posisi sumber harus berada ditengahtengah

shielding bila digunakan.

3. Kamera Gamma model Torch

Kamera tipe ini mempunyai bentuk yang sangat sederhana dan umumnya digunakan untuk

meradiografi las pada jaringan pipa dan konstruksi lainnya. Pada saat kamera digunakan maka

torch dikeluarkan dari dalam kamera dan kemudian diletakkan pada shielding holder yang

ditempelkan pada pipa yang akan diradiografi. Shielding yang terdapat pada torch berfungsi

sebagai pengaman atau pelindung bagi operator saat bekerja. Kamera model torch ini tidak

direkomendasikan oleh standard internasional dan bahkan dilarng penggunaannya oleh banyak

standard nasional. Kamera ini didesain untuk sumber dengan aktivitas kecil.

4. Kamera Gamma Radiografi Remote Kontrol

Kamera tipe ini dapat dioperasikan dari jarak agak jauh dari posisi kamera, sehingga

penggunaan kamera jenis ini lebih aman dibandingkan dengan kamera jenis lainnya. Selain itu,

kamera ini sangat cocok digunakan untuk sumber dengan aktivitas yang besar, dan dapat

digunakan untuk aktivitas sampai dengan 500 curie untuk Ir192 dan Co60.
BAB III

KESIMPULAN

1. Peralatan Kamera Gamma terdiri dari 3 bagian utama yaitu bagian deteksi, bagian pencitraan

dan bagian mekanik. Bagian deteksi terdiri dari detektor Kristal sintilator NaI(Tl), penguat

awal dan bagian pengolah sinyal, bagian mekanik terdiri dari beberapa sistem mekanik

beserta kontrol penggerak mekanik dan bagian pencitraan adalah display sistem.

2. Prinsip kerja kamera gamma berdasarkan interaksi gamma dengan materi,dimana sumber

gamma yang telah diinjeksikan ke dalam organ dideteksi oleh detector sintilasi untuk

kemudian diolah oleh sistem menjadi citra.

3. Unjuk kerja sistem dipengaruhi oleh : Sensitivitas sistem, Resolving Time, Keseragaman,

Resolusi Energy, dan Distorsi Spasial.

4. Sensitivitas kamera diatur dengan menghitung efisiensi dari komponen kamera didefinisikan

sebagai banyaknya cacahan per detik yang diperoleh sistem kamera gamma dari masing –

masing satuan aktivitas yang diketahui.

5. Resolving time dengan nilai tertentu akan menyebabkan hilangnya sejumlah cacahan.

Semakin tinggi resolving time,maka semakin buruk unjuk kerja sistem.

6. Keseragaman adalah Distribusi cacah (seperti cacah per satuan luas) sebagai respon atas

suatu perubahan secara terus menerus pada interaksi gamma, tergantung pada factor

tanggapan Kristal, lineritas dan kelurusan ruang fotopeak.Semakin tinggi keseragaman

sistem,semakin baik unjuk kerja sistem.


7. Resolusi energy adalah kemampuan system untuk mencegah/menolak peristiwa hamburan

foton.hal ini berpengaruh pada spectrum energy puncak.Semakin besar resolusi energy

sistem,semakin baik unjuk kerja sistem.

8. Kesamaan Aliran medan adalah variasi alam respon system ketika Kristal sintilaor terpengaruh

oleh fluks radiasi gamma.keseragaman input disebabkan oleh peletakan sumber yang kuat di

atas permukaan detector atau dengan menirukan input yang seragam dengan sebuah sumber

radioaktif kuat dengan jarak lebih besar dari5x diameter detector.

9. Resolusi Spasial adalah kemampuan kamera untuk memproduksi citra distribusi radionuklida

dari organ yang diamati secara detail.

10. Jenisjenis kamera gamma adalah Kamera Gamma Tipe Removeable Plug, Kamera Gamma

Tipe D, Kamera Gamma model Torch,dan Kamera Gamma Radiografi Remot Kontrol.

Anda mungkin juga menyukai