Anda di halaman 1dari 14

Prinsip Kerja Akselerator Partikel meliputi Akselerator Linear,

Siklotron, dan Sinkrotron

Oleh

Anshori Muhajir (18/428965/TK/47467)


Matthew P. C. N. Gultom (18/425234/TK/46929)
Muhammad Andre Setiawan (18/425235/TK/40930)

Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika


Universitas Gadjah Mada

Pendahuluan
Pemahaman tentang struktur materi selalu berkembang bersamaan dengan
pengembangan mesin-mesin yang mampu mempercepat partikel-partikel bermuatan
dengan energi yang sangat tinggi. Dalam eksperimen-eksperimen fisika inti sering
diperlukan partikel penembak berenergi tinggi dimana penembakan atom-atom dengan
elektron-elektron dipercepat sampai beberapa elektron volt sehingga dapat mengeksitasi
elektron-elektron terluar dari atom tersebut. Akselerator adalah alat yang dipakai untuk
mempercepat gerak partikel bermuatan seperti elektron, proton, inti-inti ringan, dan inti
atom lainnya. Mempercepat gerak pertikel bertujuan agar pertikel tersebut bergerak
dengan cepat sehingga memiliki energi kinetik yang sangat tinggi. Untuk mempercepat
gerak partikel ini diperlukan medan listrik ataupun medan magnet. Dilihat dari jenis
gerakan medan partikel, ada dua jenis akselerator, yaitu akselerator dengan gerak
partikelnya lurus (lebih dikenal sebutan akselerator liniear) dan gerak partikelnya
melingkar (akselerator magnetik) dengan jenis-jenisnya antara lain: Betatron, Siklotron,
Generator Netron, EULIMA dan HIMAC.

Akselerator Linier
Akselerator linier (Linear Accelerator, LINAC) adalah alat yang menggunakan
gelombang elegtromagnetik dengan frekuensi tinggi untuk mempercepat partikel
bermuatan seperti elektron dengan energi tinggi saat melewati linear tube (Tabung
Linear). Elektron berenergi tinggi tersebut dapat digunakan untuk mengobati tumor pada
kedalaman yang dangkal, atau elektron tersebut dapat dikenakan pada target sehingga
menghasilkan foton untuk mengobati tumor dengan kedalaman yang cukup jauh.
Pertama kali diperkenalkan oleh R. Wideroe di Swiss pada 1929. LINAC
mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan akselerator magnetik.
Kelebihan LINAC adalah alat ini memerlukan magnet dengan ukuran yang jauh lebih
kecil dibandingkan pada akselerator magnetik untuk menghasilkan partikel dengan energi
kinetik yang sama.
LINAC dapat dipakai untuk mempercepat partikel hingga berenergi di atas 1
BeV. LINAC semula dipakai untuk mempercepat partikel bermuatan positif seperti
proton. Namun, setelah melalui berbagai modifikasi, mesin ini dapat pula dipakai untuk
mempercepat partikel bermuatan negatif seperti elektron. Dalam hal ini, elektron yang
dipercepat mampu bergerak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya (elektron
dengan energi 2 MeV bergerak dengan kecepatan 0,98 c (dengan c adalah kecepatan
cahaya). Jika elektron berenegi tinggi itu ditabrakkan pada target dari logam berat maka
dari pesawat LINAC ini akan dipancarkan sinar-X berenergi tinggi. Radioterapi dapat
juga dilakukan menggunakan elektron berenergi tinggi. Elektron yang dipercepat dalam
LINAC dapat langsung dimanfaatkan untuk radioterapi tanpa harus ditabrakkan terlebih
dahulu dengan target logam berat. Jadi, LINAC dapat juga berperan sebagai sumber
radiasi partikel berupa elektron cepat yang dapat dimanfaatkan untuk radioterapi tumor.
Dasar-Dasar Akselerator Linear
Elektron merupakan partikel bermuatan yang paling mudah diperoleh dan
dipercepat untuk menghasilkan berkas untuk radiasi langsung maupun tak langsung
dengan membangkitkan foton. Percepatan dari elektron dapat dilakukan dengan tegangan
yang relatif rendah dengan cara berulang (siklik), tetapi jika dilakukan dalam gerak
melingkar (dibelokkan dengan medan magnet) karena massanya yang relatif kecil
elektron akan banyak kehilangan tenaga geraknya akibat radiasi sinkroton yang
sebanding dengan 1/m4.
Cara yang lebih efisien adalah dengan percepatan lurus secara siklik dengan
menggunakan akselerator linear (linear accelerator atau linac). Prinsip kerja akselerator
linear berdasar pada medan bolak-balik dan tabung hanyut (drift tube) yang dimunculkan
idenya oleh Ising dan Wideroe. Pada metode ini, partikel dipercepat secara berulang oleh
medan RF (Radio Frequency). Wideroe telah membuat akselerator ini dan mampu
mempercepat ion kalium sampai dengan 50 keV. Walaupun prinsip dasarnya sederhana,
tetapi pada kenyataannya diperlukan kondisi yang spesifik untuk memastikan bahwa
partikel diarahkan dan dipercepat oleh medan RF. Selama setengah periode pada saat
medan memiliki arah yang berlawanan, partikel harus terlindungi dari medan agar tidak
mengalami perlambatan. Secara teknis, persyaratan ini direalisasikan dengan melingkupi
jalur berkas dengan tabung hanyut logam (metallic drift tube).
Tabung ini melindungi partikel dari medan RF eksternal dan panjang segmen
tabung ditentukan sehingga partikel dapat menjangkau celah (gap) antara dua tabung
berturut-turut pada saat medan RF mempercepatnya. Untuk akselerator linear ion
diperlukan medan RF dengan frekuensi dalam orde hingga puluhan MHz, sedang untuk
akselerator linear elektron seperti yang digunakan untuk teleterapi diperlukan RF dengan
frekuensi orde 3 GHz dan pemasukkan RF serta pemercepatan berkas electron dilakukan
dengan tabung pandu gelombang (wave guide).

Cara Kerja Akselerator Linear


Elektron merupakan sumber awal radiasi yang dikenakan ke pasien. Kemudian
elektron tersebut dipercepat menjadi elektron berenergi tinggi. Selanjutnya elektron
tersebut dilewatkan ke magnet pembelok (bending magnet) kemudian bending magnet
akan membelokan berkas elektron yang biasanya sebesar 900.
Pada bending magnet, elektron dengan energi yang sedikit lebih tinggi atau lebih
rendah dari yang dikhendaki, akan dibelokkan sedemikian rupa sehingga energi dan
lintasannya dapat sesuai kembali dengan yang yang dikhendaki. Sedangkan elektron
dengan penyimpangan energi agak besar, akan dihilangkan oleh sebuah filter celah
mekanis. Dengan demikian, dapat dihasilkan pemfokusan yang sangat baik dari berkas
elektron serta energi yang monokromatis. Setelah mengalami pembelokan, berkas
elektron berenergi tinggi yang keluar dari bending magnet akan dipakai untuk terapi
foton.

Cara Kerja LINAC dalam Terapi Foton


Jika yang dikhendaki adalah terapi foton, maka berkas elektron berenergi tinggi
tersebut dilewatkan pada target. Pengereman oleh target pada elektron yang dipercepat
menghasilkan Bremsstrahlung (foton dengan spektrum energi yang kontinu).
Penciptaan foton mempunyai intensitas yang tinggi pada arah sumbu target.
Maksimum energi foton akan sama dengan energi elektron datang yang ditembakkan ke
target. Foton tersebut akan diteruskan melewati primary colimator menuju bagian
carrousel. Bagian carousel akan mengeluarkan alat filter pemerata (flattening filter).
Filter pemerata yang terbuat dari baja anti karat bertujuan mencapai kerataan (flatnes)
yang diperlukan. Kemudian foton hasil pemerata diteruskan ke ion chamber untuk
membentuk dosis foton dalam jumlah Monitor Unit (MU) yang lalu diteruskan ke
secondary collimator untuk lebih mendapatkan foton dalam MU yang datar (flat). Hasil
akhir foton akan keluar dari bagian pada Linac yang disebut gantry, yang berotasi sekitar
pasien. Pasien berbaring di meja perawatan yang dapat bergerak. Untuk menjamin posisi
pasien digunakan bantuan laser yang vertikal dan horizontal dan dipasang di dinding
ruang perawatan.
Radiasi bisa disampaikan pada tumor dengan berbagai sudut dari rotasi gantry
(sampai 3600) dan perpindahan meja perawatan yang bertujuan memaksimalkan
pencapaian target.

Cara Kerja LINAC dalam Terapi Elektron


Berbeda dengan terapi foton, pada terapi elektron, hasil ekstrak elektron dari
microton langsung diteruskan ke prymary collimator. Kemudian saat melewati bagian
carrousel, yang dikeluarkan adalah alat scattering foil. Tujuannya agar ekstrak berkas
elektron dapat terhamburkan. Lalu dilanjutkan lagi pada secondary collimator. Electron
aplikator membantu berkas elektron hasil secondary collimator jatuh pada field zise yang
tepat
Kelemahan dan Solusi pada Akselerator Linear
Kelemahan pada LINAC adalah adanya ketidakstabilan berkas terhadap waktu
akibat rumitnya rangkaian elektronika yang ada. Untuk itu, mengontrol tingkat kestabilan
berkas sebagai bagian dari quality assurance (jaminan kualitas) merupakan hal yang
sangat penting dilakukan mengingat ketepatan dan ketelitian dosis yang diberikan pada
pasien sangat mempengaruhi efektivitas atau perlakuan terapi.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kestabilan berkas radiasi pada Linac
adalah dengan menentuan besarnya flatness dan symmetry berkas radiasi. Flatness dan
symmetry adalah parameter yang harus diperiksa pada waktu acceptance test perawatan
radio terapi dan secara periodik setelah itu. Flatness berkas radiasi foton didefenisikan
sebagai prosentase variasi dosis maksimum yang diperbolehkan dalam suatu lapangan
berkas radiasi. Dengan kata lain, flatness dapat pula dinyatakan sebagai perbandingan
dosis maksimum yang terjadi dalam suatu lapangan berkas radasi dengan dosis minimum
yang terjadi di lapangan tersebut. Sedangkan symmetry adalah berkas radiasi foton yang
didefenisikan sebagai prosentase deviasi maksimum yang diperbolehkan dari dosis di sisi
kiri terhadap dosis disisi kanan berkas radiasi

Siklotron
Siklotron merupakan piranti untuk mempercepat gerak partikel bermuatan listrik.
Siklotron dikembangkan pada tahun 1930 oleh E. O. Lawrence (1901- 1958), dengan
menggunakan sebuah medan magnetik untuk menjaga agar ion- ion bermuatan (biasanya
proton) bergerak dalam lintasan melingkar. Siklotron merupakan alat untuk mempercepat
partikel berat seperti : proton,deutron dan partikel-partikel alpa, terdiri dari dua ruang
semisilinder yang ditempatkan dalam medan magnet.
Di antara kedua semisilinder diberi potensial listrik bolak-balik (104 volt). Ion dalam
semisilinder akan mengalami gaya magnet yang menyebabkan bergerak dalam setengah
lingkaran lalu dipercepat oleh medan lisrik E, masuk lagi ke dalam medan magnet B dan
bergerak milingkar dengan jari-jari lebih besar (karena keceptan lebih besar). Partikel-
pertikel bermuatan dibelokkan dalam suatu lintasan melingkar oleh medan magnetik dan
dipercepat oleh suatu medan listrik setiap partikel-partikel yang melintasi celah.

Prinsip Kerja Siklotron

Gambar diagram sebuah siklotron:

Dua elektroda tembaga yang berbentuk D (D-shaped object) disebut dees, ruangan
seluruhnya di buat vakum (hampa udara). Kedua elektroda dihubungkan dengan sumber
tegangan bolak balik frekuensi tinggi. Partikel yang ingin di percepat ditaruh ditengah-
tengah siklotron (P). Dees tersebut dicelupkan di dalam medan magnet yang arahnya
keluar bidang.
Misalkan ada proton-proton bergerak dalam dua bidang setengah lingkaran yang
terpisah oleh suatu celah (dee). Setiap kali proton-proton lewat melintasi celah di antara
kedua bidang setengah lingkaran, suatu tegangan diberikan pada proton-proton yang akan
mempercepat proton-proton. Percepatan ini meningkatkan kelajuan proton-proton dan
juga jari-jari kelengkungan lintasan proton-proton. Sekali proton tersebut berada di dalam
dee, maka proton disaring dari medan listrik oleh dinding logam dee, medan magnet tidak
disaring sehingga proton tersebut membelok berbentuk lingkaran yang jari-jarinya yang
bergantung pada kecepatan.
Setelah beberapa putaran, proton-proton memperoleh energi kinetik tinggi (dalam
orde 10 atau 20 MeV per satuan muatan listrik) dan tiba pada sisi terluar siklotron.
Proton-proton kemudian dapat menumbuk suatu sasaran yang ditempatkan di dalam
siklotron atau meninggalkan siklotron dengan bantuan “magnet pembelok” dan diarahkan
ke suatu sasaran eksternal. Tegangan yang diberikan ke kedua bidang setengah lingkaran
untuk menghasilkan percepatan haruslah bolak-balik. Ketika proton-proton sedang
bergerak ke kanan melintasi celah, bidang yang kanan haruslah negatif dan yang kiri
positif (medan listrik E berarah dari polaritas + ke polaritas – dan untuk muatan positif
seperti proton, besar gaya pemercepat F = q E dan searah dengan arah medan listrik E).
Medan magnetik B, yang diberikan oleh sebuah elektromagnet besar, berarah masuk
dalam bidang kertas. A adalah sumber ion. Garis-garis gaya menunjukkan medan listrik
dalam celah. Setengah siklus berikutnya, proton- proton bergerak ke kiri melintasi celah,
sehingga bidang kiri haruslah negatif supaya medan listrik pada celah tetap berfungsi
mempercepat proton-proton.
Partikel bermuatan yang bergerak dengan kecepatan v tegak lurus terhadap medan
magnetik B menempuh lintasan melingkar dengan jari-jari r. Gaya sentripetal penyebab
gerak melingkar berasal dari gaya Lorentz, sehingga diperoleh:
Waktu yang diperlukan untuk satu putaran lengkap adalah priode T, di mana:

Frekuensi f, dari tegangan bolak-balik yang diberikan harus sama dengan frekuensi
proton-proton yang bergerak melingkar. Dengan demikian, frekuensi siklotron adalah :

dengan,
f = frekuensi siklotron (Hz)
q = muatan proton (1,6 x 10-19 C) m = massa proton (1,67 x 10-27 kg)
B = induksi magnetik yang dihasilkan pasangan magnet (Wb/m2 atau T)

Frekuensi dari tegangan bolak-balik yang diberikan, tidak bergantung pada jari-
jari r. Karena itu, frekuensi tidak harus diubah ketika partikel (proton) mulai dari sumber
dan dipercepat untuk menempuh jari-jari yang makin lama makin besar. Energi kinetik
maksimum partikel bermuatan (proton) ketika keluar dari siklotron, yaitu:
Energi kinetik yang diperlukan proton-proton sama dengan energi yang akan
diperoleh proton-proton jika proton-proton dipercepat melalui beda potensial yang cukup
besar.

Reaksi yang Dihasilkan Siklotron


Reaksi fisi merupakan reaksi pembelahan suatu inti berat ketika ditembaki oleh
partikel (proton) berenergi tinggi yang keluar dari Siklotron atau ketika menyerap
neutron lambat (terjadi dalam reaktor nuklir). Contoh reaksi fisi ketika Li
ditembaki proton:

Untuk berlangsungnya reaksi fisi di atas, diperlukan peralatan yaitu siklotron


untuk mempercepat proton.

Manfaat Siklotron di Bidang Kesehatan


Perkembangan teknologi Siklotron di bidang kesehatan menjadi penting setelah
beberapa produksi radioisotop dengan waktu paro pendek mulai dimanfaatkan dan
sebagai dasar utama penggunaan PET (Positron Emission Tomography). Penggunaan
PET diawali dengan memproduksi radioisotop flour-18. Radioisotop fluor-18 diproduksi
dari isotop oksigen-18 dengan menggunakan siklotron. Setelah fluor-18 selesai disiapkan,
kemudian segera disuntikkan ke pasien. Sebaran flour-18 didalam tubuh akan dideteksi
dengan memasukkan tubuh ke dalam rangkaian detektor elektronik berbentuk melingkar.

Sinkrotron
Sinkrotron adalah alat pemercepat partikel bermuatan listrik yang berbentuk
lingkaran untuk mempercepat impulsi (dorongan) proton, deutron, atau elektron pada
energi tinggi. Sebuah sinkrotron adalah jenis tertentu siklus akselerator partikel di mana
medan magnet (untuk mengubah partikel sehingga mereka bersirkulasi) dan medan listrik
(untuk mempercepat partikel) secara hati-hati disinkronisasikan dengan perjalanan sinar
partikel. Sinkrotron ini merupakan pengembangan dari siklotron. Awalnya siklotron
mempercepat partikel bermuatan dalam jalur berupa lingkaran dengan memberikan
medan magnet dan medan listrik yang konstan. Namun, ternyata hukum-hukum fisika
yang diterapkan pada siklotron hanya cocok untuk partikel yang kecepatannya masih jauh
di bawah kecepatan cahaya.
Prinsip dasar sinkrotron pertama kali dicetuskan oleh Vladimir Veksler pada
tahun 1944. Kemudian pada tahun 1945, Edwin McMillan membuat sinkrotron elektron
pertama. Sedangkan sinkrotron pertama diciptakan oleh Sir Marcus Olliphant pada tahun
1952. Akselerator partikel terbesar di dunia terdapat di dekat Genewa, Swiss yang
dibangun pada tahun 2008 oleh Organisasi Penelitian Nuklir Eropa (CERN), merupakan
akselerator dengan tipe sinkrotron.
Prinsip Kerja Sinkrotron
Sinkrotron merupakan hasil evolusi dari siklotron yang juga merupakan
akselerator berbentuk melingkar. Kelebihan dari sinkrotron jika dibandingkan dengan
pendahulunya adalah sinkrotron mampu menghitung dan memprakirakan data-data yang
sebelumnya tidak dapat dicapai oleh siklotron. Siklotron dapat menghitung data-data
partikel dengan menggunakan medan magnet dan medan listrik konstan, namun siklotron
tidak dapat menghitung hukum-hukum fisika yang diterapkan apabila partikel tersebut
mendekati kecepatan cahaya. Hal ini dapat diatasi oleh sinkrotron, yakni dilakukan
dengan cara memvariasikan salah satu dari kedua medan yang digunakan (medan magnet
dan medan listrik) seiring dengan berjalannya waktu sehingga partikel yang diakselerasi
tetap dapat melakukan gerak melingkar. Partikel tersebut ditempatkan di dalam tabung
hampa yang disebut dengan cavity.

Terdapat dua sinkrotron yang ada saat ini, yakni sinkrotron elektron dan
sinkrotron proton. Sinkrotron elektron bekerja dengan cara mengakselerasikan elektron
sejauh setengah siklus positif dari medan listrik untuk mendapatkan energi dan kemudian
diakselerasikan kembali sejauh setengah siklus lain sehingga elektron tersebut kehilangan
energi. Beberapa komponen yang berperan penting dalam proses ini adalah ruang hampa
yang diberikan sinyal radio untuk melakukan akselerasi langsung, magnet dipol untuk
membelokkan partikel agar selalu berada di dalam lintasan, dan magnet
kuadrupol/sekstupol (yang masing-masing memiliki empat dan enam kutub) untuk
memfokuskan partikel yang diakselerasikan. Kemudian elektron-elektron tersebut akan
terikat dalam sebuah fase yang mengakibatkan tingkat kenaikan energi oleh tegangan
frekuensi radio sebanding dengan meningkatnya frekuensi medan magnet. Dalam
keadaan ini, jika sebuah elektron melintasi celah memiliki kelebihan energi, elektron
tersebut akan melintasi orbit yang lebih besar dan membutuhkan waktu lebih lama untuk
mencapai celah, serta menerima percepatan yang kurang dari elektron dalam fase
kesetimbangan. Hal sebaliknya terjadi dengan elektron dengan energi yang lebih kecil.
Oleh karena itu, stabilitas fase elektron berada di sekitar kesetimbangan fase. Setelah
siklus magnetik telah diselesaikan dan elektron telah dipercepat hingga energi yang
diperlukan, maka bentuk orbit dapat disimpangkan untuk mendapatkan sinar keluaran.
Meskipun sinkrotron proton memiliki prinsip yang sama dengan sinkrotron
elektron, namun pada kenyataannya desain dan konstruksi sinkrotron proton jauh berbeda
dengan sinkrotron elektron. Di dalam sinktrotron proton, terdapat magnet berbentuk
cincin yang dilengkapi dengan siklus pulsa listrik sehingga medan magnet di orbit cincin
dapat mengalami peningkatan selama diakselerasi dari nilai yang rendah pada
pengakselerasian dari partikel-partikel ke nilai maksimum pada akhir pengakselerasian
dengan menggunakan energi dari pulsa. Di dalam sinkrotron proton juga terdapat ruang
hampa berbentuk cincin, kemudian proton yang ingin diakselerasikan akan berosilasi di
sekitar orbit kesetimbangan di antara kedua kutub medan magnet yang berada di ruang
hampa atau vacuum.
Kombinasi dari medan magnetik yang memiliki sifat time-dependent dan prinsip
pemfokusan medan magnetik memungkinkan penggunaan sinkrotron dalam skala besar
seperti untuk penggunaan akselerator yang bertujuan untuk menabrakkan partikel
(colliders). Maksimum energi yang dapat dicapai oleh sinkrotron dibatasi oleh kekuatan
maksimum dari medan magnet yang digunakan dan radius minimum (atau kelengkungan
minimum) dari lintasan partikel. Oleh karena itu, cara mengakali hal ini adalah dengan
menggunakan magnet superkonduktor yang tidak dibatasi oleh saturasi magnetik. Untuk
sinktrotron elektron, kecepatan maksimum juga dapat dipengaruhi oleh emisi radiasi
sinkrotron yang mengakibatkan hilangnya sebagian energi kinetik dari partikel. Namun
hal ini tidak berlaku bagi sinkrotron yang menggunakan partikel berat seperti proton atau
ion.

Pemanfaatan/Aplikasi Sinkrotron
Dalam prakteknya, sinkrotron merupakan sesuatu yang unik dikarenakan alat ini
dapat memproduksi radiasi sinkrotron yang memiliki tingkat intensitas yang sangat besar
(sekitar jutaan kali dari radiasi matahari yang dipancarkan ke Bumi). Sinkrotron juga
menghasilkan radiasi elektromagnetik mulai dari spektrum inframerah, cahaya tampak,
ultraviolet maupun sinar-X. Dengan kelebihan tersebut, para peneliti dapat
menggunakannya dalam berbagai bidang penelitian seperti biologi, kimia, fisika,
rekayasa material, nanoteknologi, farmakologi, geologi, dan kristalografi. Beberapa
penelitian yang sudah dihasilkan antara lain adalah sebagai berikut:
1. Penelitian kristalografi biologi untuk protein dan molekul besar,
2. Penelitian fabrikasi mikro,
3. Penelitian pengobatan,
4. Litografi sinar-X,
5. Penganalisis bahan-bahan kimia untuk mengetahui struktur komponennya,
6. Mengobservasi reaksi sel hidup terhadap obat-obatan,
7. Penelitian kristalografi material anorganik dan mikroanalisis,
8. Penelitian benda berpendar atau fluoresence,
9. Studi tentang analisis material dan struktural bahan semikonduktor,
10. Analisis material geologis,
11. Terapi partikel untuk mengobati beberapa penyakit kanker, dan
12. Radiometri.
Daftar Pustaka

Chao, A. W., Mess, K. H., Tigner, M., et al. 2013. Handbook of Accelerator Physics and
Engineering. 2nd ed. World Scientific: Singapore.
Morozov, N. Superconducting Cyclotron Therapy. 2010. (online) (diakses 24 November
2019) (http://cyclotrons10.impcas.ac.cn/JACoWPub/talks/frm1cio03_talk.pdf)
Murniati. - . Diktat Mata Kuliah Pendahuluan Fisika Inti. Inderalaya: FKIP Fisika
UNSRI.
Mutalib, A. - . RADIOFARMASI. (online) (diakses 24 November 2019)
(http://www.scribd.com/doc/44148558/RADIOFARMASI)
Reny, Eka. - . Siklotron. (online) (diakses 24 November 2019)
(http://www.scribd.com/doc/45830637/SIKLOTRON)
Podgorsak, E.B. 1999. Treatment Machines for External Beam Radiotherapy.
Department of Medical Physics, McGill University Health Centre: Montreal.
Veksler, V. I. 1944. A New Method of Accelerating Relativistic Particles. Comptes
Rendus de l'Académie des Sciences de l'URSS. 43 (8): 346–3

Anda mungkin juga menyukai