Anda di halaman 1dari 11

KAMERA GAMMA DAN REKONSTRUKSI CITRA

Anggota:
Yogi Alvaredo
M. Buchori A. K.
Ignasius Tigor S.
Wirgus

PROGRAM DIKLAT FISIKA MEDIK BATCH 3


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS FMIPA
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

Kamera Gamma
A. Kamera Gamma
Kamera gamma merupakan peralatan untuk mencitrakan distribusi radionuklida secara
static atau dinamik pemeriksaan in vivo kedokteran nuklir sehingga nantinya dapat diketahui
jumlah radionuklida yang mengendap di dalam suatu organ. Gambar 1, memperlihatkan skema
kamera gamma dan peralatan sehingga didapatkan suatu citra dalam kedokteran nuklir.
Kolimator pada kamera gamma berfungsi untuk mengarahkan radiasi sinar gamma yang masuk
ke dalam Kristal seintilasi (NaI(Tl)). Sinar yang dipancarkan di dalam Kristal berjalan ke
semua arah dan di deteksi oleh array Photo Multiplier Tube (PMT) dan kemudian diubah ke
dalam bentuk signal elektronik. System penjumlahan menggabungkan sinyal ke dalam posisi
sinyal x dan y dengan mencari centroid distribusi cahaya. Sinyal – sinyal ini harus
dinormalisasi di sirkuit rasio yang membagi mereka dengan sinyal energy. Sinyal yang diproses
lebih lanjut hanya sinyal yang masuk ke dalam rentang energy sesuai dengan energy sinar
gamma dari radionuklida yang dipilih. Akhirnya informasi posisi x dan y diproses digunakan
untuk membentuk gambar (kejadian per kejadian) dari distribusi radionuklida baik pada
tampilan analog sebagai CRT atau dalam memori digital [1].
Kolimator Parallel hole umum digunakan untuk kedokteran nuklir karena mempunyai
sensitifitas yang lebih tinggi daripada kolimatir pin hole, mempunyai field of view yang konstan
sama dengan diameter scintilasi kamera [1].

Gambar 1. Skema Kamera Gamma [2]


Kamera gamma dan rekonstruksi citra

2.2.1. Konfigurasi pesawat kamera gamma


Konfigurasi pesawat gamma camera dapat dilihat dari fungsi masing-masing komponen
sebagai berikut mulai dari kolimator sampai dengan gating circuity: Kolimator, komponen ini
berfungsi untuk menfokuskan berkas radiasi dan menghilangkan radiasi hambur. Nal (TI)
Kristal talium mengubah radiasi gamma menjadi cahaya tampak. Photo multiplier tube (PMT)
untuk mengubah dari cahaya tampak menjadi electron. Position logic circuit rangkaian untuk
memposisikan sinyal yang dihasilkan oleh PMT. X-position signal membentuk terjadinya
pemindaian pada CRT yaitu membangun horizontal deflection. Y-position sinyal membentuk
terjadinya pemindaian CRT yaitu membangun vertical deflection coil. Gating circuity
merupakan penghubung PHA dengan display, PHA menganalisa pulsa-pulsa agar dapat
dibedakan antara pulsa dari radiasi primer dengan radiasi skunder [3].

Gambar 2. Komponen gamma kamera [3]

Pasien diberikan isotop dalam bentuk radiofarmaka. Pemberian radiofarmaka ini dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu gas, cair dan kapsul. Setelah itu isotop mencari daerah kelainan,
setelah ditemukan, isotop-isotop berhenti dan memancarkan radiasi sinar gamma. Sebelum
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

sampai ke kolimator radiasi gamma melewati tulang sehingga terjadi : Efek Compton.
Pasangan ion dan efek foto listrik. Efek-efek ini menyebabkan terjadinya sinyal, hanya sinyal
primer yang dilewatkan. Radiasi tersebut diterima oleh detector,karena radiasi gamma hambur
kesegala arah maka dipasang collimator sebagai filter yang berfungsi untuk menembus sinyal-
sinyal yang searah ke PMT melewati radiasi primer [4].

2.2.2. Console gamma camera


Console gamma camera adalah sebagai panel control yang terdiri dari beberapa pengaturan
untuk proses pengolahan gambar. Proses pengolahan gambar disini adalah dengan input X-
,X+,Y-,Y+ dan Z dari output detector. Sinyal X dan Y akan diperkuat oleh rangkaian kemudian
(driver). Selanjutnya sinyal-sinyal tersebut akan diperbaiki bentuknya oleh rangkaian
cuplik(sample) dan tahan (hold). selanjutnya output rangkaian sample dan hold dari sinyal X-
dan X+ diteruskan ke rangkaian penguat diferensial logaritmik (logaritmik diferensial
amplifier) menghasilkan keluaran tunggal (single output) X, demikian pula halnya pada sinyal
Y- dan Y+ akan dijadikan single output Y. Keluaran (output) X dan Y itu akan diteruskan
sebagai masukan tampilan (input display) berupa layar tampilan (display monitor), Polaroid
hard copy unit atau kamera multiformat (film multiformater). Sinyal Z diperkuat oleh
rangkaian linear amplifier dan bentuk pulsa diperbaiki oleh rangkaian delay line clipper
sehingga lebar pulsa menjadi sebesar 330 ns. Selanjutnya diteruskan pada rangkaian pulse
height amplifier (PHA). Paa rangkaian ini mempunyai beberapa control antara lain isotop
selector yang merupakan pemilihan energy isotop, juga window selektor yang merupakan
pemilihan energy isotop, juga window selector merupakan pemilihan prosentase dari lebar
window 10%-40% [5].
2.2.3. Kolimator (Collimator)
Alat yang berfungsi sebagai filter sinar gamma, yaitu hanya sinyal-sinyal searah saja yang
diteruskan. Dengan kolimator, back scater dan hamburan lainnya dapat dikurangi sehingga
peningkatan kualitas gambar baik. Jenis kolimator antara lain : pararel hole
collimator,converging collimator, diverging collimator dan kolimator lubang jarum (pin hole
collimator) [6].

a. Pararel hole collimator


Terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-lubang pararel dengan detector.
Alat ini menekan hamper semua sinar gamma yang tidak pararel dengan lubang detector. Tidak
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

mempunyai system pemfokusan (focusing). Resolusi yang terbaik adalah meletakan objek
sedekat mungkin dengan detector. Alat ini digunakan untuk objek berukuran besar.

Gambar 2.2 parallel hole collimator [7]

b. converging collimator
terdiri dari selubung timah yang mempunyai lubang-lubang yang memusat dari detector ke
objek. Pancaran sinar gamma dari objek tidak pararel. Collimator ini dapat digunakan untuk
objek yang terletak pada bagian dalam tubuh. Sensitivitas kolimator akan bertambah jika jarak
kolimator ke objek diperbesar. Dua objek yang sama mempunyai kedalaman yang berbeda dan
akan diproyeksikan secara berbeda pula.

Gambar 2.3 converging collimator [7]


c. diverging collimator
terdiri dari selubung timah hitam yang mempunyai lubang-lubang yang memusat dari objek ke
detector. Sensitivitas kolimator akan berkurang bila jarak kolimator ke objek diperbesar. Objek
yang lebih besar dari ukuran kolimator dapat diteksi tanpa terpotong.
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

Gambar 2.4 diverging collimator [7]

d. kolimator lubang jarum (pin hole collimator)


mempunyai bentuk kerucutn dan memiliki sebuah lubang dengan jarak yang tetap dari objek
ke detector. Proyeksi kolimator ini mirip dengan kamera konvesional sinar gamma setelah
melewati pin hole collimator akan diterima detector dengan terbalik. Kolimator ini biasa
digunakan untuk objek yang sangat kecil, missal kelenjar tiroid.

Gambar 2.5 pin hole collimator [7]

2.2.4. Detector skintilasi (scintillation detector)


Detector skintilasi (scintillation detector) pada pesawat gamma camera mempunyai
diameter 30-50 cm dengan ketebalan sekitar 1,25 cm dari bahan Kristal sodium iodine dengan
thalium sebagai activator dengan rumus kimia NaI (TI). Fungsi dari scintillation detector
tersebut adalah sebagai pengubah radiasi pengion menjadi cahaya tampak dengan waktu durasi
yang sangat singkat sekali (kilatan cahaya). Selain dari cahaya yang terjadi akibat adanya
penyerapan gamma pada Kristal, cahaya juga terjadi akibat hamburan radiasi dari sekeliling
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

Kristal itu berada. Hamburan radiasi ini disebut back scatter yang dapat mengganggu analisa
radiasi gamma [8].
2.2.5. Photo multiplier tube
Kilatan cahaya yang dihasilkan oleh Kristal NaI adalah sangat lemah sekali intensitasnya
dan perlu dikonversikan menjadi pulsa elektronik sehingga mudah dalam analisanya. Photo
multiplier tube (PMT) adalah suatu komponen untuk mengubah atau mengkonversikan dari
kilatan cahaya menjadi arus listrik. PMT berupa tabung electron dengan beberapa elektroda.
Katoda dibuat dari bahan dengan photo sensitive yaitu apabila terkena cahaya akan
mengemisikan elektronnya, karena dynode 1 mempunyai tegangan listrik positif terhadap
katoda 300 volt, maka electron dari katoda akan dipercepat dan menumbuk dynode 1 [9].

Gambar 2.6 photo multiplier tube [9]

2.2.6. Pre-amplifier
Pada umumnya pre amplifier / penguat depan berupa suatu rangkaian elektronik yang
berfungsi memperkuat sinyal output dari PMT yang mempunyai amlplitudo sangat rendah.
Semakin besar dari arus tabung pada PMT, tegangan pada anoda semakin menurun, sehingga
keluaran (output) dari PMT adalah merupakan pulsa terbalik.
Hubungan antara PMT dan penguat depan atau pre-amplifier adalah melalui kapasitor yang
decoupling selanjutnya sinyal tersebut masuk kerangkaian charge amplifier. Charge amplifier
berupa rangkaian logaritmik amplifier dengan pembalik fasa sebesar 1800. Variabel resistor R1
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

PM ADJUST adalah berfungsi untuk memperbaiki input PMT atau dapat disebut dark current
compensator dimana adanya arus bocor pada saat PMT belum menerima cahaya. Bentuk pulsa
pada rangkaian charge amplifier mempunyai banyak distorsi sehingga pulsa yang dihasilkan
oleh PMT menjadi cacat overlapping, diakibatkan oleh rise time dari kapasitor coupling kira-
kira sebesar 30 mikrosekon dimana recovery time dari 83 kristal adalah 0,2 mikrosekon.
Kemudian untuk memperbaiki pulsa tersebut digunakan rangkaian delay line clipper.
Rangkaian ini adalah terdiri dari rangkaian induktansi pada masukan penguat diferensial (input
diferensial amplifier) dimana pada rangkaian ini noise akan ditekan pulsa output dipersempit
sehingga tidak terjadi overlapping [10].
Selanjutnya keluaran output pada rangkaian delay line clipper akan diteruskan kepada
rangkaian base line restorer. Pada rangkaian ini DC level pulsa akan dipertahankan pada 0
volt, atau offset nol harus benar-benar dijaga karena bila offset tidak nol volt akan
mempengaruhi tinggi puncak amplitudo yang merupakan tinggi energy dari isotop yang
dideteksi. Keluaran (output) rangkaian base line resistor akan diteruskan kepada rangkaian
threshold dimana rangkaian ini merupakan rangkaian operasional amplifier dimana satu
inputnya akan diberi tegangan tertentu sesuai dengan pemelihan isotop, dan pada input yang
lain merupakan pulsa dari output base line resistor. Pada rangkaian ini, pulsa dengan amplitudo
tertentu akan di filter sesuai dengan tegangan threshold yang diberikan. Selanjutnya keluaran
(output) dari threshold akan diteruskan oleh rangkaian penyangga atau buffer yang merupakan
output dari rangkaian pre amplifier secara menyeluruh [10].

2.2.7. Pulse height analyzer (PHA)


Seperti telah diketahui detector skintilasi (scintillation detector) adalah sebagai alat untuk
merubah sinar gamma menjadi pulsa elektronik, dimana amplitudonya sebanding dengan
energy dari isotop yang dideteksi dan frewensi pulsa akan sebanding dengan aktifitas isotop
itu. Akan tetapi dengan adanya radiasi sekunder ditangkap oleh scintillation detector sehingga
juga menghasilkan pulsa elektronik. Sehingga pulsa tersebut akan tercampur dengan pulsa
murni dari energy isotop yang dideteksi.
Pada rangkaian pulse height analyzer pulsa akan dipisahkan, dimana pulsa hasil radiasi
sekunder dan radiasi lain seperti background diupayakan untuk dihilangkan. Pemisahan pulsa
dapat dilkukan pada rangkaian PHA adalah karena perbedaan tinggi pulsa. Setiap isotop
dengan energy yang berbeda adlah mempunyai tinggi pulsa yang berbeda, demikian pula
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

radiasi sekunder dan radiasi latar atau background mempunyai tinggi pulsa yang berbeda-
beda.[10].
2.2.8. Cathode ray tube (CRT)/ Monitor
Merupakan tabung yang digunakan untuk menampilkan gambar dari hasil diagnosis,
tabung ini merupakan tabung hampa yang terdiri dari kumparan vertical dan horizontal. Tabung
ini menerima sinyal dari rangkaian penguat depan atau pre amplifier, sehingga akan diprose
sampai terbentuknya gambar atau hasil citra [10].

2.2.9. Kualitas gambar


Kualitas gambar dari kamera gamma adalah dibatasi oleh banyak faktor. Beberapa faktor
yang membatasi kualitas gambar itu adalah memang kelemahan dari system kamera gamma
itu. Beberapa faktor yang sangat berpengaruh akan kualitas gambar pada pencitraan kedokteran
nuklir antara lain : Resolusi, Uniformity dan sensitivity.
a. Resolusi
Resolusi adalah kemampuan dari system untuk dapat mengidentifikasi suatu objek dengan
detail sekecil mungkin. Secara umum resolusi resolusi apada gamma kamera tergantung dari
jumlah PMT, semakin banyak PMT semakin tinggi pula resolusi dari alat tersebut. Faktor lain
yang dapat mempertinggi resolusi adalah dengan pengaturan window yang tepat.
b. Uniformity
Uniformity adalah kemampuan dari system untuk membuat sesuatu gambar dengan
sensitifitas yang sama disetiap penjuru detector. Faktor ini sangat sulit didapat mengingat
beberapa karakteristik dari komponen harus dalam kondisi prima, seperti PMT, HT supply, pre
amp dan komponen elektronik lainnya. Variasi uniformity cukup tinggi yaitu Smpai dengan
10% masih dapat diratakan dengan manipulasi photography. Oleh sebab itu harus diadakan
pemeriksaan berkala dengan phantom untuk dapat diketahui bahwa uniformity masih belum
mengganggu kualitas gambar/citra.
c. Sensitivity
Pada prinsipnya untuk mencegah bahaya radiasi isotop yang digunakan adalah dengan
waktu paruh sekecil mungkin dengan dosis sekecil mungkin pula. Tetapi penggunaan dosis
yang terlalu kecil akan mengurangi kualitas gambar. Untuk mendapatkan kualitas gambar yang
tinggi harus digunakan dosis setinggi mungkin. Selama masih dalam batas aman, dosis yang
tinggi dapat diberikan untuk mendapatkan kualitas yang baik sehingga diagnosis akan menjadi
lebih tepat. Demikian beberapa faktor dasar yang sangat berpengaruh akan kualitas gambar,
disamping itu ada beberapa faktor lain dapat mempengaruhi kualitas gambar seperti pada unit
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

tampilan (display) untuk monitor, Polaroid hard copy unit dan kamera multi format
(multiformater). Film sebagai hasil akhir dari system gamma camera mempunyai bermacam-
macam kualitas juga perlu diperhitungkan untuk mendapatkan kualitas gambar yang diiginkan
[7].
Kamera gamma dan rekonstruksi citra

Referensi

[1] Gottschalk, A., Hoffer, P.B. dan Pothcen. EJ., 1979, Diagnostic Nuclear Medicine,
volume 1, Williams & Wilkins.

[2] http://www.nuclearonline.org/PI/BRACCO%20MDP%20doc.pdf

[3] Barozi R dan kartawiguna D , 2015. Radiologi kedokteran nuklir dan radioterapi.
GRAHA ILMU : Yogyakarta.
[4] T. Fukami, H. Sato, T. Lee, B. M. W. Tsui, G. A. Wright, and M. Mcdade, “Assessment
of cardiac function using myocardial perfusion imaging technique on SPECT with 99m
Tc sestamibi.”

[5] D. L. Dupuy, “Multichannel analog front-end and analog-to-digital converter ICs for
silicon photomultipliers.”

[6] I. Shirazu, J. H. Amuasi, M. Boadu, E. K. Sosu, and F. Hasford, “The Effect of


Collimator Selection on Acquisition Time with varying Acquisition Parameters using
Quadrant Bar Phantom at Korle-Bu Teaching Hospital,” vol. 3, no. 5, pp. 277–280,
2013.
[7] S. Camera, E. Medical, and D. Centre, “Sudan University of science and technology
College of Graduate Studies,” 2016.
[8] P. Giommi, K. O. Mason, J. A. Nousek, A. A. Wells, N. E. White, S. D. Barthelmy, D.
N. Burrows, L. R. Cominsky, K. C. Hurley, F. E. Marshall, P. W. A. Roming, L.
Angelini, L. M. Barbier, T. Belloni, P. T. Boyd, S. Campana, P. A. Caraveo, M. M.
Chester, O. Citterio, T. L. Cline, M. S. Cropper, J. R. Cummings, A. J. Dean, E. D.
Feigelson, E. E. Fenimore, D. A. Frail, A. S. Fruchter, G. P. Garmire, K. Gendreau, G.
Ghisellini, J. Greiner, J. E. Hill, S. D. Hunsberger, H. A. Krimm, S. R. Kulkarni, P.
Kumar, F. Lebrun, C. B. Markwardt, B. J. Mattson, R. F. Mushotzky, J. P. Norris, B.
Paczynski, D. M. Palmer, A. M. Parsons, J. Paul, M. J. Rees, C. S. Reynolds, J. E.
Rhoads, T. P. Sasseen, B. E. Schaefer, A. T. Short, A. P. Smale, I. A. Smith, L. Stella,
M. Still, G. Tagliaferri, T. Takahashi, M. Tashiro, L. K. Townsley, J. Tueller, M. J. L.
Turner, M. Vietri, W. Voges, M. J. Ward, R. Willingale, F. M. Zerbi, and W. W.
Zhang, “The Swift Gamma-Ray Burst Mission,” pp. 1–38.
[9] A. Bachri, C. Grant, and A. Goldschmidt, “Analysis of Gamma Rays and Cosmic Muons
with a Single Detector,” vol. 64, pp. 27–32, 2010.

[13] H. Search, C. Journals, A. Contact, M. Iopscience, and I. P. Address, “Development of


a Position Decoding ASIC for SPECT using Silicon Photomultiplier,” vol. 1065.

Anda mungkin juga menyukai